gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 28 Oktober 2009

ihsg anjlok, gw MALAH NEKAT BELI REKSA DANA SAHAM

Sesi II Tutup
Minin Sentimen, IHSG & Rupiah Negatif
Indeks di BEI terjungkal 2,89% ke level 2.355, sedang rupiah di posisi 9.665/US$.
RABU, 28 OKTOBER 2009, 16:28 WIB
Antique

........... apa dampak kejadian di atas pada hari ini 281009 saat peringatan Sumpah Pemuda ... jelas pasti ada dampaknya... baik yang bersifat maya dan yang bersifat langsung ... yang maya adalah investasi gw mengalami potential losses pada kategori reksa dana berbasis saham dan campuran ... yang bersifat langsung adalah KALAU gw tambah investasi gw lagi di reksa dana saham atawa campuran, sehingga jumlah unit reksa dana gw bertambah ... yang bersifat langsung juga adalah KALAU gw jual buru2 ikutin pasar sehingga jumlah unit reksa dana gw berkurang ... lalu apa yang gw lakukan hari ini? seperti biasa CONTRARIAN, mumpung murah gw "RAMPOK" HARGA MURAH NAB REKSA DANA dengan dana gw dah ... jadi gw beli reksa dana yang murah meriah ... kalo turun lage, gw beli lage, sampai dana segar gw terbatas sekali ... gitu aja repot :P ...


Penutupan Bursa (Antara/Fanny Octavianus)
BERITA TERKAIT
Ambil Untung Ramai, IHSG & Rupiah Melemah
IHSG Didera Sentimen Negatif
IHSG Berfluktuasi, Rupiah Stabil
Aksi Buru Saham Terjadi, IHSG Positif
Dana Asing Keluar, IHSG Terus Tertekan
Web Tools

VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali berakhir negatif pada transaksi hari ini. Minimnya sentimen positif disinyalir menjadi katalisnya.

Menurut analis PT BNI Securities Maxi Liesyaputra, terkoreksinya kembali indeks hari ini sudah diprediksi. Pasalnya, sentimen yang mendukung pergerakan positif sangat minim. Semalam Dow Jones hanya menguat tipis, sedangkan bursa regional Asia Pasifik tidak begitu menggembirakan.

"Dari dalam negeri juga sangat minim sentimen positif yang dapat mendukung penguatan indeks," ujar dia melalui risetnya kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2009.

Maxi menambahkan, harga komoditas ekspor logam andalan Indonesia yaitu nikel dan timah juga mencatat pergerakan bervariasi di London Metal Exchange.

IHSG pada penutupan transaksi hari ini terjungkal 69,89 poin (2,89 persen) ke level 2.355,31. Sedangkan pada akhir sesi I tadi, indeks terkoreksi di posisi 2.360,62 atau turun 64,58 poin (2,67 persen).

Total nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp 4,47 triliun dan volume tercatat 11,62 juta lot, dengan frekuensi 105.536 kali. Sebanyak 18 saham menguat, 222 melemah, 36 ditutup stagnan, serta 189 saham tidak terjadi transaksi.

Pemodal asing melakukan pembelian saham Rp 716,92 miliar, sedangkan penjualan mencapai Rp 949,59 triliun.

Bursa Asia saat IHSG tutup juga bergerak negatif. Indeks Hang Seng turun 408,01 (1,84 persen) ke level 21.761,58, Nikkei 225 melemah 137,41 poin atau 1,35 persen menjadi 10.075,05, dan Straits Times terkoreksi 38,24 persen (1,42 persen) di posisi 2.656,26.

Di Bursa Efek Indonesia, saham-saham komoditas yang melemah cukup besar di antaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 1.200 atau 5,19 persen ke level Rp 21.900, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah Rp 600 (3,90 persen) menjadi Rp 14.750, dan PT Smart Tbk (SMAR) terkoreksi Rp 375 atau 11,36 persen di posisi Rp 2.925.

Rupiah Turut Memicu
Maxi juga mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak pagi tadi juga memberikan sentimen negatif bagi pergerakan IHSG.

Berdasarkan data transaksi perdagangan Bloomberg pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah bercokol di posisi 9.665 per dolar AS dari transaksi siang tadi yang berada di level 9.541/US$.

Berdasarkan data kurs transaksi BI, rupiah sore ini berakhir di posisi 9.595 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan Selasa, 27 Oktober 2009, mata uang lokal tersebut berakhir di kisaran level 9.537-9.565/US$.

antique.putra@vivanews.com

• VIVAnews

Selasa, 27 Oktober 2009

bbri di reksa dana ...

Kamis, 22/10/2009 13:56 WIB

Henan incar kenaikan dana kelolaan HPAM Premium-1

oleh : Irvin Avriano

JAKARTA (Bisnis.com): PT Henan Putihrai Asset Management mengincar kenaikan dana kelolaan reksa dana campuran HPAM Premium-1 menjadi Rp200 miliar dari penjualan produk investasi tersebut pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) hingga akhir tahun ini. Sebelumnya, produk reksa dana itu dipasarkan melalui manajemen perusahaan.



Selain menjadi agen penjual, BRI juga menjadi kustodian efek reksa dana tersebut.



"Perusahaan berharap dana kelolaan produk HPAM Premium-1 akan mencapai Rp700 miliar pada akhir tahun depan," ujar Direktur Utama Henan Putihrai Fresty Hendayani kepada pers siang ini.



Saat ini, perusahaan sudah mengelola dana sebesar Rp1,7 triliun--Rp2 triliun yang disumbangkan reksa dana HPAM Premium-1, Reksa Dana Pernyataan Terbatas HPAM Maestro Flexi, HPAM Proteksi-1, dan beberapa produk kontrak pengelolaan dana (KPD/discretionary fund) yang dikelola perusahaan. Dari tiga reksa dana itu, perusahaan mengelola dana sebesar Rp300 miliar--Rp500 miliar.



Fresty mengatakan perusahaan juga berniat menerbitkan tiga reksa dana baru tahun depan, yang juga akan didistribusikan melalui BRI sebagai agen penjual.



Direktur Investasi Henan Putihrai Mangko Bedjo menambahkan produk reksa dana baru perusahaan akan berupa reksa dana pendapatan tetap, pasar uang, dan saham. Perusahaan, tuturnya, juga akan mencoba merangkul beberapa bank lain yang akan bertindak sebagai agen penjual reksa dana yang dikelola perusahaan.



Mangko Bedjo mengatakan perusahaan berniat menambah jumlah total dana kelolaannya menjadi Rp4 triliun -- Rp5 triliun pada tahun depan dari penjualan melalui bank. Dengan adanya jasa dari bank tersebut, dirinya berharap basis investor ritel perusahaan bertambah dari komposisi saat ini, yang baru mencapai 20% dari total dana kelolaan perusahaan.(er)

bisnis.com

Selasa, 20 Oktober 2009

info jadul: daftar agen penjual reksa dana

12 Agen Reksa Dana Terdaftar di Bapepam
28/02/2007 21:34:41 WIB
JAKARTA, Investor Daily
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat baru 12 agen penjual efek reksa dana (Aperd) yang sudah terdaftar. Hingga kini regulator pasar modal tengah memproses izin tujuh agen penjual tersebut.

Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto menjelaskan, semua Aperd yang terdaftar itu berasal dari perbankan. Regulator pasar modal belum bisa memberikan izin kepada perusahaan non-perbankan.

“Pemberian izin bagi Aperd di luar perbankan masih harus dipelajari. Kami sedang memetakan syarat bagi Aperd di luar perbankan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (27/2).

Beberapa nama agen penjual reksa dana yang di Bapepam itu antara lain, Bank Commonwealth, American Express Bank Ltd, PT Bank Niaga Tbk, Deutsche Bank AG, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Citibank NA.Cabang Indonesia, Standard Chartered Bank Indonesia, PT ABN-AMRO Bank, PT Bank Rakat Indonesia Tbk, dan PT Bank Buana Indonesia Tbk.

Sementara itu, tujuh Aperd yang tengah memproses pendaftaran di antaranya, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Lippo Tbk, HSBC, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank NISP Tbk, dan PT Bank Bukopin Tbk.

Menurut Djoko, agen penjual wajib menyampaikan informasi tentang reksa dana yang ditawarkan sesuai dengan prospektus kepada investor. Apabila, kewajiban ini tidak disampaikan dengan tepat Aperd bisa dikenakan sanksi.

Dia menjelaskan, seluruh manajer investasi (MI) wajib menggunakan Aperd terdaftar di Bapepam dalam memasarkan reksa dana. Peraturan ini mulai berlaku sejak 28 Februari 2007. Otoritas pasar modal akan mengenakan sanksi bagi MI yang tidak menggunakan Aperd terdaftar.

Sebelumnya, Djoko menjelaskan, penertiban agen penjual reksa dana bertujuan mengawasi penjualan produk tersebut kepada investor. Pengaturan ini merupakan salah satu langkah regulator pasar modal menerapkan risk based supervision (RBS) dalam industri reksa dana.

Menurut dia, selama ini regulator pasar modal hanya mengawasi wakil agen penjual efek reksa dana (Waperd) dengan menerapkan standardisasi kelulusan. Namun, guna mengawasi pemasarn produk reksa dana kepada investor seluruh agen penjual perlu mengawasi Waperd itu.

Regulator pasar modal juga berniat memperlambat pemberian izin penerbitan reksa dana baru. Beberapa waktu lalu Ketua Bapepam-LK A Fuad Rahmany menjelaskan, langkah ini guna menciptakan titik optimum jumlah MI, produk reksa dana dan jumlah dana kelolaan yang tersedia.

Menurut dia, ketidakseimbangan jumlah MI, produk reksa dana dan permintaan investor berpotensi memunculkan kompetisi tidak sehat dalam menarik minat investor reksa dana. Hingga kini regulator pasar modal mencatat jumlah MI mencapai 90 perusahan dengan total produk reksa dana sebanyak 356 buah.(hut)

Selasa, 13 Oktober 2009

dapen LUPA reksa dana ...

Senin, 12/10/2009 20:05 WIB
Investasi dapen Mitra Krakatau terbesar di deposito
oleh : M. Tahir Saleh

Cetak Kirim ke Teman Komentar
JAKARTA (Bisnis.com): Dana Pensiun Mitra Krakatau mempertahankan deposito sebagai salah satu portofolio investasi terbesar meskipun suku bunga patokan BI Rate sudah diturunkan pada level rendah 6,5%.

Direktur Investasi Dapen Mitra Krakatau Erli John mengatakan dalam arahan investasi yang diberikan oleh pendiri, investasi pada portofolio deposito menjadi yang terbesar bersama dengan surat utang atau obligasi. Besaran keduanya masing-masing 30%.

"Bertahannya deposito lebih dilatari oleh kebutuhan likuiditas bagi kami guna membayar pensiunan setiap bulannya," katanya kepada Bisnis.com, hari ini.

Dia mengatakan meski dari sisi imbal hasil tipis karena suku bunga deposito turun mengikuti BI Rate, investasi pada portofolio deposito masih menjadi pilihan dana pensiun termasuk Dapen Mitra Krakatau.

"Tidak hanya kami, sebagian besar dana pensiun lain juga masih mempertahankan deposito karena kebutuhan atas likuiditas."

Adapun investasi terbesar lainnya dari dapen yang belum lama ini menyabet peringkat ketiga Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Award 2009 untuk kategori Dana Pensiun Pemberi Kerja-Program Pensiun Iuran Pasti dengan aktiva bersih di bawah Rp100 miliar ini ialah obligasi sebesar 30%.

Erli mengatakan investasi pada saham sudah mencapai 20%, limit maksimal dari regulasi, sehingga belum ada rencana lain meski harga saham sudah meningkat dibandingkan dengan sebelumnya.(yn)

... sekedar mengingatkan : reksa dana pasar uang dengan portofolio deposito, reksa dana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi, reksa dana saham dengan portofolio saham dan reksa dana campuran dengan portofolio campuran deposito, obligasi, dan saham ...

Senin, 12 Oktober 2009

ijin JANGAN dipersulit DONK ...

Pertumbuhan Reksa Dana Terhambat Izin BI
Senin, 12 Oktober 2009 - 06:53 wib

JAKARTA -Manajer Investasi menilai perlunya bank (agen penjual) yang akan menjual reksa dana meminta izin Bank Indonesia (BI) menghambat pertumbuhan produk baru reksa dana.

Untuk itu mereka meminta BI menghapuskan kebijakan izin tersebut. "Memang tetap menghambat, karena sebelumnya tidak perlu izin tetapi sekarang harus ada izin.Meskipun pada praktiknya izin keluar tidak musti sampai 60 hari," kata Direktur Mandiri Manajemen Investasi Andreas Gunawidjaja, di Jakarta,belum lama ini. Andreas mengatakan, adanya rentang proses perizinan yang bisa memakan waktu 60 hari cukup menguras waktu.

Meskipun batas itu adalah limit terakhir namun tetap saja menambah panjang birokrasi peluncuran produk baru, karena sebelumnya Manajer Investasi juga harus menunggu proses izin efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK). Penjualan produk-produk reksa dana, kata dia, amat tergantung dari keberadaan bank-bank yang bertindak sebagai agen penjual. "Perizinan sempat menjadi persoalan serius industri reksa dana pada awal tahun ini setelah BI menahan dan kemudian mengeluarkan ketentuan baru kepada bank agen penjual berupa kewajiban untuk meminta izin penjualan setiap produk baru,"jelasnya.

Dampak kebijakan BI tersebut cukup serius pada kinerja dana kelola reksa dana pada kuartal pertama 2009.Antara Januari sampai Maret jumlah dana kelola tidak beranjak dari kisaran Rp70 triliun. Saat ini, per Agustus lalu jumlah dana kelola sudah tembus angka Rp100 triliun setelah BI mengatur izin penjualan. "Kalau dari kami tetap menginginkan agar tidak ada izin, tetapi hanya melaporkan ke Bank Indonesia saja, karena produk yang dijual itu sudah mendapatkan izin oleh Bapepam LK," ujar Andreas.

Kepala Biro Pengelolan Investasi Bapepam LK Djoko Hendratto mengamini keluhan itu sebagai kendala yang dihadapi oleh pelaku untuk memajukan industri reksa dana tanah air.Hal ini disampaikan pelaku saat penyusunan rencana induk industri reksa dana di Jakarta pekan lalu. "Proses izin yang sampai 60 itu masuk sebagai kendala,"ujarnya. Kendala izin tampak berpengaruh terhadap gairah MI menerbitkan produk reksa dana baru. Data Januari-Agustus 2009, jumlah penerbitan reksa dana baru tercatat 77 produk,lebih rendah 45 buah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sebagian besar terdiri dari reksa dana terproteksi sebanyak 64 produk.Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 132 produk reksa dana terproteksi. Sementara data terakhir per September 2009, Bapepam LK telah menyetujui 91 produk reksa dana baru. Sebagai tolok ukur, antara Januari sampai September 2009 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 82,05%,sementara pada periode yang sama tahun lalu minus 33,26%. Masalah izin penjualan tersebut, menurut Djoko sudah dimasukkan dalam beberapa poin kendala untuk penyusunan rencana induk bidang pengelolaan investasi dan reksa dana.

Beberapa garis besar yang akan menjadi tujuan master plan tersebut yaitu penambahan jumlah investor, besarnya penetrasi pasar modal ke masyarakat, perbaikan profesionalisme pelaku pasar,dan varian portofolio investasi yang semakin beragam. Djoko mengatakan, penyusunan dan penetapan master plan reksa dana tidak perlu menunggu infrastruktur yang sedang dirancang Bapepam-LK, yaitu revisi UU No.8/1995 tentang Pasar Modal. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto pernah mengatakan rencana induk diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan investor.

Bapepam-LK Kaji UU Pembiayaan

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam- LK) masih mengkaji pembuatan Undang-Undang tentang perusahaan pembiayaan. Hingga saat ini UU perusahaan pembiayaan tersebut belum ada payung hukumnya. "Pihak regulator telah menerima usulan pembuatan UU tentang pembiayaan tersebut dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).

Hingga saat ini diskusi dengan APPI sudah berjalan. Kami ingin industri ini lebih kuat," ungkap Kepala Bapepam- LK Fuad Rahmany. Rencananya, dalam UU tersebut akan memaparkan aturan mengenai aspek kehati-hatian dalam pengelolaan bisnis pembiayaan. Seperti aturan tentang batas minimal gearing ratio.Selama ini,lanjut Fuad, gearing ratio perusahaan pembiayaan di Indonesia sudah mencapai 10 kali.Ke depan, perusahaan harus mengurangi. Fuad menambahkan seperti kejadian investment banking di Amerika Serikat mengalami penggelembungan (bubble) rasio utang terhadap ekuitas.

Di sana ratio utang tersebut bisa mencapai 30-40 kali lipat. "Indonesia masih aman. Namun harus tetap waspada," tambahnya. Selain itu,pihak regulator juga akan mengatur desain aturan yang menyangkut batasan-batasan kegiatan perusahaan, permodalan, kelengkapan organisasi, dan fungsi manajemen. (muhammad ma'ruf/ didik purwanto) (Muhammad Ma'ruf/Koran SI/css)

Jumat, 09 Oktober 2009

reksa dana campuran : MULAI ...

Jumat, 09 Oktober 2009 | 07:21

KINERJA REKSADANA CAMPURAN

Reksadana Campuran yang Memberi Imbal Hasil Tinggi


JAKARTA. PT Infovesta Utama menobatkan Pratama Berimbang sebagai produk reksadana campuran yang memberikan imbal hasil tertinggi selama sembilan bulan pertama 2009. Imbal hasil produk kelolaan PT Pratama Capital Assets Management ini mencapai 140,54%. Pencapaian ini jauh melampaui keuntungan rata-rata reksadana campuran yang sebesar 48,6%.

Menurut Dewi Fajar Mayang Sari, Analis Infovesta Utama, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi pendongkrak utama imbal hasil beberapa produk reksadana campuran. "Kejelian para manajer investasi (MI) dalam memilih saham, dan memanfaatkan momentum kenaikan indeks menjadi kunci utamanya," kata dia, kemarin (8/10).

Buktinya, kendati harga saham dan obligasi sudah naik kencang, ada beberapa produk reksadana campuran yang memberikan hasil negatif. Infovesta mencatat, imbal hasil Optima Fleksi dari PT Optima Kharya Capital Management pada periode yang sama masih minus 25,57%. Begitu pula, imbal hasil Harvestindo Istimewa terbitan PT Harvestindo Asset Management, masih minus 77,24%. "Ini mencerminkan ketidakmerataan kemampuan MI dalam mengelola dana nasabahnya," ujar Dewi.

Direktur Pratama Capital Djoni Gunawan mengaku, alokasi aset yang fleksibel menjadi salah satu kelebihan reksadana campurannya. Dalam kebijakan investasinya, Pratama Berimbang bisa menempatkan dana kelolaannya di saham dan obligasi antara 1%-79%. Adapun sisanya di pasar uang. Alhasil, dana kelolaan Pramata Berimbang pun naik 141,45%, dari Rp 19,7 miliar di awal Januari 2009, menjadi Rp 50 miliar per 8 Oktober kemarin.

PT Danareksa Investment Management (DIM) juga menonjolkan keluwesan dalam pengalokasian aset. Danareksa Anggrek Flexible, misalnya, membuat garis investasi yang memungkinkan alokasi aset 0%-80% di saham dan obligasi. Hingga akhir September, dana kelolaan reksadana campuran ini mencapai Rp 75,68 miliar. "Adapun total dana kelolaan seluruh reksadana campuran DIM mencapai Rp 349 miliar," kata Dyah Sofianti, Head of Marketing DMI.

Selain untuk mencapai hasil investasi semaksimal mungkin, kebijakan alokasi aset yang fleksibel juga memungkinkan MI memindahkan-mindahkan aset reksadana. Cara ini berguna menekan sekecil mungkin potensi kerugian.



Ade Jun Firdaus KONTAN