gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Selasa, 30 November 2010

RD danareksa ... lage : 301110

Danareksa Targetkan Rp100 Miliar untuk RDPT
Selasa, 30 November 2010 - 18:09 wib
Martin Bagya Kertiyasa - Okezone


JAKARTA - PT Danareksa (Persero) menargetkan Rp100 miliar untuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) yang diinvestasikan pada surat utang yang diterbitkan oleh PNM akhir tahun ini.

"Rp100 miliar hanya awal. Pada tahun 2011 akan mungkin bertambah," ungkap Direktur Utama PT Danareksa Investment Management John D Item, di Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Penerbitan surat utang ini rencananya akan digunakan untuk membiayai usaha mikro kecil melalui ULaMM-PNM. "Rp100 miliar ini digunakan untuk memberikan modal bagi sekira 1.100 pengusaha mikro," katanya.

Dia pun mengharapkan bila pada tahun 2011 mendatang akan ada tambahan kantor sebanyak 100 unit, di mana total kantor unit dan cluster mencapai 400 lebih, serta non-performing loan (NPL) tetap di bawah dua persen.

Dengan RDPT, minimal sebesar Rp5 miliar dari reksa dana di mana bunganya sebesar 10,5 persen akan diberikan ke investor. Sementara untuk peminjaman di bawah Rp50 juta jaminan akan diberikan Jampindo. Sedangkan di atas itu diperlukan jaminan.

Diharapkan, produk ini dapat menarik para investor. Hingga Oktober 2010, PNM telah berhasil menghimpun fasilitas pinjaman dari perbankan dan investor pasar modal dengan total fasilitas mencapai Rp2 triliun.(ade)

PT Danareksa Investment Management (DIM) berencana mengeluarkan 5 produk reksadana investasi. DIM akan meluncurkan produk tersebut di kuartal IV-2010 ini.

Satu diantaranya DIM meluncurkan reksa dana Dollar AS berjenis pendapatan tetap bernama Danareksa Melati Platinum Dollar AS.

DIM menangkap potensi imbal hasil yang menarik dengan menempatkan maksimal 20% portofolionya pada efek saham di pasar saham Indonesia dan global.

"Dengan terbitnya Danareksa Melati Platinum Dollar AS, investor makin mempunyai pilihan yang beragam untuk berinvestasi di Reksa Dana Dollar yang sesuai dengan profil risikonya," ujar Direktur Danareksa Investment Management Prihatmo dalam Siaran Persnya di Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Ia mengungkapkan, dengan kisaran target kinerja 6-8% net per tahun, DIM yakin Danareksa Melati Platinum Dollar AS pada tahun pertama mampu meraih dana kelolaan hingga US$ 25 juta.

Lebih jauh Prihatmo mengatakan, 4 reksadana dari 5 yang diluncurkan tersebut diantaranya telah menghimpun dana kelolaan hingga Rp 570 miliar.

Kelima reksa dana yang diluncurkan DIM tersebut terdiri dari 4 reksadana proteksi dan 1 reksa dana pendapatan tetap denominasi Dollar AS. Dengan berbasis pada obligasi berperingkat minimal AA-, reksa dana terproteksi yang diterbitkan DIM menetapkan imbal hasil 7,5-8 persen.



Sumber: detikcom

Minggu, 28 November 2010

RD Schroders 2011

Schroders Incar AUM Rp57 T di 2011
Headline

Oleh: Agustina Melani
Pasar Modal - Minggu, 28 November 2010 | 13:45 WIB


INILAH.COM, Jakarta - PT Schroders Investment Management Indonesia mengharapkan total Asset Under Management (AUM) sebesar Rp57 triliun dengan komposisi dana kelolaan reksa dana mencapai Rp40 triliun pada 2011.

Hal itu disampaikan Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi saat dihubungi INILAH.COM, Minggu (28/11). Michael menuturkan, kenaikan dana kelolaan reksa dana menjadi Rp40 triliun pada 2011 didukung dari reksadana saham, reksadana terproteksi, dan campuran.

"Kita berharap ada pertumbuhan di reksadana terproteksi sebesar Rp1 triliun. Schroders berencana akan meluncurkan reksa dana balance satu lagi pada 2011," kata Michael.

Michael pun optimis, pihaknya dapat meraih dana kelolaan mencapai Rp37 triliun pada 2011. Hingga Oktober 2010, dana kelolaan reksa dana PT Schroders Investment Management Indonesia mencapai Rp36,12 triliun. Total AUM PT Schroders Investment Management Indonesia sebesar Rp52,33 triliun per 31 Oktober 2010. Komposisi reksa dana tersebut didominasi oleh reksadana saham sebesar 70%.

"Dari dana kelolaan sebesar Rp36 triliun itu, reksa dana saham mencatatkan dana kelolaan sebesar Rp16 triliun per Oktober 2010 kemudian disusul reksa dana balance, pasar uang, dan pendapatan tetap," tambah Michael. [hid]

Senin, 22 November 2010

TRIM buang MI ... 221110

Senin, 22/11/2010 20:00:51 WIB
Trimegah bersiap lepas unit manajer investasi
Oleh: Irvin Avriano A.
JAKARTA: PT Trimegah Securities Tbk berencana memisahkan divisi manajer investasinya menjadi PT Trimegah Asset Management dan memprediksi dapat meningkatkan laba per saham perseroan menjadi Rp11,5 dari Rp5,8 pada 2009.

Direksi Trimegah Securities dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini juga memprediksi laba per saham perseroan akan mencapai Rp56,3 per saham pada 2015.

Proyeksi lain yang juga ditetapkan perseroan adalah nilai buku ekuitas yang diprediksi meningkat dari Rp99,1 per saham pada 2009 menjadi Rp110 per saham pada 2011 dan menjadi Rp198,3 per saham pada 2015.

Manajemen perseroan juga mengatakan rencana pemisahan divisi perseroan itu telah dinyatakan layak oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Felix Sutandar & Rekan.

Dalam perusahaan baru itu, Trimegah Securities akan memiliki sebanyak 99,9% saham Trimegah Asset Management. Perseroan juga akan meminta persetujuan pemegang sahamnya dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk melancarkan rencana itu. RUPSLB itu direncanakan digelar pada 21 Desember.

Pemisahan perusahaan itu juga dilakukan akibat adanya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.V.A.3 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Manajer Investasi.

Selain memenuhi ketentuan peraturan itu, perseroan juga ingin memisahkan anak usaha itu sehingga perseroan dan Trimegah Asset Management dapat lebih fokus pada kegiatan usaha utama masing-masing. (faa)
Nikmati kemudahan mengakses koran Bisnis Indonesia dalam berbagai

RDPT versi Ciptadana ... 221110

Ciptadana Asset Management Akan Terbitkan 3-5 Reksa Dana
Senin, 22 November 2010 - 17:15 wib
Widi Agustian - Okezone


JAKARTA - PT Ciptadana Asset Management bakal menerbitkan sekira tiga sampai lima reksa dana baru pada tahun 2011 mendatang.

"Sekira tiga sampai lima produk reksa dana baru akan dikeluarkan tahun depan," jelas Presiden Direktur Ciptadana Asset Management John Budiharsana di Hotel Four Season, Jakarta, Senin (22/11/2010).

Sekarang ini, dia menjelaskan ada sekira dua produk yang akan dilepaskan pada tahun depan. "Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) yang dalam pipeline ada dua," imbuhnya.

Pada 2011 mendatang, dia mengatakan akan memfokuskan dini dengan memasarkan produknya melalui agen pemasaran atau bank. "Kita akan memfokuskan pemasaran dengan pihak bank untuk memasarkan reksa dananya," ungkap dia.

Sementara untuk reksa dana lainnya, dia mengaku belum memiliki rencana untuk penerbitan. Dia hanya akan menjaga (maintanance) reksa dana yang sudah ada.(ade)

RD 2010, mana favorit elo ... 221110

(Jenis) Reksa Dana Pilihan Investor 2010
November 15th, 2010 Rudiyanto KONTAN

Berikut adalah arsip artikel yang sudah dipublikasikan di mingguan kontan yang ditulis bersama rekan tim riset di www.infovesta.com bapak Edbert A. Suryajaya.

Apa jenis reksa dana favorit anda? Apakah reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap, terproteksi atau reksa dana indeks? Dalam artikel kali ini kami akan membahas apa yang menjadi pilihan para investor untuk tahun 2010 ini.

Dalam melihat apakah suatu reksa dana menjadi pilihan para investor, umumnya orang akan menggunakan Asset Under Management (AUM / Jumlah Dana Kelolaan) sebagai indikator. Logikanya semakin banyak jumlah dana kelolaan reksa dana ini, berarti semakin banyak pula investor yang berinvestasi pada reksa dana tersebut.

Penggunaan indikator tersebut tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya tepat. Sebab kenaikan harga saham dan obligasi juga dapat menyebabkan kenaikan pada AUM walaupun jumlah investasi investor tetap sama. Untuk itu, masih ada satu indikator lainnya yaitu Jumlah Unit Penyertaannya (UP).

Pada saat investor berinvestasi pada reksa dana, maka Manajer Investasi akan menerbitkan sejumlah unit penyertaan. Semakin banyak investor yang berinvestasi, maka semakin banyak pula Unit Penyertaan yang diterbitkan. Sebaliknya, ketika investor menjual investasi reksa dananya, maka Manajer Investasi akan membeli Unit Penyertaan dari investor. Aktivitas ini akan menyebabkan Unit Penyertaan yang ada semakin berkurang.

Aspek kenaikan harga saham dan obligasi tidak mempengaruhi jumlah unit penyertaan. Hanya saja tetap ada kelemahan dari penggunaan jumlah unit penyertaan sebagai indikator. Sebagai ilustrasi jika investor berinvestasi masing-masing 100 juta pada reksa dana saham yang harganya Rp 10.000 dan reksa dana pendapatan tetap yang harganya Rp 1.000, maka dari sisi Unit Penyertaan, akan terlihat seolah-olah reksa dana pendapatan tetap yang lebih diminati karena pertambahan jumlah unit yang lebih besar, padahal sebetulnya sama saja. Kelemahan yang kedua adalah jenis reksa dana pasar uang yang harganya selalu Rp 1000. Pendapatan dalam bentuk dividen, kupon, bunga deposito atau kenaikan harga akan dikonversikan ke dalam unit sehingga menambah jumlah unit penyertaan.

Oleh karena itu, dalam menentukan pilihan investor kami menggunakan 2 indikator sekaligus. Berdasarkan data per akhir Oktober 2010, sebagai berikut:
http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/files/2010/11/AUM-dan-Unit-Penyertaan.pngSumber: BAPEPAM-LK dan Infovesta.com, diolah

Reksa Dana Saham

Per Oktober 2010, jenis reksa dana saham merupakan reksa dana dengan dana kelolaan terbesar yang mencapai Rp 43 triliun atau tumbuh 10% dari posisi akhir tahun 2009 yang sebesar Rp 39,7 triliun. Tahun ini pun jenis reksa dana ini mendapat angin segar karena pertumbuhan IHSG yang mencapai lebih dari 43%. Tapi jika melihat data Jumlah Unit Penyertaan, ternyata turun dari 11,79 juta menjadi 10,17 juta unit.

Angka di atas mengindikasikan bahwa meski jumlah dana kelolaan bertambah ternyata tidak diikuti dengan pertambahan jumlah investor. Oleh karena itu besar kemungkinan kenaikan jumlah dana kelolaan lebih ditopang karena kenaikan harga saham secara umum. Dari sisi psikologis investor, kami melihat bahwa momen kenaikan ini digunakan sebagian investor sebagai peluang untuk melakukan profit taking.

Reksa Dana Pasar Uang

Karena fiturnya yang unik, maka agak sulit untuk menjelaskan apakah kenaikan jumlah dana kelolaan lebih disebabkan karena investor atau kenaikan aset. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melihat persentase returnnya. Dengan asumsi kenaikan unit karena kupon dan bunga deposito adalah sekitar 6% – 7%, maka diperkirakan sekitar 35%nya merupakan dana tambahan baru. Angka ini terhitung cukup lumayan meski secara angka absolut, AUM sebesar RP 7 triliun masih relatif kecil.

Reksa Dana Pendapatan Tetap

Dari sisi persentase pertumbuhan Jumlah Dana Kelolaan dan Jumlah Unit Penyertaan, bisa dibilang bahwa jenis reksa dana ini merupakan salah satu favorit pilihan investor 2010. Kombinasi antara naiknya harga obligasi dan kondisi suku bunga yang stabil dan rendah disertai dengan kekhawatiran terhadap potensi capital outflow terhadap kinerja reksa dana saham membuat jenis reksa dana ini menjadi pilihan utama.

Kebijakan pengenaan pajak atas kupon dan capital gain obligasi yang akan mulai berlaku secara bertahap mulai tahun 2011 nanti menurut kami tidak terlalu mempengaruhi minat investor. Dibandingkan isu pajak, kami lebih melihat faktor kebijakan akan naik atau tidaknya suku bunga lebih menjadi penentu apakah jenis reksa dana ini masih akan tetap menjadi favorit di tahun depan.

Reksa Dana Campuran

Jika dilihat dari pertumbuhan AUM yang positif dan Unit Penyertaan yang negatif, reksa dana campuran memiliki karakteristik yang hampir sama dengan reksa dana saham. Hal ini disebabkan karena reksa dana campuran yang ada saat ini sebagian besar memiliki kebijakan alokasi yang mendekati reksa dana saham. Oleh karena itu, naiknya harga digunakan oleh sebagian investor sebagai momentum untuk melakukan profit taking.

Reksa Dana Terproteksi

Dari sisi pertumbuhan AUM dan UP jenis reksa dana memang di bawah Reksa Dana Pendapatan Tetap, tapi jika ditambah aspek besaran absolut Jumlah Dana Kelolaan, maka bisa dikatakan inilah reksa dana pilihan investor yang paling favorit untuk tahun 2010 ini.

Karakteristik reksa dana ini merupakan instrumen investasi yang paling mendekati deposito karena memberikan dividen secara periodik. Didukung lagi dengan pemasaran yang banyak dilakukan melalui perbankan, kemungkinan besar jenis reksa dana ini akan menjadi reksa dana dengan dana kelolaan terbesar pada tahun 2011 nanti. Salah satu aspek yang dapat menghambat pertumbuhan jenis reksa dana ini adalah kebijakan pajak atas kupon dan capital gain obligasi yang akan berlaku nanti. Karena pengenaannya secara bertahap yaitu sebesar 5% hingga tahun 2013, prospek pertumbuhan masih ada meskipun tingkat imbal hasil yang diterima investor akan menurun.

Reksa Dana Indeks dan ETF (Exchange Traded Fund)

Dilihat dari pertumbuhan AUM dan Unit Penyertaannya, jenis reksa dana ini merupakan reksa dana yang tidak menjadi pilihan investor bahkan semakin menurun. Penyebabnya beragam, mulai dari produk yang hanya sedikit (hanya ada 4 reksa dana untuk kategori ini), sosialisasi yang kurang, hingga pada kinerja produk ini yang tidak terlalu luar biasa sehingga investor lebih memilih jenis reksa dana konvensional lainnya.

Dalam waktu yang tersisa 2 bulan ini, kecil kemungkinan peta di atas dapat berubah secara signifikan. Melihat kondisi sekarang ini, tampaknya jenis reksa dana yang akan mendominasi adalah reksa dana terproteksi. Peluang reksa dana saham untuk menjadi nomor 1 tetap ada sepanjang IHSG tetap mendulang return positif pada tahun depan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.

Sabtu, 20 November 2010

RDS kalah dari ihsg, lah ... konsisten : 201110

Mencermati Konsistensi Return Reksa Dana Saham
Selasa, 16 November 2010 - 09:54 wib


Cara memilih reksa dana untuk pilihan investasi tentu boleh berbeda-beda. Ada yang melihat tingkat keuntungan saja (return), ada yang mengombinasikan antara return dan risikonya, dan ada pula yang hanya melihat bonafiditas atau popularitas manajer investasi (MI) pengelola reksa dana tersebut.

Memang tidak ada yang salah dengan ketiga cara tersebut. Namun, ada satu hal yang investor mungkin terlewati, yaitu konsistensi. Konsistensi sebuah reksa dana merupakan hal yang penting karena menunjukkan karakteristik reksa dana itu sendiri. Kata ”konsisten” bisa mengacu pada beberapa hal. Misalnya, seperti konsisten dalam mengalahkan reksa dana lain yang sejenis.

Namun, dalam hal ini konsistensi yang dimaksud adalah konsistensi kinerja reksa dana untuk mengalahkan indeks acuan dari sisi return-nya selama setahun penuh. Semakin sering reksa dana mengalahkan indeks acuannya,maka reksa dana tersebut dikatakan semakin konsisten.

Artinya cenderung memberikan return yang lebih tinggi dibanding indeks acuannya. Melalui tulisan ini, penulis ingin sedikit membahas mengenai masalah konsistensi return reksa dana.

Namun sebelum melangkah lebih jauh, ada sedikit informasi bahwa return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang umumnya dipublikasikan sebenarnya belum memasukkan unsur dividen tunai. Jadi, return riil IHSG seharusnya ditambahkan dengan imbal hasil dividen (dividend yield) dari semua saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari bobot kapitalisasi pasarnya.

Dividend yield merupakan tingkat keuntungan investor atas perolehan dividen tunai per saham berdasarkan harga beli saham tersebut.

Misalnya, saham ASII membagikan dividen tunai sebesar Rp470 per saham, sedangkan investor A membeli saham ASII di Rp55.000.Maka,besarnya dividend yield saham ASII yang diterima oleh investor A sebesar 0,85 persen.

Dalam hal ini, penulis menggunakan rata-rata dividend yield pada tahun 2009 dari 10 saham berkapitalisasi besar dalam IHSG sebagai asumsi dividend yield untuk tahun-tahun sebelumnya.

Kesepuluh saham tersebut, yaitu ASII, BBCA, TLKM, BBRI, BMRI, UNVR, PGAS, GGRM, UNTR, dan ADRO. Rata-rata tertimbang dividend yield dari kesepuluh saham tersebut kurang lebih sebesar dua persen.

Sementara untuk reksa dana saham, return riil seharusnya sudah memasukkan unsur fee (biaya) pembelian dan penjualan kembali. Maksudnya adalah jika investor melakukan pembelian atas Unit Penyertaan (UP) sebuah reksa dana, maka ia akan dikenakan fee pembelian sehingga harga belinya akan menjadi lebih tinggi.

Demikian pula dalam hal penjualan kembali UP, investor juga akan dikenakan fee penjualan kembali dan hasil yang diterima akan terlihat lebih rendah. Besarnya fee pembelian dan penjualan ditentukan dalam prospektus reksa dana tersebut.

Jadi secara keseluruhan, dampak dari fee tersebut akan mengurangi return reksa dana yang dihitung dari perubahan nilai aktiva bersih (NAB) per UP. Pada akhirnya, return riil reksa dana tersebut tentunya akan lebih rendah.

Oleh karena terdapat perbedaan return, maka penulis membagi return menjadi dua, yaitu gross return (return yang belum memperhitungkan dividend yield untuk IHSG dan fee beli-jual untuk reksa dana) dan adjusted return (return yang sudah memperhitungkan dividend yield untuk IHSG dan fee beli-jual untuk reksa dana). Sebagai data pendukung, penulis mengambil contoh kasus pada reksa dana saham.

Tujuan penulis melakukan pembedaan return adalah untuk melihat apakah konsistensi reksa dana saham yang mengalahkan kinerja IHSG berdasarkan gross return selama setahun masih tercermin jika menggunakan adjusted return.

Alasan penggunaan return selama setahun karena investor diasumsikan memulai investasinya di awal tahun dan melepasnya di akhir tahun. Periode pengamatan yang digunakan, yaitu selama tujuh tahun terakhir dengan populasi sebanyak 14 reksa dana saham.

Namun, di bawah ini penulis hanya menyajikan tabel yang berisi tiga reksa dana saham yang mampu konsisten mengalahkan kinerja IHSG berdasarkan gross return. Tabel di atas hanya menyajikan tiga reksa dana saham yang konsisten mengalahkan IHSG selama tujuh tahun terakhir berdasarkan gross return.

Warna kuning menunjukkan bahwa return reksa dana saham yang lebih tinggi dari return IHSG. Dengan menggunakan adjusted return, tidak ada satu pun reksa dana saham yang bisa konsisten mengalahkan kinerja IHSG di setiap tahunnya.

Rata-rata fee pembelian dan penjualan kembali dari ketiga reksa dana saham tersebut kurang lebih sebesar 1,5 persen. Meski tidak selalu konsisten di atas IHSG, adjusted return dari ketiga reksa dana saham tersebut masih lebih banyak yang di atas IHSG.

Hanya terdapat dua periode yang berada di bawah IHSG. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kinerja reksa dana saham tersebut sebenarnya sudah cukup baik.

Namun, pengaruh unsur fee reksa dana dan dividend yield dari IHSG ternyata cukup berpengaruh dalam mengukur konsistensi return reksa dana saham. Sayang sekali nilai IHSG di BEI belum memasukkan unsur dividend yield sehingga investor masih sulit untuk mengukur return riilnya.

Intinya, dalam membandingkan kinerja reksa dana saham terhadap IHSG dari gross return saja tidak lah cukup. Namun ada baiknya, investor juga memperhatikan unsur fee reksa dana itu sendiri. Dengan demikian, investor dapat melihat reksa dana saham mana yang return riilnya benar-benar konsisten di atas IHSG. Selamat berinvestasi! (*)

Theodorus P Putrantyo
Analis Infovesta(Koran SI/Koran SI/ade)

Kamis, 18 November 2010

DESEMBER datang lah, segera ... 181110

Kamis, 18/11/2010 03:03:42 WIB
Tenggat perusahaan 13 MI sampai Desember
Oleh: Irvin Avriano A.
JAKARTA: Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memberikan waktu hingga Desember bagi perusahaan 13 manajer investasi (MI) yang belum memiliki direksi atau masih dalam tahap pembenahan untuk memperbaiki perseroan, dengan ancaman penutupan perusahaan.

“Kami berikan waktu hingga Desember untuk membenahi diri,” ujar Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko Hendratto ketika dihubungi pers awal pekan ini.

Data Bapepam-LK menunjukkan dari 13 MI yang masih diperiksa biro pemeriksaan dan penyidikan otoritas pasar modal (Biro PP) atau terkena suspensi kegiatan, beberapa di antaranya disebabkan oleh kurangnya direksi perseroan dari jumlah yang ditetapkan.

Beberapa MI yang kekurangan direksi adalah PT NatPac Asset Management dan PT Reliance Asset Management. MI yang dianggap belum memenuhi ketentuan Bapepam-LK adalah PT Credit Suisse Asset Management Indonesia, PT Ekokapital Securities, dan PT Falcon Asia Resources Management.

Djoko mengatakan Reliance Asset Management sudah mengajukan calon direksi baru dan sedang dilakukan proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test).

Namun, Sekretaris Perusahaan PT Reliance Securities Tbk Kriswitaluri mengatakan direksi perseroan sudah ditunjuk, dan tinggal menunggu fit and proper test calon komisaris.

Selain itu, ada PT Sarijaya Permana Sekuritas yang disuspensi karena masih terkait pemeriksaan kasus penggelapan dana dari divisi pialang efeknya yang terungkap pada 2008.

Beberapa MI yang kegiatannya disuspensi karena diperiksa Biro PP dan diindikasi melakukan pelanggaran adalah PT Bumiputera Capital Indonesia, PT Eficorp Sekuritas, dan PT Harvestindo Asset Management.

Selanjutnya PT Optima Kharya Capital Management, PT Optima Kharya Capital Securities, PT Pavillion Capital, dan PT Signature Capital Indonesia.

Djoko menjelaskan untuk Harvestindo, pemeriksaannya oleh Biro PP sudah selesai dan tinggal menunggu vonis bersalah atau tidak di Komisi Penetapan Sanksi dan Keberatan (KPSK) Bapepam-LK.(luz)

Rabu, 17 November 2010

NAB RD bukan MISTERI oKTOBER (2) ... 091110

151110
IDR 13.784,1200 15-11-2010 BNP PARIBAS EKUITAS
IDR 4.676,3300 15-11-2010 SCHRODER DANA ISTIMEWA
IDR 1.549,2600 15-11-2010 SCHRODER DANA MANTAP PLUS II
IDR 2.514,3700 15-11-2010 SCHRODER DANA MANTAP PLUS
IDR 20.689,4000 15-11-2010 SCHRODER DANA PRESTASI PLUS
IDR 2.396,7300 15-11-2010 SCHRODER DANA TERPADU II

1,531.8200 IDR 15-11-2010 MANULIFE SAHAM ANDALAN
2,820.6100 IDR 15-11-2010 MANULIFE SYARIAH SEKTORAL AMANAH
1,672.1100 IDR 15-11-2010 BNP PARIBAS SOLARIS
1,303.3400 IDR 15-11-2010 SCHRODER 90 PLUS EQUITY FUND
2,292.1600 IDR 15-11-2010 BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS
4,181.0500 IDR 15-11-2010 FSI INDOEQUITY SECTORAL FUND
9,409.6900 IDR 15-11-2010 MANULIFE DANA SAHAM
1,549.2600 IDR 15-11-2010 SCHRODER DANA MANTAP PLUS II
1,056.6800 IDR 15-11-2010 SCHRODER DANA ANDALAN II
1,330.7800 IDR 15-11-2010 MANULIFE OBLIGASI NEGARA INDO II
1,237.6900 IDR 15-11-2010 SCHRODER DANA OBLIGASI EKSTRA
1,370.7200 IDR 15-11-2010 MANULIFE DANA TETAP PEMERINTAH
1,975.9600 IDR 15-11-2010 MANULIFE DANA CAMPURAN II
2,944.5800 IDR 15-11-2010 BNP PARIBAS EQUITRA
21,165.7600 IDR 15-11-2010 SCHRODER DANA PRESTASI

RDPT lage terseok-seok ... 191110

Jumat, 19/11/2010 10:46 WIB
Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Turun karena Aksi Rebalancing
Wahyu Daniel - detikFinance

Jakarta - Aksi profit taking atau rebalancing yang dilakukan para investor memicu penurunan kinerja reksa dana pendapatan tetap akhir-akhir ini. Investor asing melakukan rebalancing sehingga menyebabkan melemahnya harga obligasi dengan tenor 10 tahun ke atas, namun obligasi di bawah 7 tahun mengalami penguatan harga.

"Sebagian investor asing menjual obligasi bertenor panjang, untuk dipindahkan ke obligasi yang bertenor pendek," ujar Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Investments Indonesia dalam siaran persnya, Jumat (19/11/2010).

Eli memperkirakan, dengan quantitative easing 2 (QE2) yang diputuskan pemerintah AS akan menambah jumlah aliran dana masuk dari luar negeri. Efeknya, yield obligasi akan tetap bertahan atau bahkan bisa juga turun beberapa basis point lagi, tetapi tidak akan jauh dari posisi sekarang.

Seperti diketahui, Bank Sentral AS telah menetapkan kebijakan QE2 melalui penambahan likuiditas hingga US$ 600 miliar dalam 8 bulan ke depan. Kebijakan itu ditujukan untuk menambah likuiditas di pasar dengan harapan bisa menggerakkan lagi perekonomian AS yang proses pemulihannya belum berjalan sesuai rencana.

Ia menambahkan, kepemilikan asing yang telah melebihi 30% dari obligasi pemerintah akan berisiko bagi pasar obligasi, terutama pada saat mereka melakukan penarikan dana atau seperti saat ini ketika para investor asing melakukan rebalancing sehingga volatilitas pasar obligasi tinggi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, reksa dana First State Indonesian Bond Fund (disingkat FSI Bond Fund) telah menetapkan durasi portofolionya relatif pendek (3,8 tahun), dengan sebagian besar portofolio FSI Bond Fund adalah obligasi bertenor sangat pendek. Menurut Eli, hal ini sebagai upaya untuk mengurangi volatilitas FSI Bond Fund serta sebagai antisipasi akan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia di tahun 2011. (qom/dnl)

Tergelincirnya NAB Reksa Dana Pendapatan Tetap
Headline

Oleh: Andika Sugiarto
Pasar Modal - Rabu, 17 November 2010 | 16:46 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Kinerja reksa dana pendapatan tetap akhir-akhir ini terus mengalami penurunan. Salah satunya disebabkan aksi profit taking / rebalancing yang dilakukan investor asing.
"Sebagian investor asing menjual obligasi bertenor panjang, untuk dipindahkan ke obligasi bertenor pendek," ujar Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Investments Indonesia.
Aksi profit taking / rebalancing ini menyebabkan pelemahan harga obligasi dengan tenor 10 tahun ke atas. Sementara itu, oblihasi dengan tenor di bawah 7 tahun
mengalami penguatan harga.
Eli memperkirakan, terjadinya quantitave easing jilid 2 di Amerika Serikat akan menambah jumlah aliran dana masuk dari luar negeri. Efeknya, yield obligasi akan tetap bertahan atau bahkan juga bisa turun beberapa basis point lagi, tetapi tidak akan jauh dari posisi sekarang.
Kepemilikan asing yang telah melebihi 30% dari obligasi pemerintah akan berisiko bagi pasar obligasi, terutama pada saat mereka melakukan penarikan dana atau seperti saat ini dimana para investor asing melakukan rebalancing sehingga volatilitas pasar obligasi masih tinggi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, reksa dana First State Indonesian Bond Fund (disingkat FSI Bond Fund) telah menetapkan durasi portfolionya relatif pendek (3,8
tahun) dimana sebagian besar portfolio FSI Bond Fund adalah obligasi bertenor sangat pendek.
Menurut Eli, hal ini sebagai upaya untuk mengurangi volatilitas FSI Bond Funa serta sebagai antisipasi akan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia di tahun 2011.
Posisi defensif FSI Bond Fund membuat produk ini memiliki volatilitas yang relatif rendah dibanding reksa dana pendapatan tetap lainnya yang memiliki portfolio dengan durasi yang lebih panjang. [ast]

Jumat, 12 November 2010

KPD Natpac BERLANJUT ... 121110

umat, 12/11/2010 13:59 WIB
BI Nilai Penjualan KPD Natpac oleh Bank Bumiputers Legal
Herdaru Purnomo - detikFinance

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengklaim kasus penyelewengan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) produk PT Natpac Asset Management (Natpac) yang dijual melalui PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP) merupakan tindakan legal. Bank sentral merasa tidak "kebobolan" karena telah mengetahui produk BABP sejak sebelum keluarnya aturan BI tahun 2009 dan keluarnya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada 2010.

"Tidak (kebobolan), ijin KPD itu kita berikan sebelum ada aturan-aturan Bapepam yang baru. Jadi sebelum aturan kita sendiri tahun 2009 juga dan aturan Bapepam tahun 2010," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah ketika ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (12/11/2010).

Menurut Halim, pada dasarnya bank sentral itu tidak memberikan secara khusus sebuah ijin, tetapi ketika bank mengeluarkan sebuah produk baru harus melaporkannya ke BI. "Kita tidak memberikan ijin sebenarnya, namun mereka (bank) melaporkan. Dia harus melaporkan ketika menjual produk baru itu yang kita lakukan," ungkap Halim.

Namun dengan adanya aturan BI yang baru di 2009 dimana setiap bank yang ingin mengeluarkan produk baru, terkait profil risikonya maka seluruh bank harus melapor dan meminta ijin. "Kaitannya jika dengan produk lama (sebelum aturan 2009) maka kalau kolektibilitasnya lancar kita tidak melihatnya sebagai suatu masalah," tegas Halim.

Halim justru menyalahkan Natpac karena bermasalah dalam pengelolaannya sehingga masalahnya meluas ke BABP. "Masalah ini muncul setelah Natpac menjadi masalah, dari sisi bank tidak ada masalah jadi harus bisa bedakan," tuturnya.

Lebih jauh Halim menceritakan, BABP memang telah menghadap BI pada Agustus 2008 mengenai produk tersebut. Menurut Halim dari hasil penelitian BI produk tersebut adalah produk bandling antara tabungan dan KPD. "Di mana masing-masing kontrak itu terpisah, kontrak dengan nasabah bank terpisah, kontrak dengan KPD terpisah," jelasnya.

Sepanjang data-data yang dimiliki, lanjut Halim, bank sentral hanya memerilksa kolektibilitas tabungan tersebut. "Sepanjang perhatian kami lancar dan tidak ada masalah, sampai bulan Oktober 2010 pun tidak ada masalah," tukasnya.

Secara terpisah Deputi Gubernur Bank Indonesia S Budi Rochadi mengatakan, produk KPD secara luas sebenarnya tidak ada hubungannya dengan perbankan. "Sebenarnya itu tidak ada hubungannya dengan perbankan," katanya.

Ia mengatakan, jika memang dijual di bank atau bank sebagai agen memang harus bertanggung jawab. "Itu tergantung dari dia apakah sebagai agen atau tidak, jika sebagai agen ya harus bertanggung jawab," ungkapnya.

Selain itu, KPD Natpac diduga bermasalah lantaran tidak memiliki aset jaminan (underlying asset) yang sesuai dengan nilai KPD. Hingga saat ini nilai KPD Natpac telah mencapai Rp 407 miliar yang konon lebih dari Rp 200 miliar dibeli oleh nasabah-nasabah Bumiputera.

Sedangkan nilai aset jaminan yang telah diletakkan di bank kustodian baru sebesar Rp 53 miliar hingga Juni 2010, sisanya masih diupayakan oleh manajemen Natpac. Sebab, Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memberi tenggat bagi seluruh manajer investasi (MI) untuk menempatkan aset jaminan di bank kustodian atas KPD-KPD yang dimilikinya paling lambat 15 April 2010.

Kabiro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, Djoko Hendratto mengancam akan mencabut izin usaha Natpac jika tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut. Bapepam-LK juga tidak memberi izin kepada seluruh MI untuk memperpanjang jatuh tempo KPD yang telah diterbitkan sebelumnya. Ancaman bagi MI yang melanggar adalah pencabutan izin usaha.

Penempatan dana KPD Natpac pun diduga bermasalah. Sebab, KPD Natpac menawarkan imbal hasil (return) 13% dari total nilai Rp 407 miliar atau sekitar Rp 52,91 miliar per tahun. Namun penempatan dana KPD sebesar 81,81% atau sekitar Rp 333 miliar justru diinvestasikan di proyek yang belum berjalan, yakni proyek tol Mojokerto-Kertosono.

Artinya, Natpac harus mampu menghasilkan return Rp 52,91 miliar per tahun dengan sisa dana tunai sebesar Rp 74 miliar. Ada dugaan kalau untuk membayar bunga-bunga tersebut, Natpac menggunakan skema Ponzi, yaitu mencari dana dari nasabah baru untuk dibayarkan sebagai bunga pada nasabah lama. Manajemen Natpac enggan berkomentar soal ini. (dru/ang)

Kamis, 11 November 2010

RDS $ tukh ...

Rabu, 10/11/2010 20:21:26 WIB
BNP Paribas incar dana kelolaan Rp1 triliun
Oleh: Irvin Avriano A.
JAKARTA: PT BNP Paribas Investment Partners menargetkan dapat mengelola dana sebesar Rp1 triliun dari reksa dana pendapatan tetap BNP Paribas Prima Asia USD hingga akhir tahun ini.

Presiden Emeritus BNP Paribas Investment Eko Priyo Pratomo mengatakan perseroan optimistis kelolaan dana itu akan tercapai karena minat berinvestasi pada jenis reksa dana pendapatan tetap itu akan besar.

"Jika dibandingkan dengan deposito dolar AS, maka yang ditawarkan hanya sekitar 1%, dengan produk reksa dana ini yang pasti akan lebih besar dari nilai itu," ujarnya kepada Bisnis pekan ini.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) produk itu menggunakan jasa dari Citibank NA.

BNP Paribas Investment pada akhir Oktober sudah mengelola reksa dana senilai Rp19,28 triliun, yang meningkat 21,16% dari Rp15,91 triliun pada posisi akhir tahun lalu.

Secara terpisah, PT Syailendra Capital menargetkan penghimpunan dana investor institusi untuk dua produk reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang baru saja mendapatkan pernyataan efektif untuk terbit sebesar Rp1 triliun.

Head of Marketing Syailendra Capital Anastasia Pritasari Ilham mengatakan RDPT yang diberi nama RDPT Syailendra Multi Strategy Fund I dan II itu tinggal menunggu proses teknis untuk penerbitannya.

"Tinggal sebentar lagi langsung kami terbitkan, baru saja mendapatkan pernyataan efektif," ujarnya.

Data KSEI akhir pekan lalu menunjukkan manajer investasi itu menggunakan jasa dari PT Bank Mega Tbk sebagai kustodian bagi kedua produk investasi yang mirip dengan private equity fund tersebut. RDPT juga biasa disebut sebagai reksa dana tujuan khusus.

Pritasari juga mengatakan perseroan berencana menerbitkan reksa dana pasar uang pada awal tahun depan untuk memperkaya jenis reksa dana terbuka perseroan. Reksa dana pasar uang adalan produk reksa dana jangka waktu pendek karena berinvestasi pada obligasi bertenor kurang dari setahun dan deposito.

Reksa dana terbuka adalah produk reksa dana yang unit penyertaannya dapat dibeli dan ditambah setiap waktu.

Per akhir bulan lalu, perseroan mengelola reksa dana sebesar Rp633,35 miliar yang sudah meningkat sebesar 240,63% dari Rp185,93 miliar per akhir tahun lalu.(htr)

Selasa, 09 November 2010

NAB RD bukan MISTERI oKTOBER ... 091110

Oktober, NAB Reksa Dana Naik Rp2,381 T
Headline
IST
Oleh: Agustina Melani
Ekonomi - Selasa, 9 November 2010 | 14:51 WIB


INILAH.COM, Jakarta - Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana naik Rp2,381 triliun per Oktober 2010 dari Rp 131,20 triliun per September 2010 menjadi Rp133,58 triliun per Oktober 2010.

Demikian seperti dikutip INILAH.COM dari pusat informasi reksa dana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Selasa (9/11). Jumlah unit reksa dana pun meningkat menjadi 78,204,445,766.80 unit per oktober 2010.

Ada pun komposisi NAB Reksa Dana antara lain reksa dana saham sebesar Rp41 triliun, reksa dana pasar uang sebesar Rp 7,54 triliun, reksa dana campuran sebesar Rp17,03 triliun, reksa dana indeks sebesar Rp247,33 mliar, reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp23,87 triliun. Sedangkan reksa dana ETF Saham sebesar Rp40,52 miliar dan reksa dana ETF Fixed Income sebesar Rp462,51 miliar.

Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap syariah sebesar Rp469,43 mliar, reksa dana campuran syariah sebesar Rp906,98 miliar, reksa dana saham syariah sebesar Rp1,53 triliun, dan reksa dana syariah terproteksi sebesar Rp661,52 miliar.

Untuk komposisi efek reksa dana antara lain saham sebesar 38,78%, obligasi korporasi sebesar 11,49%, obligasi pemerintah sebesar 34,7%, waran sebesar 0,01%, medium term notes (MTN) sebesa 2,66%, deposito sebesar 8,78%, promisory notes sebesar 0,02%, SBI sebesar 0,02%, derivatif sebesar 0,06%, SBSN sebesar 2,63%, SPN sebesar 0,15%, Sukuk sebesar 0,38%, dan dana tunai sebesar 0,33%. [hid]

Senin, 08 November 2010

bereksadana, bertanggungjawab 081110

Kini reksa dana bukan lagi menjadi produk investasi yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas saja. Minimum investasi yang semakin rendah membuka akses kepada investor dari segala kalangan untuk bisa ikut berinvestasi pada seluruh produk ini. Sampai-sampai ada masukan, bahkan tukang becakpun bisa berinvestasi asalkan mau menyisihkan uang rokoknya dalam 1 bulan. Meski demikian, sebelum berinvestasi seharusnya investor melakukan self assessment, apakah dia sudah siap untuk berinvestasi pada reksa dana?
Kesiapan untuk berinvestasi pada reksa dana tidak ditentukan oleh berapa besar uang yang dimiliki saat ini. Oleh karena itu, memiliki jumlah uang kas di atas saldo minimum investasi tidak menjadi suatu kepastian seseorang pasti siap menjadi investor reksa dana. Untuk menjadi investor reksa dana, seseorang harus “Sehat secara Keuangan”.
Definisi sehat secara keuangan tidak ditentukan dari seberapa banyak jumlah uang dimiliki seseorang. Tapi juga darimana asalnya, apakah dari hutang, pinjaman lain atau memang hasil tabungan? Gaji boleh besar, apakah pengeluaran juga besar pula? Untuk mengetahui apakah seseorang sehat secara finansial dapat dilakukan dengan melakukan Financial Check up.

Financial Check Up berbeda dengan profil risiko ataupun data kondisi keuangan yang anda isi pada saat formulir pembukaan rekening reksa dana. Profil risiko bertujuan untuk menunjukkan jenis reksa dana seperti apa yang cocok untuk anda, sementara data yang terdapat pada formulir pembukaan rekening hanya bersifat informasional saja.

Financial check up dilakukan dengan cara mengukur rasio-rasio keuangan seseorang, kemudian membandingkan rasio-rasio tersebut dengan suatu rasio standar. Apabila rasio keuangan pribadi orang tersebut sudah sama atau lebih baik dibandingkan dengan rasio standar, maka seseorang dikatakan “Sehat Secara Keuangan” dan siap untuk menjadi investor. Ada 4 rasio yang dipergunakan dalam financial check up antara lain :
1.       Rasio Hutang Konsumtif
Diperoleh dari Total Hutang Konsumtif / Total Pendapatan Bulanan
Yang termasuk dalam hutang konsumtif antara lain Hutang / Kredit Tanpa Agunan dan Hutang Kartu Kredit. Standar untuk rasio ini adalah 0%. Rasio ini menjadi rasio yang utama dalam menentukan seseorang sehat atau tidak. Jika seseorang sampai memiliki hutang konsumtif untuk alasan apapun, maka orang tersebut tidak sehat secara keuangan dan tidak layak untuk menjadi investor.
2.       Rasio Cicilan
Diperoleh dari Total Cicilan Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan
Yang termasuk total cicilan bulanan antara lain Cicilan KPR, Cicilan Motor, Cicilan Apartemen dan Cicilan lainnya. Total Pendapatan Tetap Bulanan adalah komponen pendapatan bulanan yang sifatnya tetap. Jika penghasilan seseorang terdiri dari Gaji yang Tetap dan Komisi yang variabel, maka hanya Gaji tetap yang dipergunakan. Standar untuk rasio ini adalah < 30%.
Poin dari rasio ini adalah bahwa orang yang memiliki hutang (yang bukan konsumtif) sebetulnya juga boleh menjadi investor investasi dan bisa dikatakan sehat secara keuangan. Batas rasio untuk bisa dikatakan sehat adalah di bawah 30%.
3.       Rasio Dana Darurat
Diperoleh dari Total Aset Likuid / Total Biaya Tetap Bulanan
Yang termasuk total aset likuid antara lain dana kas, tabungan, deposito, giro, dan reksa dana pasar uang. Total biaya tetap bulanan terdiri dari seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap setiap bulan seperti biaya sewa, iuran air listrik, cicilan-cicilan, biaya makan dan minum, uang sekolah anak dan biaya tetap lainnya yang tidak dapat dihemat lagi. Standar untuk rasio ini adalah 6 kali untuk lajang dan 12 kali untuk pasangan yang telah berkeluarga.
Situasi darurat tidak dapat diprediksi oleh setiap orang. Bayangkan, tiba-tiba anda membutuhkan dana besar karena ada kerabat yang mengalami musibah, pada saat yang sama seluruh uang anda ditempatkan di reksa dana saham. Dan kebetulan bursa saham sedang dalam periode rendah-rendahnya di tahun 2008. Dengan memiliki dana darurat yang cukup, investor akan terbebas dalam situasi dia harus mencairkan dananya pada saat situasi investasi sedang kurang baik.
4.       Rasio Biaya Terhadap Pendapatan
Diperoleh dari Total Biaya Tetap Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan
Standar untuk rasio ini adalah < 1. Rasio menyikapi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang sehat adalah gaya hidup dimana seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap dapat dicover dari pendapatan yang sifatnya tetap pula. Apabila memiliki rasio lebih dari 1, berarti gaya hidup anda terlalu “tinggi” dan perlu dilakukan penyesuaian. Caranya bisa dengan mengubah pendapatan variabel menjadi pendapatan tetap, seperti meminta kenaikan gaji. Atau berusaha berhemat dengan menurunkan pengeluaran yang sifatnya tetap.
Rasio Kesehatan Keuangan Untuk Financial Check Up
Keterangan :
Hutang Konsumtif           = Hutang KTA dan Hutang Kartu Kredit
Cicilan Bulanan                  = Cicilan Kartu Kredit, Kredit Rumah, Kredit Kendaraan
Aset Likuid                          = Tabungan, Giro, Deposito, Reksa Dana Pasar Uang
Investasi reksa dana bukan merupakan investasi yang memberikan jaminan kepastian hasil. Ada risiko naik turunnya harga yang harus dipahami dan akan dihadapi oleh investor. Pada saat menghadapi ketidakpastian harga, penting sekali bagi investor untuk mengambil keputusan dengan tenang. Jika investor berada dalam kondisi kesehatan keuangan yang tidak baik, maka terdapat kemungkinan investor mengambil keputusan yang salah. Sebagai ilustrasi, misalnya investor dihadapkan pada kondisi harga saham yang sedang turun, pada saat yang sama, dia terpaksa menjual reksa dana tersebut karena kekurangan dana untuk membayar total cicilan kartu kreditnya yang sudah jatuh tempo.
Financial check up perlu dilakukan secara periodik paling tidak 6 bulan sekali. Selain itu, pada saat investor akan mengambil keputusan keuangan yang sifatnya penting seperti mengambil KPR, KTA, pengeluaran dalam jumlah yang besar Liburan jauh, pernikahan, biaya rumah sakit. Financial check up sebaiknya dilakukan sebelum keputusan keuangan tersebut diambil. Jika kebutuhan bersifat urgent sehingga tidak ada pilihan lain, review dilakukan setelah keputusan tersebut di ambil sambil mencari cara untuk memperbaiki kondisi keuangan agar sehat kembali.
Kesiapan investasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, jangan pula terbuai untuk berinvestasi hanya karena iming-iming reksa dana tersebut memberikan return yang tinggi di masa lalu. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin menjadi calon investor reksa dana..
Meminjam pepatah
Berakit-rakit Ke Hulu, Berenang-renang Ke Tepian
Bikin Sehat Keuangan Dulu, Investasi Reksa Dana Kemudian

bursa terbaik, RDS kok ... 081110

Bursa Indonesia Terbaik di Asia
Sepanjang 2010, IHSG meningkat paling tinggi sebesar 43,4 persen.
Senin, 8 November 2010, 08:11 WIB
Heri Susanto
Bursa saham Indonesia (Antara)


VIVAnews - Sepanjang Januari hingga Oktober 2010, bursa saham Indonesia menunjukkan kinerja terbaik dibandingkan dengan bursa lainnya di kawasan Asia. Perkembangan ini didorong oleh kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang cukup positif.

Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia yang baru saja dipublikasikan menunjukkan meskipun sempat bergerak melemah pada awal periode laporan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan tren penguatan pada akhir Oktober 2010. IHSG ditutup pada level 3.635,2 atau menguat 3,8 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makro ekonomi seperti stabilnya nilai tukar serta membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi semakin menambah kepercayaan investor asing untuk menempatkan dananya di pasar saham. Dalam perkembangannya, IHSG bahkan mampu mencapai level tertinggi di 3.654,1 pada 26 Oktober 2010. Pencapaian tersebut terjadi di tengah tren penguatan bursa global yang cenderung meningkat.

"Dengan perkembangan tersebut, secara year to date, IHSG meningkat paling tinggi sebesar 43,4 persen dibandingkan dengan indeks saham beberapa negara lain di kawasan Asia," ujar laporan tersebut.

Bandingkan dengan bursa Philipina yang tumbuh 39,8 persen, Thailand (SET) 33,5 persen, Kuala Lumpur (KLCI) 18,3 persen, India (SENSEX) 14,9 persen, Strait Times (STI) 8,5 persen dan Hong Kong (Hang Seng) 5,6 persen. Apalagi jika dibandingkan dengan bursa Dow Jones yang tumbuh hanya 6,6 persen dan dunia yang tumbuh 3,5 persen.

Secara sektoral, BI mencatat kenaikan IHSG lebih didukung oleh sektor pertambangan, pertanian dan keuangan. Kenaikan saham-saham di sektor pertambangan dan perkebunan terkait dengan meningkatnya harga komoditas, sedangkan sektor keuangan lebih banyak didukung oleh membaiknya kondisi fundamental emiten berupa membaiknya laba perbankan pada triwulan III 2010.

Dari sisi mikro emiten, kondisi fundamental emiten masih cukup terjaga. Kondisi tersebut tercermin pada pergerakan IHSG dan Earning Before Interest and Tax (Ebitda) Index yang relatif sejalan serta membaiknya indikator Return On Asset (ROA) secara sektoral, seiring dengan laporan keuangan semester II 2010 yang membaik.

Dari sisi Return on Equity, posisi Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa ROE di Negara kawasan. Hal itu memberikan competitive advantage tersendiri bagi perkembangan pasar saham domestik.

Investor asing pada Oktober 2010 cenderung wait and see meskipun masih menaruh minat yang relatif besar pada pasar saham domestik. Selama bulan Oktober 2010 net beli asing turun dibandingkan dengan September 2010 menjadi sebesar Rp80 miliar. Hal tersebut terutama disebabkan oleh aksi profit taking secara terbatas dan antisipasi arah kebijakan Quantitative Easing tahap II oleh The Fed.

Meskipun demikian, investor asing masih menaruh minat pada bursa saham domestik, yang tercermin dalam porsi kapitalisasi saham asing yang mencapai 66,7 persen. Sejalan dengan kondisi tersebut, nilai perdagangan saham pada Oktober 2010 menjadi sebesar Rp5,6 triliun per hari atau sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar Rp5,9 triliun per hari.
• VIVAnews
... baca posting gw soal imbal hasil RDS yang MEMBLE : kok kalah ama ihsg

RDPT Syailendra ... 081110

Senin, 08/11/2010 02:30:17 WIB
Syailendra Capital bidik 2 RDPT Rp1 triliun
Oleh: Irvin Avriano A.
JAKARTA: PT Syailendra Capital menargetkan penghimpunan dana investor institusi untuk dua produk reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang baru saja mendapatkan pernyataan efektif untuk terbit sebesar Rp1 triliun.

Head of Marketing Syailendra Capital Anastasia Pritasari Ilham mengatakan RDPT yang diberi nama RDPT Syailendra Multi Strategy Fund I dan II itu tinggal menunggu proses teknis penerbitan.

“Tinggal sebentar lagi langsung kami terbitkan, baru saja mendapatkan pernyataan efektif,” ujarnya kepada Bisnis hari ini.

Data PT Kustodian Sentrak Efek Indonesia (KSEI) akhir pekan lalu menunjukkan manajer investasi itu menggunakan jasa dari PT Bank Mega Tbk sebagai kustodian produk investasi yang mirip dengan private equity fund tersebut. RDPT juga biasa disebut sebagai reksa dana tujuan khusus.

Pritasari mengatakan perseroan berencana menerbitkan reksa dana pasar uang pada awal tahun depan untuk memperkaya jenis reksa dana terbuka perseroan.

Reksa dana pasar uang adalah produk reksa dana jangka waktu pendek karena berinvestasi pada obligasi bertenor kurang dari setahun dan deposito. Reksa dana terbuka adalah produk reksa dana yang unit penyertaannya dapat dibeli dan ditambah setiap waktu. (luz)

Kamis, 04 November 2010

KPD dimata-matai, bank dipelototi ... 041110

BI Terus Awasi Bank yang Simpan Dana di KPD
Rabu, 3 November 2010 - 11:39 wib

Rheza Andhika Pamungkas - Okezone


JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengaku terus melakukan pengawasan terhadap perbankan yang menempatkan dana nasabahnya di produk kontrak pengelolaan dana (KPD).

"Jadi kalau ada aturan-aturan yang berupa produk pasar modal, asuransi maupun produk yang lain. Memang BI sudah punya aturannya sendiri. Dan produk-produk seperti itu hanya bisa dilakukan dengan izin BI," ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah kepada wartawan saat ditemui Gedung BI, Jakarta, Rabu (3/11/2010).

Menurutnya, BI memang sudah mengatur tentang perbankan yang menempatkan dana nasabahnya dalam produk KPD dan aturan tersebut sudah ada sebelum Bapepam-LK menerbitkan aturan baru untuk mengatur produk KPD pada 16 April 2010 lalu di mana salah satu yang diwajibkan Bapepam-LK adalah setiap produk KPD harus memiliki aset jaminan (underlying asset) berupa efek yang disimpan di bank kustodian selambat-lambatnya pada 15 April 2011.

"Itu sudah ada sebelum peraturan dari Bapepam. Kemudian Bapepam mengeluarkan aturan yang baru itu. Kita akan sesuaikan (peraturan Bapepam dengan peraturan BI)," tambahnya.

Akan tetapi, lanjutnya, BI meminta waktu untuk dapat menyesuaikan antara peraturan dari Bapepam dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh BI. "Itu memerlukan jangka waktu untuk selesai," tukasnya.

Saat ditanyakan terkait dugaan lolosnya pengawasan yang diberikan BI kepada PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP), dirinya tidak memberikan penjelasan.

"Saya tidak bisa bicara bank per bank. Namun secara umum kita pasti mengamati dan mengawasi bank-bank yang melakukannya. Dan pengawasan itu terus berjalan. Sanksinya sesuai dengan yang tertulis dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)," pungkasnya. (adn)(rhs)

Selasa, 02 November 2010

produk reksadana YANG TIDAK DILINDUNGI, tak terdaftar ... 021110

YLKI: BI Tidak Serius Lindungi Nasabah
Daryatmo mengambil contoh kasus reksadana yang banyak tidak terdaftar. "BI pasti tahu itu"
Selasa, 2 November 2010, 16:11 WIB
Ismoko Widjaya

... teman gw ada yang nyangkut dananya di exist ... tapi maseh yakin seh ... well, gw mah cuma bisa bilang: TRANSPARANSI TIDAK ADA DI INDONESIA ... aka sulit mencari manajer investasi lokal yang serius transparan ...
VIVAnews - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai Bank Indonesia tidak serius melindungi konsumen atau nasabah bank. Peraturan yang dibuat BI dinilai cenderung memperkuat kehati-hatian dalam perbankan tetapi sangat minim melindungi nasabah.

"Banyak produk-produk yang merugikan nasabah selaku konsumen. Misalnya produk-produk bodong bank, seperti reksadana," kata Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Daryatmo, Jakarta, Selasa 2 November 2010.

Daryatmo mengambil contoh kasus reksadana yang banyak tidak terdaftar. "BI pasti tahu itu," kata dia.

Anggota YLKI Husna Sahir menambahkan, sektor keuangan dan perbankan selalu masuk dalam tiga besar komoditas yang dikeluhkan konsumen dalam 5 tahun terakhir. "Itu berdasarkan data pengaduan yang diterima YLKI," kata Husna.

Menurut dia, lemahnya proteksi pemerintah dalam sektor keuangan dan perbankan kerap dirasakan masyarakat. Dia menilai ini merupakan dampak dari 'mengamini' kebijakan forum internasional. "Indonesia tidak mempunyai agenda yang jelas dalam forum G20," ujar dia.

Keberadaan Indonesia di forum-forum Internasional selama ini dinilai sangat didikte keinginan asing. Sehingga hanya mengamini kebijakan yang diterapkan dalam forum itu terlebih dalam kebijakan keuangan.

Maka itu, kata Daryatmo, YLKI bersama organisasi konsumen seluruh dunia menyerukan agar forum ekonomi negara terbear, G20, mengambil tindakan segera melindungi konsumen jasa keuangan melalui pembentukan Kelompok Pakar (Expert Group) Perlindungan Konsumen Keuangan.

Kelompok ini diusulkan terdiri dari badan perlindungan konsumen independen dan pakar lain yang mewakili kepentingan konsumen jasa keuangan, baik dari negara maju maupun berkembang.

Kelompok Pakar Perlindungan Konsumen Keuangan nantinya menyampaikan laporan pada G20 Summit tahun 2011 dengan rekomendasi yang mendukung perlindungan konsumen keuangan yang efektif di dunia.

Secara khusus Kelompok Pakar akan merekomendasikan pemerintah negara-negara anggota mengadopsi standar minimal terkait persyaratan kontrak yang adil dari produk, desain dan keterbukaan informasi, tata kelola dan fungsi badan perlindungan konsumen keangan, dan kelembagaan penyelesaian sengketa konsumen. (adi)


Laporan: Fina Dwi Yurhami

ihsg versus RDS ... 021110



ihsg per tgl 04 Jan 2010: 2575,41
ihsg per tgl 01 Nov 2010: 3645,15
ihsg per tgl 01 Jun 2010: 2724,61
gain terhadap 04 Jan = +41,53%
gain terhadap 01 Jun = +33,78%

ihsg per tgl 04 Jan 2010: 2575,41
ihsg per tgl 01 Nov 2010: 3645,15
ihsg per tgl 01 Jun 2010: 2724,61
gain terhadap 04 Jan = +41,53%
gain terhadap 01 Jun = +33,78%
schroder dana istimewa per tgl 04 Jan 2010: 3417,5
sdi per tgl 01 Nov 2010: 4787,06
gain terhadap 04 Jan = +40,07 %
manulife dana saham per tgl 04 Jan 2010 : 7065,25
mds per tgl 01 Nov 2010: 9434,88
gain terhadap 04 Jan = +33,53%
bnp paribas ekuitas per tgl 04 Jan 2010: 10.100,19
bnp paribas ekuitas per tgl 01 Nov 2010: 13.906,04
gain terhadap 04 Jan = +37,68%
manulife saham andalan per tgl 04 Jan 2010: 1134,94
msa per tgl 01 Nov 2010: 1531,03
gain terhadap 04 Jan = +34,89%
bnp paribas solaris per tgl 01 Jun 2010: 1270,55
bnp paribas solaris per tgl 04 Nov 2010: 1681,98
gain terhadap 01 Jun = +32,38%
schroder 90+ equity fund per tgl 01 Jun 2010: 962,16
schroder 90+ equity fund per tgl 01 Nov 2010: 1309,28
gain terhadap 01 Jun = +36,07%



schroder dana istimewa per tgl 04 Jan 2010: 3417,5
sdi per tgl 01 Nov 2010: 4787,06
gain terhadap 04 Jan = +40,07 %
manulife dana saham per tgl 04 Jan 2010 : 7065,25
mds per tgl 01 Nov 2010: 9434,88
gain terhadap 04 Jan = +33,53%
bnp paribas ekuitas per tgl 04 Jan 2010: 10.100,19
bnp paribas ekuitas per tgl 01 Nov 2010: 13.906,04
gain terhadap 04 Jan = +37,68%
manulife saham andalan per tgl 04 Jan 2010: 1134,94
msa per tgl 01 Nov 2010: 1531,03
gain terhadap 04 Jan = +34,89%




bnp paribas solaris per tgl 01 Jun 2010: 1270,55
bnp paribas solaris per tgl 04 Nov 2010: 1681,98
gain terhadap 01 Jun = +32,38%
schroder 90+ equity fund per tgl 01 Jun 2010: 962,16
schroder 90+ equity fund per tgl 01 Nov 2010: 1309,28
gain terhadap 01 Jun = +36,07%

... posting ini untuk membuktikan kebenaran sinyalemen seorang dosen FEUI yang menulis betapa BURUKNYA PERFORMA MANAJER INVESTASI pada 2010 ini : RDS kalah dari IHSG

Senin, 01 November 2010

RD indeks, For Your Information ... 011110

Minggu, 31 Oktober 2010 | 20:13 oleh Avanty Nurdiana
PRODUK REKSADANA
Saat saham melempem, reksadana indeks jadi alternatif

JAKARTA. Hasil investasi reksadana berbasis indeks kian menggiurkan. Pasalnya, reksadana memberikan return yang cukup positif dan tak kalah dengan reksadana saham.

Memang baru ada dua reksadana berbasis indeks yang tercatat di Indonesia. Dua reksadana tersebut adalah reksadana Kresna Indeks 45 dan Danareksa Indeks Syariah.

Reksadana Kresna Indeks 45 misalnya sudah menghasilkan return 37,44% dari sejak awal tahun sampai tanggal 27 Oktober. Reksadana Kresna ini menempatkan dananya di saham-saham yang masuk pada indeks LQ45.

Jika dibandingkan dengan indeks LQ45 reksadana indeks milik Kresna Graha Securindo ini memang berkinerja lebih bagus. Pada periode yang sama, indeks LQ45 hanya memberikan return sebesar 35,03%.

Sedangkan reksadana Danareksa Indeks Syariah milik PT Danareksa Investment Management hanya memberikan return sebesar 28,41%. Padahal kalau menengok hasil indeks LQ45 sebagai portofolio reksadana ini, ternyata hanya memberikan hasil sekitar 29,54%.

Meski hasil kinerja reksadana indeks milik DIM turun. Dyah Sofiyanti, Head Of Marketing DIM, mengatakan permintaan pada reksadana ini masih cukup besar. "Sampai saat ini dana kelolaan kami telah mencapai Rp 200 miliar," ujarnya.

Tak jauh beda dengan reksadana milik Kresna. Menurut Yobel Hadikrisno, Fund Manager Kresna Graha Sekurindo kinerja reksadana indeks miliknya juga terus naik.

Kalau dilihat dari data reksadana Bapepam LK total dana kelolaan reksadana Kresna yang naik menjadi Rp 59,93 miliar. Padahal di awal tahun dana kelolaan reksadana Kresna Indeks 45 hanya sebesar Rp 34,39 miliar.

Diversifikasi Portofolio

Kenaikan dana kelolaan tersebut juga diikuti dengan jumlah unit yang naik dari Januari 15,75 juta menjadi 21,10 juta. Jadi bisa dibilang reksadana Kresna telah naik sebanyak 33,97%. "Kami harap bisa mendekati Rp 100 miliar sampai akhir tahun," tutur Yobel.

Wawan Hendrayana, analis Infovesta Utama mengatakan reksadana indeks bisa berfungsi sebagai diversifikasi portofolio sebab bisa memberikan return yang mendekati indeks dan kalau misalnya rugi pun sama dengan indeks. "Pola investasi reksadana saham di Indonesia rata-rata bisa mengalahkan kinerja indeks," jelas Wawan.

Wawan mengatakan imbal hasil reksadana indeks lebih baik dari reksadana saham. "Tahun ini berbeda dengan sebelumnya," terang Wawan.

Kalau melihat data Infovesta, hanya tiga reksadana saham yang mampu mengalahkan indeks. Mereka adalah reksadana Panin Dana Maksima yang memberikan return sekitar 97,3%. Ada juga Panin Dana Prima sebesar 66,26% dan Syailendra Equity Opportunity Fund memberikan return 49,65%. Return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri hanya memberikan return sebesar 43,01%.