gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Jumat, 27 Mei 2011

reksa dana SYARIAH tumbuh, lah ... 270511

Pertumbuhan Reksa Dana Syariah Lambat
Ester Meryana | Erlangga Djumena | Rabu, 25 Mei 2011 | 13:36 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pertumbuhan reksa dana syariah cenderung lambat sehingga perlu sosialisasi yang lebih luas lagi. Hal tersebut dikemukakan Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Abiprayadi di Jakarta, Rabu (25/5/2011).

"Pengenalan reksa dana syariah masih sangat kurang. Jadi memang perlu dukungan dari semua pihak," ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut Abiprayadi, diperlukan dukungan tidak hanya dari fund manager, tetapi juga dari regulator, bank distributor, dan lembaga-lembaga terkait reksa dana berbasis syariah. "Seharusnya tahun ini tahun syariah," tambahnya. Namun, ia berpendapat hanya pasar yang dapat membuktikannya.

Untuk return-nya, Abiprayadi menyebutkan bisa sampai 5 persen di atas indeks. Ia pun mengatakan, komoditas, pertambangan infrastruktur, dan konsumer menjadi driver bagi reksa dana syariah ini.

Pertumbuhan reksa dana sampai April 2011 sudah mencapai Rp 153 triliun. "Kalau kita bandingkan dengan tahun 2010 akhir, itu Rp 149 triliun. Itu sekarang tumbuh sampai Rp 4,5 triliun-Rp 5 triliun dalam empat bulan," sebut Abiprayadi.

Ia menyebutkan, produk yang leading merupakan produk reksa dana berbasis saham dan reksa dana proteksi. "Pasar uang juga tumbuh, tetapi tidak seagresif reksa dana saham," tambahnya.

Hal serupa juga disebutkan oleh perencana keuangan Ligwina Poerwo-Hananto. Ia menyebutkan, promosi kebaikan sistem syariah dalam dunia finansial dan perbankan menjadi penting untuk dilakukan mengingat belum banyak warga masyarakat yang tahu hal ini. "Sudah ada, tetapi pelan sekali pertumbuhannya (investasi di saham Syariah)," tutur Ligwina kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (13/5/2011) lalu.

Ia menyambut baik hadirnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Regular Bursa Efek. Namun, ia menilai keluarnya fatwa ini tidak serta-merta akan menaikkan ketertarikan masyarakat untuk berinvestasi di saham syariah.

"Saya perhatikan orang Indonesia tidak tertarik jika hanya diiming-imingi atas nama agama. Jadi, seharusnya promosi tentang keuangan syariah jangan bawa-bawa peci sama jilbab," ungkapnya.

Menurut Ligwina, hal yang harus dipromosikan adalah seperti apa kebaikan syariah. Ia mencontohkan, belum banyak warga masyarakat yang tahu bahwa ternyata KPR syariah itu cicilannya tetap, mau bunga naik atau turun.

Rabu, 25 Mei 2011

RDS, the primadona ... 250511

Rabu, 25/05/2011 13:45 WIB
Reksa Dana Saham Masih Jadi Primadona
Whery Enggo Prayogi - detikFinance





Jakarta - Penetrasi pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/AUM) reksa dana saham tertinggi dibanding jenis-jenis lain. Masyarakat semakin memahami akan pentingnya investasi jangka panjang, dan reksa dana saham adalah salah satu instrumen terbaik.

Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), SCBD, Jakarta, Rabu (25/5/2011).

"Reksa dana itu dengan penempatan 5-7 tahun, kan investasi jangka panjang. Kalau pasar uang pilihannya tidak banyak, jadi saham lah pilihannya," jelas Abi.

Tingginya penetrasi reksa dana saham semakin tergambar pada data total AUM hingga akhir April 2011. Menurut data APRDI, pertumbuhan reksa dana saham tumbuh 15,85% (Year to Date), atau paling tinggi dibandingkan jenis lain.

Hingga empat bulan awal 2011, AUM reksa dana saham mencapai Rp 52,93 triliun. Nilai ini naik dari posisi akhir tahun 2010, Rp 45,69 triliun.

Sementara, pada periode yang sama reksadana campuran (balanced fund) justru turun 8,24% menjadi Rp 20,17 triliun dibanding posisi akhir tahun Rp 21,98 triliun. Reksa dana pendapatan tetap juga turun 5,33% menjadi Rp 26,186 triliun.

Namun, reksa dana pasar uang berhasil mengikuti tren pertumbuhan Dimana reksa dana jenis ini naik tipis, 0,36% menjadi Rp 7,749 triliun. Reksa dana terproteksi juga naik 1,25% menjadi Rp 42,795 triliun.

Untuk reksa dana syariah mencapai pertumbuhan 2,08% menjadi Rp 3,842 triliun. Sehingga total AUM industri reksa dana hingga April mencapai Rp 153,687 triliun, naik dari bulan Maret lalu, Rp 149,099 triliun.

(wep/ang)

aturan kreatif reksa dana

Rabu, 25/05/2011 14:30 WIB
Revisi Aturan Reksa Dana Diharapkan Rampung Akhir Tahun Ini
Whery Enggo Prayogi - detikFinance





Jakarta - Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) mengharapkan penyesuaian aturan industri reksa dana rampung akhir tahun 2011. Penyesuaian diantaranya, mekanisme penambahan saluran pemasaran (channeling) dan variasi produk (product diversification).

Menurut Ketua APRDI Abiprayadi Riyanto, pihaknya terus berkomunikasi dengan Bapepam-LK dalam rencana revisi peraturan tersebut. "Kita harapkan ada penyesuaian aturan, dan akhir tahun sudah selesai. Aturan-aturan kami sedang godok bersama Bapepam. Selama ini Bapepam cukup membuka diri," jelas Abi di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), SCBD, Jakarta, Rabu (25/5/2011).

Penambahan saluran pemasaran, diantaranya melalui penasihat keuangan (financial planer). Dengan adanya tambahan channel, dapat mengembangkan basis investor (investor base) di Indonesia.

Penasihat keuangan selama ini melakukan perjanjian dengan kliennya, dengan sistem satu arah. Penasihat keuangan tidak melakukan akad dengan Manager Investasi (MI).

Apa yang terjadi saat ini, menjadi potensi kerugian baik dari sisi investor ataupun MI. "Kemarin-kemarin yang jalan, perjanjian ke klien. Tapi belum ke MI. MI punya kepastian over sell atau over promise. Itu kan harus diatur," ucap Abi.

Ia mencontohkan, seperti yang terjadi di India. Di sana, sistem telah mengatur mekanisme perjanjian antara investor, penasihat keuangan, serta MI.

Dengan jumlah penasihat keuangan yang mencapai 2,5 juta orang, dapat penambah investor. Tidak melulu melalui MI. "Di sana, Financial Planer sudah licensed sudah terstruktur. Selama ini transfer sendiri. Untuk sistem seperti ini butuh big-big IT process," tegas Abi.

Namun, perbaikan regulasi disana kurang saat aturan lain, seperti perpajakan justru akan menghambat industri reksa dana ke depan.

"Pajak, kita bukannya ingin tidak bayar pajak. Tapi insentif pada investasi jangka pendek dan panjang harus beda. Yang 5% itu direstruktur lagi, supaya orang tidak berasa," tegasnya.

Intinya, APRDI ingin beban pajak penghasilan (PPh) tetap di level 5% dan tidak naik lagi hingga 2014, supaya tidak membebankan operasional industri.

Memang pemerintah telah menetapkan, instrumen reksa dana yang terdaftar di Bapepam-LK dikenakan aturan pengenaan pemotongan PPh. PPh tersebut diterapkan secara bertahap, agar memberi kelonggaran waktu sekaligus kesiapan transisi bagi para nasabah reksa dana.

Untuk 2009-2010, masih dikenakan tarif 0%, mulai awal 2011 hingga 2013 dikenakan tarif 5%, dan untuk tahun 2014 dan selanjutnya dikenakan pajak 15%. "Ada masalah di luar Bapepam, seperti perpajakan," paparnya.

Penyesuaian aturan juga pada mekanisme penambahan unit (top up) reksa dana. Yang dahulu hanya manual, ke depan bisa dilakukan melalui internet banking dan sms banking. "Inisiatif sudah ada, untuk mobile. Tapi ada aturan-aturan harus dibuat. Infrastruktur oke tapi kan belum aprrove," pungkasnya.

(wep/ang)

Selasa, 24 Mei 2011

harvestindo LICIK atawa PANIK

Harvestindo Tuntut Askrindo Tanggung Gagal Bayar Reksa Dana
Oleh Bunga Dewi Kusuma & M. Tahir Saleh
Published On: 27 April 2011
JAKARTA: PT Harvestindo Asset Management mendesak PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) bertanggung jawab terhadap gagal bayar perusahaan penerbit surat utang jangka pendek (promissory notes/PN) yang menjadi aset penyertaan reksa dana.
Direktur Utama Harvestindo Fresty Hendayani mengatakan pihaknya tetap akan mendesak Askrindo memenuhi kewajibannya sebagai penjamin atas risiko jika PN yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit surat utang itu gagal memenuhi kewajiban.

PN tersebut menjadi aset penyertaan (underlying) reksa dana yang diterbitkan oleh perseroan dengan produk Reksadana Harvestindo Istimewa.

“Askrindo harus membayar karena sebagai bentuk penjaminan. Kami akan terus meminta mereka [Askrindo] memenuhi tanggung jawab,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, hari ini.

Produk Reksadana Harvestindo Istimewa adalah reksa dana campuran termasuk berisi promisorry notes yang diterbitkan oleh perusahaan menengah.

Perseroan mempercayakan bank kustodi produk tersebut kepada PT Bank Internasional Indonesia Tbk dan telah mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada 20 September 2007.

Perseroan juga memiliki produk lain yakni Reksadana Harvestindo Maxima dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk sebagai bank kustodi. Sebagaimana diketahui, perusahaan manajer investasi yang sebelumnya bernama PT Suprasurya Asset Management ini kini statusnya dalam pemeriksaan Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK.(mmh)

HATI BANK, hati reksa dana, LAH

Penjualan Reksa Dana Melambat
Oleh Yeni H. Simanjuntak
Published On: 19 May 2011
JAKARTA: Kebijakan Bank Indonesia yang menghentikan sementara penambahan nasabah baru kelas premium 23 bank pada awal bulan ini, berdampak terhadap penjualan produk reksa dana yang dilakukan melalui perbankan.

John D. Item, Presiden Direktur Danareksa Investment Management, mengatakan pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana cenderung melambat karena perbankan saat ini sangat berhati-hati dalam menjual produk.

"Bank harus menunggu persetujuan Bank Indonesia atas produk yang akan kami jual kepada nasabah bank. Untuk produk-produk baru, harus meminta approval dulu dari BI dan itu biasanya cukup lama. Dampaknya memang cukup terasa [bagi manajer investasi," ujarnya saat ditemui siang tadi.

Namun, dia optimistis penjualan produk reksa dana akan kembali normal pada paruh kedua tahun ini. "Pertumbuhan industri reksa dana pada kuartal I/2011 negatif. Namun, demand tetap tumbuh. Dengan pasar yang sedang lesu begini, kita harus puas dengan apa yang kita capai."

Adapun, Danareksa Investment Management (DIM) selama ini menjalin kerja sama dengan 14 bank untuk ikut memasarkan produk reksa dana mereka. "Namun, yang aktif penjualannya ada di enam bank," kata John.

Dia menambahkan penjualan reksa dana DIM melalui bank berkontribusi hingga 50% dari total nasabah yang dimiliki oleh perusahaan manajemen investasi itu.

"Saya sudah ngomong dengan beberapa manajer investasi dan mereka juga mengakuti kalau itu [dampak kebijakan BI] cukup terasa," katanya.

Selain harus berhadapan dengan kehati-hatian ekstra dari perbankan, manajer investasi juga menghadapi kekhawatiran dari para investor.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Danareksa Investment Management Prihatmo Hari mengatakan pihaknya bahkan harus menerima auditor yang dikirimkan oleh salah satu nasabah perseroan, pascamunculnya berbagai kasus perbankan belakangan ini.

Untuk mengatasi lesunya penjualan produk reksa dana, DIM akan menggenjot pemasaran kontrak pengelolaan dana (KPD). Perusahaan manajemen investasi berstatus BUMN itu saat ini memiliki total dana kelolaan dalam bentuk KPD sebesar Rp100 miliar.

"Ini [KPD] merupakan peluang. Namun, kami harus tes pasar terlebih dulu. Tahun ini akan kami siapkan," kata John.

Dia menambahkan prospek produk reksa dana sepanjang tahun ini sebenarnya cukup menjanjikan, terutama jenis reksa dana saham.

"Target kami, IHSG pada tahun ini bisa mencapai 4.300-4.500. Seharusnya industri juga ikut tumbuh, tapi karena penjualan lewat bank sedikit terganggung, pertumbuhan menjadi lebih lambat," kata John. (yes)

Selasa, 17 Mei 2011

SEJAK AWAL gw inves ... 170511 (SKENARIO inves 1 jt/bulan)



berdasarkan data historikal NAB 3 reksa dana saham yang gw inves, maka gw mencoba membuat skenario ke masa depan (CATATAN: SKENARIO INI TIDAK WAJIB DIIKUTI, INI HANYA INDIKASI, DAN BISA MENGAMBIL PRODUK REKSA DANA LAEN SEBAGAI ALAT INVESTASI):



GW USUL, karena INVESTASI ini JANGKA PANJANG, dan biasanya pada JANGKA PANJANG AKAN TERJADI KRISIS EKONOMI yang BESAR, maka SEBAEKNYA sisihkan Rp.100,000,- s/d Rp. 500,000,- untuk DIINVESKAN SEBAGAI TAMBAHAN PENGUNGKIT IMBAL HASIL SAAT NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) rendah (ANJLOK)
semoga bermanfaat :)

Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 6% Sampai 2025
Rabu, 18 Mei 2011 15:33 wib


JAKARTA – Sejak terjadinya krisis keuangan dunia pada tahun 2009, peta perekonomian dunia mengalami pergeseran. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung dalam waktu lama bergeser, oleh karena itu hingga 2025 ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh minimal enam persen.

Direktur eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika memprediksikan, hingga 2025 mendatang rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran enam persen. “Negara seperti Indonesia seharusnya bisa meraih pertumbuhan ekonomi minimal enam persen, dengan catatan tidak ada krisis ekonomi global ditengah-tengah, hanya biasanya krisis muncul ada yang tujuh tahun sekali ataupun lima tahun sekali. Tapi kalau kita mengabaikan krisis ekonomi, maka kita bisa tumbuh minimal enam persen,” ungkap Erani di Jakarta, Rabu (18/5/2011).

Menurutnya, yang menjadi dasar pertimbangan akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat baik hingga 2025 mendatang, lantaran beberapa aspek. Pertama, daya beli masyarakat yang diukur dari pendapatan perkapita semakin meningkat dari waktu kewaktu. “Itu diiringi dengan size masyarakat yang besar, sehingga dari kombinasi itu menandakan konsumsi rumah tangga yang akan kian besar, itu menjadi kuat,” katanya.

Aspek Kedua, ekspor RI yang terus menunjukan tren meningkat meskipun juga diiringi dengan peningkatan impor yang dratis. Ekspor selalu dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting. Aspek Ketiga, hingga saat ini Indonesia masih tergolong negara yang ‘menggoda’ bagi investasi. “Dengan beberapa pertimbangan tersebut saya rasa wajar apabila Bank Dunia ataupun IMF menilai aspek pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin tinggi,” terangnya.

Merskipun kondisi ekonomi Indonesia diprediksi membaik, tetap ada catatan dalam laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang perlu dibenahi. Struktur pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih dipandang rapuh lantaran masih bertumpu pada non-tradable. Erani memandang, kondisi tersebut belum akan berubah dalam waktu dekat. Alasannya, orientasi kebijakan pemerintah belum ada yang secara eksplisit menunjukan keberpihakan kepada tradable sector.

Namun, Erani mengakui bahwa tentu akan ada risiko-risiko yang muncul dalam laju pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, menurutnya, yang paling penting adalah bagaimana bisa memperkuat ekonomi domestik. “Salah satunya dengan penguatan iklim investasi, salah satunya dengan perbaikan infrastruktur, birokrasi semakin baik, pembebasan lahan, kepastian hukum. Itu saya rasa hal-hal penting yang harus dilakukan pemerintah yang akan berkesinambungan dalam jangka panjang,” tandasnya. (mrt)
(Wisnoe Moerti/Koran SI/ade)

Jumat, 06 Mei 2011

TIME TO BUY, lah :) ... 060511

Sebagian reksadana berbasis saham mencatat kinerja yang negatif selama periode 30 Desember 2010 hingga 30 April 2011 atau year to date. Di periode itu, hanya tujuh dari 69 produk reksadana saham yang mampu mencatatkan imbal hasil (return) di atas pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setinggi 3,14%.

Mengacu data PT Infovesta Utama, perusahaan pemeringkat reksadana, tujuh reksadana yang membukukan return di atas pertumbuhan IHSG antara lain Panin Dana Maksima dan Makinta Mantap. Di sisi lain, ada 26 produk reksadana saham yang mencatatkan return minus. Produk itu misalnya Mega Dana Ekuitas dan Reliance Equity Fund dengan return masing-masing turun 4,92% dan minus 3,58%.

Wawan Hendrayana, Analis Infovesta Utama, berpendapat, salah satu penyebab menurunnya yield sebagian reksadana saham karena harga saham-saham yang tergabung di indeks LQ45 tak naik signifikan. "Sementara underlying asset sebagian besar reksadana saham banyak ditempatkan di LQ45. Yield LQ45 sendiri di bawah yield IHSG," ujar dia.

Winston Sual, Manajer Investasi Panin Sekuritas, mengungkapkan Panin selalu memilih saham yang tepat di saat yang pas. Maksudnya, menyaring saham yang relatif murah dan memperhatikan kondisi pasar. "Saat bullish kami beli dan ketika tinggi kami tahan atau jual," imbuh dia.

Reksadana terbitan Panin Sekuritas, yakni Panin Dana Maksima dan Makinta Mantap, tercatat dalam tujuh reksadana dengan return di atas pertumbuhan IHSG.

Kendati imbal hasil rata-rata reksadana saham di bawah pertumbuhan IHSG, ternyata investor tetap memburu reksadana saham. Per 30 April 2011, jumlah unit penyertaan produk reksadana saham meningkat 18% year to date menjadi 11,9 miliar unit. Total dana kelolaan reksadana jenis ini juga naik 15% menjadi Rp 56,65 triliun.

http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1304648241/66735/Return-mayoritas-reksadana-saham-di-bawah-return-IHSG

Sumber : KONTAN.CO.ID

Kepala Biro Pengelolaan Investasi Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Djoko Hendratto mengungkapkan dana kelolaan (AUM) reksa dana hingga 5 Mei mencapai Rp155,195 triliun.

"AUM reksa dana per tanggal 5 Mei telah mencapai Rp155,195 triliun. Terjadi kenaikan, tapi saya lupa berapa kenaikannya yang jelas terjadi kenaikan," ungkap Djoko di Kantor Bapepam-LK, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (6/5/2011).

Namun jika dibandingkan posisi pada akhir januari 2011, maka telah terjadi kenaikan sebesar 8,46 persen. "Posisi AUM reksa dana sampai akhir Januari 2011 itu Rp142 triliun," jelas dia.

Meski demikian dia mengungkapkan biasanya kenaikan per tahunnya terjadi di kisaran 70 persen. "Naiknya pertahun sekitar 70 persen," paparnya.

Dia mengungkapkan kenaikan sebesar 70 persen tersbut sudah terjadi dalam lima tahun terakhir, kecuali pada tahun 2009 yang sat itu terjadi krisis global, AUM reksadana hanya meningkat 50 persen.

"Dalam 2006 sekitar Rp26 triliun, pertahun naiknya 70 persen. Tahun kedua juga 70 persen, meskipun 2008 ada krisis, 2009 itu agak turun sekitar 50 persen lah," paparnya.

Ketika ditanyakan adakah target perolehan dari reksa dana dia mengungkapkan bukanlah hak dari Bapepam untuk menentukan hal tersebut, karena sifat Bapepam hanya sebagai regulator. "Tidak ada target, kan kita bukan penjualnya," tuturnya.

http://economy.okezone.com/read/2011/05/06/278/454024/5-mei-dana-kelolaan-reksa-dana-capai-rp155-195-triliun

Sumber : OKEZONE.COM
ini pengamatan gw terhadap reksa dana saham yang gw inves :


RALAT: pada kolom paling kanan yaitu gain CUS 04/03/11 sd 19/04/11 ... HARUS DITAMBAH: CUS 04/03/11 s/d 06/05/11 ... juga kolom kedua dari kanan, harus ditambah s/d 06/05/11 juga

REKSA DANA itu ENJOYABLE, PROFITABLE ... 060511

gw menuliskan posting terkini soal FLUKTUASI HARGA SAHAM sebagai PROSES yang PROFITABLE, ENJOYABLE dan pekerjaan YANG TIDAK MEMALUKAN DIRI SENDIRI ... well, ambil lah hikmah dan jiwa tulisan itu : PROSES yang MELABAKAN

Rabu, 04 Mei 2011

1 juta per bulan selama 15 taon inves reksa dana saham



inves 1 juta reksa dana saham SEMESTER 1/2011

contoh sederhana inves 1 juta per bulan reksa dana saham : inves 1 juta reksa dana saham SEMESTER 1/2011

... pake alat bantu kaca pembesar kalo perlu










Future Value
Senin, 23 Mei 2011 08:33 wib


DALAM konsep nilai waktu dari uang (time value of money) ada dua istilah yang cukup dikenal yakni nilai uang pada saat ini (present value) dan nilai uang pada saat mendatang (future value).

Dua konsep ini yang mengilhami lahirnya model-model teori investasi. Dalam konsep itu disebutkan bahwa nilai uang saat ini berbeda dengan nilai uang masa mendatang. Artinya, uang Rp1 juta saat ini akan berbeda nilainya dengan uang Rp1 juta pada masa lima atau sepuluh tahun mendatang. Jika saat ini uang Rp1 juta bisa dipergunakan untuk membeli satu (1) kwintal atau 100 kg beras, maka lima tahun mendatang uang Rp1 juta mungkin hanya bisa membeli 50 kg beras. Begitu seterusnya.

Ilustrasi sederhana di atas menunjukkan bahwa nilai uang pada masa mendatang jika didiamkan saja akan semakin turun. Penurunan ini disebabkan naiknya harga barang atau inflasi. Karena itu, agar future value dari uang tetap bertahan atau bahkan bertambah maka uang itu harus diinvestasikan pada instrumen investasi tertentu.

Ada beragam instrumen investasi di pasar, mulai dari yang tidak berisiko (risk free investment) hingga instrumen yang berisiko. Bagaimana menghitung future value dari asset yang diinvestasikan? Hal ini sangat tergantung pada jenis instrumen investasinya. Jika uang diinvestasikan di deposito dengan bunga tetap, misalnya 10 persen per tahun, maka akan dengan mudah bisa diketahui berapa future value dari uang tersebut dalam kurun waktu tertentu, tergantung berapa lama uang itu diinvestasikan di deposito. Jika uang itu diinvestasikan selama lima tahun berturut-turut dan hasil investasi diinvestasikan kembali (compound interest) maka akan terbentuk formula future value dari uang tersebut.

Misalnya uang Rp1 juta didepositokan di bank dengan bunga 10 persen per tahun selama lima tahun. Dalam lima tahun uang tadi akan tumbuh mengikuti perhitungan sebagai berikut. Pada tahun pertama uang akan tumbuh menjadi: Rp1 juta + 10% atau Rp100 ribu yakni Rp1,1 juta. Pada tahun ke dua jumlah uang tumbuh menjadi: Rp1,1 juta + 10% atau Rp110 ribu yakni Rp1,21 juta. Tahun ke tiga menjadi Rp1,21 juta + 10% atau Rp121 ribu yakni Rp1,331 juta. Tahun ke empat menjadi: Rp1,331 juta + 10% atau Rp133.100 yakni Rp1.464.100 dan tahun ke lima menjadi Rp1.464.100 + 10% atau Rp146.410 yakni Rp1.610.510.

Begitu seterusnya. Jika ditulis dengan formula FV = PV (1+i)n, dimana PV merupakan nilai uang saat ini (present value), i adalah tingkat suku bunga dan n adalah jangka waktu investasi yang dinyatakan dalam tahun. Perhitungan future value di atas mengasumsikan bahwa uang diinvestasikan di instrumen pendapatan tetap yang konstan dari tahun ke tahun.

Formula itu tidak berlaku jika uang diinvestasikan di instrumen saham atau obligasi. Pasalnya, tingkat imbal hasil atau return di saham sama sekali berbeda dengan tingkat imbal hasil investasi di deposito dengan sistem bunga berbunga (compound interest). Juga berbeda dengan return investasi di obligasi.

Imbal hasil investasi di saham diperoleh dalam bentuk capital gain dan dividen. Ada formula khusus untuk menghitung berapa nilai masa depan (future value) dari uang yang diinvestasikan di saham. Hal ini tergantung pada berapa besar dividen yang diterima dan berapa besar perubahan harga saham di pasar. Ada kalanya harga saham di pasar justru tidak tumbuh, malah sebaliknya mengalami penurunan. Karena itu menghitung future value untuk investasi di saham tidak sesederhana menghitung future value investasi di deposito.
Dari sini bisa dilihat bahwa setiap instrumen investasi memberikan future value yang berbeda-beda. Future value untuk investasi di deposito lebih dipergunakan sebagai acuan, bahwa semestinya future value investasi di saham lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan jika investasi di deposito.

Jika dengan suku bunga 10 persen per tahun, investasi Rp1 juta di deposito selama lima tahun bisa menghasilkan Rp1,61 juta maka semestinya jika investasi di saham maka future value-nya bisa lebih dari itu. (Tim BEI)

(//wdi)

3 juta per bulan selama 15 taon reksa dana saham

... he3, sorry, elo MESTI PAKE KACA PEMBESAR untuk bacanya

9 TAON LOM KAP0K $3H (040511), lanjutKEN :)

well, gw inget banget bahwa gw maen reksa dana saham dan campuran sejak Desember 2002, saat Megawati gantiin Gus Dur yang bercelana pendek saat meninggalkan istana fananya
gw cuma inves di kisaran jut-jut-an doank
saat itu ihsg tgl 2 Desember @389.27
nah, bole liat pencapaian ihsg sejak saat itu, dan bisa dibayangkan uda berapa kali lipat dana gw itu, apalagi ada saatnya gw masuk terutama, jika, masuk beli subscription @ GARIS-GARIS BERWARNA JINGGA
garis biru muda= volume transaksi bulanan dalam Milyar saham
garis hijau= tren ihsg, yaitu bullish
garis merah = jangka waktu pengamatan
berikut grafik ihsg tersebut sejak 1998:

... menariknya, dalam Januari 2003, demo anti Mega mulai berlangsung karena kebijakan harga bbm ... tapi gw mah sante aja :)
berikut gw posting kalkulasi inves 1 Juta per bulan atau inves 3 Juta per bulan SELAMA 15 TAON (180 bulan) sbb:
POTENTIAL GAIN (Rupiah)
% Gain/m bulan ke  inves 1 Jt inves 3 jt
5% 1 100,000
5% 2 100,000
3% 2 100,000
3% 3 100,000
2% 2 100,000
2% 4 100,000
1% 3 100,000
1% 4 100,000
5% 62 1,000,000,000
5% 93 1,000,000,000
3% 88 1,000,000,000
3% 119 1,000,000,000
2% X X X
2% X X X
1% X X X
1% X X X
penjelasan: 1 Milyar perak dicapai dengan inves 3 Juta per bulan dengan ekspektasi GAIN 5% per bulan selama 62 BULAN (sekira 5 taon); jika inves 1 Juta per bulan membutuhkan waktu 93 BULAN (sekira 8 taon)... berarti dengan modal 62 X 3 Juta = Rp.186 Jt selama 5 taon dengan 5% gain per bulan, maka Rp. 1M dikantongi
sayang sekale, gain 2% ke bawah GAGAL MENCAPAI Rp. 1Milyar dalam 15 taon pada modal inves 1 jt atau 3 jt
KESIMPULAN: BATAS MINIMUM % GAIN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGHASILKAN 1 M DALAM WAKTU KURANG DARI 15 TAON DENGAN MODAL INVES 1 JT ATAU 3 JT PER BULAN ADALAH : antara 2 dan 3 % per bulan rerata
berdasarkan FAKTA % Gain selama 9 taon terakhir, HANYA 1 TAON YANG NEGATIF,  dan rerata GAIN pada 8 taon laennya antara 2 dan 6% GAIN pada IHSG
jadi, PRINSIP INVESTASI REKSA DANA TERPENUHI SEBAGAI ALAT MENCAPAI 1 MILYAR KURANG DARI 15 TAON
catatan penting: PERHATIKAN FAKTOR PENGUNGKIT dan BUNGA MAJEMUK; pengungkit pada sisi modal investasi dan bunga majemuk pada sisi bulan ke bulannya
gw akan posting tabel2nya

Senin, 02 Mei 2011

apa usulan gw pada saat follower ke 13 ikut EFEKTIF ... 020511

SAAT FOLLOWER KE 13 IKUT
... WAKTU itu gw posting USUL gw, yaitu SILAKAN BELI REKSA DANA, karena IHSG TERKOREKSI
... ihsg @3531 per akhir November 2010
... ihsg @3819 per 29 April 2011
... potential gain ihsg = + 8,15%

KESIMPULAN: setelah 5 bulan, usulan gw TERBUKTI (itu sebabnya reksa dana adalah investasi jangka panjang)
... well, semua tergantung PROFIL INVESTASI PERORANGAN, tidak ada mutlak-mutlakan, dan gw PALING LEMAH KALO DITANYA SOAL RAMALAN aka PREDIKSI aka KEPASTIAN ANGKA ... gw cuma, sekale lage, menjalankan secara disiplin gagasan sederhana:
BELI SAAT RENDAH
JUAL SAAT TINGGI
... jadi pada saat ini, kalo ada yang ikut usulan gw, ybs BOLE JUAL :)

... kalo mau baca data NAB harian yang historikal sila link : data NAB Reksa Dana di Tempointeraktif.com