gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 29 Juni 2011

catatan SEMENTARA skenario SEMESTER 1/2011 inves 1 Juta RDS :29/06/11


ini contoh skenario dengan data nab yang riil, jadi untuk sementara maseh OKE lah :)
perbandingan dengan langsung inves Rp. 6 juta pada tgl 03 Januari 2011, maka secara kalkulasi NAB, ternyata lebih rendah daripada sistem inves 1 juta per bulan :

tapi mungkin ada yang jeli liat bahwa pada tgl 02 Februari 2011, NAB adalah TERENDAH dibandingkan semua NAB yang tertera di tabel ini, dengan % kenaikan nab pada 27 Juni 2011 = (1357.25-1227.68)/1227.68 X 100% = +10.55%
tapi mungkin juga ada yang jeli liat bahwa pada tgl 02 Mei 2011, NAB adalah TERTINGGI, dengan % kenaikan nab = -1.52%
maka kalo menggunakan TEBAKAN MANGGIS untuk melakukan strategi TIMING ada 2 hal yang bisa ditarik kesimpulan sederhana:
1. LEBE REPOT
2. EMANG ADA YANG TAU PASTI (100%) KALO ITU ADALAH NAB TERENDAH atau TERTINGGI
... jadi daripada repot dan bingung, mending pake cara sederhana INVES 1 JUTA RUPIAH DENGAN SISTEM RUTIN, BERKALA, dan TERATUR ... di bank bisa pake sistem autotrading ... up2u lah :)

Selasa, 28 Juni 2011

KRISIS, what crisis, GA LAH (3)

SEPERTI berita soal kenaekan imbal hasil reksa dana pendapatan tetap, maka ini bukti pada produk investasi yang gw inves:

KRISIS, what krisis, GA LAH (2) ... 270611


kalo disimak, maka reksa dana saham juga bisa dijadikan alat CARI UNTUNG SESAAT (CUS) juga; perhatikan data dalam tabel

KRISIS, what crisis, ga lah

secara indikatif jelas reksa dana, terutama reksa dana saham, memang lebe tinggi kenaekannya dibandingkan tren ihsg; bahkan jauh lebe tinggi daripada reksa dana pendapatan tetap (contoh di grafik: pnm amanat syariah)

Sabtu, 25 Juni 2011

hidup NYAMAN dari REKSA DANA dan SAHAM

gw GA TERIMBAS krisis, karena gw uda lakukan diversifikasi
tapi KENYAMANAN uda gw nikmati, dan INI PENTING
sila baca2 neh: krisis ITU NIKMAT bo :)... WELCOME,please, NEW CRISES :P

Kamis, 23 Juni 2011

CABUT aja, kalo ga AKTIF ... 230611

Izin 10.000 WAPERD dicabut karena tak aktif
Oleh Candra Setya S. & Gita A. Cakti

bisnis indonesia

Published On: 21 June 2011

JAKARTA: Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia menegaskan pencabutan izin 10.000 Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana disebabkan tidak aktifnya wakil tersebut dalam kegiatan penjualan efek reksa dana. Ketua Kompartemen Sertifikasi dan Standarisasi Profesi APRDI Andreas Gunawidjaja menegaskan pencabutan ijin sejumlah WAPERD oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bukan karena adanya pelanggaran peraturan tetapi karena tidak aktifnya wakil agen penjual disebabkan adanya program mutasi ataupun promosi dari masing-masing perusahaan.
Pencabutan ijin itu mulai dilakukan sejak akhir 2010 sampai tahun ini seiring mulai diterapkannya kewajiban WAPERD mengikuti program Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL).
Dalam peraturan Bapepam-LK No.V.B.2 tentang Perizinan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana disebutkan untuk meningkatkan pengetahuan WAPERD secara berkelanjutan, seorang yang memiliki izin WAPERD wajib mengikuti program PPL selama 2 tahun sekali.
“Setiap WAPERD wajib mengikuti PPL 2 tahun sekali, kalau tidak dianggap tidak aktif. Sejak September 2010 sampai saat ini mulai dilakukan pemutihan WAPERD, dan ada 10.000 WAPERD yang sudah tidak aktif dalam kegiatan penjualan reksa dana, sehingga ijinnya dicabut. Rata-rata mereka tidak aktif karena mutasi atau promosi. Tapi bukan karena pelanggaran,” ujarnya, hari ini.
Andreas menjelaskan meskipun ada pemutihan, tidak menjadikan jumlah WAPERD berkurang signifikan karena orang yang mendaftar menjadi WAPERD pun terus bertambah. Saat ini, kata dia, ada sekitar 18.000 – 20.000 WAPERD yang tercatat.
“Meskipun ada pembersihan, tetapi ada juga yang masuk menjadi WAPERD. Jadi jumlahnya tidak langsung berkurang begitu saja, ada yang ditarik [ijin WAPERD], tetapi ada juga yang masuk,” jelasnya.(mmh)

Senin, 20 Juni 2011

RD (diam2) Pendapatan TETAP TINGGI ... 200611

Kinerja RD Pendapatan Tetap Diprediksi Balik Arah
Senin, 20 Juni 2011 07:05 wib

JAKARTA - Pertumbuhan reksa dana pendapatan tetap pada lima bulan pertama tahun ini mengalami pertumbuhan signifikan dibanding reksa dana lain. Namun, pertumbuhan reksa dana pendapatan tetap tersebut ke depannya diprediksi akan berbalik arah.

Analis PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, selama periode lima bulan pertama di tahun ini terlihat bahwa investasi reksa dana saham dan reksa dana campuran memberi imbal hasil (return) lebih rendah dibanding investasi reksa dana pendapatan tetap. Itu akibat gerak bursa saham yang saat ini cenderung melemah dibanding penutupan pada 2010.

“Hal itu tidak terlepas dari kinerja bursa saham yang sempat anjlok pada awal 2011 setelah mencapai titik tertinggi pada akhir tahun lalu,” kata dia kepada belum lama ini.

Berdasarkan pantauan Infovesta Utama, dia menjelaskan, indeks obligasi juga sempat mengalami penurunan, meski tidak terlalu dalam. Kondisi tersebut memberi imbas positif terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap dengan memberikan return lebih tinggi, jika pasar kembali menguat.

Data PT Infovesta Utama per akhir Mei menunjukkan, kinerja reksa dana pendapatan tetap tercatat sebesar 4,25 persen, sedangkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya 3,6 persen.

Adapun kinerja reksa dana campuran berada di bawah kinerja IHSG atau hanya 2,42 persen, sedangkan kinerja reksa dana saham hanya satu persen. Sementara dari sisi jumlah, produk reksa dana pendapatan tetap yang berhasil melampaui kinerja IHSG juga paling banyak, mencapai 42 reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran hanya sekira 17 reksa dana dan reksa dana saham hanya lima.

Dari 42 reksa dana pendapatan tetap yang berhasil membukukan kinerja cemerlang, di antaranya AAA Bond Fund dengan return 4,23 persen, BNP Paribas Prima II sekira 6,57 persen, GMT Dana Obligasi Plus 11,65 persen, Panin Gebyar Indonesia II 6,76 persen, dan Reksa Dana Rido Dua 5,36 persen.

Reksa dana pendapatan tetap yang membukukan kinerja negatif sebanyak empat, yakni Kresna Olympus dengan return -3,8 persen, Manulife Pendapatan Bulanan II senilai -76 persen, Nikko Kalbar Fund minus 2,35 persen, dan Schroder Dana Andalan II minus 1,89 persen.

Kendati, kinerja reksa dana pendapatan tetap menunjukkan hasil yang positif hingga akhir Mei 2011, namun Edbert meyakini, bursa saham yang diwakili oleh IHSG ke depannya masih memiliki potensi naik. Hal itu didorong positifnya kondisi fundamental Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan juga potensi kenaikan rating Indonesia.

Di tengah optimisme naiknya bursa saham, dia mengkhawatirkan pertumbuhan reksa dana pendapatan tetap akan menurun. “Kami justru memiliki pandangan yang lebih negatif terkait pertumbuhan reksa dana pendapatan tetap ke depan,” ujar Edbert.

Adapun faktor utama yang menjadi kekhawatiran terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap tersebut, yakni potensi kenaikan suku bunga akibat melonjaknya angka inflasi. Pasalnya, investasi pada instrumen pendapatan tetap memiliki gerak berlawanan dengan suku bunga. “Kalau suku bunga naik, harga obligasi akan turun dan begitu juga sebaliknya,” imbuhnya.

Sementara itu, manajer investasi (MI) yang baru-baru ini meluncurkan produk reksa dana pendapatan tetap adalah PT Danareksa Investment Management (DIM), dengan nama Danareksa Melati Platinum Rupiah.

Kendati demikian, Direktur Utama DIM Jhon D Item mengatakan, produk reksa dana pendapatan tetap yang diluncurkan pada 26 April 2011 merupakan reksa dana pendapatan tetap terbuka, yang berbeda dengan produk reksa dana pendapatan lainnya. “Investor tidak perlu khawatir rugi karena selain memiliki unsur saham, reksa dana ini juga memiliki pola proteksi,” ujar dia.

Menurut John, reksa dana tersebut memberikan return investasi yang menarik lantaran downside return terjaga pada tingkat return tertentu dan upside return yang tidak terbatas. Reksa dana Danareksa Melati Platinum Rupiah, yang diivestasikan pada 80-100 persen di surat utang negara (SUN), 0-20 persen di instrumen pasar uang dan 0-20 persen di saham akan memberikan imbal hasil investasi rata-rata sembilan persen per tahun selama tiga tahun.

Sementara untuk investasi di saham akan difokuskan pada 10 saham berkapitalisasi menengah. Jika kondisi bursa bagus, maka imbal hasil yang diberikan bisa meningkat sekira 11-15 persen. Namun, jika kondisi pasar saham tidak bagus, maka imbal hasil akan diproteksi.

Alasan DIM mengeluarkan Danareksa Melati Platinum Rupiah adalah porsi reksa dana pendapatan tetap yang terus menurun, sulitnya mencari reksa dana terproteksi dengan aset dasar (underlying) kompetitif dan kondisi pasar saham yang saat ini sedang bullish (menguat).

Sasaran investor produk ini adalah investor deposito, pendapatan tetap, terproteksi maupun investor saham. Dari produk itu, DIM menargetkan total dana kelolaan (Nilai Aktiva bersih/NAB) reksa dana Danareksa Melati Platinum Rupiah mencapai Rp1 triliun hingga akhir tahun ini.
(J Erna/Koran SI/ade)

Reksa Dana Pendapatan Tetap Unggul
Rabu, 15 Juni 2011 08:12 wib


JAKARTA - Kinerja reksa dana pendapatan tetap hingga akhir Mei tahun ini menunjukkan kinerja paling baik dibanding reksa dana lainnya. Kinerja reksa dana pendapatan tetap per Mei 2011 berhasil melampaui kinerja reksa dana saham maupun indeks harga saham gabungan (IHSG).

Data PT Infovesta Utama per akhir Mei menunjukkan, kinerja reksa dana pendapatan tetap tercatat sebesar 4,25 persen sedangkan kinerja IHSG hanya 3,6 persen. Adapun,kinerja reksa dana campuran berada di bawah kinerja IHSG atau hanya 2,42 persen dan kinerja reksa dan saham hanya satu persen.

Sementara, dari sisi jumlah,produk reksa dana pendapatan tetap yang diriset PT Infovesta yang berhasil melampaui kinerja IHSG juga paling banyak, mencapai 42 reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran hanya sekitar 17 reksa dana, dan reksa dana saham hanya lima, yang berhasil melampaui kinerja IHSG.

Dari 42 reksa dana pendapatan tetap yang membukukan kinerja cemerlang di antaranya AAA Bond Fund dengan return 4,23 persen,BNP Paribas Prima II sekitar 6,57 persen,GMT Dana Obligasi Plus 11,65 persen, Panin Gebyar Indonesia II 6,76 persen,dan Reksa Dana Rido Dua 5,36 persen.

Reksa dana pendapatan tetap yang membukukan kinerja negatif sebanyak empat,yakni Kresna Olympus dengan return -3,8 persen, Manulife Pendapatan Bulanan II senilai -76 persen, Nikko Kalbar Fund minus 2,35 persen,dan Schroder Dana Andalan II minus 1,89 persen.

Analis Riset Infovesta Edbert Suryajaya mengakui, kinerja reksa dana beberapa bulan di tahun ini terlihat lebih rendah bila dibanding dengan tahun lalu. Meski menunjukkan kinerja yang positif dibanding reksa dana lainnya, kinerja reksa dana pendapatan tetap jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menurun tipis. Pada akhir Mei 2010 kinerja reksa dana pendapatan tetap tercatat mencapai 4,83 persen. Sementara, kinerja reksa dana campuran dan saham mengalami penurunan kinerja yang signifikan.

“Kinerja reksa dana campuran pada Mei 2010 senilai 5,2 persen sedangkan reksa dana saham mencapai 4,71 persen,” ujarnya di Jakarta.

Menurut Edbert,menurunnya kinerja rata-rata reksa dana dibanding tahun sebelumnya didorong kondisi bursa yang sudah tinggi sehingga potensi kenaikan yang dimiliki menjadi terbatas. “Berbeda dengan tahun lalu yang berada di zona yang masih terbilang rendah bila dibanding kondisi saat ini,”imbuh dia.

Dia melihat,ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja bursa dan reksa dana tahun ini.Ketiga faktor tersebut yakni publikasi laporan keuangan yang positif sehingga memberikan sentimen positif bagi bursa, tingkat inflasi yang negatif (deflasi), dan posisi bursa yang sudah rendah menyusul jatuhnya bursa saham maupun obligasi yang terjadi pada tahun ini.

Sementara itu, kinerja reksa dana selama setahun terhitung Mei 2010–2011 tercatat, kinerja reksa dana saham rata-rata 24,68 persen, kinerja reksa dana pendapatan tetap rata-rata 12,37 persen, dan reksa dana campuran rata-rata 21,98 persen, sedangkan IHSG rata-rata 37,18 persen. Kinerja reksa dana saham sepanjang setahun ini yang mencatat kinerja rata-rata di atas IHSG sebanyak 10 reksa dana, yakni Panin Dana Maksima yang mencatat return 69,9 persen.

MNC Dana Ekuitas 39,64 persen, dan Makinta Mantap senilai 51,32 persen, GMT Dana Ekuitas 39,38 persen, HAM Ultima Ekuitas I 41,05 persen, Panin Dana Prima 45,11 persen, Trim Kapital 40,36 persen, Trim Kapital Plus 46,3 persen, Syailendra Equity 37,34 persen, dan Schroder 90 Plus Equity Fund 39,36 persen.

Kamis, 16 Juni 2011

CEMAS: tanda gw SIAP BELI, lage (160611)

Greek debt fears sink Wall Street, more losses eyed



By Chuck Mikolajczak

NEW YORK | Wed Jun 15, 2011 5:33pm EDT

(Reuters) - Stocks tumbled on Wednesday, driven lower by escalating Greek debt woes, while troubling U.S. data pointed to further losses ahead.

Financials came under fire after Moody's Investors Service said it may cut the credit ratings of French banks, citing exposure to Greek debt.

U.S. data showed the U.S. economy is facing a troubling mix of higher prices and weak growth.

"Every day that we get another negative macro report -- they can't keep brushing it under the rug and say we are in a soft patch and it's only temporary," said Ken Polcari, managing director at ICAP Equities in New York.

"They tried to play the Greece thing off like it was going to be settled and clearly it's not, so it's all coming back to haunt them."

The day's losses left the S&P 500 within a stone's throw of its 200-day moving average of 1,256.82. If that level is breached, losses would be likely to accelerate.

Declines in insurers' shares outpaced the broader market, with the KBW insurance index .KIX down 3 percent. Allstate (ALL.N) lost 2.5 percent to $29.48.

Energy shares also depressed the market as signs of economic weakness fed worries about demand, sending crude to its lowest level since February. Chevron Corp (CVX.N), down 2.2 percent at $98.41, was the biggest drag on the Dow. TheNYSEArca oil index .XOI slumped 2.5 percent.

Profit forecasts from companies, including Nucor Corp (NUE.N), Owens Illinois (OI.N) and Ford (F.N), highlighted concerns about the impact that a lethargic economy could have on earnings.

"It's only adding to the negative mood today, but that also might be a precursor of what is to come," Polcari said.

The Dow Jones industrial average .DJI dropped 178.84 points, or 1.48 percent, to 11,897.27. The Standard & Poor's 500 Index .SPX lost 22.45 points, or 1.74 percent, to 1,265.42. The Nasdaq Composite Index .IXIC slid 47.26 points, or 1.76 percent, to 2,631.46.

VIX SURGES, PANDORA FLIES

The CBOE Volatility Index .VIX jumped 16.8 percent to 21.32 -- its highest level since March 18.

The data confirmed views that the economy is getting weaker even as prices are rising. Those economic worries have been largely behind a 7 percent slide in the S&P 500 since its near three-year high on May 2nd.

The core U.S. Consumer Price Index, which excludes volatile food and energy prices, rose more than expected in May, while the New York Federal Reserve's Empire State manufacturing index unexpectedly shrank in June, falling below zero for the first time since November.

Even with the selling pressure on Wall Street, Pandora Media Inc (P.N) managed a successful debut as investors shrugged off profit concerns for the online radio service. Pandora's stock rose 8.9 percent to $17.42, but was well off its intraday high of $23.75. At its peak, Pandora's stock was up as much as 48.4 percent from its IPO price of $16.

In the insurance industry, Allstate suffered a setback in its lawsuit against Bank of America Corp's Countrywide unit over toxic mortgage debt, with a Manhattan federal judge moving the dispute to Los Angeles.

Steelmaker Nucor issued a forecast that missed Wall Street's expectations, and its shares fell 2.2 percent to $39.80. Shares of Owens Illinois, the world's largest maker of glass bottles, tumbled 13.5 percent to $25.54 after the company cut its second-quarter outlook. The stock of No. 2 U.S. automaker Ford lost 2.1 percent to $13.15.

Volume picked up, with about 7.99 billion shares traded on the New York Stock Exchange, NYSE Amex and Nasdaq, slightly above the daily average of 7.58 billion.

Declining stocks outnumbered advancing ones on the NYSE by 2,556 to 478, while on the Nasdaq, decliners beat advancers 2,064 to 542.

(Reporting by Chuck Mikolajczak; Editing by Jan Paschal)

Senin, 13 Juni 2011

TIME 2 BUY, bo ... 130611

saat KEPANIKAN PASAR KARENA INVESTOR GLOBAL RUGI $3T, MAKA gw mah malah BELI saat KOREKSI IHSG YANG CUKUP DALAM, walau pun gw maseh juga berekspektasi terkoreksi hingga 3500, saat BENERAN GW MASUK LEBE GEDE
bwat investor atawa penonton yang GA MAFHUM, sila BOBO taruh duwit di bawah bantal, biarkan pasar liar sendiri, n gw mencari YANG DIBUANG oleh investor laen
ini saatnya gw CUS (cari untung sesaat) di reksa dana saham
gw maseh punya modal bwat beli karena uda sempat jual / redeem sebagian dari laba (potential gain) pada awal taon
transisi ke inflasi tinggi telah menyeret 2 raksasa global, amrik dan china untuk MENGAMBIL KEBIJAKAN YANG SESUAI YAITU MENAEKKAN SUKU BUNGA PINJAMAN dan SIMPANAN bank sentral mereka
SETIAP INFLASI, KENAEKAN SUKU BUNGA, pasti MENYERET TURUN BURSA SAHAM dan KOMODITAS pada AWALNYA, namun setelah TERJADI PROSES EKUILIBRIUMISASI ekonomi global, maka BURSA SAHAM MULAI BERANJAK naek lage, semoga :)

gw pernah membandingkan secara kasar tren pemanfaatan listrik dan pertumbuhan ekonomi serta ihsg: tren UTILISASI LISTRIK dan IHSG
kebetulan 2011 ini ternyata:
Pemakaian Listrik Jawa-Bali Melonjak
"Setahun pemakaian listrik naik 3.000 megawatt."
Senin, 13 Juni 2011, 21:46 WIB
Syahid Latif, Ajeng Mustika Triyanti


VIVAnews - PT Perusahaan Listrik Negara memastikan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) tidak akan mengakibatkan berkurangnya pemakaian listrik secara drastis. Hal yang menjadi perhatian konsumen justru jaminan ketersediaan pasokan listrik yang dapat disediakan PLN.

"Hal ini merupakan dilema bagi kami, apakah pertumbuhan seperti ini harus ditahan hanya karena kemampuan kita yang terbatas," kata Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 13 juni 2011.

Dahlan mengungkapkan, pengalaman PLN saat mencabut capping TDL pada tahun 2010 menunjukan kenaikan tarif listrik tidak menurunkan kapasitas listrik yang dipakai konsumen. Malah, pemakaian listrik setelah pencabutan capping TDL terus menanjak dan memecahkan rekor pemakaian listrik setiap minggunya.

Kenaikan pemakaian listrik ini terjadi di Indonesia Timur yang pemakaian listriknya naik sebanyak 24 persen padahal awalnya hanya diperkirakan hanya akan naik sebesar 9 persen. Sedangkan Indonesia Barat, pemakaian listrik naik 17 persen dari direncanakan hanya sebesar 11 persen.

"Rekor baru di Jawa-Bali pemakaian listrik mencapai 18.970 megawatt pada bulan lalu. Setahun pemakaian listrik naik 3.000 megawatt," kata Dahlan.

PLN, ujar Dahlan, selama ini berkomitmen untuk menjamin pemerataan energi di seluruh wilayah Indonesia. Tekad untuk mencapai hal itu diupayakan dengan merealiasasikan pembangunan pembangunan listrik tenaga surya (PLTS) di 100 pulau.

Upaya lain adalah merangkai pulau-pulau dengan kabel bawah laut serta pemakaian gas alam yang sudah dikompresi pada saat beban puncak.

PLN juga terus berupaya mendekatkan gardu-gardu induk ke potensi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), penggunaan PLTU sewa untuk mengatasi biaya pokok produksi, mendorong listrik prabayar, serta mengeluarkan kebijakan kenaikan daya listrik secara gratis untuk masyarakat mampu yang menggunakan 450-900 VA, serta menggeser beban puncak ke tengah malam.
• VIVAnews

Rabu, 08 Juni 2011

mami MENYAPIh ... 080611

Manulife Asset Targetkan Dana Kelolaan Rp32 Triliun
Selasa, 7 Juni 2011 | 7:51
Investor Daily/



JAKARTA- PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) menargetkan dana kelolaan dapat mencapai Rp32 triliun pada tahun ini atau naik dibanding tahun lalu yang mencapai Rp25 triliun.

"Kami menargetkan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 25% menjadi sekitar Rp30-32 triliun, merata untuk semua produk yang kami miliki," kata Presiden Direktur MAMI, Legowo Kusumonegoro di Jakarta, Senin (6/6).

Ia menambahkan, pangsa pasar Indonesia luas, rendahnya penetrasi produk deposito baru menguasai 6% pasar, begitu rendah dengan dibandingkan dengan negara maju yang mencapai 43%.

"Riset kami menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 200 ribu high net worth individuals (HNWI) dengan total simpanan deposito sejumlah Rp400 triliun, dengan rata-rata Rp2 miliar per rekening," kata dia.

Sementara itu, tambah dia, sekelompok orang yang termasuk mass affluent (MA) adalah pemegang lebih dari dua juta rekening sebesar rata-rata Rp288 juta per rekening atau sekitar rp600 triliun seluruhnya.

"Kedua segmen ini telah menjadi segmen yang diincar bank-bank consumer wealth," katanya.

Global Chief Investment Officer Manulife Asset Management, Barry Evans menambahkan, Indonesia didominasi populasi usia produktif dan kesempatan yang ditawarkan dunia investasi di Indonesia begitu luar biasa.

"Dengan didukung oleh pertumbuhan yang tinggi, situasi politik yang stabil, rencana Indonesia mendapatkan status 'investment grade' menjadikan berinvestasi di Indonesia menarik dan itu pula yang dilihat oleh investor global dalam berinvestasi di Indonesia," ujar dia.

Saat ini, lanjut dia, kepemilikan investor asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai angka Rp225 triliun atau 33% dari total kepemilikan obligasi pemerintah Indonesia.

"Meningkatnya alokasi belanja pemerintah pada sektor infrastruktur serta menguatnya nilai tukar rupiah lebih lanjut akan semakin meningkatkan minat investor asing untuk berinvestasi pada pasar oblgasi di Indonesia," kata dia.(ant/hrb)