gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 15 Agustus 2012

LIBURrrrrrrr ... 150812

Delapan hari, NAB reksadana turun Rp 1,8 triliun Oleh Narita Indrastiti, Marantina - Rabu, 15 Agustus 2012 | 06:44 WIB kontan JAKARTA. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana saham selama delapan hari Agustus menurun. Menilik data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) NAB turun Rp 1,87 triliun menjadi Rp 62,66 triliun. Sementara, total dana kelolaan reksadana juga turun Rp 817,47 miliar menjadi Rp 177,28 triliun. Indeks Harga Saham Gabungan dari akhir Juli sampai 8 Agustus, menurun 1,26% dibanding posisi akhir Juli ke 4.090,71. Praska Putrantyo, Analis PT Infovesta Utama, mengatakan penurunan NAB karena libur Lebaran. Selain itu, investor mengantisipasi sepanjang libur bursa domestik. Akibatnya, investor cenderung menarik dana dari portofolio yang rawan sentimen global. Sunggul Situmorang, Direktur Utama Jisawi Finas Fund Management bilang, prediksi penurunan harga saham membuat investor cenderung menarik dana. Dia bilang, investor cenderung switching portofolio. Itu terlihat dari reksadana saham Jisawi Progresif turun Rp 3 miliar – Rp 4 miliar. Namun, dana kelolaan pada produk Jisawi Obligasi Plus naik Rp 12 miliar. Meski begitu, Sunggul yakin setelah ramadan investor akan kembali ke reksadana saham. Meski begitu, para manajer investasi yang dihubungi KONTAN bilang, tidak ada penarikan dana (redemption) di reksadana saham. Suwito Haryatno, Direktur MNC Asset Manajemen pun melihat saat ini investor cenderung menggunakan strategi cost averaging. September masuk Akibatnya, dana kelolaan reksadana saham milik MNC masih naik Rp 4 miliar menjadi Rp 553 miliar per 10 Agustus. Suwito mengaku tidak banyak yang profit taking. "Nasabah melihat jangka panjang dan relatif optimis," klaim dia. Suwito bilang, redemption justru terjadi di reksadana pasar uang miliknya mencapai Rp 300 miliar. Penarikan dana ini karena nasabah ritel membutuhkan dana kas yang besar. "Mereka melihat kondisi dulu dan akan ramai lagi September," jelas dia. Secara historis, investor reksadana saham kembali menambah dana (subscription) menjelang akhir kuartal tiga atau awal Oktober. Pasalnya, kinerja kuartal tiga akan mulai menyusun budget anggaran belanja modal tahun depan. Selain itu, IHSG mulai melandai sehingga investor kembali akumulasi beli. Praska pun melihat, reksadana saham hingga akhir tahun masih berprospektif karena fundamental yang masih bagus. Selain itu, price earning ratio masih dibawah rata-rata historis lima tahun terakhir. Selain itu, sentimen eksternal adanya stimulus dari bank sentral di dunia sehingga bisa mendongkrak pemulihan ekonomi.

Jumat, 10 Agustus 2012

Asset UNDER management RD H1 2012

10 Manajer Investasi Kelola Dana Rp 142 Triliun Jumat, 10 Agustus 2012 | 08:58
Sepuluh manajer investasi (MI) papan atas berhasil membukukan dana kelolaan (asset under management/AUM) reksa dana, sebesar Rp 142,32 triliun per akhir Juli 2012. Mereka menguasai 82 persen pasar reksa dana.
Sementara itu, para pelaku dan pengamat optimistis prospek reksa dana pada semester II-2012 cukup bagus, seiring proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG), yang pada akhir tahun dapat tembus 4.400-4.500.
Pada paruh kedua tahun ini NAB reksa dana diyakini dapat tumbuh 20 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Berdasarkan data Infovesta Utama yang diperoleh Investor Daily, jumlah AUM Top 10 MI tersebut meningkat 3,53 persen, dari akhir Desember 2011 sebesar Rp 137,3 triliun.
PT Schroder Investment Management Indonesia menempati posisi puncak, dengan dana kelolaan sebesar Rp 43,05 triliun (24,7 persen).
Namun, AUM Schroder tersebut turun dibanding akhir Desember 2011 senilai Rp 44,91 triliun.
Peringkat kedua diraih PT BNP Paribas Investment Partners dengan dana kelolaan Rp 24,22 triliun
, disusul PT Mandiri Manajemen Investasi Rp 18,38 triliun, PT Bahana TCW Investment Management Rp 12,3 triliun, dan
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Rp 11,19 triliun.
Selanjutnya PT Panin Asset Management dengan AUM Rp 8,94 triliun, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen Rp 8,04 triliun, PT Danareksa Investment Management Rp 6,9 triliun, PT Sinarmas Asset Management Rp 5,3 triliun, dan posisi ke-10 adalah PT First State Investments Indonesia senilai Rp 4 triliun. Total dana kelolaan tersebut tidak termasuk reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dan kontrak pengelolaan dana (discretionary fund) yang ditangani masing-masing MI. Data profil top 10 MI memperlihatkan terjadinya pergeseran dibanding Desember 2011.
Peringkat MI dari 1-6 masih sama, hanya jumlah AUM-nya berubah. Namun untuk posisi 7-10, jumlah AUM dan peringkat MI berubah.
Jumlah dana kelolaan Schroder Investment dan Mandiri Manajemen Investasi sedikit menurun.
Selain itu, PT Trimegah Asset Management terlempar dari posisi top 10, digantikan oleh PT First State Investments.

Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoadi mengatakan, pihaknya telah menjadi MI terbesar sejak 2005. Bukanlah hal yang mengejutkan jika saat ini Schroder masih tercatat sebagai MI dengan AUM terbesar.
Michael mengatakan, rahasia sukses untuk mempertahankan dana kelolaan tetap besar adalah menjaga hubungan baik dengan investor, sehingga kepercayaan investor tetap tinggi.
“Kami tidak hanya berupaya menghasilkan return yang tinggi tapi juga kombinasi dari banyak hal, terutama menjaga kepercayaan dan hubungan baik dengan investor,” kata Michael ketika dihubungi Investor Daily di Jakarta.
Tahun ini perseroan berupaya meningkatkan dana kelolaan dan Michael yakin pada semester II pertumbuhan AUM akan lebih baik dibanding semester I.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Edward P Lubis. Edward mengatakan, pertumbuhan dana kelolaan reksa dana selama semester II diharapkan lebih baik. Apalagi pertumbuhan PDB kuartal II melebihi ekspektasi, sebesar 6,4 persen. “Pertumbuhan ekonomi yang melebihi ekspektasi di tengah perlambatan ekonomi dunia diharapkan mampu meningkatkan IHSG, sehingga reksa dana juga tumbuh lebih bagus,” kata dia. Sampai akhir Juli 2012, lanjut Edward, Bahana mencatatkan total dana kelolaan sebesar Rp 18,2 triliun, di luar RDPT sekitar Rp 500 miliar. “Hingga akhir tahun kami berupaya mencapai target AUM Rp 21 triliun,” kata dia. Penulis: ID/Elizabeth Gloria/Hari Gunarto/ Entin Supriati

Selasa, 07 Agustus 2012

RD dolar BERKIBAr ... 070812

RD dolar saat lom BERKIBAR Reksadana dollar makin mekar Oleh Narita Indrastiti - Selasa, 07 Agustus 2012 | 07:06 WIB kontan JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap berbasis dollar Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja cemerlang selama Juli 2012. Merujuk data Infovesta, seluruh kinerja reksadana fixed income dollar mencetak return positif dengan rata-rata return sebesar 2,68%. Dari awal tahun, reksadana ini mencetak return sebesar 4,25%. Kinerja terbaik berasal dari reksadana milik CIMB Principal Asset Management yakni CIMB Principal Dollar Bond. Produk itu membukukan return 3,71% sepanjang Juli lalu atau 6,31% year to date. Pada bulan sebelumnya, produk itu hanya mencapai return 1,96% atau hanya 2,51% sejak awal tahun. Fadlul Imansyah, Vice President Head of Investment PT CIMB Principal Asset Management, mengatakan, sebagian besar dana masih disimpan di aset obligasi global milik pemerintah. Pemilihan aset di global bond masih terfokus pada obligasi bertenor panjang. Pasalnya, harga obligasi global pemerintah masih relatif stabil. Namun, jika ada fluktuasi harga ketika terimbas kabar buruk dari Eropa, CIMB akan memindahkan aset global bond tenor panjang ke tenor menengah dan pendek. Return yang positif bulan lalu juga terdorong dari naiknya harga obligasi dollar. Bukan cuma itu, CIMB mendorong investor untuk menambah unit alias subscription secara reguler. Dus, dana kelolaan dan return bisa terangkat. Strategi ke depan, CIMB akan mengalihkan aset dengan mengambil obligasi tenor pendek. Penempatan dana di obligasi pemerintah itu mencapai 80%. "Kami akan sedikit memperpendek durasi. Namun bukan berarti akan menjual yang tenor panjang. Hanya saja menambah pembelian di tenor menengah," kata dia. Info saja, sejak awal tahun, total dana kelolaan CIMB Principal Asset Manajemen sudah mencapai Rp 1,5 triliun dari target Rp 2 triliun. Di atas deposito Kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis Dollar AS milik PT Trimegah Asset Manajemen, yakni TRAM Pendapatan Tetap USD juga ciamik. Return selama Juli sebesar 3,60%. Sementara, produk BNP Paribas Prima Asia USD menorehkan return 3,56% dan dua produk Danareksa yakni Danareksa Melati Dollar dan Danareksa Melati Platinum Dollar AS membukukan return masing-masing sebesar 3,32% dan 3,31%. Sementara, produk milik PT MNC Asset Management, yakni MNC Dana Dollar juga membukukan return positif sebesar 2,63% pada Juli 2012. Fund Manager PT MNC Asset Management, Akbar Syarif, bilang, sebagian penempatan aset reksadana itu terfokus pada obligasi pemerintah dan sebagian di obligasi korporasi. Sebelumnya, MNC menargetkan produk ini bisa membukukan return hingga 4% hingga akhir tahun. Tapi karena performa global bond pemerintah terus membaik, dia yakin return sebesar 7% bisa tercapai. Apalagi sudah mulai banyak subscription dari nasabah-nasabah institusi. Dana kelolaan reksadana ini sudah mencapai target sebesar US$ 5 juta. "Strategi ke depan, masih akan ditempatkan di obligasi pemerintah bertenor 10 tahun - 40 tahun serta di obligasi korporasi yang memiliki yield tinggi," ujar Akbar. "Return selama Juli cukup baik. Secara presentase sudah di atas return deposito dollar setahun," kata Rudiyanto, Pengamat Pasar Modal.

Minggu, 05 Agustus 2012

tren NAB banyak RD lama ... 030812

... jika dibandingkan dengan SELISIH saat krisis euro 2011, maka tren kenaekan NAB reksa dana saham lebe unggul daripada reksa dana pendapatan tetap:
... gejolak tren NAB RD Saham (dalam hal ini, contohnya, BNP Paribas Ekuitas, menonjol sekali dibandingkan yang lain-lain:

time2buy a$ alway$ (3)

Krisis Eropa Peluang Bagus Pasar Modal Indonesia Kamis, 2 Agustus 2012 | 17:02 investor daily saat IHSG AMBLE$, gw mah tenang BELI JAKARTA - Kelesuan pasar keuangan global dan regional menjadi peluang pasar modal Indonesia dengan potensi masuknya aliran dana asing ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia, Michael T Tjoajadi, di tengah ancaman krisis Eropa, negara berkembang akan menjadi pilihan investor global. "Indonesia yang dikategorikan negara berkembang akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik ketimbang negara maju," kata dia di gedung BEI, Jakarta, hari ini. Michael mengatakan, pertumbuhan tersebut ditopang besarnya pasar domestik. Dengan tidak terlalu bergantung pada ekspor, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih yang lebih tinggi dibanding negara lainnya. Meski begitu, Michael menambahkan, pasar modal Indonesia harus mempersiapkan sebagai antisipasi masuknya arus asing ke bursa domestik. Beberapa hal yang harus dilakukan menurut Michael, adalah peningkatan likuiditas dan penyempurnaan regulasi. Caranya, bisa memperbanyak perusahaan melakukan initial public offering (IPO), penerbitan saham baru (rights issue), atau peningkatan porsi pemegang saham publik. Michael menuturkan, faktor masih prospektifnya Indonesia di tengah krisis global adalah utang ekonomi di negara berkembang, termasuk Indonesia masih lebih kecil dibanding negara maju. "Negara berkembang ekonominya lebih sehat. Ini membuat Indonesia menuju tren yang positif,” ujarnya. (BS/ivan ds/whisnu b)