|
Tingkat 0: Tidak Berinvestasi
Inilah kelompok orang yang hampir tidak pernah melakukan investasi. Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang berpenghasilan pas-pasan (marginal) dan mereka yang kas defisit. Kelompok marginal adalah mereka yang penghasilannya hanya cukup untuk biaya hidup. Sementara yang termasuk kas defisit adalah mereka yang lebih besar pasak daripada tiang. Masyarakat miskin yang jumlahnya masih puluhan juta orang di negeri ini juga masuk kelompok ini.
Tingkat 1: Penabung
Investor tingkat 1 diisi para penabung dan deposan bank. Mereka mengutamakan kepastian dan keutuhan uangnya. Investor tingkat ini sangat menghindari risiko, sekecil apa pun, sehingga tidak menyukai produk-produk pasar modal, termasuk ORI (Obligasi Ritel Indonesia) dan sukuk ritel sekalipun. Para penabung melupakan satu hal bahwa bunga bersih tabungan dan deposito di bawah inflasi sehingga return riil menjadi negatif. Mereka tidak paham bahwa dalam 10 tahun terakhir rupiah telah kehilangan sekitar tiga perempat nilainya akibat inflasi.
Mereka tidak menyadari bahwa inflasi dengan pelan, namun pasti terus menggerogoti nilai riil uangnya. Menabung adalah kebiasaan baik. Dan, menyimpan dana darurat sebesar 3-6 kali pengeluaran bulanan di bank untuk tujuan berjaga-jaga (precaution) adalah tindakan bijak. Tetapi menyimpan dana lebih dari pengeluaran rutin 6 bulan dalam tabungan adalah kurang cerdas. Menaruh sebagian besar atau seluruh dana dalam deposito juga jauh dari cerdas finansial.
Tingkat 2: Investor Awam
Investor kelompok ini tidak tabu dengan saham dan obligasi. Mereka memahami bunga obligasi, ORI, dan sukuk ritel lebih menarik daripada bunga deposito. Mereka juga mengetahui bahwa investasi saham dapat memberikan return tahunan 20 persen atau lebih. Investor awam umumnya berpengalaman minim dengan waktu dan akses mendapatkan informasinya relatif terbatas. Karena itu, mereka biasanya ketinggalan dalam membeli dan menjual saham.
Bukannya menerapkan strategi buy low and sell high, mereka lebih sering mengalami kebalikannya yaitu buy high and sell low. Karena kurang informasi, saat sebuah saham layak beli, investor awam masih merasa takut.
Mereka ikut juga membeli saham ketika sifat serakah mampu mengalahkan rasa takutnya karena berita tentang saham ini sudah dimuat di media massa. Keputusannya ini tidak jarang sudah terlambat karena momentum pasar malah melemah sesaat setelah mereka membeli.
Secara rata-rata, return investor awam akan berada di bawah pasar. Saat indeks naik 20 persen, return mereka mungkin hanya sekitar 10–15 persen. Untuk investor tingkat ini, saran saya, alokasikan sebagian besar dana Anda dalam reksa dana saham atau saham-saham likuid dalam LQ-45. Akan lebih baik lagi jika saham-saham itu berkapitalisasi besar.
Tingkat 3: Investor Jangka Panjang
Investor tingkat 3 berkemampuan di atas investor awam. Mereka lebih berpengalaman dan mengetahui bahwa strategi buy and hold dalam berinvestasi saham lebih menguntungkan daripada strategi trading. Dengan keterbatasan waktu dan informasi yang dimiliki dan sulitnya market timing, mereka melakukan strategi pasif yaitu menekankan stock selection (pemilihan saham) berdasarkan analisis fundamental.
Investor jangka panjang percaya bahwa dalam jangka panjang nilai portofolio sahamnya akan bergerak mengikuti indeks pasar.Jika IHSG naik 182 persen dalam tiga tahun terakhir (akhir 2008 – akhir 2011), portofolio mereka kurang lebih juga akan meningkat sebesar itu untuk periode yang sama.
Robert Kiyosaki dan investor kawakan asal AS Warren Buffet mengatakan bahwa sebagian besar jutawan Amerika yang sukses dari berinvestasi saham berasal dari tingkatan ini.
Tingkat 4: Investor Piawai
Inilah kelompok jawara investor saham. Mereka mempunyai catatan kemenangan yang konsisten dalam mengalahkan pasar selama beberapa tahun. Mereka mungkin pernah mengalami kerugian cukup besar, namun mereka mengambil hikmah dan pelajaran dari kesalahan pemilihan saham masa lalu itu. Saat indeks hanya meningkat 20 persen, portofolio investor piawai mungkin saja sudah naik 25 persen atau 5 persen di atas pasar.
Saat indeks stabil, mereka masih tetap mampu menghasilkan return positif. Investor piawai adalah investor yang fokus dan mampu memanfaatkan dan menggabungkan semua informasi. Baik informasi tentang ekonomi global, ekonomi makro, dan industri, maupun informasi dari laporan keuangan perusahaan.
Mereka dapat membedakan antara saham bagus dan perusahaan bagus. Jika investor awam seringnya sell the winners too soon and hold the losers too long, mereka sebaliknya yaitu sell the losers in time and hold the winners long enough. Pada praktiknya hanya segelintir investor bisa masuk dalam tingkat ini. Jika Anda kebetulan mengenalnya, jangan ragu untuk bertanya dan berguru kepadanya soal saham.
Tingkat 5: Investor Kapitalis
Dibandingkan investor tingkat lainnya, jumlah investor tingkat 5 adalah yang paling sedikit, mungkin hanya 1-2 orang dari sejuta penduduk. Investor kapitalis sebenarnya para pengusaha dan pebisnis ulung yang namanya kita kenal.
Mereka mampu mengembang biakkan uangnya menjadi berkali-kali lipat dalam waktu singkat dengan memanfaatkan bakat, waktu, dan uang orang lain. Mereka adalah penggerak perekonomian nasional hingga mampu bertumbuh 6 persen lebih.
Jika investor piawai melakukan investasi untuk portofolionya sendiri dengan menggunakan dana sendiri, investor kapitalis menggunakan dana orang lain untuk membuka peluang investasi dan menciptakan pekerjaan untuk investor/ orang lain.
Anda ingin tahu siapa saja mereka? Di Amerika ada Henry Ford, Bill Gates, Michael Dell, Donald Trump, dan ribuan lainnya. Di Indonesia kita punya Sandiaga Uno, Chairul Tanjung, Anthony Salim, Ciputra, dan lainnya. (ank)
BUDI FRENSIDY
Penasihat Investasi dan
Penulis Buku Matematika Keuangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar