23/01/2010 - 22:00
Reksadana Saham Masih Dominasi Pasar
Agustina Melani
INILAH.COM, Jakarta – Industri reksadana akan tumbuh sekitar 20 hingga 25% pada 2010, dimana penguatan IHSG akan berpengaruh positif terhadap reksadana saham. Bagaimana peluang dan kendalanya?
Direktur Schroder Invesment Michael Tjoajadi menuturkan, reksadana saham dan terproteksi masih menjadi pilihan tahun ini, meski peningkatannya tidak setinggi tahun lalu. "Reksadana saham akan tumbuh 15 hingga 20%, dan reksadana terproteksi akan cukup banyak diterbitkan," ujarnya kepada INILAH.COM baru-baru ini.
Michael melihat, pertumbuhan reksadana tahun ini didukung ekspektasi perekonomian yang positif dan perkembangan suku bunga. Ekspektasi ekonomi dunia juga akan berdampak pada ekspor Indonesia. “Karena daya beli masyarakat meningkat dan belanja pemerintah akan infrastruktur pun akan naik,” katanya.
Sementara itu, lanjutnya, suku bunga masih rendah pada 2010 membuat investor mencari alternatif investasi berimbal hasil tinggi. Kondisi ini akan memicu pengalihan dana. Masyarakat yang sudah mulai mengerti produk reksadana juga mendukung perkembangan industri reksadana."Dengan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, investor dunia melihat siapa yang akan menjadi the next Chinda dan India. Indonesia termasuk salah satunya," kata Michael.
Sedangkan bursa saham, imbuhnya, memang selalu terkait erat dengan perekonomian dan bergerak mendahului sektor riil. Akibatnya, pemodal memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi dengan menarik investasi dari deposito dan mengalihkan ke pasar modal. “Pola demikian selalu terulang mengikuti sejarah perekonomian dunia dan Indonesia,” katanya.
Menurut data Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), jumlah reksadana baru pda 2009 naik 63 buah (11,42%) menjadi 673 buah dari jumlah reksadana 2008 sebesar 604 buah. Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk-produk reksadana juga naik signifikan 51,03% menjadi Rp 113,17 triliun dari posisi akhir 2008 sebesar Rp 74,93 triliun. Adapun untuk unit penyertaan reksa dana telah terjadi peningkatan 14,86% menjadi 70,04 miliar unit.
Meskipun reksa dana saham bukan satu-satunya penopang kenaikan NAB, namun melesatnya IHSG sepanjang 2009 sebesar 86,98%, memberikan kontribusi cukup besar pada NAB seluruh produk reksa dana.
Kendati demikian, lanjut Michael, untuk mencapai pertumbuhan tersebut, perlu pertambahan suplai investasi di pasar modal Indonesia. Hal ini mengingat aset reksadana dilarang diinvestasikan di luar negeri. Menurutnya, saat ini banyak investor mulai melirik reksadana, tetapi supply instrumen investasi terbatas.
Ini menjadi pekerjaan bersama untuk menarik emiten-emiten baru berskala besar masuk ke bursa atau menambah jumlah saham beredar mereka melalui rights issue. Investor juga sebaiknya mengetahui produk reksadana dengan lebih jelas, siapa penjual, membaca prospektus.”Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kejadian penipuan kasus reksadana,” punkasnya.
Prediksi positifnya reksadana juga diungkapkan analis Infovesta Rudiyanto. Menurutnya, pertumbuhan industri reksadana nasional tahun ini bisa mencapai 20–30%.“Kemungkinan pada 2010, NAB reksa dana nasional bisa tumbuh 20-30% dari posisi terakhir 2009,” tuturnya.
Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto memprediksi industri reksa dana tahun in iakan tumbuh 20-25%. Ia pun menilai, industri reksa dana terutama akan dipicu reksa dana saham dan reksa dana terproteksi, “Meski reksa dana pasar uang juga berpotensi berkontribusi terhadap pertumbuhan,” ujarnya.
Menurutnya, reksadana saham masih akan memberikan imbal hasil (return) cukup tinggi seiring optimisme pasar saham domestik di tahun ini. Sementara reksa dana terproteksi dinilai menarik karena lebih aman dibanding produk reksa dana lain.
Abi menyarankan untuk berinvestasi minimal lima tahun. Hal ini mengingat investasi reksadana merupakan investasi jangka panjang. Selain itu, investor juga sebaiknya melakukan investasi secara teratur tanpa mengganggu arus kas (cash flow) bulanan. ”Kecil-kecil saja,tidak perlu besarbesar, tapi rutin dan disiplin,” sarannya.
Sedangkan tantangan industri reksadana, masih terkait aturan pajak dan birokrasi. Pada industri reksadana juga dibutuhkan variasi instrumen untuk menggairahkan pasar. "Untuk mengembangkan industri reksadana memang dibutuhkan sosialisasi edukasi,"ujar Abi.
Direktur Utama PT Fortis Invesment Eko P Pratono mengatakan, perlunya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya investasi jangka panjang. Eko melihat, investor sudah mulai dewasa dan memiliki pengetahun sehingga menjadi modal kuat pertumbuhan industri reksadana. "Pada 2008 hingga tidak terlalu ada redemption sehingga ini menandakan investor mulai dewasa," ujarnya singkat. [ast/mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar