Senin, 04 Januari 2010 | 15:15
PASAR REKSADANA
Reksadana Masih Berpotensi Melaju
Krisis pasar finansial di pengujung tahun 2008 ternyata tidak menyebabkan industri reksadana terpuruk. Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kala itu sempat anjlok hingga sedalam 50% dan membuat nilai aktiva bersih (NAB) reksadana tergerus.
Namun, syukurlah, tidak seperti tahun 2005, investor cukup tenang. Mereka tidak melakukan penarikan dana secara besar-besaran (redemption).
Para pengelola reksadana menyatakan, kondisi tersebut membuktikan bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap produk investasi ini sudah meningkat. "Porsi kepemilikan dana, yang tak lagi terpusat pada satu jenis produk, juga menjadi faktor lainnya," ujar Eko P. Pratomo, Direktur Utama Fortis Investments.
Hingga akhir tahun lalu, NAB reksadana sudah mencapai
Rp 113,17 triliun. Jumlah ini melonjak 51,03% dari dana kelolaan reksadana tahun 2008, yang sebesar Rp 74,93 triliun. Bahkan, angka ini sudah hampir menyamai pencapaian NAB reksadana tertinggi. Yakni, pada Februari 2005, yang sebesar Rp 113,6 triliun.
Para pengelola reksadana meyakini, prospek produk investasi ini pada tahun 2010 masih cukup menjanjikan. Memang, pertumbuhannya tidak akan sebesar tahun lalu. Perkiraannya, pertumbuhan industri reksadana tahun ini sekitar 20%–30%.
Mereka juga bilang, diversifikasi adalah kunci utama bila ingin mengantongi berkah dari reksadana. Sebelum menerapkan prinsip itu, diperlukan pengetahuan dan informasi dalam menentukan strategi alokasi aset. "Anda juga harus memonitor reksadana setiap tiga bulan," ujar Lilis Setiadi, Presiden Direktur Batavia Prosperindo Asset Management. Sehingga, bisa cepat menyesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi.
Ade Jun Firdaus KONTAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar