Bursa Efek Indonesia Tertinggi ke-8 di Asia
Penulis : Didik Purwanto | Jumat, 28 Desember 2012 | 11:27 WIB
Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ngalim Sawega mencatat sepanjang Januari 2012 hingga 27 Desember 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan dari posisi Desember 2011 sebesar 3.821,992 menjadi 4.281,86.
"Ini menunjukkan bahwa pasar saham di Indonesia masih menarik bagi investor," kata Ngalim saat konferensi pers BEI akhir tahun di kantor BEI Jakarta, Jumat (28/12/2012).
Berdasarkan data. BEI, perdagangan saham tertinggi dialami oleh bursa Thailand yang naik 36,27 persen, kemudian bursa Filipina 32,55 persen, bursa India 25,03 persen dan bursa Hongkong 22,7 persen. Lalu dilanjutkan oleh bursa Jepang 22,09 persen, bursa Singapura 20,31 persen, bursa Australia 14,58 persen dan bursa Indonesia 12,03 persen.
Kemudian bursa Malaysia 9,37 persen, bursa Korea 8,85 persen, bursa Taiwan 8,15 persen, bursa Shanghai China 0,29 persen dan bursa Shenzhen China yang anjlok 0,44 persen. "Semoga nanti sore bisa ditutup menguat lebih tinggi lagi," tambahnya.
... jadi PULIH LAH INVESTASI PORTOFOLIO INDONESIA :)
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Ngalim Sawega, mengatakan, berdasarkan penutupan akhir perdagangan kemarin BEI berada pada posisi 4.281,86 dibandingkan posisi penutupan terakhir pada 2011 yang berada pada posisi 3.821,99.
"Itu dilihat dari penutupan kemarin, belum tahu nanti dengan penutupan perdagangan sore kayak apa. Semoga naik. Adanya kenaikan saham tersebut artinya bahwa pasar modal kita masih menarik," katanya, saat konferensi pers akhir tahun, di gedung BEI, Jakarta, Jumat, 28 Desember 2012.
Ngalim mengungkapkan kenaikan tersebut merupakan kepercayaan investor kepada pasar saham dibandingkan deposito, meskipun investor memiliki pilihan untuk berinvestasi di pasar saham atau berinvestasi di tempat lain. Ini terbukti dengan adanya kenaikan sebesar 12,03 persen yang dinilai cukup tinggi.
Selain itu, rasio kapitalisasi terhadap GDP 2009 untuk reksadana saham naik 36 persen. Sedangkan korporasi 1,6 persen dan obligasi pemerintah sebesar 10,2 persen. "Semuanya ada perubahan, tetapi yang mencolok kenaikan saham," kata Ngalim. Situasi ini mengindikasikan bahwa pasar Indonesia masih menarik karena investor banyak memilih untuk masuk bursa saham.
Ia mengatakan indikasi peningkatan pertumbuhan sebesar 12,03 persen juga mencerminkan kepercayaan masyarakat kepada emiten Indonesia. Selain itu, ada mekanisme penunjang aksi korporasi seperti right issue dan initial public offering (IPO/penawaran umum saham perdana) yang mendorong peningkatan pertumbuhan perdagangan.
FIONA PUTRI HASYIM
kutipan dari Tempo ONLINE:
Jelang Akhir Tahun, Bursa Efek Tumbuh 12 Persen
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menduduki posisi kedelapan di Kawasan Asia Pasifik dengan pertumbuhan sebesar 12,03 persen. Angka itu berdasarkan penutupan perdagangan kemarin, sementara pada posisi pertama ditempati oleh Thailand dengan kenaikan 36,27 persen.Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Ngalim Sawega, mengatakan, berdasarkan penutupan akhir perdagangan kemarin BEI berada pada posisi 4.281,86 dibandingkan posisi penutupan terakhir pada 2011 yang berada pada posisi 3.821,99.
|
"Itu dilihat dari penutupan kemarin, belum tahu nanti dengan penutupan perdagangan sore kayak apa. Semoga naik. Adanya kenaikan saham tersebut artinya bahwa pasar modal kita masih menarik," katanya, saat konferensi pers akhir tahun, di gedung BEI, Jakarta, Jumat, 28 Desember 2012.
Ngalim mengungkapkan kenaikan tersebut merupakan kepercayaan investor kepada pasar saham dibandingkan deposito, meskipun investor memiliki pilihan untuk berinvestasi di pasar saham atau berinvestasi di tempat lain. Ini terbukti dengan adanya kenaikan sebesar 12,03 persen yang dinilai cukup tinggi.
Selain itu, rasio kapitalisasi terhadap GDP 2009 untuk reksadana saham naik 36 persen. Sedangkan korporasi 1,6 persen dan obligasi pemerintah sebesar 10,2 persen. "Semuanya ada perubahan, tetapi yang mencolok kenaikan saham," kata Ngalim. Situasi ini mengindikasikan bahwa pasar Indonesia masih menarik karena investor banyak memilih untuk masuk bursa saham.
Ia mengatakan indikasi peningkatan pertumbuhan sebesar 12,03 persen juga mencerminkan kepercayaan masyarakat kepada emiten Indonesia. Selain itu, ada mekanisme penunjang aksi korporasi seperti right issue dan initial public offering (IPO/penawaran umum saham perdana) yang mendorong peningkatan pertumbuhan perdagangan.
FIONA PUTRI HASYIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar