2010, Pasar Reksa Dana Tumbuh 20%
Membaiknya perekonomian dunia akan mendorong pasar reksa dana kembali marak.
KAMIS, 24 SEPTEMBER 2009, 14:14 WIB
Arinto Tri Wibowo, Anda Nurlaila
Ilustrasi mutual fund (www.sharemarketbasics.com)
BERITA TERKAIT
Reksa Dana Proteksi Cenderung Dihindari
Industri Reksa Dana Tumbuh 34%
Agustus, NAB Reksa Dana Rp 101,6 Triliun
APRDI: Investasi KPD Rp 1 Miliar Realistis
Mandiri Permudah Pembelian Reksa Dana
Web Tools
VIVAnews - Pasar reksa dana tahun depan diperkirakan meningkat hingga 20 persen. Pertumbuhan ekonomi domestik dan membaiknya perekonomian dunia akan mendorong pasar reksa dana kembali marak.
"Pasar reksa dana pada 2010 akan tumbuh 20 persen sampai akhir tahun," kata Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi di gedung bursa efek, Jakarta, Kamis 24 September 2009.
Menurut Michael, perbaikan pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan pasar reksa dana. Regulasi yang mengatur pasar derivatif dinilai dapat memberikan kondisi lebih aman bagi investasi.
"Aturan dapat menjamin pasar derivatif tumbuh lebih sehat," ujarnya.
Tanda-tanda pemulihan di pusat krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan membaik pada kuartal IV-2009 membawa perbaikan pada pasar modal di seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Pengawasan produk derivatif itu diusulkan Indonesia," kata Michael.
Michael mengatakan, reksa dana semakin tumbuh seiring membaiknya pasar. Hingga September 2009, total dana kelolaan reksa dana sudah melewati target, yakni mencapai Rp 100,3 triliun.
Sementara itu, Schroder mengelola dana investor senilai Rp 32 triliun. Dari jumlah dana tersebut, sekitar Rp 20,4 triliun merupakan reksa dana dan sisanya berupa segregated akun.
Berdasarkan jenisnya, dari total dana kelolaan Rp 32 triliun, aset berjenis ekuitas sebesar Rp 22 triliun dan sisanya obligasi serta pasar uang.
Pertumbuhan tersebut cukup signifikan, karena dana kelolaan perusahaan pada 2007 hanya sebesar Rp 24 triliun.
"Reksa dana saham yang paling berprospek tahun ini dan kemungkinan tahun depan adalah saham," ujar dia.
Kendati demikian, Michael mengingatkan, agar tidak terjadi gelembung (bubble) di pasar, pertumbuhan permintaan reksa dana harus diimbangi kenaikan suplai.
"Suplai harus meningkat seiring penambahan permintaan," katanya.
arinto.wibowo@vivanews.com
• VIVAnews
Reksa Dana Makin Prospektif
Jum'at, 25 September 2009 - 07:55 wib
TEXT SIZE :
(ist)
JAKARTA - Pasar reksa dana diperkirakan akan tumbuh lebih dari 20% pada 2010 didorong oleh pertumbuhan ekonomi domestik dan membaiknya perekonomian global.
"Untuk 2010, pertumbuhan reksa dana bisa lebih dari 20%. Apalagi kalau kondisi ekonomi benarbenar pulih tahun depan," ujar Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, pasar reksa dana memiliki keterkaitan erat dengan perbaikan ekonomi, termasuk juga regulasi yang mengatur pasar derivatif yang dapat memberikan kondisi lebih aman bagi investasi.
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan membaik pada kuartal IV/2009 dinilai akan membawa dampak perbaikan pada pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"Industri reksa dana akan tumbuh seiring membaiknya pasar," jelasnya.
Perkembangan dana kelolaan reksa dana pun menunjukkan perkembangan positif. Hingga September 2009, total dana kelolaan reksa dana menurut dia sudah melewati target, yakni mencapai Rp100,3 triliun.
Khusus Schroder, imbuh dia, total dana yang dikelola mencapai Rp32 triliun, di mana dari jumlah dana tersebut sekitar Rp20,4 triliun merupakan reksa dana.
Analis lembaga riset pasar modal Infovesta Utama Wawan Hendrayana sependapat bahwa reksa dana akan tumbuh pesat pada tahun depan. Selain karena pertumbuhan indeks saham, minat masyarakat terhadap produk-produk reksa dana pun dinilai sudah pulih. "Angka 20% itu moderat, sehingga bisa saja reksa dana tumbuh 25?30%," tuturnya.
Menurut Wawan, produk yang akan banyak diminati dan menjadi penopang pertumbuhan adalah reksa dana saham dan reksa dana terproteksi. Untuk produk terakhir, jelas dia, pertumbuhan disebabkan oleh semakin maraknya penerbitan obligasi dan turunnya suku bunga deposito.
Diperkirakan bakal terjadi peralihan dana dari deposito perbankan ke reksa dana terproteksi. Sebab, meski dana nasabah akan terkunci dalam waktu yang lebih panjang, reksa dana terproteksi mampu memberikan keuntungan minimal 11%, jauh di atas deposito. Kesepakatan antarbank yang diprakarsai Bank Indonesia (BI) berhasil menekan suku bunga deposito dan mendorong investor memindahkan dananya ke instrumen investasi lain.
Salah satu investor institusi yang mengalihkan dananya dari deposito adalah PT Jamsostek (persero). Beberapa waktu lalu, Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga mengatakan, pihaknya segera memindahkan dana deposito Jamsostek sebesar Rp3 triliun ke obligasi. Peralihan dilakukan mengingat keuntungan deposito semakin menipis dengan level suku bunga hanya 8%.
Sementara itu, untuk reksa dana saham, Michael Tjoajadi mengatakan bahwa peminat akan kembali marak seiring tingginya pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Tahun lalu, reksa dana saham memang banyak ditinggalkan karena kondisi pasar saham yang memburuk.
Namun, tegas dia, dengan kondisi saat ini, reksa dana saham akan banyak diminati. "Tahun ini dan kemungkinan tahun depan, yang paling prospektif adalah reksa dana saham," tegasnya.
Dia menambahkan, adanya stimulus ekonomi dari pemerintah, berupa berjalannya proyek-proyek infrastruktur pada tahun depan akan memberi sentimen positif bagi pasar modal. "Sehingga peningkatan yang terjadi di pasar kita juga akan jauh lebih cepat," tuturnya.(Koran SI/Koran SI/jri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar