Selasa, 09/06/2009 09:07 WIB
Bangkitnya Reksa Dana Saham
Indro Bagus SU - detikFinance
(Foto: dok detikFinance) Jakarta - Reksa dana saham kembali menjadi primadona seiring dengan laju pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang luar biasa tinggi selama dua bulan terakhir. Kebangkitan reksa dana saham diprediksi akan berlanjut di semester II tahun ini.
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) menunjukkan reksa dana saham memiliki gain paling tinggi di selama Januari-Mei dibandingkan reksa dana pasar uang, campuran, pendapatan tetap, terproteksi, indeks, ETF dan syariah.
Reksa dana saham mencatat gain 53% selama Januari-Mei dengan posisi per Mei Rp 29,568 triliun yang naik dari Januari sebesar Rp 19,854 triliun.
Pertumbuhan IHSG dengan kecepatan luar biasa dari level 1.300-an hingga hampir menembus level 2.100 hanya dalam waktu dua bulan pun sempat dipuji pakar marketing Philip Kotler.
Philip Kotler, tokoh yang kerap disebut sebagai The Father of Modern Marketing dalam kunjungannya ke Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu pun memuji kemampuan pemulihan pasar modal Indonesia sebagai salah satu yang tercepat di dunia.
Semangat optimisme dan penuh kepercayaan diri mewarnai tren pasar yang semakin memicu laju IHSG bergerak naik.
Bandingkan dengan suasana ketika kondisi pasar modal sedang ambruk-ambruknya.
Pergerakan reksa dana berbasis saham memang sangat dipengaruhi IHSG. Ketika IHSG ambruk tajam, investor reksa dana saham pun berbondong-bondong keluar. Sebagian beralih investasi ke deposito perbankan, sebagian lagi migrasi ke reksa dana terproteksi.
Manajer Investasi pun ketika itu mengambil strategi fokus pada produk reksa dana terproteksi. Pada akhir tahun 2008, total nilai reksa dana sekitar Rp 74 triliun. Reksa dana terproteksi mengambil porsi sebesar Rp 25 triliun, jauh lebih besar dari reksa dana berbasis saham yang tidak sampai Rp 20 triliun.
Namun yang lalu biarlah berlalu. Fajar baru menyingsing. Reksa dana berbasis saham kembali diborong mengiringi gerak naik IHSG. Manajer Investasi pun kini sudah memulai kembali menerbitkan produk reksa dana berbasis saham.
"Kelihatannya ada semester II-2009, produk reksa dana berbasis saham akan kembali ramai. Beberapa sudah mulai menerbitkan," ujar analis Infovesta Utama, Wawan Hendrayana saat dihubungi detikFinance, Senin (8/6/2009) malam.
Menurut Wawan, seiring naiknya IHSG tingkat pembelian reksa dana pun meningkat tajam. Jika pada akhir tahun 2008 total dana kelolaan seluruh reksa dana sebesar Rp 74 triliun, hingga akhir Mei 2009 sudah mencapai Rp 92,120 triliun.
"Itu sudah hampir mencapai nilai total reksadana ketika market normal," ujarnya.
Ia mengatakan, produk reksa dana berbasis saham mengambil porsi paling besar dalam peningkatan tersebut. Reksa dana terproteksi juga naik, namun tidak sebesar reksa dana berbasis saham.
"Total reksa dana berbasis saham kini sekitar Rp 30 triliun, naik Rp 10 triliun lebih dari posisi akhir tahun lalu. Reksa dana terproteksi saat ini sekitar Rp 30 triliun, juga naik sekitar Rp 5 triliun," ujarnya.
Peningkatan nilai itu, lanjut Wawan, bukan tanpa alasan. Tren naik IHSG tanpa istirahat yang berarti ikut memberikan return yang tidak tanggung-tanggung bagi investor reksadana berbasis saham
"Kalau dilihat secara rata-rata, return yang diterima oleh investor reksadana yang masuk sekitar Maret 2009 ada di kisaran 30-50%. Kalau secara individual, ada yang menerima return sampai 200%," ujar Wawan.
Wawan memperkirakan tren kenaikan IHSG bakal terus berlanjut dan produk reksa dana berbasis saham juga bakal terus diburu. IHSG ditutup pada level 2.056 pada perdagangan Senin (8/6/2009).
"Perkiraan saat ini, IHSG bakal terus naik hingga level 2.300. Ini artinya produk reksa dana berbasis saham masih akan diburu investor," ujar Wawan.
Sayangnya, ia belum bisa memprediksi sampai level berapa nilai reksa dana berbasis saham dengan kenaikan IHSG ke depannya. Ia hanya bisa memastikan kalau gerak naik IHSG belum akan surut, yang berarti terus membuat nilai reksa dana berbasis saham terus melaju ke depannya.
"Kalau kita lihat, pembelian saham-saham oleh investor dilakukan secara berkala, tidak sekaligus. Ini salah satu faktor yang menyebabkan mengapa IHSG terus menunjukkan tren naik. Kalau masuk sekaligus, keadaannya akan berbeda. Perkiraan saya kenaikan ini masih terus bertahan," jelas Wawan.
Dengan demikian, lanjut Wawan, masih ada ruang buat investor reksa dana saham yang ingin mengejar return. Jika mengacu pada level IHSG saat ini di kisaran 2.000-an, maka dengan target IHSG di level 2.300-an, masih tersedia ruang sebesar 300 poin atau setara dengan 15%.
"Berarti jika investor masuk sekarang ke reksa dana berbasis saham, masih ada potensi return sebesar kurang lebih 15%," ujarnya.
Hal tersebut, ujar Wawan, bakal diperoleh dalam waktu tidak sampai 2 bulan ke depan. Wawan mengatakan, IHSG bakal menembus level 2.300-an setelah pemilihan presiden yang akan dgelar Juli 2009.
"Saya kira IHSG akan menembus level 2.300-an pasca pilpres. Isu positif pilpres juga berpengaruh mendorong kenaikan IHSG dan akan stabil di level itu," ujarnya.
Mengacu pada apa yang dikatakan Wawan, berarti investor yang masuk ke produk reksa dana berbasis saham masih memiliki potensi meraih return hingga 15% sampai Juli mendatang.
Senada dengan Wawan, Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Abiprayadi Riyanto juga optimistis dengan prospek reksa dana berbasis saham di tahun 2009.
"Pada prinsipnya reksa dana saham itu untuk investasi jangka panjang. Saya berkali-kali mengajak untuk investasi di produk ini secara berkesinambungan. Jika ada yang mau realisasi keuntungan, itu pilihan masing-masing investor. Namun sebaiknya tetap investasi secara reguler," jelas Abi.
Oleh sebab itu, baik Abi maupun Wawan memasang sikap optimistis kalau produk reksa dana berbasis saham bakal menjadi salah satu pilihan investasi menarik di 2009. Apalagi mengingat masih ada ruang sebesar 15% bagi investor yang masuk sekarang hingga Juli 2009.
(dro/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar