07/11/2009 - 14:00
Reksadana Saham Masih Menarik Hingga Akhir Tahun
Agustina Melani
(inilah.com /Dokumen)
INILAH.COM, Jakarta - Hingga akhir tahun reksadana saham dan terproteksi diprediksikan masih tetap menarik.
Hal itu disampaikan analis PT Infovesta Utama Wawam Hendrayana, saat dihubungi INILAH.COM, Sabtu (7/11). "Saat ini reksadana saham dan terproteksi mengalami pertumbuhan dana kelolaan. Untuk jangka panjang reksadana saham dan terproteksi masih menarik," ujar Wawan.
Ini disebabkan suku bunga rendah dan pertumbuhan ekonomi yang tetap baik, dalam jangka panjang investasi yang menarik yaitu reksadana saham. Namun, investor sebaiknya berinvestasi reksadana saham tidak jangka pendek dengan tenggat waktu 3 tahun.
Investor pun harus mengetahui tujuan investasi pada reksadana saham. Selain itu, pada akhir tahun biasanya ada fenomena window dressing sehingga harga saham berpotensi naik. Ia menyarankan, investor bisa masuk pasar saham saat ini. "Pasar saham memang sempat terkoreksi tetapi pada akhir tahun biasanya ada window dressing, sehingga investor bisa masuk berinvestasi ke reksadana saham," jelasnya.
Wawan mengatakan, suku bunga kemungkinan potensi penurunannya terbatas dan tahun depan belum tentu naik. Sehingga bunga deposito masih rendah. "Masyarakat akan memilih investasi dengan imbal hasil lebih
tinggi termasuk reksadana saham dan terproteksi," tuturnya.
Ia mengatakan,reksadana terproteksi bisa di-lock 2 hingga 3 tahun, dan bisa dieksekusi saat jatuh tempo. Sehingga harus jeli melihat instrumen yang ditanamkan pada reksadana terproteksi. "Reksadana terproteksi memang lebih aman. Imbal hasil pun lebih tinggi dari deposito," kata Wawan.
Wawan menambahkan,instrumen obligasi pemerintah pada reksadana terproteksi memang lebih aman dibandingkan instrumen obligasi korporasi. "Obligasi korporasi memberikan return lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah tetapi berisiko," ujar Wawan.
Menurutnya, dana kelolaan per September 2009 dana kelolaan terproteksi mencapai Rp 30 triliun. Untuk reksadana saham mencapai Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun.
Sedangkan produk reksadana lain yaitu reksadana pendapatan tetap, Wawan mengatakan reksadana tetap tidak tumbuh pada tahun ini. Dana kelolaan reksadana pendapatan tetap hanya Rp 11 triliun hingga Rp 13 triliun. "Reksadana pendapatan tetap kalah dengan reksadana terproteksi. Reksadana terproteksi tumbuh besar dengan dukungan bank," katanya.
Menurut Wawan, bank trauma dengan kejadian redemption reksadana pada 2005. Bank lebih memilih menjual reksadana terproteksi karena bisa di-lock hingga jatuh tempo. Ia menyarankan bagi investor memegang reksadana pendapatan tetap untuk memegang hingga tahun depan tetapi mulai dikurangi. [cms]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar