Industri Reksadana Indonesia Tertinggal
Artikel Terkait:
Reksadana Saham Mulai Menggiurkan, Tetap Hati-hati
Bagaimana Memilih Produk Reksadana
Nasabah Reksadana Fiktif Datangi Bank Century Solo
Korban Bank Century Kirim Surat ke SBY
Nasabah Surabaya Tuntut Bank Century Kembalikan Uang
RABU, 25 NOVEMBER 2009 | 16:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Industri reksadana nasional masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Ketertinggalan itu tecermin dari rasio dana kelolaan reksadana terhadap produk domestik bruto (PDB), kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto di Jakarta, Rabu (25/11).
"Dana kelolaan reksadana nasional terhadap PDB hanya 1,21 persen, jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia yang 16 persen dan Thailand 12,2 persen," katanya.
Abi mengatakan, jika ingin mengejar ketertinggalan, pertumbuhan industri reksadana nasional harus mencapai 29 persen per tahun dengan asumsi pertumbuhan PDB sekitar 6 persen. Saat ini pertumbuhan industri reksadana hanya sekitar 10 sampai 20 persen per tahun.
Menurutnya, pertumbuhan industri reksadana juga terkait dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan. Sebab, jika asumsi pertumbuhan DPK perbankan sebesar 10 persen per tahun maka industri reksadana bisa tumbuh 29 persen per tahun.
Dia menambahkan, industri reksadana juga tergantung dari perkembangan suku bunga perbankan, jka suku bunga tidak terlalu tinggi maka industri reksadana akan lebih cepat tumbuhnya. "Orang akan lebih suka investasi di reksadana ketimbang deposito di bank," ujarnya.
Selain itu, katanya, ketertinggalan industri reksadana karena kurangnya sosialisasi kepada investor, banyak investor yang hanya tahu menanam investasinya di bank.
Editor: Edj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar