gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Minggu, 22 Februari 2015

pilih: REKSA DANA atawa SAHAM ... 240713_150913_220215

sila pilih, yang +305% in 3 years or any FIXED RETURN monthly SCAM

sila baca sendiri, imbal hasil positif semua @ warteg saham gw dalam H1 2014 ini ... :)
analisis teknikal sederhana, lage, ala warteg saham gw: 7K @ihsg
baca neh posting gw soal ELLEN MAY v. MASTERMIND, asia chart dkk v. gw

belajar MEMAHAMI FLDTT lage neh :), + bukti2nya




hhhhhhhhhhhhhhhhhhhIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Bisnis.com, BANDUNG—Pemasaran produk investasi pasar modal dinilai akan sulit dipadukan dengan pemasaran produk perbankan yang bersifat investasi seperti deposito karena adanya perbedaan karakteristik antara keduanya. Apakah perbedaannya itu?
Ketua Indonesia Capital Market Education Program Yoyok Prasetyo mengatakan terdapat perbedaan karakteristik antara produk perbankan dan pasar modal, termasuk karakteristik investornya.
“Kalau investor pasar modal, mereka yang punya dana idle dan mereka punya pengetahuan yang luas atau high knowledge. Sedangkan karakteristik deposan itu mencari produk yang aman dan tetap ,” ujarnya kepada Bisnis, seperti dikutip Kamis (12/2/2015).
Dia mengakui efektivitas rencana edukasi pasar modal kepada bankir atau pegawai bank untuk meningkatkan penetrasi pasar modal kepada nasabah perbankan belum dapat dilihat pada saat ini.
Menurut dia, perlu pengkajian lebih lanjut terkait seberasa besar deposan yang juga menjadi investor di pasar modal. Hal itu, lanjutnya, dapat menjadi bahan rujukan atau analisis atas efektivitas rencana edukasi kepada kalangan perbankan.
“Jika ternyata irisannya kecil, berarti mungkin tidak akan efektif, Reksa dana yang memiliki pendapatan tetap memang agak mirip dengan produk perbankan. Sementara produk equity dan produk bank, itu jauh sekali. Itu akan jadi kendala,” paparnya.
Yoyok memandang edukasi pasar modal perlu lebih ditingkatkan kepada para profesional dan juga para wirausahawan. “Yang pasti adalah mengedukasi bahwa pasar modal ini adalah untuk kepentingan jangka panjang mereka.”


JAKARTA. Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga mencetak rekor baru di awal tahun ini, menambah rasa optimisme perusahaan manajemen investasi (MI) untuk mempertebal dana kelolaan. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) dan PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen adalah dua MI yang membidik pertumbuhan agresif tahun ini.

Direktur Utama MMI Muhammad Hanif mengaku mengincar kenaikan dana kelolaan 30% menjadi sekitar Rp 27,3 triliun tahun ini. Sepanjang tahun 2014, dana kelolaan MMI tanpa kontrak pengelolaan dana (KPD) sekitar Rp 21 triliun atau naik 23,52% ketimbang tahun sebelumnya yakni sekitar Rp 17 triliun.

MMI akan mengoptimalkan seluruh jalur distribusi yang ada saat ini guna menggenjot pertumbuhan dana kelolaan. "Kami akan tingkatkan dari semua, lewat bank, asuransi, langsung atau individu. Tak lupa nasabah institusi dan luar negeri," kata Hanif. 

MMI tak menutup kemungkinan memperluas jalur distribusi lagi jika dalam waktu dekat ada bank yang serius ingin menjalin kerjasama dengan MMI. Menurut Hanif, saluran distribusi melalui perbankan dan asuransi memberikan kontribusi paling besar yakni sekitar 65%.

Tapi, MMI belum berniat merilis produk baru kecuali untuk mengganti reksadana terproteksi yang jatuh tempo tahun ini. Dari dana kelolaan tahun 2014, mayoritas masih berasal dari reksadana saham yaitu sekitar 40%-45%, reksadana pasar uang 20%, reksadana terproteksi 15% dan sisanya reksadana pendapatan tetap dan campuran.

Di tahun 2015, Hanif meramal, komposisi reksadana saham akan semakin besar. "Mungkin bisa jadi setengahnya. Tahun ini reksadana saham utamanya," katanya.

Batavia memasang target lebih agresif. Associate Director Mutual Fund Sales & Marketing Batavia, Karma P. Siregar berharap dapat membukukan dana kelolaan hingga Rp 22 triliun.

Artinya, Batavia menargetkan pertumbuhan sekitar 38,36% dari perolehan dana kelolaan tahun lalu yang sekitar Rp 15,9 triliun. "Ini termasuk reksadana penyertaan terbatas (RDPT)," kata Karma. 

Batavia optimistis kondisi makro ekonomi tanah air akan lebih baik ketimbang tahun lalu. Apalagi, guncangan politik saat pemilihan umum telah berlalu. Alhasil, para investor yang awalnya mengambil posisi wait and see akan mulai aktif mengoleksi portofolio. Keadaan ini didukung banyak pihak yang memprediksi pasar modal akan terus menunjukkan tren positif.

Karma mengatakan, Batavia akan meningkatkan penjualan reksadana terbuka di semua jalur distribusi, baik bank, agen penjual, hingga para nasabah institusi. Memang, saat ini 60% investor Batavia berasal dari institusi. Karma berharap, komposisi ini dapat lebih seimbang dengan kenaikan jumlah investor ritel. 

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Batavia akan menambah dua agen hingga tiga agen penjual lagi. Saat ini, Batavia memiliki 13 agen penjual, yang terdiri dari 10 bank dan tiga sekuritas. 
 Karma mengatakan, Batavia akan fokus untuk memperbesar seluruh produk reksadana terbuka yang ada saat ini. Alasannya, produk reksadana Batavia sudah lengkap.



http://keuangan.kontan.co.id/news/mi-bidik-dana-kelolaan-naik-signifikan





Sumber : KONTAN.CO.ID

Bisnis.com, JAKARTA- Meski pada Januari ini kinerja reksa dana saham kurang memuaskan, Direktur PT Infovesta Utama Parto Karwito optimistis return reksa dana saham masih akan menarik tahun ini. Dia memperkirakan, return bisa mencapai 15%-20%.
Adapun, pada Januari ini, kinerja saham memang turun naik. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, imbal hasil (return) reksa dana saham sepanjang Januari 2015 tercatat 0,62% atau di bawah pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sekitar 1,19%.
Selain mencatat return lebih rendah dari IHSG, return reksa dana saham juga lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap.
Return reksa dana campuran tercatat 0,96% dan reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return cukup tinggi mencapai 3,31%. Padahal, sepanjang tahun lalu kinerja reksa dana saham sangat cemerlang. return reksa dana saham tahun lalu tercatat 27,86% atau di atas pertumbuhan IHSG yang 22,29%. Adapun, return reksa dana campuran tercaat 16,91% dan reksa dana pendapatan tetap 7,85%.
“Januari, saham konstruksi naik sementara fund manager tidak banyak menjadikan saham konstruksi sebagai asetnya. Selain itu, saham-saham emiten kecil juga banyak yang kinerjanya bagus, yang tidak tercover dalam portofolio sebagian besar reksa dana saham,” jelas Parto saat dihubungi Bisnis.com, Senin (2/2/2015).
Pada sisi lain, wajar saja kinerja reksa dana saham sepanjang Januari ini lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap. Kepala Riset PT AAA Aset Manajemen Siswa Rizali mengatakan, meski IHSG naik mencapai titik tertinggi baru, pemenang pad Januari 2015 adalah kinerja surat utang negara (SUN).
Dalam periode 2 Januari-28 Januari, return SUN tumbuh hingga 6,8%. Pada periode tersebut juga, inflow sudah sekitar Rp30 triliun. Dia menilai, bila melihat dinamika return aset sepanjang 2011-2014, reksa dana campuran memiliki prospek yang bagus.
Menurutnya, reksa dana campuran memiliki keunggulan bisa melakukan perpindahan investasi ke aset yang potensial memberikan return lebih tinggi dalam periode tertentu (alokasi aset taktis). Sayangnya, investor jarang melirik reksa dana campuran sehingga banyak peluang yang terlewatkan.
Adapun, sepanjang Januari ini, tiga produk reksa dana saham dengan return tertinggi a.l BNI-AM Dana Berkembang dengan return 3,88%, Pratama Syariah tercatat 3,44% dan Pratama Dana Prima Sahm yang menorehkan return 3,40%.

Sedangkan, tiga produk reksa dana saham dengan return terendah a.l Treasure Fund Super Maxxi sekitar -6,72%, Valbury Equity I yang hanya mencatat return -6,52%, dan Milenium Equity Prima Plus dengan return -5,11%.

Bisnis.com, JAKARTA--Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil yang tidak memiliki waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Dikutip dari laman resmi PT Bursa Efek Indonesia, Jumat (23/1/2015), seperti halnya wahana investasi lainnya, di samping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang risiko.
Untuk itu, investor diharapkan berhati-hati agar tidak menelan kerugian akibat investasi reksa dana.
Berikut 3 risiko investasi reksa dana:
1. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek, baik saham, obligasi, dan surat berharga lainnya, yang masuk dalam portfolio reksa dana tersebut.
2. Risiko likuiditas. Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemptiontersebut.
3. Risiko wanprestasi. Risiko ini merupakan risiko terburuk, di mana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Misalnya saja, wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana.
Nah, selamat berinvestasi dan tetap hati-hati.

kontan JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini diramalkan cukup positif. Alhasil, para manajer investasi (MI) optimistis total dana kelolaan MI bisa tumbuh mekar hingga dua digit di tahun ini menjadi Rp 460 triliun.
Denny R. Thaher, Ketua Asosiasi Perusahaan Reksadana Indonesia (APRDI) memprediksikan, tahun ini dana kelolaan manajer investasi bisa tumbuh 15%. Sebagai perbandingan, tahun lalu, dana kelolaan manajer investasi mencapai Rp 400 triliun.
Dana kelolan reksadana menyokong paling besar bagi dana kelolaan MI.  "Dana kelolaan reksadana sekitar Rp 240 triliun, kontrak pengelolaan dana sekitar Rp 140 triliun, sisanya reksadana penyertaan terbatas," ujar Denny.
Menurut Denny, semakin bertambahnya masyarakat yang melek investasi membuat dana kelolaan bakal bertambah. Tahun 2017, Denny yakin, dana kelolaan manajer investasi bisa tembus hingga Rp 1.000 triliun.
Setali tiga uang, Edward P. Lubis, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management mengatakan, pihaknya mengharapkan dana kelolaan bisa tumbuh 13% menjadi Rp 30 triliun di tahun ini. Per Desember 2014, total dana kelolaan Bahana sebesar
Rp 27 triliun.
Walaupun meningkat, proyeksi pertumbuhan dana kelolaan Bahana di tahun ini masih lebih rendah dari tahun lalu. Pada 2014, dana kelolaan Bahana melonjak 28,57% secara year on year (yoy).
Kata Edward, ini terjadi  karena sejak akhir tahun lalu, nasabah berbondong-bondong memindahkan portofolionya dari pasar saham ke investasi yang konservatif, seperti deposito. "Makanya ada penyesuaian," ujar dia.
Produk unggulan
Mayoritas nasabah Bahana memarkir dananya di reksadana saham yakni mencapai 35%. Sisanya, dana investasi ditempatkan di reksadana pendapatan tetap, pasar uang dan proteksi.
Pada tahun ini, Edward memproyeksikan, porsi investasi di reksadana saham bisa naik menjadi 40% sampai 45%. "Kami mengharapkan dana yang di deposito bisa kembali masuk ke reksadana saham," harap Edward.
Berbeda dengan Bahana, mayoritas dana kelolaan
PT CIMB Principal Asset Management banyak yang ditanam di reksadana pendapatan tetap yakni 45%. Sedangkan untuk reksadana saham dan indeks, jumlahnya sekitar 30%. Sisanya, reksadana campuran dan proteksi.
Fajar Rachman Hidajat, Presiden Direktur PT CIMB Principal Asset Management mengatakan akan menggenjot reksadana saham sehingga porsinya bisa melar mencapai 45%. Pada tahun ini, CIMB mengincar dana kelolaan bisa tumbuh hingga 50% dari tahun lalu yang sebesar Rp 3,81 triliun.  "Kami sudah menyiapkan strategi untuk menggenjot dana kelolaan tahun ini," imbuh Fajar.
CIMB akan memperluas jalur distribusi dan memanfaatkan sinergi dengan grup. Lalu, CIMB juga siap untuk merilis minimal lima produk baru reksadana di tahun ini, setengahnya adalah reksadana saham. "Menurut kami prospek saham masih bagus tahun ini, permintaannya juga masih besar," jelas Fajar.
Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA kontan. Bisnis pengelolaan dana alias asset management di Indonesia kian memikat. Itu sebabnya, sejumlah perusahaan investasi dunia berminat masuk ke Indonesia.
Kabar yang sampai ke KONTAN, dua perusahaan investasi asing membentuk konsorsium untuk mengakuisisi AAA Asset Management. Dua raksasa dunia yang akan masuk ke perusahaan tersebut adalah Farallon Capital LLC, dan PineBridge Investment.
Sumber KONTAN membisikkan bahwa konsorsium Farallon dan PineBridge akan membeli 80% saham AAA Asset Management. Masing-masing menginginkan 40% saham perusahaan pengelola dana tersebut, selebihnya dimiliki oleh pemegang saham lama.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini mayoritas pemegang saham AAA Asset Management, dikuasai oleh PT AAA Investment. Perusahaan ini memiliki 99% saham AAA Management.
Belum jelas nilai transaksi tersebut. Yang terang, proposal akuisisi tersebut sudah masuk  ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas industri keuangan Indonesia telah menelaah proposal tersebut, dan meminta tambahan dokumen kepada dua investor besar itu untuk melengkapi dokumen transaksi.
Nurhaida, anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK,  membenarkan bahwa saat ini instansinya sedang menimbang proposal yang diajukan PineBridge dan Farallon. "Terkait rencana pembelian AAA Asset Management, sedang dalam penelaahan OJK," tandas Nurhaida kepada KONTAN, pekan lalu.
Selain menelaah transaksi ini, OJK sedang melakukan uji tuntas (fit and proper test) calon petinggi AAA Asset Management. Informasi yang diperoleh harian ini, nama ekonom kondang, Adrian Panggabean, disebut-sebut masuk salah satu kandidatnya.
Saat dihubungi KONTAN, Adrian menepis kabar tersebut. "Itu gosip," kata dia.
Nah, nama Farralon sempat jadi buah bibir di Tanah Air. Tahun 2002, Farallon menjadi kendaraan Grup Djarum untuk membeli saham mayoritas di Bank Central Asia. Farallon termasuk daftar 100 top hedge fund dunia dengan dana kelolaaan US$ 19,8 miliar pada 2014(lihat infografik).
Sedangkan PineBridge adalah perusahaan investasi milik Richard Li, pemilik Pacific Century Group, dan anak taipan terkaya di Asia, Li Ka Shing. Tahun lalu, Richard Li menggegerkan industri properti Indonesia karena membeli lahan  di SCBD Jakarta sekitar 9.277 m2 seharga Rp 1,8 triliun atau Rp 194 juta per m2.
Berikut profil kedua perusahaan:
A. PineBridge Investments
-   PineBridge Investments adalah perusahaan manajer investasi yang berkantor pusat di New York. Mayoritas sahamnya dimiliki anak usaha Pacific Century Group (PCG), perusahaan investasi asal Hong Kong yang dikendalikan oleh Li Ka Shing.
-   PCG bergerak di bidang teknologi, media, telekomunikasi, jasa keuangan, infrastrutur, properti dan investasi lainnya. PCG berdiri pada tahun 1993.
-   Anak perusahaan PCG, Pacific Century Cyberworks merupakan holding dari Hong Kong Telecommunications Limited (HKT).
-   PCG mengakuisisi AIG Investment pada 2010 yang kemudian diganti namanya menjadi PineBridge Investments (PineBridge).
-   Per September 2014, total dana kelolaan PineBridge mencapai US$ 70,7 miliar. Dana tersebut tersebar di wilayah Asia sebanyak US$ 33,2 miliar (47%), Amerika US$ 30,2 miliar (43%) serta Eropa, Afrika, dan Timur Tengah senilai total
US$ 7,3 miliar (10%).
-   Menurut data Tower Waston tahun 2012, PineBridge Investments masuk dalam daftar 500 perusahaan manajer investasi terbesar, menduduki ranking ke-155 dengan jumlah dana kelolaan kala itu mencapai US$ 71,69 miliar.
B. Farallon Capital LLC
-   Farallon adalah perusahaan pengelola dana investasi milik miliarder Tom Steyer, yang berdiri pada tahun 1986. Perusahaan ini  berkantor pusat di San Francisco, Amerika Serikat (AS).
-   Perusahaan investasi ini pada 2014 lalu berada pada urutan ke-21 dari daftar 100 perusahaanhedge fund terbaik versi JP Morgan dengan total dana kelolaan mencapai
US$ 19,8 miliar. Peringkat ini turun dari posisi tahun 2013 yang berada di urutan ke-19 dengan total dana kelolaan US$ 18,4 miliar.
-   Di luar AS, Farallon juga memiliki kantor cabang di London-Farallon Capital Europe LLP, Singapura-Farallon Capital Asia Pte Ltd,
Tokyo-Farallon Capital Asia Limited, Sao Paulo-Farallon Latin America Investimentos Ltd.
(Sumber: riset KONTAN)
Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia makin melek investasi. Hal tersebut terungkap dalam survei Citi FinQ yang dilakukan oleh Citibank di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia.
Hasil terbaru Citi FinQ menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pemahaman keuangan tertinggi di atas Singapura (59,9 poin), Filipina (56,1 poin), Australia 55,6 poin), dan Taiwan (52,1 poin).

Financial Quotient atau FinQ adalah istilah yang digunakan Citigroup untuk menunjukkan kemampuan seseorang dalam memahami pentingnya perencanaan keuangan dan implementasi keuangan yang baik.

Menurut Senior Vice President (SVP) Head of Wealth Management Citibank N.A Indonesia, salah satu produk investasi yang akan dipilih masyarakat Indonesia di tahun 2015 ini adalah reksadana.
Dipilihnya reksadana, karena instrumen investasi ini memiliki beberapa pilihan, seperti reksadana saham, obligasi dan campuran. Imbal hasil yang diberikan juga tergantung pada jenis dan jangka waktu reksadana yang dipilih.
Namun menurut Ivan, masyarakat akan berinvestasi di reksadana melalui layanan perbankan, salah satunya wealth management.
“Pada layanan wealth management, nasabah banyak memilih reksadana untuk investasi, selain obligasi dan valas,” ujarnya, Kamis (15/1/2015).
Ada tiga faktor utama dalam memilih reksadana, seperti akses terhadap platform investasi online banking yang aman, kemampuan untuk menghubungi relationship manager selama 24/7, dan patokan harga dari produk dan layanan perbankan itu sendiri. 
Nah, acuan reksadana masih menjadi unggulan dalam investasi, karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan naik mencapai 5.925 pada akhir tahun 2015 ini. (Nina Dwiantika)

JAKARTA kontan. Peminat investasi di efek saham terus bertambah. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, transaksi di Efek saham mengalami kenaikan selama kuartal IV tahun lalu.
Total nilai aset yang tercatat di sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi C-BEST pada periode Oktober-Desember mencapai Rp 3.198,07 triliun. Aset tersebut naik 1,55% atau Rp 48,7 triliun dari posisi kuartal III, yang tercatat Rp 3.149,34.
Aset Efek saham tercatat mencapai Rp 2.891,73 triliun, atau sekitar 90% dari total aset. Kenaikan aset di Efek saham tercatat sebesar Rp 34,86 triliun.
Di sisi lain, nilai aset dari transaksi Medium Term Notes juga mengalami kenaikan sebesar 3,4 triliun.
"Kenaikan total nilai aset yang tercatat di KSEI tersebut, sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus meningkat sejak periode I hingga periode IV triwulanan tahun 2014," ujar Margeret M Tang, Pelaksana jabatan sementara Direktur Utama KSEI, Jakarta, Rabu (14/1).
Per akhir Desember 2014, jumlah investor pasar modal Indonesia yang mengacu pada jumlah Single Investor Identification (SID) secara konsisten terus mengalami peningkatan sejak periode triwulan I. Jumlah investor pasar modal Indonesia hingga akhir 2014 telah mencapai 364.465, atau naik sekitar 10% dibanding awal periode tahun 2014.
Kenaikan ini sejalan dengan tren kenaikan jumlah Sub Rekening Efek dan Login ke Fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSes) yang masing-masing juga meningkat sekitar 10% dibandingkan dengan periode triwulan I.
Per akhir Desember 2014, jumlah investor pasar modal Indonesia yang mengacu pada jumlah Single Investor Identification (SID) secara konsisten terus mengalami peningkatan sejak periode Triwulan I. Jumlah investor pasar modal Indonesia hingga akhir 2014 telah mencapai 364.465, atau naik sekitar 10% dibanding awal periode tahun 2014.
Kenaikan ini sejalan dengan tren kenaikan jumlah Sub Rekening Efek dan Login ke Fasilitas  Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSes) yang masing-masing juga meningkat sekitar 10% dibandingkan dengan periode triwulan I.
Editor: Sanny Cicilia


JAKARTA - Dana kelolaan reksa dana saham sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp97,5 triliun. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksa dana saham menjadi kontributor terbesar total dana kelolaan reksa dana sepanjang 12 bulan. 

Jumlah tersebut sekitar 43,14% dari total dana kelolaan reksa dana hingga penghujung 2014 sebesar Rp288,35 triliun, dengan unit penyertaan sebanyak 141,76 miliar. Sementara kontributor kedua adalah reksa dana terproteksi, dengan dana kelolaan sebesar Rp41,85 triliun atau 18,52%.

Sementara reksa dana pendapatan tetap mencatat dana kelolan senilai Rp33,26 triliun atau 14,72%, reksa dana campuran mencapai Rp19,42 triliun atau 8,59%, dan reksa dana pasar uang Rp19,75 triliun atau 8,74% dari total dana kelolaan reksa dana. 

Adapun reksa dana syariah saham membukukan dana kelolaan Rp6,28 triliun atau 2,78%, syariah terproteksi Rp1,46 triliun atau 0,65%, syariah campuran Rp1,66 triliun atau 0,73%, syariah indeks Rp147,8 miliar atau 0,07%, syariah pasar uang Rp733,17 miliar atau 0,32%, dan syariah pendapatan tetap Rp376,01 miliar atau 0,17%. 

Sedangkan ETF pendapatan tetap mencatat dana kelolaan sebesar 2,01 triliun atau 0,89%, ETF indeks Rp622,7 miliar atau 0,28%, dan ETF saham senilai Rp482,79 miliar atau 0,21%.

http://ekbis.sindonews.com/read/947274/32/dana-kelolaan-reksa-dana-saham-2014-rp97-5-t-1420615059





Sumber : SINDOnews.com

JAKARTA – Sepanjang tahun 2014 lalu, pertumbuhan kinerja reksa dana saham berhasil melampaui pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang 2014. Rata-rata return produk reksa dana saham yang ada di industri tercatat 27,86 persen, sementara IHSG di tahun lalu tumbuh 22,29 persen.

Secara bulanan, kinerja reksa dana saham juga mengungguli IHSG. Rata-rata return pada Desember sebesar 1,62 persen, sedangkan IHSG membukukan pertumbuhan 1,50 persen.

Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management, Rudiyanto, mengatakan hal itu terjadi secara historis. Ketika IHSG bullish antara 15–20 persen, rata-rata kinerja reksa dana saham bisa melampauinya.

“Sekalipun ada capital outflow selama IHSG bullish reksa dana saham bisa lampaui IHSG. Kalau IHSG bergerak tak tentu arah, maka banyak yang kalah,” ungkapnya kepada Koran Jakarta, Senin (5/1),

Pertumbuhan reksa dana saham tahun 2014 dinilainya sebagai pencapaian tertinggi selama tiga tahun. Bahkan, kisaran angka reksa dana campuran dinilai menggembirakan, berada di belasan persen.

Justru reksa dana pendapatan tetap gagal membukukan keuntungan di atas 10 persen. Hal itu disebabkan kebijakan BBM terlambat dinaikkan ketika harga minyak sedang tinggi disertai ancaman kenaikan suku bunga The Fed.

“Akibatnya, meski sempat naik, harga obligasi relatif tidak banyak berubah jika dibandingkan dari awal tahun,” paparnya.

Lebih Leluasa

Analis reksa dana Infovesta, Viliawati, menuturkan keleluasaan manajer investasi untuk mengatur portofolio sektor saham menjadi alasan kenaikan kinerja reksa dana saham. Tahun 2014, sektor properti, konstruksi dan realestat dan sektor keuangan menjadi primadona.

Saham-saham emiten konstruksi, terutama BUMN, mengalami lonjakan harga sangat tinggi. Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengalami kenaikan tertinggi, yaitu hingga 243 persen. Disusul saham PTPP Tbk (PTPP) yang melonjak 203 persen, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 132 persen, dan saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang meningkat 117 persen. Saham emiten konstruksi swasta PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) juga berkinerja baik dengan kenaikan 109 persen dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) naik 91 persen.

Turunnya IHSG untuk investor jangka panjang malah dimanfaatkan untuk melakukan top up karena Nilai Aktiva Bersih (NAB) menjadi lebih murah. “Reksa dana saham memang lebih tinggi dibandingkan reksa dana dengan aset dasar obligasi,” ujar Vilia.

Tidak seperti kinerja reksa dana saham, pertumbuhan kinerja reksa dana campuran dan pendapatan tetap masih tercatat di bawah pertumbuhan reksa dana saham. Selama 2014, reksa dana campuran tumbuh 16,91 persen sementara reksa dana pendapatan tetap tumbuh 7,85 persen.

Kinerjanya yang tidak meriah juga terjadi di bulan Desember. Ketika IHSG dan reksa dana saham tumbuh di kisaran 1,5–1,62 persen reksa dana campuran hanya tumbuh 1,08 persen. Bahkan reksa dana pendapatan tetap hanya tumbuh 0,03 persen di bulan Desember dibanding bulan sebelumnya.

http://www.koran-jakarta.com/?26519-kinerja%20produk%20saham%20lampaui%20ihsg




Sumber : koranjakarta.com

kontan JAKARTA. Investor reksadana saham boleh unjuk gigi. Pasalnya, instrumen investasi ini memberikan imbal hasil atau return paling mengkilap ketimbang instrumen investasi lainnya. Maklumlah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan return di atas 20,24% atau berlipat-lipat ketimbang realisasi tahun lalu yang minus 2%.
Data PT Infovesta Utama menunjukkan, rata-rata return reksadana saham hingga 22 Desember 2014, secara year to date mencapai 27,97% atau lebih unggul jika dibandingkan dengan IHSG pada periode yang sama. Beda ceritanya dengan hasil investasi logam mulia yang rontok, misalnya, emas batangan Antam memberikan return minus 0,95% di sepanjang tahun ini.
Nah, berkaca pada hasil investasi berbasis saham di sepanjang tahun ini, kinerja kinclong keranjang investasi reksadana saham sepertinya akan berlanjut di tahun kambing kayu. Meski tidak seoptimis tahun kuda kayu, reksadana ini diperkirakan berpotensi menguat yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi dan perbaikan makro ekonomi.
Bahkan, Viliawati, Analis Infovesta menilai, reksadana saham masih akan menjadi primadona di antara reksadana jenis lainnya, seperti reksa dana campuran, pendapatan tetap dan pasar uang. “Reksadana saham berpotensi mencetak kinerja yang lebih baik ditopang oleh pergerakan bursa saham yang lebih agresif dalam merespon kondisi pasar,” ujarnya.
Jika ingin untung berlipat, pilihan paling pas memang kelihatannya masih instrumen investasi berbasis saham. Sebab, instrumen di luar saham, seperti obligasi dan emas dinilai belum menunjukkan lampu hijau. Pasar obligasi tahun depan masih berfluktuasi akibat kenaikan yield surat utang negara dan emas belum berkilau.
Sebaiknya, investor mempertebal porsi investasi saham secara berkala. Namun demikian, lanjut Vilia, saham adalah investasi jangka panjang. Potensi kinerja reksadana saham juga dihantui dengan risiko fluktuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Tidak semua saham layak investasi.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan investor, ia menyarankan, antara lain kondisi makro ekonomi, nilai tukar, inflasi, suku bunga acuan, neraca perdagangan, rilis data laporan keuangan emiten, serta kinerja kabinet pemerintahan baru.
Adapun, sentimen global yang diperkirakan akan ikut mempengaruhi kinerja reksa dana, yakni kondisi ekonomi global, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Tiongkok, serta rencana kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi mengurangi dana asing yang masuk ke pasar modal domestik.
Vilia meramalkan, kinerja rata-rata reksadana di tahun depan, yakni sekitar 8% - 12% return dari reksadana jenis saham, 7% - 10% dari reksadana campuran, 6% - 8% dari reksadana pendapatan tetap dan 7% - 8% dari reksadana pasar uang.
“Secara umum, jika dibandingkan dengan tahun 2014, prospek reksadana saham dan campuran akan melambat. Sementara, reksadana pendapatan tetap dan pasar uang diperkirakan tidak jauh berbeda di tahun depan. Tetapi, BI rate yang berada di level cukup tinggi menjadi sentimen positif bagi reksadana pasar uang untuk membukukan kinerja yang lebih baik,” terang dia.

Editor: Yudho Winarto

Bisnis.com, JAKARTA--Usai menghadiri ajang penghargaan reksa dana di Grand Hyatt Jakarta, Kamis (3/4), pria tambun yang malam itu tampil necis dengan jas hitam dan dasi merah cerah tampak tak tergugah menyantap hidangan yang tersaji di properti berbintang lima tersebut.
Tiar, begitu Ia disapa, bergegas meninggalkan hotel. Bersama salah seorang pewarta yang juga karibnya, Ia menyambangi salah satu rumah makan Padang terdekat. Soal selera memang sukar ditawar. Masakan serba santan khas dari Tanah Minang memang diidamkannya sejak Sore.
Tak berapa lama, satu porsi nasi lengkap dengan aneka lauk habis dilahapnya, berikut teh tawar hangat pun diseruputnya. Namun, belum sampai tegukan terakhir, Ia tiba-tiba tertegun.
Pandangan salah seorang penggiat investasi di Jakarta itu terperangkap pada tulisan bertinta hitam yang dituangkan dalam kertas karton putih berukuran persegi. Sepasang klausa sederhana yang lazim dijumpai di dinding-dinding rumah makan Padang.
Jika Anda puas beritahu teman, Anda tidak puas beritahu kami. Begitu pesan yang coba disampaikan ke pengunjung.
Agaknya, Tiar terbius dengan gagasan pariwara yang sebetulnya tak dikemas istimewa, tidak pula dipenuhi estetika grafis yang membuatnya lebih atraktif. Ya, hanya terdapat dua kalimat tunggal yang sarat makna persuasif.
“Bener juga nih, Ade dan Rivki juga harus ikut reksa dana. Siapa tahu, dalam 5 tahun ke depan, kita punya cukup modal bangun lapangan baru di tempat lain,” seru Tiar bersemangat.
Telepon genggam yang sedari tadi menganggur di atas meja makan segera diraihnya. Ia seperti tak sabar menularkan energi yang sama kepada temannya yang lain, seperti yang diperolehnya dalam beberapa waktu terakhir.
Tiar dan beberapa teman memang merintis usaha patungan, pengembangan gedung olahraga bulu tangkis di kawasan Selatan Jakarta.
Dalam beberapa tahun ke depan, kawanan sejawat ini berencana membangun lapangan baru di lokasi berbeda. Modal yang dibutuhkan tentu tak sedikit. Belum lagi, Ia baru saja kehilangan Rp150 juta lantaran ditipu broker gadungan yang mengiming-iminginya imbal hasil investasi valas.
Sadar wawasan investasinya rendah, Ia merasa butuh banyak informasi. Malam itu, Tiar memang sengaja menyempatkan waktu luangnya untuk lebih mengenali kinerja produk reksa dana pilihan Bloomberg dan Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI).
Beberapa nama produk besutan manajer investasi terekam di catatannya, terdiri dari lima kategori terbaik di kelas aset syariah, tematik, pendapatan tetap, denominasi dolar Amerika Serikat, serta ragam indeks lainnya. Dari lima kategori itu, sebanyak 17 penghargaan disebar untuk setiap standar yang lebih spesifik.
Ajang apresiasi tahunan itu jelas diharapkan meningkatkan daya tarik industri serta membantu Tiar dan investor lainnya untuk mengidentifikasi produk unggulan serta kemungkinan mendiversifikasi portofolionya.
Namun, tak sepatah kata pun yang menjelaskan urgensi seseorang berinvestasi. Acara itu cukup sesak dijejali gambaran kepiawaian manajer investasi mengelola dana. Tak heran, kepala pemodal hanya diinjeksi imbal hasil nan menggiurkan.
Peserta yang hadir pun sebagian besar merupakan kelompok penggiat industri yang boleh dibilang kewalahan menghimpun massa, setidaknya dalam 2 dekade terakhir sejak reksa dana diperkenalkan di Indonesia.
Energi malam itu jelas-jelas hanya menggumpal di antara manajer investasi serta investor yang kebagian untung besar di beberapa produk berkinerja ciamik, sama sekali tak berpengaruh banyak untuk menginfeksi calon nasabah yang bertaburan di luar gedung.
Akui saja, perkembangan investasi reksa dana kurang semarak. Jumlah pemegang unit penyertaan ditaksir hanya berkisar 450.000 nasabah. Bahkan, jika diidentifikasi lebih teliti,pemodal yang menggiatkan industri mungkin tak sampai separuhnya.
Sosialisasi digelar tanpa militansi. Seminar dan kelas investasi yang kerap dilakukan terkesan buang-buang energi karena tersentralisasi di kota-kota besar di Indonesia. Manajer investasi juga kepayahan karena tak cukup kuat jejaring di daerah.
Hasilnya? Industri lesu darah. Sekitar 80% investor reksa dana hanya tersebar di pulau Jawa, di mana lebih dari 90% terkonsentrasi di Jakarta.
Tak sedikit masyarakat di seberang pulau luput dari jangkauan, manusia-manusia yang di antaranya masih konservatif menaruh aset kekayaan di bawah bantal atau menguburkannya di dalam tanah. 
 Beberapa memang sudah melek investasi, kendati masih begitu mendewakan tabungan dan deposito. Untuk kelompok ini, mereka belum sadar betapa pergerakan inflasi mampu menyalip bunga deposito. 
Faktanya, dalam 10 tahun terakhir, tingkat bunga tabungan dan deposito masih di bawah rerata inflasi sebesar 7,4% per tahun (Data dari Biro Pusat Statistik, 2014).
“Masyarakat seringkali lupa menghitung besaran kenaikan riil penghasilan dan aset-aset tersebut dibandingkan dengan kenaikan harga barang dan jasa,” cecar Agus Yanuar, Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen.
Bertambahnya upah sebesar 10% dibandingkan dengan tahun lalu tentu tidak akan mengejar kebutuhan hidup yang naik 18%, misalnya. Deposito di bank dengan bunga bersih 6% setelah pajak pun belum bisa menutup tingkat inflasi tahun lalu sebesar 8,38%.
Pada dasarnya, masyarakat berhak mengalokasikan dananya pada beragam aset investasi yang memiliki karakteristik produk, risiko, potensi imbal hasil, dan jangka waktu berinvestasi idealnya masing-masing.
Namun, tak ada salahnya melirik reksa dana yang memuat aneka aset dasar mulai dari deposito, properti, saham, surat utang di dalam satu paket sekaligus. Ibarat menu makanan, reksa dana disajikan lengkap.Toh, performa reksa dana diharapkan lebih ‘nikmat’ dari kinerja aset dasarnya itu. 
Di sisi lain, pesan-pesan urgensi terkait kebutuhan investasi lebih diperlukan ketimbang kampanye yang menitikberatkan preferensi produk. Betul, calon investor mulanya tentu bingung memilih produk, tapi tahap itu baru akan dicapai setelah mereka tergerak mencari tahu.
Sudah pasti, industri menginginkan sosok-sosok Tiar yang bertambah sangat cepat. Untuk itu, penyampaian gagasan yang mengakar pada esensi berinvestasi perlu diadaptasi secara agresif. Dalam perspektif komunikasi, strategi penyampaian pesan diadik sudah pasti paling efektif.
Apalagi, di era modern saat ini, saluran komunikasi di jejaring sosial berserakan. Siapa saja yang terlibat di industri perlu bergerak, sebab meningginya timbunan dana akan meningkatkan mutu industri itu sendiri dan mengantisipasi risiko investasi di reksa dana.
Peluang terbuka lebar. Sedikitnya 45 juta orang kelas menengah potensial dijaring. Beleid jalur distribusi di sentra-sentra ritel juga perlu segera diketok palu, serta kelonggaran-kelonggaran lainnya yang dibidani otoritas.
Bayangkan, seorang kawan datang ke minimarket setelah anda menceritakannya pengalaman berinvestasi reksa dana. Unit penyertaan dapat diperoleh semudah membeli kacang di warung.
Pada akhirnya nanti, kabar baik ini dapat mengadiksi banyak kepala, bahkan untuk orang-orang yang anda kenal dan masih mempercayakan asetnya beranak pinak di bawah ranjang.
Kita pun dapat membuktikan sesumbar Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Denny Taher tak sembarang utopia; jumlah investor menggelembung 5 juta orang dengan nilai kelolaan industri sebesar Rp1.000 triliun pada 2017.

Editor : Surya Mahendra Saputra
Produk-produk reksa dana yang dikelola oleh Eastspring Investments Indonesia tercatat mampu mengungguli tolok ukur dan reksa dana sejenis di pasar. Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, disebutkan, reksa dana saham Eastspring Investments Alpha Navigator memberikan hasil investasi sebesar 36,92% sejak peluncurannya di 29 Agustus 2012 hingga 30 September 2014.

Kata Presiden Direktur Eastpring Investment Indonesia, Riki Frandos, angka ini lebih tinggi 11,4% dibandingkan kinerja IHSG yang hanya sebesar 25,52% untuk periode yang sama. Selain itu, reksa dana saham Eastspring Investments Value Discovery juga mampu mengungguli IHSG sejak peluncurannya di 29 Mei 2013 dengan kinerja sebesar 15,49% per 30 Sept 2014. Untuk periode yang sama, IHSG memberikan kinerja negatif 1,21%.

Sementara itu, per 30 September 2014, reksa dana pendapatan tetap yang dikelola Eastspring, yaitu Eastspring Investments Yield Discovery dan Eastspring Investments IDR High Grade, masing-masing juga mampu mengungguli tolok ukurnya, yaitu HSBC Bond Index sebesar 10,68% dan 2,02% sejak peluncurannya di 29 Agustus 2013 dan 9 Januari 2014.“Ke depannya, Eastspring Investments tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi nasabah, baik dari sisi produk, pelayanan dan tentu saja berkontribusi pada edukasi investor dan pertumbuhan industri reksa dana dan pasar modal,” ujar Riki. (bani)

  http://www.neraca.co.id/article/46653/Imbal-Hasil-Reksa-Dana-Eastpring-di-Atas-IHSG


Sumber : NERACA.CO.ID

Oleh: Arief Bayuaji
ekonomi - Kamis, 16 Oktober 2014 | 13:01 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Manulife Asset Management merilis hasil riset terbaru Aging Asia yang menganalisa pola pengeluaran saat masa pensiun pada enam negara Asia, dan membandingkannya dengan hasil survei perkiraan tingkat pengeluaran di masa pensiun pada negara-negara tersebut. Riset mengungkapkan sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh tingkat pengeluaran saat masa pensiun.

"Dengan judul Big spenders: The myth of lower consumption in the golden years, publikasi ini merupakan hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Manulife Asset Management dari serial Aging Asia (Asia yang Menua). Laporan mengungkap, bahwa sementara para responden survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) di Indonesia mengindikasikan bahwa tingkat pengeluaran mereka di masa pensiun akan turun menjadi 68% dari masa sebelum pensiun, pada kenyataannya para pensiunan saat ini menghadapi tingkat pengeluaran sekitar 94% dari masa sebelum pensiun," President International Asset Management, Manulife Asset Management Michael Dommermuth, berdasarkan keterangan pers yang INILAH.COM terima, Rabu (15/10/2014).

Michael menambahkan dengan mengatakan, "Penemuan mengejutkan ini membawa kami untuk mempelajari lebih dalam mengenai pola pengeluaran di Jepang selaku negara tertua di Asia dan Taiwan selaku negara terkaya di Asia, untuk melihat gambaran apa yang mungkin terjadi pada negara seperti Indonesia yang masih relatif muda tetapi menua dengan cepat dan sedang menikmati pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat."

Tercatat, penelitian menemukan ternyata tingkat pengeluaran di negara-negara ini tidak turun, bahkan meningkat di Jepang dengan komposisi pengeluaran berubah secara signifikan. Sementara pengeluaran untuk pendidikan, transportasi, dan komunikasi menurun, pengeluaran yang terkait dengan perumahan, kesehatan, makanan dan minuman justru meningkat, dalam beberapa kasus porsi peningkatannya melebihi porsi penurunan yang terjadi pada kategori lainnya.

Itu, ujar Michael, mencerminkan tantangan bagi investor di Indonesia, karena 77% responden survei menyatakan telah siap finansial menghadapi masa pensiun, namun laporan riset mengungkapkan tampaknya mereka meremehkan tingkat simpanan yang dibutuhkan untuk menopang pengeluaran di masa pensiun. Ia menambahkan, laporan ini juga menyoroti pentingnya memastikan seluruh potensi sumber pendapatan di masa pensiun karena dengan efisien, termasuk gaji dan upah, jaminan sosial dari pemerintah, dana pensiun, dukungan keluarga, dan pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro mengatakan, "Dari lima sumber pendapatan di masa pensiun tersebut, menurut kami yang paling penting adalah memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga."

Legowo lantas berharap sebaiknya tidak tergantung pihak lain, apakah itu pemberi kerja, program pensiun, jaminan sosial dari negara, maupun ketergantungan kepada dukungan keluarga atau harus mandiri. Menurut dia, dengan menyisihkan sebagian penghasilan secara teratur dan menginvestasikannya pada aset yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada deposito, seperti saham dan obligasi, dipercaya masyarakat Indonesia dapat lebih siap memenuhi kebutuhan di masa pensiun, yang ternyata relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan.

“Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa tidak memiliki keahlian dalam memilih investasi yang memiliki potensi imbal hasil yang menarik. Untuk menjembatani hal ini, kami telah meluncurkan program edukasi yang berfokus pada 3i – insyaf, irit, invest – dan mengenalkan reksa dana sebagai pilihan investasi yang mudah, nyaman, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat," terang dia.

"Reksa dana dapat menjadi pilihan investasi yang baik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, karena reksa dana dikelola oleh para profesional yang berpengalaman dalam pengelolaan portofolio saham dan obligasi. Dengan berinvestasi di reksa dana, masyarakat dapat mempersiapkan masa pensiunnya dengan memanfaatkan potensi kenaikan imbal hasil dari pasar modal Indonesia," imbuh dia. [aji]
... per tgl 16 Oktober (saat pasar global PANIK, pasar lokal JUGA) :

JAKARTA kontan. Secara bulanan (month-on-month/mom) kinerja seluruh reksadana tercatat minus. Tidak terkecuali reksadana saham. Kendati return IHSG positif, namun, rata-rata imbal hasil reksadana saham tercatat negatif.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham per September 2014 dibandingkan Agustus 2014 minus 1,13%. Adapun, imbal hasil IHSG pada periode yang sama sebesar 0,01%. Tetapi, ada beberapa produk yang mendulang cuan dikala mayoritas reksadana saham memerah.
Berikut beberapa reksadana saham yang memiliki kinerja ciamik selama Agustus-September 2014:
1. Simas Saham Unggulan: 5,76%
2. Millenium Berkembang: 5,13%
3. Millenium Equity: 3,6%
4. Millenium Dynamic Equity Fund: 3,52%
5. Millenium Equity Growth Fund: 2,85%
6. Lautandhana Saham Inti: 2,49%
7. Reksadana Saham Eastpring Investments Alpha Navigator: 2,11%
8. Millenium Equity Prima Plus: 1,67%
9. Simas Syariah Unggulan: 1,54%
10. Lautandhana Equity agresif: 1,37%
11. MNC Dana Ekuitas: 1,14%
12. Lautandhana Equity: 0,76%
13. First State Indoequity High Conviction Fund: 0,69%
14. Lautandhana Equity Progresif: 0,69%
15. AZXA Maestrosaham: 0,6%
Editor: Hendra Gunawan


JAKARTA kontan. Investasi sebaiknya memiliki tujuan khusus agar proses pembiakan dana bisa lebih fokus. Ketika sudah memiliki tujuan khusus, orang tidak akan mudah tergoda untuk mengutak-atik dana investasi sebelum tujuan tercapai. Prinsip itu dipegang betul oleh Alvin Pattisahusiwa, Director of Investment Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).
Alvin berkenalan dengan dunia investasi saat ia masih berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Tak tanggung-tanggung, investasi pertamanya langsung masuk ke saham. "Waktu itu tahun 1995, saya membeli saham TLKM, saat initial public offering (IPO)," papar pria kelahiran 31 Agustus 1973.
Awalnya Alvin mengaku sebatas ikut-ikutan teman kuliahnya. Kala itu investasi saham memang belum begitu dikenal masyarakat. Prosedur membeli saham juga cukup rumit. "Saya harus antri di bank untuk beli saham tersebut. Antrenya panjang karena masih manual," kisah Alvin.
Ia membeli saham TLKM di harga Rp 1.025 per saham. Niatnya membeli lima lot, tapi hanya kebagian jatah dua lot saham. Artinya, modal yang ia keluarkan saat itu sebesar Rp 1.025.000 (1 lot = 500 lembar saham).

CATATAN: tlkm 1995: Rp1025 per saham, stock split per tgl 28 Agustus 2013 @ 5:1 ... berarti secara faktual harga beli (1995) = Rp205 per saham... per tgl 12 September 2014: Rp2790 per saham... potential gain% (1995-2014) : + 1260%... aza :)
Semula ia berniat menjual saham TLKM jika sudah meraih capital gain sekitar 20%. Namun ia baru menjual sahamnya setelah enam bulan memegang saham IPO.  Hasilnya, ia keuntungan 50% dari modal awal.
Tahun 1997, selepas kuliah, Alvin mulai bekerja di perusahaan manajer investasi, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen. Setelah terjun langsung ke industri pasar modal, Alvin justru tidak berinvestasi saham karena mengikuti aturan perusahaannya. "Saya tidak boleh investasi di saham karena takut ada conflict of interest," katanya.
Hingga kini, Alvin memilih tidak berinvestasi di saham lagi. Meskipun, perusahaannya yang sekarang memperbolehkan pegawainya berinvestasi saham.
Investasi reksadana
Setelah bekerja di Batavia Prosperindo, Alvin mulai mengenal reksadana. Ia langsung jatuh cinta pada instrumen ini. Menurutnya berinvestasi di reksadana cukup mudah dan tidak memerlukan biaya besar.

CATATAN : bandingkan dengan tren NAB (potential gain%) Schroder Dana Prestasi Plus jangka panjang
Bapak satu anak ini, langsung mengoleksi dua jenis reksadana sebagai diversifikasi portofolio, yakni reksadana saham dan reksadana pasar uang. Pembelian unit penyertaannya dilakukan secara berkala sebesar Rp 100.000 per bulan.

CATATAN: neh skenario inves 1 juta rupiah per bulan @ Schroder Dana Istimewa
Pada 2002, ia menjual seluruh unit penyertaan dari dua produk ini, lantaran berpindah kerja ke BNP Paribas Investment Partners (BNPP-IP). Menurutnya, imbal hasil dari reksadana tersebut sepanjang lima tahun itu, hampir tiga kali lipat dari modal.

CATATAN:bandingkan dengan skenario inves 1 juta rupiah per bulan @BNP PARIBAS EKUITAS
Dana investasinya lantas berpindah ke produk reksadana milik BNPP-IP. Tapi setahun kemudian, ia mencairkan seluruh unit penyertaan reksadana  yang dimiliki untuk membeli sebuah rumah yang kini ditinggali di daerah Bintaro, Tangerang. Hasil investasi reksadana dipergunakan sebagai uang muka pembelian rumah.
Investasi reksadana Alvin berlanjut pada 2004. Porsinya selalu sama, 70% di reksadana saham dan sisanya di pasar uang. Kali ini, hasil investasinya dipergunakan untuk membeli sebidang tanah di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten pada 2008. Singkat cerita, kini Alvin memiliki dua unit rumah dan dua bidang tanah yang dibeli dari hasil investasi reksadana.
Alvin menyiapkan investasi reksadananya untuk jangka waktu empat hingga lima tahun. Tujuannya selalu untuk membeli properti. "Jadi tidak pernah saya redeem di tengah jalan, berapapun return-nya," ungkap Alvin.
Saat ini, Alvin masih menggenggam tiga produk reksadana dengan tujuan untuk membiayai dana pendidikan anak dan dana pensiunnya kelak.
Editor: Sofyan Nur Hidayat


gw perbandingkan antara saham dan RD Saham v. RD Campuran sejak Oktober 2013 (CUS 02): 


JAKARTA — Sebanyak 27 produk reksa dana dari 19 manajer investasi (MI) berhasil meraih penghargaan sebagai Reksa Dana Terbaik 2014 versi majalah Investor. Dari 27 reksa dana itu, sebanyak 13 reksa dana kembali mengulang prestasi yang pernah diraih pada 2013 dan 14 reksa dana lainnya merupakan pemenang baru. Tiga reksa dana di antaranya berhasil meraih penghargaan ganda.

Hasil pemeringkatan reksa dana yang dilakukan majalah Investor dan PT Infovesta Utama menetapkan PT Sinarmas Asset Management berhasil meraih enam penghargaan untuk empat produk reksa dana, sekaligus yang terbanyak. Kemudian disusul PT MNC Asset Management dengan empat penghargaan untuk tiga produk reksa dana dan PT Panin Asset Management dengan tiga
penghargaan.

Pada kelompok reksa dana saham, Grow-2 Prosper, reksa dana yang dikelola Corfina Capital berhasil meraih dua penghargaan untuk periode satu (1) dan lima (5) tahun, kategori aset antara Rp 100 miliar – Rp 1 triliun. Masih dari kelompok reksa dana saham, Panin Asset Managament berhasil menempatkan dua produk andalannya, yakni Panin Dana Prima dan Panin Dana Maksima menjadi reksa dana terbaik. Panin Dana Prima menjadi yang terbaik untuk periode tiga tahun dengan aset di atas Rp 1 triliun, sedangkan Panin Dana Maksima untuk periode lima tahun, dengan aset di atas Rp 1 triliun. Ada dua nama baru pada kelompok reksa dana saham yang meraih penghargaan tahun ini, masing-masing HPAM Ultima Ekuitas 1 yang diterbitkan PT Henan Putihrai Asset Management dan Maybank GMT Dana Equitas dari PT Maybank GMT Asset Management.

Sementara itu, ada sembilan penghargaan diberikan untuk delapan reksa dana campuran, dengan gelar ganda untuk reksa dana MNC Dana Kombinasi. Produk yang diterbitkan MNC Asset Management ini menjadi yang terbaik untuk kategori reksa dana campuran tipe moderat, periode tiga dan lima tahun. Produk ini pun pernah meraih penghargaan pada 2013.

Sedangkan nama baru pada kelompok reksa dana campuran adalah Reksa Dana Lippo Dana Prima (PT Lippo Securities), First State Indonesia Balanced Fund (PT First State Investment Indonesian), Syailendra Indo Balance Fund (PT Syailendra Capital), Pacific Balance Fund (PT Pacific Capital Investment), dan Simas Satu (PT Sinarmas Asset Managament). Pada kelompok campuran, selain Simas Satu, Sinarmas juga menempatkan Danamas Flexi sebagai reksa dana terbaik, sekaligus mengulang prestasi tahun lalu.

Pada kelompok reksa dana campuran, terdapat 8 produk reksa dana berhasil meraih penghargaan. Danamas Stabil (Sinarmas) dan Prospera Obligasi (PT Prospera Asset Managament) mempertahankan prestasi yang diraih tahun lalu. Enam reksa dana lainnya merupakan pemenang baru di kelasnya, masing-masing Megas Asep Mantap (PT Mega Asset Managament), Maybank GMT Dana Kencana (PT Maybank GMT Asset Managament), Net Dana Gemilang (PT Net Asset Managament), Trim Dana Tetap (PT Trimegah Asset Managament), dan Dana Primer (PT Equity Securities Indonesia).

Prestasi penting diraih reksa dana Danamas Dollar yang diterbitkan PT Sinarmas Asset Managament. Produk ini berhasil menguasai tiga penghargaan sekaligus untuk reksa dana pendapatan tetap dolar kategori 1, 2 dan 3 tahun. Sementara tiga penghargaan untuk reksa dana pasar uang diberikan kepada reksa dana BNI-AM Dana Likuid (PT BNI Asset Management), MNC Dana Lancar (PT MNC Asset Managament), dan Mandiri Pasar uang (PT Mandiri Manajemen Investasi).

Penghargaan untuk reksa dana terbaik tahun ini diberikan pada acara Penganugerahan Reksa Dana Terbaik 2014, di Financial Club Jakarta, Kamis (6/3). Penghargaan tahun ini merupakan tahun ke-13 yang diselenggarakan Majalah Investor. “Apresiasi pantas diberikan untuk reksa dana yang mencatat kinerja terbaik, sekaligus untuk memotivasi para Manajer Investasi untuk terus meningkatkan kinerja,” ujar Pemimpin Redaksi Majalah Investor, Primus Dorimulu.

Pemeringkatan reksa dana dihitung berdasarkan dua komponen penilaian, yaitu Risk Adjusted Return dan pertumbuhan unit penyertaan. Periode pemeringkatan menggunakan tiga kategori jangka waktu yakni 1, 3, dan 5 tahun. Khusus reksa dana campuran tahun ini dibedakan jadi tiga tipe dari sebelumnya dua tipe, yakni tipe konservatif, moderat, dan agresif.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam pemeringkatan reksa dana ini, Litbang Majalah Investor bekerjasama dengan PT Infovesta Utama, lembaga riset reksa dana independen. Kriteria Pemeringkatan Sebelum pemeringkatan reksa dana dilakukan, ada sejumlah seleksi awal yang harus dilewati. Antara lain, waktu beroperasi reksa dana minimal tiga tahun untuk kategori pemeringkatan berdasarkan kinerja tiga tahun, beroperasi minimal lima tahun untuk kategori pemeringkatan berdasarkan kinerja lima tahun. Sedangkan penghargaan untuk kategori kinerja tujuh tahun ditiadakan.

Seleksi lain menyangkut pelanggaran dan sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sikap kooperatif dari pengelola reksa dana yang ditandai dengan kerja sama dalam pengumpulan data dan pemberian informasi terkait pemeringkatan ikut menjadi pertimbangan juri. Seperti tahun lalu, reksa dana terproteksi tidak diikutkan dalam pemeringkatan.

Penilaian terhadap risk and return dilakukan dengan menggunakan metode Sharpe Ratio. Semakin besar Sharpe Ratio, maka bisa dikatakan semakin optimal suatu reksa dana. Metode Sharpe Ratio juga merupakan metode standar yang digunakan lembaga internasional dalam memberikan rating terhadap reksa dana. Mengacu pada kondisi pasar, penilaian kali ini menggunakan Modified Sharpe Ratio.

Sementara itu, Direktur PT Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, pada pemberian penghargaan tahun lalu tercatat ada 20 juara. Rinciannya, delapan reksa dana saham, lima reksa dana campuran, lima reksa dana pendapatan tetap, dan dua reksa dana pasar uang. “Sebanyak 15 dari 20 atau 75 persen reksa dana yang menjadi juara tahun lalu punya kinerja di atas benchmarknya
masing-masing. Lalu, 12 dari 20 reksa dana atau 60% sanggup pertahankan reputasi juara. Sedangkan 40% sisanya pendatang baru,” papar dia.

Dia menjelaskan, jika dilihat dari kinerja pemenang tahun lalu, rata-rata juara untuk reksa dana saham naik 1,90% secara tahunan (year on year/ yoy). Sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,98% dan indeks reksa dana saham turun 3,66%. “Lalu, rata-rata juara untuk reksa dana campuran naik 1,18% yoy. Di sisi lain, indeks reksa dana campuran turun 1,59%,” ucap dia.

Parto Kawito mengungkapkan, rata-rata juara untuk reksa dana pendapatan tetap naik 2,21% yoy, sedangkan indeks reksa dana pendapatan tetap turun 4,53%. Terakhir, rata-rata juara untuk reksa dana pasar uang naik 4,92% yoy dan indeks reksa dana pasar uang meningkat 4,85%. “Berarti pemeringkatan ini memiliki presisi tinggi. Jadi, award ini perlu dilanjutkan,” tutur dia. (c02)


Bisnis.com, JAKARTA -- Memasuki semester II 2014, PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan (AUM) tahun 2014 sebesar 30% menjadi Rp25,09 triliun dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp19,3 triliun.
Target ini masuk dalam kategori moderat mengingat pada awal tahun perusahaan pernah mengeluarkan statetment terhadap target pertumbuhan AUM sebesar 30-40%.
Direktur Mandiri Investasi Wendi Isnandar mengatakan, penentuan target pertumbuhan dana kelolaan itu tidak terlepas dari aksi ambil untung yang dilakukan nasabah.
Selain itu, volatile pasar saham membuat nasabah menunggu momen yang pas buat berinvestasi.
Apalagi pelaku investor individu maupun korporasi sekarang banyak melakukan investasi jangka pendek.
Bukan investor longterm, ujar Wendi kepada Bisnis, Senin (11/8).
Menurut Wendi, suku bunga bank yang tinggi juga membuat nasabah lebih menginvestasikan dananya di sektor perbankan.
Dengan tingkat risiko yang rendah dan imbal hasil yang dirasa cukup membuat investor lebih banyak berinvestasi di bank.
Suku bunga bank sekarang sekitar 11% itu sudah dianggap cukup, katanya.
Untuk itu, agar lebih menarik nasabah, perusahaan menerbitkan sejumlah produk reksadana baru.
Mandiri Investasi bekerjasama dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) meluncurkan 3 reksa dana terbuka baru yang terdiri dari 2 reksa dana saham yaitu reksa dana Mandiri Investa Equity Dynamo Factor (DYNAMO) dan reksa dana Mandiri Investa Ekuitas Syariah (MIES), serta 1 reksa dana pendapatan tetap yaitu reksa dana Mandiri Investa Obligasi Selaras (SELARAS).
Wendi mengatakan Mandiri Investasi meluncurkan reksa dana saham baru dengan strategi investasi yang fokus terhadap pendekatan kuantitatif di dalam penyeleksian saham.
"Mana saham yang baik yang bisa menghasilkan kinerja yang baik," katanya.

Editor : Saeno


kontan JAKARTA. Reksadana saham sepanjang tahun ini mencatat kinerja kinclong. Rata-rata imbal hasil (return) reksadana saham, menurut Infovesta Equity Fund Index yang dirilis Infovesta Utama, mencapai 22,89% hingga akhir Juli 2014.
Kinerja tersebut mengalahkan return indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sebesar 19,06% pada periode yang sama. Tak hanya itu, return reksadana saham juga mampu mengungguli reksadana jenis lainnya.
Misalnya, rata-rata imbal hasil reksadana campuran yang ditunjukkan dari Infovesta Balanced Fund Index pada periode yang sama hanya mencapai 13,38%. Demikian juga dengan rata-rata return reksadana pendapatan tetap menurut Infovesta Fixed Income Fund Index yang sebesar 4,72%.
Berikut return lima besar reksadana saham berkinerja bagus:
1. Dana Pratama Ekuitas (41,71%)
2. Pratama Saham (38,67%)
3. Pratama Equity (34,43%)
4. RHB OSK Prime Equity Fund (32,05%)
5. NISP Indonesia Sector Leader (31,89%)
Editor: Sanny Cicilia


Bisnis.com, JAKARTA - Puncak perayaan demokrasi di Indonesia telah dilaksanakan pada 9 Juli 2014, di mana masyarakat Indonesia menyuarakan hak pilih mereka untuk menentukan presiden dan wakil presiden Indonesia untuk 5 tahun mendatang.
Sebelum hasil resmi Pilpres 2014 diumumkan pada 22 Juli mendatang, Citibank Indonesia mengambil inisiatif untuk menggelar seminar Citibank Mid Year Market Outlook Post Presidential Election 2014 di Hotel Four Seasons Jakarta, Selasa (15/7/2014) malam.
Dengan menghadirkan beberapa pembicara yang bergerak di bidang ekonomi maupun politik, seminar ini dirancang untuk memberikan gambaran dan pandangan terkait peluang dan tantangan investasi pasca Pilpres 2014 agar nasabah Citibank dapat memetakan strategi investasi mereka secara akurat dalam situasi politik dan ekonomi yang masih dinamis.
Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti mengatakan Pilpres 2014 ini merupakan pemilu yang fenomenal dengan tingkat partisipasi yang sangat tinggi. "Hingga mencapai lebih dari 180 juta warga negara baik yang berdomisili di dalam maupun luar negeri,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa Pilpres kali ini juga mengundang perhatian khusus dari masyarakat internasional, mengingat besarnya prospek dan potensi ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman juga menyuarakan hal serupa mengenai potensi Indonesia yang akan dikelola oleh pemerintahan Presiden terpilih untuk masa jabatan 2014-2019, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur yang akan menunjukkan bangkitnya investasi dan perekonomian negara.
Menurutnya, visi ekonomi jangka panjang untuk 15-20 tahun ke depan menjadi hal yang wajib dimiliki oleh pemerintahan baru.
Dengan pertumbuhan global yang melambat, reformasi struktural dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian di atas 5%. Selain itu, diperlukan penguatan sektor-sektor berorientasi ekspor sebagai sumber devisa.
Sektor transportasi umum juga harus dibangun untuk mengurangi intensitas penggunaan dan impor bahan bakar minyak, katanya.
Dengan sorotan dan perhatian masyarakat internasional, Pilpres 2014 bisa memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengukuhkan posisinya di mata dunia yang telah dibangun oleh pemerintah saat ini, sekaligus memastikan keberlangsungan dukungan dari pihak luar untuk tetap terjalin dengan pemerintahan yang baru.
Harsya Prasetyo, Head of Sales and Marketing PT First State Investments Indonesia turut menyampaikan optimismenya terhadap kemampuan Presiden terpilih untuk melanjutkan perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia.
“Harapan kami para investor yang tadinya wait and see akan mulai berinvestasi kembali, kami optimis dana kelolaan kami dapat tumbuh 51% di akhir 2014," katanya.
Salah satu reksadana yang diluncurkan awal tahun ini di Citibank yaitu First State IndoEquity Opportunities Fund USD telah mencapai 80% dari target dana kelolaan dalam kurun waktu 3 bulan.
Dalam kesempatan yang sama, Ikrar Nusa Bhakti juga menyertakan beberapa faktor yang menurutnya akan mendukung terciptanya situasi aman dan kondusif pasca pengumuman resmi hasil Pilpres pada 22 Juli 2014.
Persiapan oleh TNI dan Polri terkait pengawasan dan pengamanan Pilpres kali ini tampak lebih matang. Faktor sejarah juga menunjukkan bahwa pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif di Indonesia tidak pernah sekalipun memicu kekerasan atau tindakan anarkis dari masyarakat.
"Dan dengan sorotan dan minat dari masyarakat internasional yang begitu besar, ada motivasi tambahan bagi pemerintah saat ini untuk bisa menutup masa kepemerintahan dengan penyelenggaraan Pilpres yang aman dan juga lancar, terang Ikrar.
Mengenai pasar saham menjelang hasil resmi pemilihan Presiden, Vivian Secakusuma, Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners, menilai valuasi pasar saham masih berada dalam level yang wajar dan masih jauh di bawah level pada 2008.
Secara regional, return on equity dari emiten Indonesia pun masih merupakan yang tertinggi. Terlihat bahwa ruang untuk terjadinya earnings upgrade masih besar, sementara hasil Pilpres 2014 dan perbaikan kondisi makro dapat menjadi katalis positif.
"Dalam kondisi seperti ini, produk investasi dengan tema infrastruktur yang memiliki strategi bottom up dapat memberikan potensi kenaikan nilai investasi dari pertumbuhan pendapatan kelas menengah dan meningkatnya belanja infrastruktur, kata Vivian.

Editor : Fatkhul Maskur


WE Online, Bogor - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Persero (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan produk tabungan perbankan sebagai alat investasi di masa mendatang akan makin ditinggalkan masyarakat.

"Produk tabungan nantinya hanya akan jadi alat transaksi, hanya untuk bayar-bayar seperti bayar listrik, telepon, air dan lainnya," kata Ryan Kiryanto di Sentul Bogor, Jawa Barat, Jumat malam.

Ia menyebutkan masyarakat akan mencari produk perbankan yang menggabungkan investasi dan tabungan atau saving.

"Perbankan harus menyiapkan produk-produk yang cocok dengan keinginan masyarakat," katanya.

Ryan menyebutkan, adanya perkiraan bahwa hingga tahun 2030, jumlah penduduk Indonesia yang masuk kelas menengah akan mengalami peningkatan sekitar 125 juta.

Sementara itu mengenai adanya kesulitan bank menghimpun dana masyarakat yang bisa berakibat bank mengalami kesulitan likuiditas, Ryan mengatakan, saat ini memang persaingan menghimpun dana masyarakat makin ketat.

"Persaingan ketat terjadi tidak hanya antar-perbankan saja tetapi juga dengan lembaga keuangan lain dan dengan pemerintah," katanya.

Ia menyebutkan, pemerintah ikut berperan dalam meningkatkan persaingan ketat dalam penghimpunan dana melalui penerbitan obligasi atau surat utang.

Menurut dia, dana yang diserap melalui penerbitan obligasi selama ini disimpan di rekening pemerintah di Bank Indonesia dan tidak segera dibelanjakan.

"Ini mengakibatkan persaingan bank menghimpun dana masyarakat makin ketat, dan bank menempuh cara konvensional dalam menghimpun dana yaitu dengan menaikkan bunga dan masyarakat," katanya.

Menurut dia, bank juga makin sulit menghimpun dana masyarakat karena adanya kebijakan moneter ketat dari Bank Indonesia (BI).

Kebijakan moneter ketat ditunjukkan dengan tingkat BI rate yang mencapai 7,5 persen dan kenaikan giro wajib minimum menjadi 8,0 persen.

"Kebijakan moneter ketat ini akan berlangsung hingga akhir 2014 karena BI harus menjaga ekspektasi inflasi tetap terjaga terkait dengan rencana kenaikan tarif listril mulai Juli 2014," katanya. (Ant)
investor daily JAKARTA- Bursa saham domestik masih menjanjikan  capital gain  yang besar  karena valuasinya  masih murah. Dibanding bursa-bursa saham  regional pun,  price to earning ratio (PER)  bursa domestik  masih kompetitif.  

“Dengan valuasinya yang  murah, tak ada alasan bagi investor  untuk tidak melirik bursa saham domestik,” kata analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto pada pelatihan pasar modal bagi kalangan mahasiswa yang diselenggarakan  Investor Daily dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Depok, Kamis (22/5).  

David mengungkapkan, PER  indeks harga saham gabungan (IHSG)  di Bursa Efek Indonesia (BEI) kini berkisar 14,39 kali, lebih rendah dibanding  indeks saham Nikei  Jepang (18,7), Kospi  Korea Selatan (20,28), STI  Singapura (16,35), Taiex Taiwan   (17,09), dan BSE Bombay India (17,69).

IHSG hanya lebih mahal  dari  indeks saham Hang Seng  Hong Kong (10,68) dan indeks komposit Shanghai Tiongkok (9,88).   Menurut David,  pasar saham domestik akan terus bertumbuh sejalan  dengan pertumbuhan  ekonomi yang  semakin  pesat ke depan. “Jika ekonomi membaik, kinerja  emiten  di BEI akan  semakin bagus,”  ujar dia. (AZ)
JAKARTA. Meroketnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berimbas pada produk turunan yang memiliki aset dasar saham, seperti reksadana. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham year-to-date hingga April 2014 berada di atas return IHSG. Return IHSG terhitung akhir Desember 2013 hingga akhir April 2014 memiliki imbal hasil sebesar 13,24%. Sedangkan, rata-rata return reksadana saham mencapai 16,06%. Nah, ternyata banyak return produk reksadana saham yang memiliki imbal hasil di atas rata-rata. Berikut 10 reksadana yang memiliki imbal hasil tertinggi: 1. Dana Pratama Ekuitas: 28,44% 2. Pratama Saham: 27,09% 3. Pratama Equity: 24,09% 4. RHB OSK PRime Equity Fund: 23,12% 5. RHB OSK Alpha Sector Rotation: 22,63% 6. Mandiri Asa Sejahtera: 21,81% 7. Ashmore Dana Progresif Nusantara: 21,78% 8. SAM Sharia Equity Fund: 21,73% 9. Prospera Bijak: 21,26% 10. Sam Indonesian Equity Fund: 21,07% Selan itu, ada beberapa reksadana saham yang memiliki return mini atau di bawah 5%. Produk-produk itu adalah: 1. Pacifiic Equity Fund: 4,11% 2. Millenium Equity Growth Fund: 3,96% 3. Mega Dana Capital Growth: 2,02% 4. Millenium Equity: 1,03% 5. Millenium Dynamic Equity Fund: 0,66% Dari sekitar 127 produk reksadana saham, hanya satu yang mencatatkan return negatif. Produk itu adalah reksadana racikan PT Corfina Capital, yakni Grow-2-Prosper. Produk yang mulai ditawarkan sejak 2007 ini memiliki imbal hasil -7,2% year-to-date (ytd) hingga April 2014. Editor: Asnil Bambani Amri Perputaran Uang di Pasar Modal capai Rp15 Triliun/Hari Minggu, 04 Mei 2014 09:32:00 WIB | Dilihat : 76 Jakarta, HanTer -Perputaran uang di pasar modal diperkirakan bisa mencapai Rp15 triliun per harinya. Perputaran uang itu baru dari pasar modal saja, belum dari sektor jasa keuangan lainnya seperti perbankan dan industri keuangan non-bank (IKNB). Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan mengatakan melihat besarnya perputaran uang itu, pasar modal tidak boleh berhenti bergerak, meski ada isu gugatan UU OJK. "Transaksi di pasar modal bisa Rp6 triliun-Rp8 triliun, belum lagi transaksi obligasi, reksa dana, dan yang lainnya. Per harinya perputaran uang di pasar modal bisa Rp15 triliun," ungkapnya Sabtu (3/5/2014). Menurutnya, nilai perputaran uang itu baru dari pasar modal saja, belum dari sektor jasa keuangan lainnya seperti perbankan dan industri keuangan non-bank (IKNB). Besarnya perputaran uang di pasar modal yang tidak jarang juga lintas sektoral dengan sektor jasa keuangan lainnya, membuat keberadaan pengawasan dalam satu atap (dalam OJK), menjadi penting. "Misalnya reksa dana itu bagian dari industri perbankan juga , asuransi. Saya yakin industri ini ke depan bisa meroket karena sudah disatukan," ujarnya. (Anugrah)

per tgl 21 Februari 201empat, catatan kasar gw soal perkembangan investasi mingguan, bulanan, taonan :

coba bandingkan sendiri EFEKTIVITAS koleksi @ warteg saham gw VERSUS tren ihsg VERSUS TREN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA SAHAM: perbandingan INDEKS harga saham warteg gw V ihsg V NAB reksa dana sahamperbandingan tren harga saham warteg gw V IHSGperb tren NILAI AKTIVA BERSIH reksa dana saham V ihsg

... kayaknya kok INDEKS TOTAL KOLEKSI SAHAM WARTEG gw LEBE TINGGI daripada tren IHSG dan NAB reksa dana saham (secara selektif) :)

MI lokal lebih oke meracik portfolio


JAKARTA. Pasar reksadana saham dibanjiri produk perusahaan manajer investasi (MI) asing dalam dua tahun terakhir. Kendati demikian, kinerja reksadana racikan MI lokal lebih yahud dan masih mendominasi peringkat atas.
Data Infovesta Utama menunjukkan, dari 10 besar reksadana saham dengan return terbesar, hanya dua produk racikan MI asing yang masuk daftar. Yakni, First State Indoequity milik First State dengan return 9,22% secara year to date hingga 14 November 2013. Selain itu,  RHB OSK Alpha SectorRotation dari RHB OSK Asset Management dengan return 7,03%.
Selebihnya dikuasai produk MI lokal. Pratama Equity, reksadana milik PT Pratama Capital Asset Management tercatat memberi return paling tinggi sebesar 27,77%. Menyusul Pratama Saham dengan return 20,44%, dan reksadana saham kelolaan PT Samuel Aset Manajemen (SAM), yakni SAM Equity Fund yang memberi imbal hasil 17,24%.
Kinerja produk-produk reksadana saham tersebut di atas return IHSG yang tercatat 1,17% hingga 14 November 2913, serta di atas rata-rata return reksadana saham yang tercermin dari Infovesta Equity Fund.
Budi Budar, Fund Manager PT Samuel Aset Manajemen mengatakan, MI lokal sudah mulai lihai dalam memutar portofolio. MI lokal mampu melihat peluang dari penurunan pasar saham. Mereka justru memanfaatkan penurunan tersebut untuk masuk dan mengambil saham-saham yang dilepas oleh asing dengan harga murah.
Agus Yanuar, Direktur Utama PT Samuel Aset Manajemen mengatakan, moncernya kinerja produk Samuel ditopang dari pemilihan sektor saham yang tepat. SAM Indonesian Equity Fund memutar 80% hingga 98% aset pada efek saham dan minimum 2% hingga maksimal 20% pada efek pasar uang di Indonesia.
Saham-saham yang disasar  seperti saham PT Semen Gresik Persero Tbk (SMGR) dan  PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). "Kami cukup disiplin dalam berkonsentrasi pada sektor usaha berbasis domestik," ujar Agus, Selasa (19/11).
Hingga kini, dana kelolaan reksadana SAM Indonesian Equity Fund mencapai Rp 1,35 triliun. Nilai tersebut mendominasi total dana kelolaan reksadana milik Samuel yang mencapai Rp 2,7 triliun pada bulan Oktober 2013.
Menurut Agus, kenaikan dana kelolaan ditopang oleh pertumbuhan kinerja, subscription investor lama, tambahan investor baru serta adanya produk reksadana baru. Unit Penyertaan (UP) reksadana yang dikelola SAM memang tercatat naik 513% dari 282 juta unit menjadi 1,7 miliar unit hingga Oktober.
Viliawati, analis Infovesta Utama mengatakan, secara rata-rata, kinerja reksadana saham terbaik per periode masih beragam. Tidak konsisten didominasi  MI tertentu, baik lokal maupun asing.     
Dua tahun terakhir, banyak MI asing yang ikut meramaikan industri reksadana nasional. Sebut saja, Maybank Asset Management yang mengakusisi 99% saham PT GMT Aset Manajemen. Sebelumnya, ada Ashmore Investment Management Limited, MI raksasa terafiliasi dengan ANZ Banking Group (ANZ). Tahun lalu, ada AMCI Manajemen Investasi asal Malaysia, serta Eastspring Investment Management, anak usaha Prudential Plc, masuk ke Indonesia.  

Ingin Investasi Saham, Tapi Takut Gagal

Advertorial - detikfinance
Jumat, 11/10/2013 00:00 WIB
Jakarta - Cara hidup masyarakat telah berubah dan kebutuhan semakin berkembang. Adanya inflasi juga membuat harga-harga berubah dan cenderung naik. Kita tidak lagi dapat menabung dengan persentase yang sangat besar untuk memperoleh simpanan dana yang dapat menjamin masa yang akan datang. Caranya yang paling pas adalah dengan investasi.

Bentuk investasi ada banyak seperti tabungan, deposito, reksadana, emas atau asuransi atau juga property dan saham. Saham adalah salah satu bentuk investasi yang menarik, bahkan saat ini investor pemula dengan usia yang masih cukup muda pun mulai melirik saham.

“Saham apabila dijalani dengan rutin, akan dapat memberi return yang baik juga. Saat ini ada 24 saham Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sudah jadi portofolio investasi asing. Bila ditarik rata-rata dari 2006 sampai 2013 sudah ada sekitar 30-40%. Ini prospek yang baik,” ujar Haidir Musa, Kepala Unit Kajian dan Ekonomi, Divisi Riset BEI pada talk-show Financial Clinic yang diadakan detikFinance bersama Wolipop dan didukung oleh Mandiri Sekuritas dan BEI.

Sayangnya saat ini BEI hanya memiliki 40.000 investor yang jumlahnya jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan jumlah pemilik rekening tabungan yang jumlahnya mencapai 60 juta rekening. Padahal menurut Haidir apabila jumlah 40.000 investor naik menjadi satu juta investor, harga saham akan melonjak naik dengan cukup signifikan.

Hal ini karena meski dilirik sebagai lahan investasi prospektif tetap saja banyak investor yang mundur apabila diajak berinvestasi saham. Alasan utamanya adalah karena pengetahuan yang minim soal saham, ketidak percayaan investor yang takut resiko investasi saham.

“Memang sebaiknya sebelum membeli saham investor juga harus mengetahui seperti apa perusahaan tempat berinvestasi, manajemennya dan kinerja keuangannya.,” ujar Ligwina Hananto yang juga turut menjadi pembicara dalam talk-show tersebut. Perencana keuangan independen ini juga menyarankan ada baiknya menggunakan penghasilan-penghasilan tahunan atau sampingan untuk investasi bukan dari gaji bulanan.

Pada kesempatan tersebut Haidir Musa menyampaikan di tahun mendatang BEI akan mengimplementasikan kebijakan dari 1 lot 5000 lembar menjadi 1 lot 100 untuk membuka peluang berinvestasi bagi investor retail.

Untuk berinvestasi dengan aman Mandiri Sekuritas sebagai salah satu perusahaan sekuritas terbaik di Indonesia dapat memberikan produk dan layanan sekuritas yang inovatif seperti Securities Underwriting, Corporate Finance, Securities Brokerage, Research dan Investment Management. Mandiri Sekuritas juga didukung oleh tim riset profesional dan berpengalaman serta manajemen resiko yang terukur. Informasi lebih lanjut mengenai layanan investasi melalui Mandiri Sekuritas dapat mengakses www.mandirisekuritas.com


(adv/adv) 
mau tau KONDISI KOLEKSI SAHAM gw @ warung tegar saham : yang TETAP BERLABA n YANG TETAP BERLABA: warung tegar saham gw; bole cek KONDISI HARGA SAHAM ANTM DALAM JANGKA PANJANG, bandingkan dengan reksa dana saham yang gw inves dalam jangka panjang : KALAH MUTLAK tren harga saham ANTM dengan reksa dana saham
per 5 TAON pasca 3 KRISIS (2 raksasa + 1 mini), ekh, koleksi reksa dana saham gw n saham gw maseh OKE LAH : 

per tgl 10 September 2013 dilakukan KALKULASI CARI UNTUNG SESAAT @ reksa dana saham dan saham (bole pilih seh) :

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Kapok 'Bermain' Saham, Harus Bagaimana? eTrading Securities - detikfinance Senin, 23/07/2012 11:25 WIB http://images.detik.com/content/2012/07/23/65/113114_bei8luar.jpg Jakarta - Saya adalah seorang trader saham. Terlalu banyak saham yang nyangkut serta terlalu besar kerugian yang harus saya alami membuat saya kapok bermain saham. Permasalahannya, apakah saya lebih baik berinvestasi ORI, reksadana, atau obligasi korporasi? Dan bagaimana cara membeli obligasi/ORI? Kemudian, kapan saya bisa menjual rugi saham yang saya miliki? Terima kasih. Jawaban: Terima kasih untuk pertanyaannya Bapak/ibu Wid Sebelum saya menjawab pertanyaan Bapak/ibu Wid perlu saya jelaskan jenis ‘investor’ atau ‘pemain’ saham:
1. Trader, mereka yang membeli saham dan menjualnya kembali dengan time horizon jangka pendek bisa harian bahkan hanya hitungan jam/menit. Biasanya tools yang dipakai adalah technical analysis namun ada juga yang hanya memakai ‘insting’. Resiko jenis ini cukup tinggi.
2. Investor, mereka yang membeli saham dan menjualnya kembali dalam jangka panjang, pemilihan saham berdasarkan analisis Fundamental seperti pertumbuhan penjualan/laba bersih perusahan tersebut, struktur neraca dll. Resiko lebih rendah dibanding jenis trader
Kebanyakan tipe ‘pemain’ saham di Indonesia adalah tipe trader namun sayangnya banyak yang belum melengkapi diri dengan pengetahuan yang cukup untuk menjadi trader sehingga banyak mengalami kerugian.
Mungkin sekarang bapak/ibu Wid ingin membanting setir ke reksadana/obligasi korporasi dan ORI. Untuk reksadana bermacam-macam jenisnya ada pendapatan tetap (sebagian besar di Investasi di Obligasi baik pemerintah/korporasi); pasar uang (instrument investasi surat berharga yang jatuh tempo kurang dari satu tahun); Saham; berimbang dll.
Tidak ada satu yang lebih baik dari yang lain karena selalu ‘High Risk High Return’, dan masing-masing instrument punya kelebihan dan kekurangannya seperti obligasi korporasi mempunyai kekurangan yakni untuk membeli butuh modal yang besar sementara kalau reksadana fixed income kekurangannya mempunyai banyak biaya yang dibebankan ke pemegang reksadana tersebut (unit holder) seperti management fee, custodian fee, entry/exit fee dll.
Untuk membeli obligasi bisa lewat perusahaan sekuritas yang mempunyai divisi fixed income seperti etrading securities, untuk ORI (perdana) dapat dibeli di agen penjual yang ditunjuk pemerintah bisa perusahaan sekuritas atau bank.
(etr/ang)


IHSG Negatif, Reksa Dana Saham Tetap Positif


Oleh: Seno Tri Sulistiyono
pasarmodal - Selasa, 23 Juli 2013 | 03:08 WIB
INILAH.COM, Jakarta - PT Schroders Investment management Indonesia menyatakan adanya tekanan terhadap laju Indek Harga Saham Gabungan (ISHG), tidak berpengaruh ke dana kelolaan reksa dana yang ditanganinya.

"Penurunan tidak terlalu berpengaruh, masyarakat kita sudah banyak yang mengerti dengan pasar yang dikoreksi," kata Intermediary Bussinees PT Schroders Investment Management Indonesia, Yudhi Rangkuti, Senin (22/7/2013).

Menurut Yudhi, laju IHSG yang fluktuatif tidak membuat penurunan dana kelolaan. Hingga Juni 2013 dana kelolaan Schroders sebesar Rp55 triliun. Sementara, dari keseluruhan produk raksa dana Schoreders, reksa dana saham, dan disusul reksa dana lainnya, seperti Pasar Uang, Pendapatan Tetap (Obligasi), dan Campuran.

"Saat ini paling besar masih di reksa dana saham, sekitar 40 persen dari dana kelolaan tersebut, sisanya baru produk reksa dana lainnya," tutur Yudhi.

Lebih lanjut, dia mengatakan sepanjang tahun ini dana kelolaan dipastikan akan tercapai target. Walaupun beberapa waktu ini laju IHSG sedikit tertekan.

Ketimbang Tabungan dan Deposito, Imbal Hasil Reksa Dana Saham Lebih Besar


Dengan menyisihkan minimal dana 10% dari penghasilan, investor sudah bisa memulai investasi di reksa dana saham. Dwitya Putra
Jakarta–Peminat investasi (investor) dinilai sudah harus melirik investasi reksa dana saham (RD saham) untuk mendapatkan tingkat imbal hasil ataureturn yang lebih tinggi dibandingkan tabungan dan deposito. Dengan menyisihkan minimal 10% dari penghasilan, investor sudah bisa memulai investasi RD saham. Rata-rata imbal hasil reksa dana saham dinilai bisa mencapai 20% per tahun.
“Bagaimana mulai berpikir menghadapi inflasi ke depan. Tabungan dan deposito pastinya tergerus inflasi. Sebaiknya masyarakat mulai berinvestasi reksa dana saham justru imbal hasilnya di atas inflasi,” ujar Direktur Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Alvin Pattisahusiwa, saat Konferensi Pers Manulife Investor Sentimen Index in Asia, di Kantor Manulife, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2013. 
Ia mencontohkan, seseorang memiliki uang sebesar Rp15 juta kemudian uang tersebut disimpan di tabungan dengan jangka waktu 5 tahun. Dengan rata-rata bunga tabungan yang hanya 1% per tahun, maka jumlah uang tersebut hanya bisa bertambah Rp2,2 juta. Sementara untuk deposito, yang imbal hasilnya rata-rata 6% per tahun, dengan menempatkan uang sebesar Rp15 juta, seseorang sudah bisa menghasilkan tambahan incomesebesar Rp14 juta selama 5 tahun ke depan.
Namun, perolehan imbal hasil tersebut akan jauh lebih besar jika menempatkan dananya misalkan sebesar Rp15 juta pada instrumen reksa dana saham. Dengan return rata-rata mencapai 20% per tahun, seseorang bisa mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp61 juta.
“Masyarakat perlu edukasi dalam mengenal pasar modal untuk investasi jangka panjang. Investor dapat return lebih tinggi. Caranya cukup mudah dengan cara investasi pasif, beli dan tiap tahun masukin lagi kemudian diamkan,” terangnya. (*)

Dari trader forex ke reksadana






JAKARTA. Pernah menjadi trader valuta asing, mengajarkan banyak hal pada Dharma Djojonegoro, Presiden Direktur PT Multi Nitrotama Kimia, dalam berinvestasi. Kini, ia lebih berhati-hati dan menimbang risiko kala membiakkan dana.
Tahun 1997 silam, seusai menempuh pendidikan sarjana di Amerika Serikat (AS), Dharma berkarier sebagai trader efek di Citibank. Kala itu menjelang krisis moneter. Dharma mulai berdagang dollar AS kala harganya masih Rp 2.500 per dollar.
Enam bulan kemudian, harga dollar AS melambung tinggi hingga Rp 17.000 per dollar AS. Trader dollar AS kala itu menjadi sosok paling populer di kalangan pelaku pasar. Ini karena investor bisa untung besar dari lonjakan harga.
Pergerakan dollar sangat volatile kala itu. Situasi pasar seperti ini menguntungkan bagi trader. Meski sebagai warga negara, Dharma juga khawatir dengan krisis moneter dan gejolak sosial yang mengikutinya.
Perusahan tempat Dharma bekerja tak selalu untung.Bahkan sempat rugi hingga US$ 1 juta dalam sehari. "Kami sampai dipanggil ke kamar bos, kirain mau dipecat," kenang Dharma. Untung, kerugian bisa dipulihkan.
Dari sini, ia belajar banyak hal. Pertamadaily trading itu murni soal sentimen. Data-data pasar yang pada enam bulan lalu diartikan positif, pada bulan-bulan berikutnya data yang sama bisa diartikan negatif. Semua tergantung arah pasar.
Kedua, soal psikologi. Psikologi seorang trader berbeda dengan psikologi manusia pada umumnya. Lazimnya, jika mendapatkan profit, orang ingin segera mengeksekusi profit tersebut. Kalau rugi, orang umumnya tetap menunggu dengan harapan akan ada kenaikan.
Tapi, kata Dharma, bagi trader, kalau profit, let it run and cut loss quickly. Artinya seorang trader lebih suka mengakumulasi profit semaksimal mungkin dan cut loss secepatnya jika rugi.
Pengalaman empat tahun sebagai trader ini tak membuat Dharma kemudian memutuskan pilihan hidup sebagai trader. Kini, sekitar 80% portofolio investasi, ia tanam di reksadana. Secara psikologis, ia merasa kurang cocok terus bergelut di dunia trading efek. Dia lebih suka berinvestasi dengan memperhatikan aspek fundamental ketimbang sekadar sentimen pasar. "Saya lebih suka membeli sesuatu dan tahan untuk tiga tahun misalnya," ujar Dharma.
Apalagi, sejak bekerja sebagai direktur utama PT Multi Nitrotama Kimia, ia tak punya banyak waktu untuktrading. Lewat reksadana, ia bisa menanam investasi di berbagai instrumen seperti obligasi, saham dan dollar AS.
Dalam memilih reksadana, ia memperhatikan nama besar. "Jangan yang aneh-aneh dan tidak pernah didengar," imbuh Dharma.
Ia juga suka menaruh dana di reksadana yang fleksibel dalam penempatan dana investasi. Sebab, diversifikasi sangat penting dalam berinvestasi. Dengan diversifikasi, risiko akan tersebar.
Tapi, investasi di reksadana tak selalu menguntungkan. Ia punya pengalaman pahit dengan salah satu reksadana yang cukup memiliki nama besar.
Tahun 2008, sebuah skandal terkait penyebaran rumor perbankan menimpa salah satu sekuritas pelat merah. Investor ramai-ramai menarik dana dari reksadana tersebut. Pilihan waktu itu bagi Dharma adalah membiarkan dananya lenyap atau segera cut loss. Ia putuskan untuk cut loss meski rugi besar. "Waktu itu tidak ada informasi apa-apa," kenangnya.
Selain di reksadana, Dharma berinvestasi saham. Dalam membeli saham, ia lebih memperhatikan aspek fundamental. Hal terpenting adalah prospek dan kekuatan perusahan ke depan. "Kalau di reksadana, kita menyerahkan semua dana kita dikelola orang lain, di saham kita sendiri yang mengelolanya," terang dia.
Hanya sekali merilis album rekaman
Menyanyi adalah salah satu bakat terpendam Dharma. Ini pula alasan Dharma ketika ia merilis album pertama dan satu-satunya di dunia tarik suara, Tanpa Senyummu. Kala itu tahun 1996, kenang Dharma, ia harus bolak-balik AS tempatnya kuliah dan Indonesia untuk membuat album ini.
Salah satu musisi yang digandengnya adalah Dewa Budjana, gitaris grup band Gigi. Setelah membuat kaset demo, Dharma yang memakai nama panggung Ananta ini harus bergerilya ke berbagai label besar. Gayung pun bersambut. Musica siap merilis album tersebut.
Sayang, respon pasar tak terlalu bagus. Industri musik yang makin kompetitif dan sangat berorientasi pasar dianggap kurang pas bagi dirinya.
Akhirnya, Dharma memutuskan untuk berhenti dari dunia tarik suara. Namun, menyanyi memang sudah lekat dengan Dharma. Ia masih terus menyalurkan hobi ini bersama keluarga. Bapak dua anak ini sering bernyanyi diringi gitar. Apalagi kedua anaknya juga suka berkaraoke. Klop, jadilah keluarga ini sering ke karaoke di akhir pekan.
Lewat perjalanan panjang ini, Dharma akhirnya menyadari bakat utamanya di dunia bisnis. Kala usianya 6 tahun, ia suka berimajinasi sebagai penjual es krim. "Waktu itu ketika ke restoran sama orang tua, saya suka melipat kain serbet restoran hingga berbentuk seperti es krim kemudian menjualnya," kenangnya.
Investor Harus Paham Tujuan Investasi
Senin, 3 Juni 2013 | 13:38
investor daily

JAKARTA- Vice President Investment Research and Advisory Head Citi Indonesia Meru Arumdalu mengatakan investor perlu mendiversifikasikan portofolionya ke berbagai jenis aset dengan komposisi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuannya.

"Investor harus memahami apakah tujuan investasi itu untuk jangka pendek, jangka panjang, untuk pensiun atau untuk persiapan biaya sekolah anak," kata Meru Alumdaru di Jakarta, Senin.

Meru mengatakan dengan diversifikasi yang sesuai, investor memiliki kemungkinan lebih besar untuk mencapai tujuan investasi. Portofolio investasi yang didiversifikasikan dengan baik juga lebih dapat memenuhi kebutuhan investor pada saat darurat.

Untuk mencegah investor melakukan jual-beli yang berlebihan, Meru menyarankan investor melakukan strategi investasi secara berkala dan teratur atau dollar cost averaging (DCA). "DCA membantu investor menghilangkan unsur ketidakpastian akan penambahan jumlah yang akan diinvestasikan," ujarnya.

Meru mengatakan DCA juga memberikan kesempatan yang lebih tinggi bagi investor untuk meraih keberuntungan karena berkesempatan mendapat dengan harga rata-rata investasi per unit yang lebih rendah dibandingkan dengan cara investasi bukan melalui DCA.

"DCA juga membuat investor tidak perlu mengira-ngira waktu yang tepat untuk berinvestasi atau mengikuti keputusan investasi orang lain karena investasi dilakukan secara berkala," tuturnya.

Bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara teratur dan berkala pada produk reksa dana, Citi Indonesia menawarkan layanan investasi Citibank Regular Investment Plan (CRIP), dengan konsep yang sama dengan DCA.

"Untuk mempermudah nasabah dalam menyusun portofolio investasi, Citibank juga telah menyusun paket model portofolio yang dapat dipilih oleh nasabah sesuai denan profil risiko dan kebutuhannya," katanya.

Melalui layanan CRIP, dana yang telah disetujui nasabah akan didebit secara otomatis setiap bulan untuk diinvestasikan pada produk reksa dana yang telah ditentukan sejak awal. (gor/ant)

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
dalam pekan hari raya, ihsg bersama SAHAM2 gw, dan REKSA DANA SAHAM2 gw bergembira lah :


... neh lage perbandingan POTENTIAL GAIN % dalam jangka PANJANG antara RD dan SAHAM per tgl HARI KASIH SAYANG :

...neh, PERBANDINGAN IMBAL HASIL dalam JANGKA PANJANG antara RD pendapatan tetap, RD saham dan 10 SAHAM yang gw INVES:
PER TGL 19 JULI 2013 (minggu ke 3 Semester 2 2013): 

ffffffffffffffHHHHHHHHHHHHHffffffffff

gw memang investor terdiversifikasi, namun semua tetap yang portofolio seh ... nah, di saham, gw juga belajar dari LKH, neh, investor saham yang modalnya BOBO #1 di BEI: 

 

Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?

Aidil Akbar Madjid - detikfinance
Senin, 15/10/2012 08:33 WIB

Jakarta - Pertanyaan: Saya seorang karyawan swasta dengan gaji Rp 5 juta. Saya berumur 24 tahun dan belum menikah, dan yang ingin saya pertanyakan adalah bagaimana cara me-manage gaji saya yang paling baik berdasarkan presentase? Berapa persenkah yang selayaknya saya tabungkan? Terima kasih.

Jawaban: Menabung merupakan aktifitas yang terkadang sulit kita lakukan. Karena setiap orang akan berbeda-beda biaya kebutuhan sehari-harinya. Terkadang, penghasilan yang diperoleh pun, tidak mencukupi kebutuhannya selama sebulan. Hingga pada akhirnya besar pasak daripada tiang.

Untuk membuat kebiasaan kita selalu dapat menabung dari penghasilan yang kita peroleh sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bentuk anggaran pengeluaran bulanan Anda
Pembentukan anggaran pengeluaran bulanan anda akan sangat membantu Anda memberikan guidance ke pos-pos apa saja yang sebenarnya lebih saya butuhkan dalam waktu sebulan. Skala prioritas menjadi landasan utama dalam memanage keuangan Anda sehingga Anda dapat mulai melakukan kebiasaan menabung.

2. Pastikan cashflow Anda dalam keadaan positif
Ketika cashflow dalam keadaan positif ini dapat memberikan gambaran berapa sih sisa penghasilan yang kita peroleh setiap bulannya.

3. Tentukan tujuannya untuk apa?
Penentuan tujuan menabung Anda dapat memberikan motivasi Anda lebih tinggi untuk disiplin dalam menabung. Misalnya, Anda ingin menikah 4 tahun lagi. Biaya menikah sekarang 50 juta. Nah Anda akan termotivasi untuk mencapai tujuan keuangan yang Anda telah tetapkan jangka waktunya.

Sebaiknya kita tidak hanya menabung saja. Karena nilai uang ril saat ini lebih berharga daripada esok hari. Kondisi tersebut terjadi karena nilai uang yang akan datang akan tergerus oleh inflasi. Nah lebih baik, pola menabung tersebut diubah menjadi kebiasaaan berinvestasi untuk mengalahkan nilai inflasi yang dapat mengerus kekuatan ril uang yang Anda peroleh selama ini.

Kembali ke pertanyaan di atas, berapa persen yang harus ditabung? Setiap orang mempunyai jumlah tabungan dan investasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. Literatur di luar negeri mengatakan minimum tabungan & investasi adalah 10% dari jumlah penghasilan.

Sayangnya di Indonesia jumlah tersebut tidak cukup dikarena rata-rata inflasi 15 tahun terakhir yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, idealnya minimum disisiihkan (tabungan & investasi) adalah 15% dari penghasilan. Adapun jumlah maksimal tidak ada alias sebanyak-banyaknya. Sudah barang tentu investasi jauh lebih baik dari menabung karena bisa “menambah” aset kita.

Ingat, sejahtera itu perlu persiapan. Dan persiapan tersebut perlu komitmen yang sangat tinggi dalam proses pencapaiannya. “Sejahtera itu Perlu Persiapan.”



(ang/ang)

Mengenalkan investasi, APRDI gelar pekan reksadana




JAKARTA. Untuk meningkatkan minat masyarakat berinvestasi di reksadana, Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI)  akan menggelar even bertajuk “Pekan Reksadana Nasional”. Kegiatan yang melibatkan para pelaku industri Reksadana ini akan berlangsung pada Kamis - Minggu atau 18 - 21 Oktober 2012 di Atrium Laguna, Mall Central Park, Jakarta Barat.

Denny R. Thaher, Ketua Umum  Pekan Reksadana Nasional menuturkan,  melalui kegiatan ini, APRDI ingin lebih memperkenalkan dan mendekatkan produk reksadana kepada keluarga Indonesia. Itu sebabnya, acara ini diselenggarakan di mall yang bisa menjadi representasi tempat beraktivitas sebagian besar keluarga Indonesia.
“Kami ingin keluarga Indonesia mulai menjadikan reksadana sebagai pilihan utama berinvestasi, bukan lagi sebuah alternatif untuk berinvestasi," kata Denny, Minggu (13/10).

Menurutnya, sebagai produk investasi, reksadana bisa digunakan untuk mempersiapkan pendidikan anak, biaya pensiun ataupun untuk meningkatkan aset keuangan keluarga. Melalui Pekan Reksadana Nasional ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai reksadana, termasuk mengelola risikonya sehingga memiliki potensi keuntungan yang optimal. Acara ini juga akan diikuti oleh 45 manajer investasi dan agen penjual reksadana.
Investor reksadana masih sedikit

Sejak diperkenalkan melalui undang-undang Pasar Modal pada tahun 1996, jumlah investor reksadana di Indonesia tergolong masih sangat kecil, yaitu baru sekitar 161 ribu investor dengan dana kelolaan sebesar Rp 170 triliun. Jumlah dana kelolaan itu tidak sebanding dengan simpanan masyarakat di perbankan yang mencapai Rp 2.984 triliun per Agustus 2012. Sementara hingga April 2012 total rekening nasabah perbankan sebanyak 101.531.209 rekening.

Persentase dana kelolaan reksadana terhadap produk domestik bruto (PDB) juga masih sangat rendah. Di tahun 2011, persentasenya hanya 2,2% dari total PDB Indonesia senilai Rp 7.427 triliun. Sementara di tahun 2010, di Malaysia persentasenya sudah sekitar 49%, Thailand 20% ataupun Filipina yang sudah 19,5%.

Kecilnya jumlah investor reksadana ini sangat ironis di tengah melesatnya kelas menengah Indonesia. Di mana, berdasarkan survei Bank Dunia tahun 2010, populasi kelas menengah dengan pengeluaran US$ 2 hingga US$ 20 dollar per hari mencapai sekitar 134 juta.
“Salah satu ciri kelas menengah adalah kebutuhan terhadap investasi makin tinggi. Makanya, agak ironis juga jika investor reksadana masih kecil seperti sekarang,” ujarnya.
Menurut Denny, sebagai produk investasi, reksadana sebenarnya sudah berkembang pesat. Produk ini memiliki beragam varian yang memungkinkan investor menempatkan dananya sesuai dengan kemampuan keuangan dan tujuan investasinya. Untuk membeli reksadana juga gampang, bisa melalui perbankan ataupun secara langsung melalui perusahaan manajer investasi. Nilai investasinya pun amat terjangkau, sekitar Rp 250 ribu untuk setiap pembelian.

Denny mengklaim imbal hasil investasi di reksadana jauh lebih menarik daripada produk-produk investasi lain, termasuk simpanan deposito di perbankan. “Kami berkeyakinan bahwa saat ini reksadana adalah pilihan tepat bagi masa depan keluarga Indonesia,” katanya.

Dalam Pekan Reksadana Nasional yang baru pertama kali di gelar ini, para pelaku dari industri reksadana yang menjadi anggota APRDI akan menyelenggarakan berbagai kegiatan. Mulai talk show dan edukasi tentang reksadana, penjualan produk-produk reksadana hingga job fair bagi mereka yang berminat untuk meniti karier di industri reksadana.

Denny menjelaskan, melalui  kegiatan job fair diharapkan para profesional maupun fresh graduate mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai industri reksadana sehingga akan semakin banyak para profesional ataupun fresh graduate  yang terjun ke industri reksadana. Sebab, hingga kini jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di industri ini masih sangat terbatas. “Dalam job fair nanti akan bisa diketahui betapa menariknya bekerja di industri reksadana serta success story di industri ini . Selain potensi pasarnya masih terbuka, profesi ini juga menawarkan jenjang karier yang menjanjikan,” tegas Denny.
Plus Minus antara Reksa Dana dan Saham Sabtu, 13 Oktober 2012 | 09:39 Reksa dana cenderung membuat investor pasif, sedangkan investasi saham mendorong investor lebih aktif. Investasi di pasar keuangan atau pasar modal banyak ragamnya. Dengan perhitungan cermat, semua jenis investasi bisa dilakukan sesuai karakteristik investor. Kali ini kita akan membahas soal reksa dana dan investasi saham. Apa saja perbedaan antara dua instrumen investasi ini? Lalu apa saja kelebihan dan kekurangan keduanya? Pakar keuangan dan saham Ellen May menyatakan, dilihat berdasarkan timeframe, reksa dana memiliki waktu pencairan kurang fleksibel, karena lebih lama. Periode pencairannya bisa hingga 1-3 tahun. Sementara investasi saham sangat fleksibel, karena investor bisa melakukan aki beli atau jual kapanpun mereka inginkan. "Investasi saham bisa bulanan, tahunan atau justru harian," kata Founder Ellen May Institute ini, Sabtu (13/10). Jika melilhat isi portofolio, investasi saham bebas memilih sesuai analisa, sementara reksa dana menyerahkan pada fund manager (manajer investasi/MI). Mereka akan memilih saham-saham apa saja yang akan memberikan keuntungan. "Itu sangat tergantung keahlian fund manager," kata Ellen. Hal Ini kata Ellen, membuat investasi di reksa dana cenderung membuat investor pasif, sedangkan investasi saham mendorong investor lebih aktif. Berdasarkan analisa, Ellen menjelaskan, investasi reksa dana didukung tim riset yang selalu update, sementara investasi saham, investor harus aktif menganalisa dan belajar, baik teknikal dan fundamental. Dilihat dari resiko, berinvestasi di reksa dana sangat tergantung dari fund manager. Jika fund manager tidak pintar, tentu kinerja buruk. Namun sebaliknya, jika fund manager lihai memilih portofolio, akan menghasilkan keuntungan. "Biasanya mengikuti gerak indeks harga saham gabungan (IHSG)," kata Ellen. Adapun resiko investasi saham, biasanya lebih dipermainkan emosi. Namun jika investor mau belajar menganalisa, maka resiko bisa diminimalisir. Untuk modal, cukup dengan Rp500.000 investor bisa membuka rekening reksa dana. Namun untuk investasi saham, modal minimal Rp5 juta. Dalam reksa dana, modal investor digabungkan dengan investor lain sehingga peluang diversifikasi lebih banyak. Sementara investasi saham hanya fokus pada beberapa saham. Dengan melihat kelebihan dan kekurangan tersebut, saatnya menentukan investasi mana yang cocok dengan karakteristik Anda. Penulis: Whisnu Bagus KINERJA REKSA DANA: Penguatan IHSG Pacu Kinerja Indeks Reksa Dana Dewi Andriani Rabu, 10 Oktober 2012 | 04:49 WIB bisnis indonesia JAKARTA: Indeks reksa dana saham (IRDSH) hingga kuartal III/2012 tahun ini memberikan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan tahun lalu yakni mencapai 7,73%, berbanding terbalik dari periode yang sama 2011, anjlok hingga -7,98%. Selain IRDSH, Indeks Reksa Dana Campuran (IRDCP) yang mencerminkan rata-rata kinerja Reksa Dana Campuran pun berhasil mencetak peningkatan imbal hasil menjadi 5,98% sepanjang periode year to date pada September 2012 dibandingkan tahun lalu yang terkoreksi -3,18%. ” Peningkatan kinerja IRDSH dan IRDCP tersebut seiring dengan penguatan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai hingga 11,53% sepanjang sembilan bulan tahun ini,” kata Research Analyst Infovesta Praska Putrayanto kepada Bisnis, Selasa (9/10). Di sisi lain, paparnya, indeks obligasi pemerintah (infovesta Government Bond Index/IGBI) yang mencapai 5,1% serta indeks Obligasi Korporasi (Infovesta Corporate Bond Index/ICBI) dengan penguatan 6,75% turut memberikan kontribusi bagi kinerja IRDCP. "Hal yang wajar jika IRDSH dan IRDCP memberikan hasil lebih baik sepanjang tahun ini dibanding tahun lalu karena kinerja IHSG sendiri juga menguat 11,53% sepanjang ytd per September 2012,” katanya. Berdasarkan data Infovesta, reksa dana saham yang memberi imbal hasil terbaik dibandingkan 79 reksa dana saham lainnya yakni Sam Indonesian Equity Fund yang dikelola oleh manajer investasi PT Samuel Aset Manajemen mencapai 27,53%. Disusul oleh reksa dana MNC Dana Ekuitas dengan manajer investasi PT MNC Aset Management yang menunjukan imbal hasil hingga 25,32%, serta Syailendra Equity Opportunity Fund yang dikelola oleh PT Syailendra Capital yakni sebesar 21,68%. Sementara untuk reksa dana campuran, MNC Dana Kombinasi milik PT MNC Aset Manajemen berhasil menjadi jawara dengan mencetak return hingga 21,22% diantara 89 reksa dana sejenis, diikuti oleh Nikko BUMN Plus serta Sam Syariah Berimbang yang dikelola PT Samuel Aset Manajemen, masing-masing menunjukan imbal hasil 20,08% dan 19,53%. (yus)

Lo Kheng Hong: Saya Simpan Uang dengan Beli SahamOleh: Seno Tri Sulistiyono

pasarmodal - Kamis, 3 Oktober 2013 | 17:13 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Lo Kheng Hong, salah satu investor sukses di pasar saham memberikan beberapa trik jika ingin berinvestasi di pasar modal.

"Membeli saham saya melihat perusahaan tersebut, bukan dari faktor makro. Jadi saya melihat apakah perusahaan tersebut bisa berkembang ke depannya atau tidak," kata Lo Kheng Hong saat ditemui di gedung Kresna Tower di Jakarta, Kamis (3/10/2013). Hari ini dia mendapat tugas menjadi Duta Kresna oleh PT Kresna Graha Securindo Tbk (KREN).

Menurut dia, berinvestasi di pasar modal lebih menjanjikan keuntungannya dibandingkan menyimpan uangnya di bank yang memang memiliki resiko rendah.

"Saya simpan uang, sedikit demi sedikit. Saya tidak menyimpan uang saya di bank tetapi saya membeli saham yang saya pikir perusahaan tersebut akan maju ke depannya dan harga sahamnya akan naik," tutur dia.
... lihat POTENTIAL GAIN %nya : LO KHENG HONG yang kerjaannya BOBO tapi $3DAP
Lo Kheng Hong merupakan mantan pegawai tata usaha di salah satu bank swasta di Indonesia. Dia mulai masuk ke dunia pasar modal sejak 1989. Pengalamannya berinvestasi di pasar modal membuat dia memperoleh keuntungan ratusan ribu persen. Saat ini memiliki aset triliunan rupiah dalam bentuk saham. [hid]



Simak daftar reksadana dengan return dua digit Oleh Amailia Putri Hasniawati - Senin, 06 Januari 2014 | 17:03 WIB
kontan
JAKARTA. Return instrumen investasi di pasar keuangan, seperti saham dan obligasi per akhir tahun lalu tercatat minus. Return IHSG secara year-to-date (ytd) -0,98%, sedangkan Infovesta Government Bond Index -5,17%.
Hal ini membuat produk investasi dengan underlying saham dan obligasi nyungsep. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, return reksadana saham dan pendapatan tetap masing-masing -3,66% dan -4,53%. Begitu pula dengan reksadana campuran yang mencatatkan imbal hasil minus 1,59%. Namun, beberapa reksadana besutan manajer investasi bisa memberikan imbal hasil tinggi. Berikut, produk-produk yang dimaksud:
Reksadana Saham: Pratama Equity: 23,28% Pratama Saham; 16,41% First State Indoequity High Conviction: 13,55% Sam Indonesian Equity Fund: 13,34%
Reksadana Pendapatan Tetap: Syailendra Fixed Income Fund 14,91% Simas Danamas Mantap Plus 7,16% Danamas Stabil; 7,01%
Reksadana Campuran: Kresna Flexima: 24,05% Pratama Berimbang: 21,59% Pacific Balance Fund; 17,53%
Keraton: 11,64% Editor: Barratut Taqiyyah bandingkan dengan koleksi saham gw @warung tegar (warteg) saham kbsu n ot c:

Tidak ada komentar: