Jakarta- Tingkat pengembalian investasi (return) produk reksa dana pendapatan tetap (fixed income) selama Januari 2015 berhasil melampaui reksa dana saham. Berdasarkan data Infovesta Utama, rata-rata return reksa dana fixed income sebesar 3,31%, sedangkan reksa dana saham hanya sebesar 0,62%.
Return reksa dana fixed income juga berhasil mengalahkan reksa dana campuran yang sebesar 0,96%. Adapun pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama Januari sebesar 1,19%.
Produk reksa dana fixed income yang dikelola oleh PT Mega Capital Investama, yaitu Mega Dana Ori Dua, merupakan produk dengan return tertinggi sebesar 9,74%. Produk reksa dana Mega Capital lainnya, yakni Mega Dana Pendapatan Tetap, berada di posisi dua dengan return 9,54%.
Analis Infovesta Utama Yosua Zisokhi mengatakan, prospek reksa dana fixed income pada kuartal I tahun ini memang lebih baik dibandingkan reksa dana saham dan campuran. “Salah satu penyebabnya adalah inflasi yang turun, sehingga harga obligasi terangkat,” kata Yosua kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (3/2).
Namun, menurut dia, kinerja bagus reksa dana fixed income diperkirakan tidak akan berlangsung hingga akhir tahun ini. Sebab, kinerja obligasi akan tertekan oleh rencana Bank Sentral AS yang akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini. Hingga akhir 2015, reksa dana fixed income diproyeksi memberikan return sebesar 6,8-7,4%.
Sementara itu, analis Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan, kinerja produk reksa dana fixed income tetap menarik. Menurut dia, return produk reksa dana fixed income dalam setahun biasanya berada pada kisaran 8%. “Tapi rata-rata return reksa dana fixed income sudah mencapai 4-6% dalam satu bulan,” ujar dia.
Rudiyanto menegaskan, faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana fixed income adalah deflasi yang terjadi pada Januari. Terjadinya deflasi pada bulan lalu membuat nilai surat utang terangkat, sehingga berpengaruh langsung terhadap return produk reksa dana fixed income.
Pada Januari tahun ini, investor dikejutkan oleh deflasi yang terjadi karena kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Padahal, pada akhir tahun lalu, inflasi tercatat terjadi cukup tinggi, karena kebijakan penaikan harga BBM.
Menurut Rudiyanto, produk reksa dana fixed income masih akan bagus dalam satu hingga dua bulan ke depan. “Satu hingga dua bulan ke depan kenaikan masih bisa terjadi,” ungkap dia.
Sementara itu, produk reksa dana yang dikelola PT Panin Asset Management dan PT BNI Asset Management mencetak return paling tinggi pada kelompok reksa dana saham dan campuran selama Januari 2015.
Pada kelompok reksa dana saham, return Panin Dana Prioritas paling tinggi sebesar 3,88%. Sedangkan produk reksa dana campuran BNI Asset, yaitu Dana Berkembang, mencetak return sebesar 6,81% atau paling tinggi pada kelompok campuran.
Yosua memperkirakan, return reksa dana saham hingga akhir 2015 berkisar 8,8-11,6%. Sedangkan return reksa dana campuran sebesar 7,9-9,8%. Kedua jenis reksa dana tersebut diperkirakan tumbuh tidak terlalu jauh dengan proyeksi pertumbuhan IHSG hingga akhir tahun ini sebesar 11%.
Penulis: Muhammad Rausyan Fikry/PCN
Sumber:Investor Daily
INILAH.COM, Jakarta - Risiko gagal dari utang perusahaan emerging market, tidak sampai separuh dari obligasi spekulatif AS atau global. Demikian hasil penelitian perdana tentang negara berkembang dari Standard & Poor, yang dirilis Senin (30/4/2012) waktu setempat. Tingkat kegagalan spekulatif perusahaan emerging market turun menjadi 0,59% pada 2011 dari 1,25% pada 2010. Sedangkan tingkat kegagalan spekulatif perusahaan global turun menjadi 1,71% dari 2,82%, dan AS turun menjadi 1,98% dari 3,3%. “Tentu saja, pasar obligasi emerging market lebih fluktuatif, “kata Diane Vazza, kepala riset pendapatan global tetap di Standard & Poor. “Bagaimanapun, meski tingkat kegagalan emerging market meningkat pada 2009 di tengah krisis keuangan global, tingkat kegagalan spekulatif mereka secara signifikan lebih rendah, ketimbang tingkat standar global, dan hampir satu setengah dari standar perusahaan AS.” http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1856470/utang-emerging-market-lebih-aman Sumber : INILAH.COM Jakarta – Positifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi momentum tepat untuk menerbitkan obligasi dan kondisi ini yang mencatatkan Indonesia yang memiliki pertumbuhan pasar obligasi tumbuh besar di Asia Timur.
Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan J Azis mengatakan, Indonesia memimpin pertumbuhan pasar obligasi korporasi tertinggi di Asia sebesar dua digit, “Pasar obligasi dalam mata uang lokal di Asia Timur yang sedang tumbuh sebesar 7% menjadai US$ 5,7 triliun pada akhir 2011. Pertumbuhan ini didorong oleh pasar obligasi korporat yang tumbuh sebesar dua digit dipimpin oleh Indonesia dengan pertumbuhan pasar obligasi korporat paling tinggi di kawasan,”katanya di Jakarta, Kamis(26/4).
Dia menjelaskan, pasar obligasi korporat Asia Timur yang sedang berkembang akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan karena bank-bank bersiap untuk memenuhi kebutuhan modal yang lebih tinggi.
Alasannya, perusahaan-perusahaan perlu dana untuk ekspansi bisnis di tengah terus melesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan dan tingginya permintaan investasi domestik dan investor. Selain itu dia juga menuturkan, obligasi outstanding yang dijual bank-bank dan perusahaan-perusahaan di kawasan meningkat 17,1% menjadi US$ 1,9 triliun.
Pertumbuhan, lanjutnya, dinilai lebih rendah dibandingkan tahun 2009 atau tahun 2010 tetapi lebih tinggi dari pertumbuhan pada pertengahan tahun 1990. “Laju pertumbuhan obligasi korporat meningkat pada awal 2012 yang menunjukkan cepatnya pertumbuhan pada tahun ini juga,” ujarnya.
Iwan pun menambahkan bahwa lembaga-lembaga simpanan kontraktual seperti dana pensiun, perusahaan asuransi dan lembaga jaminan sosial di Asia Timur yang sedang berkembang menjadai pembeli yang makin penting bagi obligasi korporat di kawasan. “Permintaan dari mereka juga akan meningkat karena mereka ingin mendapatkan hasil yang lebih tinggi dan investasi yang berjangka lebih panjang dari yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah,” tambahnya.
Kata Iwan, obligasi Indonesia memiliki kinerja terbaik di kawasan pada tahun 2011, menghasilkan return sebesar 18,4% untuk obligasi dollar yang tidak di hedge dan 19,7% untuk sekuruh obligasi dalam mata uang lokal. Hingga Desember 2011, Indonesia memilikmi obligasi korporat outstanding sebesar US$ 16 miliar, atau 28% lebih banyak daripada akhir 2010 dan 9,2% lebih tinggi dari akhir September. “Pasar obligasi pemerintah meskipun lebih besar dengan nilai US$ 93 miliar namun hanya tumbuh 0,3% year-on-year dan turun 0,1% quarter-on-quarter,” tambahnya.
Disampaikannya, pernerbitan obligasi korporat di Indonesia akhir-akhir ini berasal dari bank dan perusahaan-perusahaan spesialis keuangan didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cepat dalam beberapa tahun terakhir ini. “Meningkatnya peringkat kredit pemerintah menaikkan obligasi korporat pada awal tahun 2012,” paparnya.
Sebagai catatan, kepemilikan obligasi Indonesia oleh pihak asing turun dari 31,3% pada akhir September 2011 menjadi 30,2% pada akhir Desember. “Pada bulan Januari, meningkatnya peringkat kredit Indonesia menaikkan lagi investasi asing sebesar 32,1% sebelum turun lagi menjadi 30,4%, “ungkapnya.
Indonesia memiliki masa jatuh tempo obligasi dalam waktu 10 tahun atau lebih, dimana angka yang tertinggi di kawasan dan naik 37% pada akhir 2010. Padahal negara-negara yang memiliki lebih banyak utang jangka panjang kurang rentan terhadap krisis likuiditas, meskipun ada beberapa kekwatiran semacam itu pada saat ini. (mohar)
http://www.neraca.co.id/2012/04/26/indonesia-pimpin-pasar-obligasi-korporasi-di-asia-timur
/Sumber : NERACA.CO.ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar