gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 03 Desember 2014

SCHRODER DANA PRESTASI @ 021013 versus KRISIS2

per tgl 02 Oktober 2013, setelah sekira 5 taon melalui krisis, potential gain % NAB schroder dana prestasi TETAP POSITIF gede :
per tgl 02 Desember 2014, setelah sekira 5+ taon melalui BERBAGAI KRISIS, maka potential gain% NAB Schroder dana prestasi MAKIN POSITIF (+319%, on 16/02/2009):

saat REDUP, saat MURAH, time2buy as always ... 291012 / 070613/031214




per tgl 02 Desember 2014, sila simak Potential Gain% sejak 3 Januari 2012 sbb:


KINERJA REKSADANA

Reksadana berbasis komoditas masih redup

kontan
JAKARTA. Penurunan harga komoditas sepanjang tahun ini tecermin pada kinerja reksadana saham berbasis komoditas. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, reksadana saham dengan aset dasar (underlying asset) komoditas masih redup sepanjang paruh kedua tahun ini.
Ambil contoh, produk reksadana milik PT Mandiri Manajemen Investasi bernama Mandiri Komoditas Syariah Plus. Sejak akhir 2011 hingga 24 Oktober 2012, reksadana itu mencetak imbal hasil minus 9,31%. Lalu, Danareksa Mawar Komoditas 10, yang diracik PT Danareksa Investment Management (DIM), return-nya minus 11,6%.
Sepanjang 30 Juni - 24 Oktober 2012, kinerja Mandiri Komoditas Syariah Plus turun 13,18%. Kinerja Danareksa Mawar Komoditas 10 di periode yang sama, minus 26,13%.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM), Zulfa Hendri, mengakui, kinerja reksadana berbasis komoditas tahun ini melempem, terpengaruh pasar global yang tidak stabil. Harga komoditas yang rontok dibuntuti oleh penurunan harga saham-saham emiten di sektor komoditas.
Untuk jangka panjang
Zulfa optimistis, saham-saham berbasis komoditas masih memiliki prospek yang positif untuk jangka panjang.  Itu sebabnya DIM tetap  mempertahankan produk reksadana sahamnya yang berbasis saham-saham komoditas.
Di saat reksadana komoditas tak bertenaga mencetak imbal hasil tinggi, DIM mengandalkan reksadana lain untuk merebut hati investor, seperti reksadana saham berbasis konsumer yang sedang berlari kencang. "Kinerjanya berbanding terbalik dengan reksadana berbasis komoditas," ujar dia.
Direktur Batavia Prosperindo, Yulius Manto, menambahkan, penyebab kejatuhan reksadana saham berbasis komoditas adalah prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang tidak pasti. Begitu pun pertumbuhan ekonomi di China yang diperkirakan tidak sampai 7%, tahun ini.
Yulius menjelaskan, kinerja reksadana berbasis komoditas di Batavia, yakni Batavia Dana Saham Agro hanya mencetak imbal hasil berkisar 4%-4,5% selama 31 Agustus hingga 30 September 2012.
Sementara sepanjang Agustus, reksadana komoditas di Batavia mencetak imbal hasil antara -3% hingga -4%. "Hingga akhir tahun, pertumbuhan kinerja reksadana berbasis komoditas diprediksi tidak akan jauh berbeda dibanding saat ini," ujar Yulius.
Analis riset Infovesta Utama, Fadil Sulaimin, mengatakan, kinerja reksadana berbasis komoditas di semester II tahun ini memang belum menunjukkan perbaikan. Penyebabnya, harga komoditas seperti minyak, batubara, crude palm oil (CPO) maupun logam dasar berharga terjebak dalam tren pelemahan, sejak awal tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi China, yang merupakan negara pengguna komoditas energi terbesar, sedang lesu. Hal itu menyebabkan turunnya permintaan komoditas, kendati produksi tetap.
Situasi seperti ini diperkirakan tidak akan pulih dalam waktu singkat. Seperti China, negara-negara industri besar lain, seperti AS, Jepang dan Jerman, sedang berjuang keras melawan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Dalam setahun ke depan, saham-saham sektor konsumsi, infrastruktur, telekomunikasi dan konstruksi diprediksi berlari lebih kencang daripada saham komoditas. "Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh hingga mengangkat pergerakan saham-saham di sektor tersebut," kata Barkah Supriadi, Senior Fund Manager Equity Investment PT Danareksa Investment Management.
Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana  Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto, berpendapat, justru sekarang merupakan saat yang tepat bagi para investor untuk  menambah kepemilikan di reksadana berbasis komoditas.
Menurut Abiprayadi, penurunan kinerja reksadana komoditas bisa dilihat sebagai peluang untuk mendapatkan  unit lebih banyak dengan hagra sama. "Prospek komoditas masih positif untuk jangka panjang," tutur dia.


Pilih Mana, Reksa Dana Yang Harganya Tinggi atau Rendah?

October 22nd, 2012 Rudiyanto kontan
Akhir minggu lalu, Pekan Reksa Dana Nasional yang diselenggarakan oleh APRDI di Mal Central Park Jakarta resmi berakhir. Sebagai salah satu Manajer Investasi yang berpartisipasi di acara tersebut, saya melihat bahwa jalannya acara cukup sukses dimana bisa dilihat dari jumlah peserta yang hadir dan tentu saja investor yang mengisi formulir pembukaan rekening di tempat. Saya sempat datang dan jaga stand selama 2 hari (meskipun tidak seharian) serta sempat pula mengadakan Diskusi Reksa Dana yang dihadiri oleh para pengunjung dan nasabah. Dari hasil interaksi saya dengan nasabah, saya menyadari bahwa ternyata salah satu pertimbangan investor dalam membeli reksa dana adalah Harga reksa dana tersebut. Saya banyak ditanya, beli yang mana pak? yang harganya sudah puluhan ribu atau yang harganya masih ribuan?
Apakah benar bahwa harga reksa dana bisa dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam membeli reksa dana?
Bagi anda yang sudah membaca blog ini dari pertama kali, tentu sudah pernah membaca artikel tentang Reksa Dana Mahal dan Reksa Dana Murah. Namun entah tidak ngeh, atau memang belum sempat dibaca, saya selalu ditanya atau mendapat pernyataan bahwa investor cenderung lebih menyukai reksa dana yang harganya lebih murah dibandingkan yang harganya lebih mahal. Dimana definisi mahal itu ya harga atau sering dikenal dengan NAB/Up reksa dana. Jadi ketika diberikan suatu katalog yang berisi daftar reksa dana dari A -  Z, kebanyakan akan berfokus pada reksa dana dengan harga lebih rendah dibandingkan reksa dana dengan harga yang lebih mahal. Beberapa melihat award / penghargaan yang diterima, namun sangat sedikit yang melihat performancenya.
Apakah benar bahwa harga reksa dana mempengaruhi kinerja reksa dana? saya akan menjawab dengan ilustrasi sebagai berikut:
Studi Kasus Pertama
Pada 30 Desember 2009, harga Panin Dana Maksima adalah 24.281,59 sementara Panin Dana Prima adalah 1.424,21. Dengan logika dimana jika harganya lebih murah, maka potensi kenaikannya lebih banyak. Tentu investor akan lebih memilih Panin Dana Prima dibandingkan Panin Dana Maksima. Pertimbangan lain, karena harga yang lebih murah, maka unit penyertaan yang diperoleh juga lebih banyak. Sebagai contoh: Panin Dana Prima pada harga 1.424,21 dengan dana Rp 1 juta akan mendapat 702.14 unit. Sementara Panin Dana Maksima dengan harga 24.281,59 dengan dana Rp 1 juta baru dapat 41.18 unit. Namun investor lupa, jika dia menjualnya satu tahun kemudian maka yang ia peroleh adalah 702.14 unit x 2319.25 = Rp 1.628.438 pada Panin Dana Prima dan 41.18 x 49.072,06 = Rp 2.020.787 pada Panin Dana Maksima.
Investor mungkin lupa atau tidak tahu bahwa sebenarnya dia bisa menjualnya unitnya sebagian-sebagian dalam bentuk unit ataupun nominal. Sebagai contoh, jika pada Akhir Desember 2010, investor Panin Dana Maksima hanya membutuhkan uang sebesar Rp 1 juta. Maka, ia tinggal mengisi formulir redemption dengan instruksi penjualan Rp 1 juta. Selanjutnya unit akan berkurang sebesar Rp 1 juta / 49.072,06 = 20.38 unit. Sehingga unit tersisa adalah 41.18 – 20.38 = 20.8 unit. Yang jika dikalikan pada harga pasar akhir desember 2010 49.072,06 menjadi senilai Rp 1.020.699. Tidak seperti saham yang harus dijual dalam kelipatan lot, investor reksa dana bisa menjual reksa dana dalam nominal yang selanjutnya akan dihitung sesuai dengan jumlah unitnya.
Studi Kasus Kedua
Pada studi kasus ke dua yang terjadi adalah kebalikan dimana Panin Dana Maksima dengan NAB/Up permulaan yang lebih tinggi dibandingkan Panin Dana Prima, ternyata memiliki kenaikan harga yang lebih kecil. Berlawanan dengan studi kasus sebelumnya. Dari grafik di atas, terlihat bahwa Kenaikan Panin Dana Prima selama 1 tahun adalah 11.96%, sementara kenaikan Panin Dana Maksima cuma 8.95%, lebih rendah dibandingkan Panin Dana Prima.
Kedua studi kasus di atas menunjukkan bahwa “Harga Reksa Dana TIDAK bisa dijadikan sebagai acuan dalam memilih reksa dana”. Baik buruknya kinerja reksa dana ditentukan oleh strategi investasi yang dijalankan dan pergerakan harga saham dan obligasi yang menjadi underlying portofolionya. Dan hasil akhir dari strategi investasi adalah kinerja reksa dana dalam bentuk return / imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dengan benchmark.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
jelas, saat ini TELAH TERJADI KOREKSI pada indeks reksa dana saham versi infovesta (per 050613), yaitu TIME2BUY a bit ... :)

DATA NAB REKSA DANA gw jelang tutup taon 2009/2012/2013/2014

... jangan lupa diri, SAAT INI BWAT INVESTOR REKSA DANA TERUTAMA SAHAM, ADALAH SAAT TERINDAH, YAITU SAAT REDEMPTION, BUWAT JALAN-JALAN, BELI PROPERTI, BELI EMAS, BELI MOBIL, BELI MOTOR, BAYAR SEGALA MACAM TAGIHAN KARTU KREDIT, DLL ... sebagian tahan sebagai TABUNGAN BIASA, BWAT JAGA2 KALO TIBA-TIBA REKSA DANA SAHAM, CAMPURAN, DAN PENDAPATAN TETAP ANJLOK ...
... coba perhatikan 3 reksa dana saham berdasarkan AWAL tahunnya: 2003, 2005 dan 2007, yaitu Manulife Dana Saham, Fortis Ekuitas dan Schroder Dana Istimewa ... tetap saja INVESTASI JANGKA PANJANG ADALAH YANG TERBAIK ... gw mah uda menikmatinya banyak hal karena investasi jangka panjang ini ... bahkan pada saat krisis pun, MDS dan FE yang sudah dimulai sejak sebelum 2006, TETAP MEMBERIKAN GAIN POSITIF, bahkan MDS (2003) memberi GAIN POSITIF DI ATAS 100% ...
prepare for the worst as always
JENIS REKSA DANA SAHAM :
SCHRODER DANA ISTIMEWA:
3,331.6800 IDR 28-12-2009
3,285.1700 IDR 23-12-2009
3,279.4500 IDR 22-12-2009
3,221.9100 IDR 21-12-2009
3,352.6400 IDR 17-12-2009
3,374.8600 IDR 16-12-2009
3,335.7100 IDR 15-12-2009
1,798.4700 IDR 05-01-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09: +85.25%
1,752.8200 IDR 12-01-2007 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09: +90.07%

5,276.69 (17/10/2012)
GAIN PADA 17/10/2012 (terhadap NAB per tgl 05/01/2009): +193.39%

GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 5,297.93) terhadap NAB per tgl 05/01/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 5340.74) terhadap NAB per tgl 05/01/2009: +196.96%

GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 6592.05) (terhadap NAB per tgl 05/01/2009): +266.53%


MANULIFE SYARIAH SEKTORAL AMANAH:
2,110.0800 IDR 28-12-2009
2,084.2200 IDR 23-12-2009
2,078.8400 IDR 22-12-2009
2,046.8100 IDR 21-12-2009
2,125.6900 IDR 17-12-2009
2,133.2000 IDR 16-12-2009
2,104.2500 IDR 15-12-2009
1,971.0400 IDR 20-08-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09:+7.05%
3,261.31 (17/10/2012) GAIN PADA 17/10/2012 TERHADAP NAB per tgl 20/08/2009: +65.46%
GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 3,231.33) terhadap NAB per tgl 20/08/2009:
GAIN PADA 30/12/2012 (NAB: 3140.27) terhadap NAB per tgl 20/08/2009:
GAIN pada 28/11/2014  (NAB: 3780.87) terhadap NAB per tgl 20/08/2009: +91.82% 
FSI INDOEQUITY SECTORAL FUND :
3,124.2600 IDR 28-12-2009
3,079.3900 IDR 23-12-2009
3,064.6900 IDR 22-12-2009
3,021.0000 IDR 21-12-2009
3,136.4100 IDR 17-12-2009
3,152.7300 IDR 16-12-2009
3,106.8000 IDR 15-12-2009
(AWAL)
4,754.48 (17/10/2012)
GAIN PADA 17/10/2012 (terhadap NAB per tgl 15/12/2009): +53.03%
GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 4,650.65) terhadap NAB per tgl 15/12/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 4489.11) terhadap NAB per tgl 15/12/2009:

GAIN pada 28/11/2014 (NAB : 5567.86) terhadap NAB per tgl 15/12/2009 (3106.8): +79.21% 


FORTIS EKUITAS / CITIREKSADANA EKUITAS (dulu): BNP PARIBAS EKUITAS (kini):9,826.8000 IDR 28-12-20099,659.4700 IDR 23-12-20099,632.0300 IDR 22-12-20099,488.3400 IDR 21-12-20099,836.5400 IDR 17-12-20099,912.8200 IDR 16-12-20099,798.1800 IDR 15-12-20094,988.4200 IDR 05-01-2009 (AWAL)GAIN PADA 28/12/09: +96.99%GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 15,044.63) terhadap NAB per tgl 05/01/2009: 3,454.9700 IDR 29-12-2005 (AWAL)GAIN PADA 28/12/09: +184.42%SAAT KRISFINALO:
4,654.5000 IDR 30-12-2008GAIN PADA 30/12/08 terhadap NAB per tgl 29/12/2005: +34.71%
15,179.34 (17/10/2012)GAIN PADA 17/10/2012 (terhadap NAB per tgl 05/01/2009): +204.35%
GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 15,044.63) terhadap NAB per tgl 30/12/2008: GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 14429.03) terhadap NAB per tgl 29/12/2005:

GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 18088.65) terhadap NAB per tgl 29/12/2005 (NAB:3454.97):

  Do not forget to buy SCHRODER DANA PRESTASI PLUS today.
SCHRODER DANA PRESTASI PLUS:
15,447.7000 IDR 28-12-2009
15,215.6700 IDR 23-12-2009
15,150.4100 IDR 22-12-2009
14,882.0000 IDR 21-12-2009
15,435.2600 IDR 17-12-2009
15,548.0300 IDR 16-12-2009
15,356.0600 IDR 15-12-2009
8,268.2300 IDR 05-01-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09 terhadap NAB per tgl 05/01/2009: +86.83%

GAIN PADA 30/11/2012 (NAB:21,760.67) terhadap NAB per tgl 05/01/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 21422.89) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (8268.23):
GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 26783.35) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (8268.23):  

MANULIFE SAHAM ANDALAN:
1,106.7100 IDR 28-12-2009
1,092.2700 IDR 23-12-2009
1,087.9500 IDR 22-12-2009
1,072.9700 IDR 21-12-2009
1,112.5100 IDR 17-12-2009
1,119.2500 IDR 16-12-2009
1,104.5600 IDR 15-12-2009
555,3000 IDR 05-01-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09:+ 99.29%
GAIN PADA 30/11/2012 (NAB:  1,690.61) terhadap NAB per tgl 05/01/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1564.19)  terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (555.30):
GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 1962.18) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (555.30): +253.35% 


PNM EKUITAS SYARIAH:
1,346.3600 IDR 28-12-2009
1,317.1700 IDR 23-12-2009
1,313.7800 IDR 22-12-2009
1,294.1400 IDR 21-12-2009
1,348.8300 IDR 17-12-2009
1,361.5000 IDR 16-12-2009
1,354.4900 IDR 15-12-2009
748.7900 IDR 05-01-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09:+79.80%
GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 1,548.06) terhadap NAB per tgl 05/01/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1405.36) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (748.79):
MANULIFE DANA SAHAM:
6,908.4100 IDR 28-12-2009
6,826.2200 IDR 23-12-2009
6,798.4600 IDR 22-12-2009
6,720.1000 IDR 21-12-2009
6,956.4200 IDR 17-12-2009
6,994.8900 IDR 16-12-2009
6,904.1500 IDR 15-12-2009
3,647.9200 IDR 05-01-2009 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09:+89.37%
1,190.7400 IDR 29-09-2003 (AWAL)
GAIN PADA 28/12/09:+480.20%
SAAT KRISIS FINANSIAL GLOBAL:
3,444.7700 IDR 30-12-2008
GAIN PADA 30/12/08:+189.29%

10,185.93 (17/10/2012)
GAIN PADA 17/10/2012 (terhadap NAB per tgl 05/01/2009): +179.22%
GAIN PADA 17/10/2012 (terhadap NAB per tgl 29/09/2003): +755.42%

GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 10,213.81) terhadap NAB per tgl 29/09/2003:
 GAIN PADA 30/11/2012 (NAB: 10,213.81) terhadap NAB per tgl 30/12/2008:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 9733.27) terhadap NAB per tgl 29/09/2003 (1190.74):
GAIN PADA 28/11/2014 (NAB: 11965.57) terhadap NAB per tgl 29/09/2003 (1190.74): +904.88%

JENIS REKSA DANA PENDAPATAN TETAP / FIXED INCOME
MANULIFE DANA TETAP PEMERINTAH:
1,207.1600 IDR 28-12-2009
1,207.1300 IDR 23-12-2009
1,207.2500 IDR 22-12-2009
1,208.0700 IDR 21-12-2009
1,207.8000 IDR 17-12-2009
1,208.8100 IDR 16-12-2009
1,208.9200 IDR 15-12-2009
1,033.5300 IDR 05-01-2009
GAIN PADA 28/12/09:+16.79%
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1500.8) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (1033.53):
SCHRODER DANA ANDALAN II:
1,059.9700 IDR 28-12-2009
1,058.8700 IDR 23-12-2009
1,057.7100 IDR 22-12-2009
1,057.6800 IDR 21-12-2009
1,057.5200 IDR 17-12-2009
1,057.1200 IDR 16-12-2009
1,056.4500 IDR 15-12-2009
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1023.02) terhadap NAB per tgl 15/12/2009 (1056.45):
GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 1038.77) terhadap NAB per tgl 15/12/2009 (1056.45): -1.67%
SCHRODER DANA OBLIGASI EKSTRA:
1,159.7200 IDR 28-12-2009
1,158.7800 IDR 23-12-2009
1,157.4000 IDR 22-12-2009
1,155.5000 IDR 21-12-2009
1,157.7700 IDR 17-12-2009
1,157.9500 IDR 16-12-2009
1,157.9800 IDR 15-12-2009
1,033.3300 IDR 05-01-2009
SCHRODER DANA MANTAP PLUS II
1,321.3900 IDR 28-12-2009
1,321.5000 IDR 23-12-2009
1,320.1000 IDR 22-12-2009
1,321.6800 IDR 21-12-2009
1,320.8900 IDR 17-12-2009
1,321.4500 IDR 16-12-2009
1,320.7800 IDR 15-12-2009
1,180.2700 IDR 20-05-2009
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1759.55) terhadap NAB per tgl 20/05/2009 (1180.27):
GAIN pada 28/11/2014 (NAB: 1953.93) terhadap NAB per tgl 20/05/2009 (1180.27): +65.54%
MANULIFE OBLIGASI NEGARA INDONESIA II:
1,180.1300 IDR 28-12-2009
1,180.2400 IDR 23-12-2009
1,179.8900 IDR 22-12-2009
1,181.1700 IDR 21-12-2009
1,180.8600 IDR 17-12-2009
1,181.6200 IDR 16-12-2009
1,181.5200 IDR 15-12-2009
1,478.3700 IDR 05-01-2009
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 1466.48) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (1478.37):
PNM AMANAH SYARIAH:
1,383.7700 IDR 28-12-2009
1,385.5900 IDR 23-12-2009
1,385.2900 IDR 22-12-2009
1,385.0900 IDR 21-12-2009
1,383.7900 IDR 17-12-2009
1,382.3100 IDR 16-12-2009
1,381.5500 IDR 15-12-2009
1,234.9900 IDR 05-01-2009
JENIS REKSA DANA CAMPURAN :
SCHRODER DANA TERPADU II:
1,972.4700 IDR 28-12-2009
1,957.2600 IDR 23-12-2009
1,950.9200 IDR 22-12-2009
1,929.4800 IDR 21-12-2009
1,971.5000 IDR 17-12-2009
1,977.2300 IDR 16-12-2009
1,962.4400 IDR 15-12-2009
1,308.2400 IDR 05-01-2009

GAIN PADA 28/12/09:+50.77%
NAB per tgl 07/12/2012: 2,597.00
GAIN per tgl 07/12/12 terhadap NAB per tgl 05/01/2009: 
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 2496.98) terhadap NAB per tgl 05/01/2009 (1308.24):
FORTIS EQUITRA/ BNP PARIBAS EQUITRA
2,684.4800 IDR 28-12-2009
2,668.3600 IDR 23-12-2009
2,667.3400 IDR 22-12-2009
2,652.2800 IDR 21-12-2009
2,698.3300 IDR 17-12-2009
2,708.7500 IDR 16-12-2009
2,693.4500 IDR 15-12-2009
NAB per tgl 07/12/2012: 3,040.11
GAIN per tgl 07/12/12 terhadap NAB per tgl 15/12/2009: +12.87%
SCHRODER DANA PRESTASI
15,369.1700 IDR 28-12-2009
15,139.4500 IDR 23-12-2009
15,075.2600 IDR 22-12-2009
14,834.9000 IDR 21-12-2009
15,396.4700 IDR 17-12-2009
15,494.7400 IDR 16-12-2009
15,285.6600 IDR 15-12-2009
NAB per tgl 07/12/2012: 25,120.23
GAIN per tgl 07/12/2012 terhadap NAB per tgl 15/12/2009: 
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 25229.16) terhadap NAB per tgl 15/12/2009 (15285.66):
PNM SYARIAH
2,791.1200 IDR 28-12-2009
2,738.8400 IDR 23-12-2009
2,736.4700 IDR 22-12-2009
2,712.1300 IDR 21-12-2009
2,790.6500 IDR 17-12-2009
2,812.6900 IDR 16-12-2009
2,803.6200 IDR 15-12-2009
1,856,3600 IDR 05-01-2009
GAIN PADA 28/12/09:+50.35%
NAB per tgl 07/12/2012: 3,081.73
GAIN pada 07/12/12 terhadap NAB per tgl 05/01/2009: +66.00%
MANULIFE DANA CAMPURAN II:
1,573.5500 IDR 28-12-2009
1,562.7100 IDR 23-12-2009
1,559.4000 IDR 22-12-2009
1,549.9500 IDR 21-12-2009
1,578.1100 IDR 17-12-2009
1,583.0500 IDR 16-12-2009
1,572.4300 IDR 15-12-2009
1,000.0000 IDR 23-01-2009
GAIN PADA 28/12/09:+57.35% 
NAB mdcII @07/12/12: 2,332.50 GAIN pada 07/12/2012 terhadap NAB per tgl 23/01/2009:
GAIN PADA 30/12/2013 (NAB: 2120.28) terhadap NAB per tgl 23/01/2009 (1000):

Selasa, 02 Desember 2014

INFLASI (by BPS) saat kenaekan harga BBM 2005 ... 270613...pasca HARGA BBM NAEK 2014 (021214)

dampak kenaekan harga bbm bersubsidi atas IHSG
penjelasan KEBIJAKAN FISKAL versus KEBIJAKAN MONETER

JAKARTA kontan. Di bawah ancaman inflasi tinggi tahun ini, instrumen berbasis saham masih memberikan untung paling menggiurkan diantara instrumen investasi lainnya. Sejak awal Januari hingga akhir November 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak return 20,49%. Bahkan, reksadana saham membukukan return 25,82%.
Kinerja IHSG sepanjang tahun ini cukup bagus. Di Asia Pasifik, return IHSG berada di urutan keempat setelah BSE Bombay, Shanghai dan SET Bangkok.
Saham sektor konstruksi, properti dan keuangan turut mengangkat kinerja IHSG pada tahun ini. Indeks saham konstruksi dan indeks saham keuangan tumbuh melampaui return IHSG, masing-masing 48,70% dan 33,42%.
Adapun instrumen lain seperti surat utang negara (SUN) seri FR68 mencetak return 8,19% selama 2014 atau year-to-date (ytd). Kemudian rata-rata bunga deposito perbankan bertenor 12 bulan sebesar 6,3%. Sedangkan imbal hasil emas, baik emas batangan Antam maupun emas kontrak di bursa New York, menyusut masing-masing 2% (ytd).
Direktur CIMB Principal Asset Management Gunanta Afrima menyebutkan tingginya kinerja reksadana saham ditopang oleh kinerja fundamental emiten yang baik di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun ini. Di sisi lain, pemilihan umum berjalan aman sesuai harapan. Hal ini turut mengerek pasar saham domestik, yang selama ini menjadi aset reksadana saham.
Tahun depan, reksadana saham diprediksi masih memberikan untung paling tinggi. Kinerja produk ini akan dipicu program pemerintah di sektor infrastruktur. "Jika program pemerintah berjalan sesuai rencana,  maka reksadana saham bisa memberikan keuntungan tinggi, " kata Gunanta.
Direktur Utama Bahana TCW Invesment Management, Edward Lubis menilai, saham merupakan instrumen investasi paling tepat untuk mengoptimalkan imbal hasil.
Tapi tak semua saham menguntungkan. Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, menyarankan investor menjauhi saham batubara. Sebab, harga komoditas ini masih sulit pulih. Saham sektor keuangan juga akan melambat tahun depan.
Di sisi lain, dengan membaiknya ekonomi, saham sektor konsumer dan ritel bisa menjadi kuda hitam pada tahun depan. Ini terkait pelemahan harga minyak dunia. Dus, masyarakat yang biasa memakai BBM non-subsidi akan mengalihkan pendapatannya ke produk konsumer.
Kini, faktor penentu pergerakan pasar saham pada 2015 adalah aksi pemerintah membuktikan janji politiknya untuk perbaikan di segala lini.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, memprediksi IHSG pada tahun ini di posisi 5.253 dan berpotensi tumbuh 11% menjadi 5.843 di tahun depan. Adapun Satrio memperkirakan IHSG di ditutup 5.000-5.350 di akhir 2014 dan bisa tumbuh 19%-22% menjadi 6.100-6.350 di 2015.
Demi memaksimalkan return, investor sebaiknya menghindari instrumen investasi emas di 2015. Menurut Edwin, harga emas sulit bangkit di tengah keperkasaan dollar Amerika Serikat yang diprediksi masih berlanjut hingga tahun depan.
Editor: Sandy Baskoro
well, sekedar pembanding juga, saat sesudah KENAEKAN HARGA BBM BERSUBSIDI ternyata IHSG TETAP TERBANG TINGGI seh, bahkan saat gangguan politis BLACK CAMPAIGN sekali pun :
Data Inflasi dan IHK
Wilayah:
Tahun:
 s/d 
Tabel dan Grafik[sembunyikan]

Tabel Inflasi dan IHK INDONESIA Tahun 2004 - 2009 Menurut Bulan   



BulanTahun 2004Tahun 2005Tahun 2006Tahun 2007Tahun 2008Tahun 2009
IHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasi
Jan
110.45
0.57
118.53
1.43
138.72
1.36
147.41
1.04
158.26
1.77
113.78
-0.07
Feb
110.43
-0.02
118.33
-0.17
139.53
0.58
148.32
0.62
159.29
0.65
114.02
0.21
Mar
110.83
0.36
120.59
1.91
139.57
0.03
148.67
0.24
160.81
0.95
114.27
0.22
Apr
111.91
0.97
121.00
0.34
139.64
0.05
148.43
-0.16
161.73
0.57
113.92
-0.31
Mei
112.90
0.88
121.25
0.21
140.16
0.37
148.58
0.10
164.01
1.41
113.97
0.04
Jun
113.44
0.48
121.86
0.50
140.79
0.45
148.92
0.23
110.08
2.46
114.10
0.11
Jul
113.88
0.39
122.81
0.78
141.42
0.45
149.99
0.72
111.59
1.37
114.61
0.45
Agt
113.98
0.09
123.48
0.55
141.88
0.33
151.11
0.75
112.16
0.51
115.25
0.56
Sep
114.00
0.02
124.33
0.69
142.42
0.38
152.32
0.80
113.25
0.97
116.46
1.05
Okt
114.64
0.56
135.15
8.70
143.65
0.86
153.53
0.79
113.76
0.45
116.68
0.19
Nov
115.66
0.89
136.92
1.31
144.14
0.34
153.81
0.18
113.90
0.12
116.65
-0.03
Des
116.86
1.04
136.86
-0.04
145.89
1.21
155.50
1.10
113.86
-0.04
117.03
0.33
Tahunan
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06
2.78
Keterangan[sembunyikan]
Keterangan (Notes) :
1. Sebelum April 1979, yang digunakan sebagai dasar yaitu September 1966 ( September 1966 = 100 )
(1. Before April 1979, the base year is September 1966 (September 1966 = 100))
2. Mulai April 1979, digunakan istilah Indeks Harga Konsumen (sebelumnya menggunakan istilah Index Biaya Hidup). Dasarnya April 1977-Maret 1978. Menggunakan pola konsumsi hasil SBH (Survey Biaya Hidup ) tahun 1977/1978 di 17 ibukota propinsi ( April 1977-Maret 1978 = 100 ).
(2.Since April 1979, the Term "Consumer Price Index" has been used ( the term that has been used before is "Cost Living Index"). The base year is April 1977-Maret 1978. CPI using a consumption pattern obtained from 1977/1978 Cost Living Survey in 17 Provincial Capital cities.) (April 1977-Maret 1978=100)
3. Mulai April 1990-1997, IHK menggunakan tahun dasar 1988/1989. Menggunakan pola konsumsi biaya hidup hasil SBH di 27 ibukota propinsi. (1988/1989 = 100 )
(3. Since April 1990-1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from Cost Living Survey in 27 Provincial Capital cities and using 1988/1989 base year) (1988/1989=100)
4. Mulai Desember 1997, IHK menggunakan pola konsumsi hasil SBH di 44 Kota tahun 1996. ( 1996 = 100)
(4 . Since December 1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 1996 Cost of Living Survey in 44 cities(1996=100))
5. Mulai Januari 2004, digunakan tahun dasar 2002. IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 45 kota tahun 2002 ( 2002 = 100 )
(5. Since January 2004, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2002 Cost of Living Survey in 45 cities(2002=100))
6. Mulai Juni 2008, digunakan tahun dasar 2007, IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 66 kota tahun 2007 (2007 = 100)
(6. Since June 2008, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2007 Cost of Living Survey in 66 cities(2007=100))
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

Efek Menyakitkan Naiknya harga BBM Bersubsidi

  • Rabu, 26 Juni 2013 | 17:04 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -Mulai Sabtu (22/6/2013), harga baru bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang lebih mahal berlaku. Setelah empat tahun lebih menikmati premium dan solar seharga Rp 4.500 per liter, pemilik kendaraan bermotor mesti merogoh kocek lebih dalam untuk membeli seliter bensin.
Harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik Rp 1.000 jadi Rp 5.500 per liter. Kenaikan harga BBM bersubsidi ini hampir sama dengan tahun 2008 lalu, tepatnya 24 Mei, pemerintah mengerek harga premium menjadi Rp 6.000 seliter dan solar menjadi Rp 5.500. Itu ketiga kalinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM selama masa pemerintahannya.
Dan, seperti yang sudah-sudah, bak bensin yang gampang menyambar ke mana-mana bila tersulut api, begitu juga efek kenaikan harga BBM bersubsidi. Alhasil, sudah bukan rahasia lagi, infl asi tinggi bakal mengekor kenaikan harga BBM. Lihat saja tahun 2005 dan 2008 lalu, saat pemerintah mendongkrak harga premium dan solar. Angka infl asi ketika itu mencapai dua digit, masing-masing sebesar 17,11 persen dan 11,06 persen.
Tapi, pada kenaikan BBM bersubsidi tahun ini, pemerintah kelewat percaya diri dan berani mematok target inflasi sepanjang 2013 hanya 7,2 persen. Memang, sih, lima bulan pertama inflasi berlari cukup pelan. Apalagi, dua bulan terakhir, April dan Mei terjadi defl asi. Sehingga, inflasi selama Januari hingga Mei lalu baru 2,28 persen.
Deflasi dua bulan berturut-turut tersebut yang membuat pemerintah makin mantap menaikkan harga BBM. “Saya masih percaya inflasi bisa 7,2 persen, tidak setinggi yang waktu itu dimunculkan oleh Bank Indonesia sebesar 7,76 persen,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri.
Cuma, menurut Doddy Arifianto, ekonom Universitas MaChung, Malang, infl ansi tahun ini bisa mencapai 8,1 persen. Sebab, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 10 persen akan menyebabkan inflasi 0,8 persen. Maka, dengan kenaikan harga BBM sekitar 33 persen bakal mendorong infl asi sejauh 2,5 persen.
Doddy memperkirakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap harga barang dan jasa akan berlangsung sampai Desember 2013. Pada bulan pertama dan kedua yang bertepatan dengan bulan puasa dan lebaran, efeknya memang sangat besar. “Tapi, bulan-bulan berikutnya akan mulai menurun dampaknya,” ujar dia.
Hanya, Destri Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengingatkan, jika pemerintah tidak melakukan upaya langsung untuk mengerem kenaikan harga pangan, infl asi bakal terbang tinggi hingga 8,2 persen. Kalau pemerintah mampu menjaga pasokan makanan, inflasi tahun ini hanya 7,8 persen.
Walau tidak bisa menjadi patokan, berkaca ke pengalaman kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2008 yang hanya empat hari menjelang bulan puasa, ketika itu infl asi Oktober mencapai angka fantastis: 8,70 persen. Nah, kenaikan harga BBM tahun 2013 hanya dua pekan menjelang bulan Ramadhan.
Yang pasti, kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyulut inflasi tinggi bakal menggerus daya beli masyarakat. Destri memproyeksikan, daya beli masyarakat yang semestinya bisa tumbuh di atas 5,3 persen tahun ini akan menjadi 5,1 persen.
Sulit tumbuh di atas 6 persen
Kalau sudah begini, pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen bisa terancam. Sebab, konsumsi rumahtangga masih menjadi andalan, selain investasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita tahun 2013.
Kondisi itu diperparah kinerja neraca perdagangan kita yang masih relatif lemah. Ekspor dan impor akan tumbuh pada tingkat yang relatif rendah. Terbukti, April lalu, nilai ekspor Indonesia turun 2,8 persen menjadi 14,69 miliar dollar AS ketimbang Maret yang mencapai 15,02 miliar dollar AS.
Walhasil, rapor neraca perdagangan kita yang sempat biru pada bulan Maret kembali memerah pada April. Neraca dagang kita selama April lalu defisit 1,62 miliar dollar AS.
Selama Januari hingga April 2013, rapor neraca dagang kita juga merah lantaran mengalami defisit sebesar  1,85 miliar dollar AS. Gara-garanya, nilai ekspor Indonesia dalam empat bulan pertama tahun ini hanya 60,11 miliar dollar AS, sementara impor mencapai 61,96 miliar dollar AS. Dan, bukan tidak mungkin defisit neraca dagang akan berlangsung sepanjang tahun.
Kalau itu terjadi, maka mengulang kejadian tahun lalu. Pada 2012, neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 1,65 miliar dollar AS, yang merupakan kejadian pertama kali sejak defi sit tahun 1961 silam.
Terlebih, kenaikan harga BBM bersubsidi ternyata tidak bisa mengerem konsumsi premium dan solar. Lah, buktinya, pemerintah menambah kuota BBM tahun ini dari 46 juta kiloliter (kl) menjadi 48 juta kl. Impor BBM sudah pasti meningkat yang bisa membuat neraca perdagangan defisit lagi.
Kinerja ekspor yang terus keok melawan impor tentu akan menyeret turun pertumbuhan ekonomi tahun ini. Makanya, pemerintah mengoreksi asumsi pertumbuhan menjadi hanya 6,3 persen, dari sebelumnya sebesar 6,8 persen. Ekonomi pada kuartal pertama yang hanya tumbuh 6,02 persen juga menjadi pertimbangan pemerintah memangkas target pertumbuhan ekonomi di tahun 2013.
Namun, target pemerintah terbilang ambisius. Sebab, Destri memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi tahun ini mentok di angka 6 persen. Memang, kenaikan harga BBM awalnya memang akan menyakitkan. Cuma, untuk jangka menengah dan panjang, kebijakan tersebut akan berdampak bagus. “Ke depan pemerintah bisa mengalokasikan dana yang tadinya untuk subsidi BBM ke sektor-sektor lain,” imbuhnya.
Ya, semoga saja begitu.
(SS. Kurniawan, Francisca Bertha Vistika, Asep Munazat Zatnika)
kontan