gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Selasa, 30 Oktober 2012

RD EtF cak3p ... 301012

NAB reksadana ETF melonjak 115%

kontan
JAKARTA. Reksadana yang dapat diperdagangkan di bursa atau exchange trade fund (ETF) mencatatkan kenaikan signifikan. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, nilai aktiva bersih (NAB) ETF naik 115,72% menjadi Rp 1,221 triliun pada September 2012 dibandingkan akhir tahun lalu. Di Desember 2011, NAB ETF sekitar Rp 566 miliar.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga merilis data yang sama. Menurut data Bapepam, NAB ETF saham naik 59,84% menjadi Rp 72,14 miliar pada akhir September dibandingkan akhir tahun lalu yang sekitar 34,53 miliar. Adapun NAB ETF fixed income pada periode yang sama melesat 223% menjadi Rp 1,719 triliun dibandingkan akhir 2011 yang sekitar Rp 531 miliar.
Analis PT Infovesta Utama Fadil Sulaimin menduga, NAB ETF meningkat karena ada perpindahan atau switching dana dari reksadana lain. Menurut dia, agresivitas manajer investasi (MI) yang mulai membidik pasar ritel untuk memasarkan ETF ikut memperbesar NAB ETF. "Strategi yang ditempuh manajer investasi adalah pasar ritel dengan nominal pembelian yang relatif kecil," ujar dia.
Sukses di luar negeri
Sekadar informasi, PT Indo Premier Investment Management, MI yang menerbitkan ETF LQ 45, telah mengubah strategi penjualan ETF dengan memperkecil size. Semula, investor yang ingin membeli ETF LQ45 di pasar perdana harus merogoh kocek minimal RP 7 miliar untuk satu keranjang. Kini, investor bisa membeli produk tersebut dengan harga sekitar Rp 70 juta.
Selain itu, Fadil memerkirakan, kenaikan NAB juga disebabkan masuknya dana baru dari investor. Prospek ETF yang masih menarik serta menjanjikan pertumbuhan yang menggiurkan telah menarik minat investor untuk berinvestasi di instrumen ini.
Selain produk milik Indo Premier Investment Management, saat ini ada ETF Indo Bond Fund yang dikelola oleh PT Bahana TCW Investement Management.
Sejak awal tahun hingga September 2012, return ETF LQ 45 tercatat sebesar 10,75%. Adapun return ETF Indo Bond Fund mencapai 7,15%.
Direktur Utama Indo Premier Investment Management John D. Item mengaku, kenaikan NAB disebabkan oleh dana segar yang masuk dari investor. Dia optimistis, ETF akan berkembang mengikuti reksadana konvensional.
Optimisme John berlandaskan realitas bahwa produk ETF telah sukses di sejumlah negara. Instrumen ini paling banyak terdapat di London Stock Exchange (LSE) dengan jumlah produk sekitar 1.076 produk. Disusul New York Stock Exchange (NYSE) yang memperdagangkan 983 ETF.
Di Asia, Korea Stock Exchange memiliki 129 ETF dan Tokyo Stock Exchange terdapat 121 produk ETF. Thailand telah meluncurkan sedikitnya 10 produk ETF. Sementara, Malaysia memiliki lima produk ETF. "Produk ini begitu populer di negara lain, sehingga kami optimistis akan sukses di Indonesia," tutur John.
Akhir bulan ini, Indo Premier berencana meluncurkan ETF anyar dengan aset dasar Indeks 30 yang berisi 30 saham-saham pilihan. Untuk satu tahun pertama, produk tersebut ditargetkan bisa menggenggam dana kelolaan Rp 100 miliar.
"Return produk ini diperkirakan 20% - 25% per tahun mengikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 6%," ujar John. Selain itu, Indopremier juga berencana meluncurkan ETF syariah yang berisi saham-saham syariah. Namun, John belum bisa membeberkan detail peluncuran produk itu.

Minggu, 21 Oktober 2012

menurut INFOVESTA: neh RD unggulan ... 211012

07-09-2012 | Harian Seputar Indonesia
Memilih Indeks Saham Unggulan
Oleh: Marlin Igir – Marketing www.infovesta.com
Dua bulan berjalan di semester II tahun ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat begitu bergejolak. Sempat mencetak kinerja cemerlang per Juli 2012 sebesar 4,72%, namun ramainya sentimen ketidakpastian global yang disertai lesunya data-data ekonomi negara-negara besar, seperti Uni Eropa dan China, membuat kinerja IHSG merosot -1,98% sepanjang Agustus 2012. Meskipun demikian, kinerja Year To Date (YTD) per Agustus 2012 masih sukses mencetak angka positif, yakni 6,24%.
Berlanjutnya antisipasi investor terhadap realisasi stimulus moneter dari sejumlah bank sentral negara-negara besar, seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa disinyalir menjadi pemicu anjloknya IHSG. Tak hanya itu, usainya euforia investor terhadap musim publikasi laporan keuangan per kuartal II-2012 dari emiten-emiten saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mayoritas mencetak kinerja positif dibanding periode sama tahun lalu turut menambah tekanan pada IHSG.

Saat ini, pergerakan IHSG pun terlihat masih tergantung pada harapan stimulus moneter dari Bank Sentral Eropa atau China untuk menopang kondisi perekonomian mereka yang lesu. Namun, apakah kabar tersebut berpeluang menopang laju IHSG atau justru menjadi penghambat? Menurut penulis, hal itu tampaknya sulit diperkirakan mengingat potensi perubahan kondisi cukup besar.
Dengan ketidakpastian tersebut, hal ini tentu tidak menyenangkan bagi investor, terutama yang menerapkan strategi investasi pasif, seperti Buy and Hold karena target investasi yang diharapkan pun menjadi sulit terukur. Apalagi, jika strategi investasi pasif tersebut hanya bertujuan mengalahkan kinerja IHSG. Karena itu, pemilihan indeks saham yang tercatat di BEI selain IHSG, bisa menjadi alternatif. Alasannya, jumlah saham relatif lebih sedikit dan sudah terdiversifikasi pada berbagai sektor saham.
Menanggapi hal tersebut, penulis mencoba melakukan pengamatan pada 5 indeks saham di BEI yang berisi kurang dari 50 saham di dalamnya, di antaranya LQ-45, Bisnis-27, Sri-Kehati, JII (Jakarta Islamic Index), dan Pefindo-25 dengan periode sepanjang 3 tahun terakhir (Juli 2009 – Juli 2012) yang mewakili periode jangka panjang dan Year To Date (YTD) sejak Juli 2012 yang mewakili periode jangka menengah.
Pengukuran untuk mendapatkan indeks saham yang berkinerja paling baik mencakup sisi return dan resiko serta disesuaikan dalam kondisi tertentu. Misalnya, saat terjadi tren koreksi besar (bearish) dalam jangka pendek.
Indeks Saham
YTD Juli 2012
Juli 2009 - Juli 2012
Return
Annualized Risk
Return
Annualized Risk
Pefindo25
19.07%
20.60%
153.21%
22.18%
Sri Kehati
9.52%
18.60%
68.71%
23.11%
IHSG
8.38%
15.83%
78.30%
20.66%
Bisnis-27
8.19%
19.17%
69.58%
23.90%
JII
6.83%
18.80%
48.94%
23.58%
IRDSH
6.61%
16.81%
44.24%
21.67%
LQ45
5.83%
18.56%
56.85%
23.42%
Dari tabel tersebut, terlihat kinerja indeks Pefindo-25 menjadi yang teratas berdasarkan return YTD per Juli 2012 maupun 3 tahun terakhir, masing-masing 19,07% dan 153,21% jauh di atas kinerja IHSG dan LQ-45. Bahkan, bila dibandingkan dengan kinerja indeks Reksa Dana Saham (IRDSH) yang mencerminkan rata-rata pergerakan Reksa Dana Saham secara keseluruhan, kinerja Pefindo-25 juga lebih unggul lebih dari dua kali lipat.
Sementara bila kinerja return di atas disesuaikan dengan resiko fluktuasi dari masing-masing indeks yang tercermin pada angka deviasi disetahunkan (annualized risk), perbandingan antara return terhadap annualized risk dari Pefindo-25 pun ternyata paling tinggi dibanding indeks saham lainnya, termasuk IHSG, masing-masing 0,93 dan 6,91. Jadi, dapat dikatakan bahwa portofolio investasi dengan strategi pasif dengan meniru indeks Pefindo-25 cukup prospektif dalam orientasi jangka panjang.
Menurut penulis, solidnya kinerja indeks Pefindo-25 ditopang oleh solidnya fundamental emiten-emiten saham di dalamnya. Dengan kapitalisasi akhir Juli 2012, tercatat rata-rata kenaikan Pendapatan dan Laba Bersih dari saham-saham Pefindo-25 periode Februari-Juli 2012 sepanjang Q4-2011 masing-masing 40,9% dan 56,9% dan sepanjang Q1-2012, masing-masing 36,5% dan 49,5%.
Dalam indeks Pefindo-25 periode tersebut, saham-saham dari sektor Properti Real Estate dan Perdagangan menjadi penopang utama dengan kontribusi sektor masing-masing 28,5% dan 23,3%. Prospek sektor Properti, di antaranya didukung oleh kebijakan suku bunga acuan yang masih relatif rendah oleh Bank Indonesia sekaligus memicu lunaknya suku bunga pinjaman serta tren permintaan properti di kota-kota besar yang diperkirakan masih tinggi.
Sementara prospek sektor Perdagangan, terutama sub sektor Ritel dipengaruhi oleh tren gaya hidup masyarakat yang semakin modern serta terjaganya tingkat inflasi domestik yang membuat daya beli masyarakat relatif stabil. Di samping melihat fundamental emiten sahamnya, bagaimana kinerja Pefindo-25 jika terjadi koreksi cukup besar yang umumnya dipengaruhi sentimen global? Untuk itu, penulis mengambil sampel 9 bulan di mana kinerja IHSG ditutup anjlok ke zona merah sepanjang Juli 2009 – Juli 2012. Hasil yang diperoleh cukup mengejutkan karena secara rata-rata, indeks Pefindo-25 masih menjadi pemenang dengan koreksi paling rendah sebesar -5,22% atau sedikit di atas IHSG sebesar -5,34%.
Meskipun kinerja Pefindo-25 terlihat cemerlang dalam jangka menengah maupun panjang secara historis, namun bukan berarti tanpa kendala, terutama jika investor mencoba menerapkan sebagai bentuk portofolio investasi. Beberapa kelemahan tersebut, seperti pergantian saham-saham dalam indeks tiap 6 bulan sekali dapat mempengaruhi besarnya kontribusi setiap sektor saham, perubahan prospek sektor saham yang mungkin terjadi, serta penyesuaian bobot saham dalam portofolio investor agar sesuai dengan bobot per saham dalam indeks Pefindo-25 yang dapat memicu tingginya biaya transaksi.
Dengan fakta-fakta statistik historis yang menarik di atas, tak diragukan lagi bahwa indeks Pefindo-25 layak sebagai alternatif pembentukan portofolio investasi saham dengan anjuran strategi investasi yang dilakukan lebih berorientasi ke jangka panjang.
Selamat berinvestasi!

25-07-2012 | Harian Seputar Indonesia
Cermat Menjadi Investor Reksa Dana
Oleh: Marlin Igir – Marketing www.infovesta.com
Tahun 2012 boleh dikatakan masih menjadi tahun yang subur bagi industri Reksa Dana di Indonesia. Sederhananya, hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah produk Reksa Dana. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), hingga akhir Juni 2012, secara total terdapat 685 produk Reksa Dana atau mengalami peningkatan dibanding posisi akhir tahun 2011 sebanyak 646 produk Reksa Dana.

Dengan melimpahnya berbagai produk Reksa Dana, investor menjadi punya banyak alternatif investasi di Reksa Dana. Nah, yang menjadi permasalahan investor adalah bagaimana memilih Reksa Dana yang sesuai dengan tujuan investasi serta profil resiko masing-masing. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum menjadi investor Reksa Dana.
Berinvestasi bukanlah hal yang bersifat coba-coba, namun memerlukan berbagai pertimbangan yang matang agar tujuan investasi yang diinginkan dapat tercapai. Pertama, berinvestasi itu tidak mengenal kata terlambat. Lakukan sedini mungkin agar hasil yang diperoleh bisa lebih maksimal. Kedua, tentukan tujuan yang ingin dicapai dan jumlah dana yang dibutuhkan di masa depan. Dengan demikian, kita dapat menentukan lama waktu untuk mencapai kebutuhan dana tersebut serta menghitung berapa besar dana yang harus ditabung mulai dari sekarang.
Ketiga, jika perkiraan tabungan ternyata masih kurang, bagaimana cara menutupi kekurangan tersebut? Salah satunya dengan berinvestasi. Banyak pilihan instrumen keuangan yang bisa digunakan sebagai alternatif investasi. Salah satunya yang paling populer adalah Reksa Dana. Dalam berinvestasi Reksa Dana, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan likuiditas dan toleransi terhadap resiko.
Kebutuhan likuiditas diartikan sebagai kebutuhan investor pada dana tunai dalam jangka pendek atau kurang lebih untuk satu tahun ke depan. Sementara toleransi resiko lebih mengarah pada kemampuan investor untuk menyanggupi potensi resiko fluktuasi harga Reksa Dana yang selanjutnya berpengaruh pada nilai aset investasi pada Reksa Dana. Oleh karena itu, terdapat tahapan yang harus diperhatikan investor agar dapat menentukan jenis Reksa Dana yang sesuai dengan profil dan resiko.
Setelah menentukan tujuan investasi, pastikan apakah tujuan tersebut terkait kebutuhan likuiditas jangka pendek. Jika ya, maka sebaiknya memilih Reksa Dana Pasar Uang karena tidak memiliki resiko fluktuasi nilai pasar Reksa Dana. Namun jika tidak terdapat kebutuhan likuiditas jangka pendek, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar toleransi terhadap resiko fluktuasi nilai investasi Reksa Dana. Jika mampu menyanggupi resiko yang tinggi, maka Reksa Dana Saham maupun Campuran bisa menjadi pilihan. Alasannya, karena kedua jenis Reksa Dana tersebut secara historis memiliki potensi keuntungan (return) dan resiko yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Nah, bagi investor yang tidak sanggup menoleransi resiko tinggi, namun tidak memiliki kebutuhan likuiditas jangka pendek, maka Reksa Dana jenis Pendapatan Tetap bisa menjadi alternatif. Alasannya, Reksa Dana Pendapatan Tetap memiliki resiko fluktuasi yang relatif kecil dibanding Reksa Dana Saham dan Campuran. Mengenai potensi return, menurut penulis hal itu terkait pada profil resiko investor itu sendiri yang umumnya terdiri dari investor agresif dan konservatif.
Bagi investor agresif, Reksa Dana dengan potensi return yang tinggi meskipun resikonya juga tinggi akan lebih disukai, misalnya Reksa Dana saham. Sebaliknya, investor konservatif justru menginginkan Reksa Dana dengan potensi return yang biasa-biasa saja, namun tingkat resiko fluktuasinya relatif lebih kecil, seperti Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Keempat, memilih produk Reksa Dana favorit. Untuk itu, perlu metode yang dapat mengevaluasi suatu produk Reksa Dana secara menyeluruh. Salah satunya, melalui pemeringkatan (rating). Rating merupakan metode evaluasi Reksa Dana yang mempertimbangkan berbagai faktor, seperti Return dan Resiko, Dana Kelolaan (Asset Under Management/AUM), Pertumbuhan Unit Penyertaan, dan Struktur Biaya dan selanjutnya dibobot sebesar nilai tertentu untuk menghasilkan rating.
Faktor Return dan Resiko digunakan untuk mengukur kinerja Reksa Dana selama periode tertentu dari sisi return beserta resiko yang harus ditanggung oleh investor. Resiko yang dimaksud merupakan resiko fluktuasi harga Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP) Reksa Dana yang dinyatakan dalam standar deviasi. Faktor AUM digunakan sebagai alat evaluasi kecukupan jumlah dana kelolaan setiap produk Reksa Dana dengan batas minimal tertentu yang disyaratkan oleh peraturan Bapepam-LK.
Sementara faktor pertumbuhan Unit Penyertaan menggambarkan tingkat kepercayaan investor pada Reksa Dana. Semakin tinggi jumlah Unit Penyertaan suatu Reksa Dana, maka semakin besar pula kepercayaan investor pada Reksa Dana tersebut. Terakhir, faktor Struktur Biaya memberikan nilai yang lebih tinggi pada Reksa Dana dengan biaya relatif murah dibanding Reksa Dana berbiaya mahal. Biaya yang dimaksud mencakup biaya pembelian (subscription) dan penjualan (redemption).
Berikut daftar Reksa Dana dari setiap jenis dengan rating bintang 5 yang menjadi level tertinggi menurut hasil rating Infovesta untuk periode 1 tahun terakhir berdasarkan data per Juni 2012.
Saham
Campuran
Pendapatan Tetap
Pasar uang
Syailendra Equity Opportunity Fund Sucorinvest Flexi Fund GMT Dana Pasti 2 MNC Dana Lancar
MNC Dana Ekuitas Simas Satu CIMB Principal Dollar Bond
Danareksa Mawar Konsumer 10 Sam Syariah Berimbang
BNP Paribas STAR MNC Dana Kombinasi
Danamas Fleksi
                                                               
Meskipun sudah mencerminkan evaluasi menyeluruh pada suatu Reksa Dana, namun bukan berarti metode rating tidak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut, yakni hasil rating merupakan evaluasi berdasarkan data historis sehingga kurang tepat jika digunakan sebagai alat prediksi kinerja Reksa Dana di masa mendatang. Selain itu, rating tidak cocok untuk mengevaluasi Reksa Dana yang berumur terlalu pendek. Misalnya, di bawah 6 bulan terakhir. Oleh karena itu, evaluasi dengan metode rating hanya sebagai penyaring awal. Yang terpenting adalah Reksa Dana tersebut harus mampu menerapkan strategi untuk menjadi lebih baik ke depan.
Kembali ke persiapan menjadi investor Reksa Dana, tahap yang kelima adalah disiplin berinvestasi. Misalnya, dilakukan secara periodik di awal bulan atau akhir bulan. Keenam, lakukan peninjauan berkala terhadap hasil investasi dengan periode yang umum digunakan setiap 6 hingga 12 bulan sekali untuk mengevaluasi apakah tujuan investasi dapat tercapai sesuai profil resiko masing-masing.
Selamat berinvestasi!

Jumat, 19 Oktober 2012

RD LAMBAN ... 191012

PEKAN REKSA DANA NASIONAL: Gaet 5 Juta Investor, Pemerintah Segera Terbitkan Aturan Baru

JAKARTA: Pemerintah akan menerbitkan regulasi baru terkait dengan reksa dana untuk mencapai pertumbuhan investor hingga 5 juta dan target dana pengelolaan 10% dari Produk Domestik Bruto dalam 5 tahun ke depan.

“Pemerintah akan membantu dalam bentuk policy dan regulasi untuk mengupayakan pertumbuhan investor yang berinvestasi di reksa dana,” ujar Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia Mahendra Siregar, di sela pembukaan Pekan Reksa Dana Nasional di Central Park, Kamis (18/20/2012).

Pasalnya sejak 16 tahun reksa dana diperkenalkan kepada masyarakat, pertumbuhannya terbilang sangat lamban. Jumlah dana kelolaan hanya Rp175 triliun atau sekitar 2% hingga 3% dari PDB dengan investor sekitar 161.000.

Menurutnya, untuk mencapai pertumbuhan industri reksa dana menjadi 10% dari PDB bukan suatu yang sulit. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6% pertahun terbilang cukup baik di tengah krisis global yang saat ini terjadi. Apalagi saat ini jumlah kelas menengah di Indonesia sudah mencapai 45 juta.

Oleh karena itulah, sambungnya, peluang dan potensi tersebut perlu ditangkap oleh para manajer investasi untuk semakin memperkenalkan instrumen investasi tersebut kepada masyarkat sekaligus meningkatkan pertumbuhan industri reksa dana.

“Kalau tidak pertumbuhan ekonomi 6% ini tidak berdampak besar pada sektor tertentu seperti reksa dana, akhirnya lewat begitu saja, maka peluang dan potensi yang besar ini perlu ditangkap dan menjadi modal yang berkesinambungan.”

Selain dari segi regulasi, diperlukan komunikasi serta perumusan dan sinergi yang kuat antara pemerintah dan Asosiasi Pengelola Reksa Dana (APRDI) agar target yang dicanangkan dapat benar-benar tercapai, di samping meningkatkan edukasi tentang produk reksa dana.

“Bukan saja aspek regulator yang dikembangkan dan ditingkatkan tapi juga promosi investasi sehingga nasyarakat merasa aman dan nyaman berinvestasi di produk ini.”

Menurutnya, selama ini masyarakat Indonesia lebih banyak yang menjadikan properti sebagai instrumen investasi. Padahal bila dana yang ada hanya dihabiskan untuk membeli properti, dikhawatirkan menyebabkan terjadinya bubble. Oleh karena itulah, sambungnya, perlu adanya alternatif instrumen investasi termasuk melalui produk reksa dana.

“Kalau semua orang hanya fokus pada satu dan dua seperti membeli ruko dan properti, khawatir malah terjadi bubble, maka harus ditarik ke instrumen investasi lain, seperti reksa dana,” tuturnya.

Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bappepam LK Fakhri Hilmi menuturkan untuk membuat spesifikasi peraturan baru yang mendukung reksa dana dibutuhkan diskusi dan kerja sama dengan pelaku industri baik asosiasi maupun manajer investasi.

“Target ini harus didiskusikan bersama, regulasi apa yang dibutuhkan MI, dan apakah ada aturan yang menghambat. Dari situ akan didapatkan detail peraturan kebijakan yang dibutuhkan untuk menunjang target tersebut,” ujarnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida mengatakan untuk memajukan reksa dana ada tiga pilar yang harus diperhatikan, pertama manajer investasi sebagai pelaku industri reksa dana, kedua, penambahan dan inovasi produk yang semakin beragam, ketiga peningkatan jumlah investor.

“Manajer Investasi harus bekerja dengan pruden, karena kepercayaan menjadi poin utama dalam bisnis ini. Produk juga harus semakin banyak sehingga investor yang ikut pun bisa bertambah.”

Ketua APRDI Abipriyadi menyayangkan bila reksa dana belum menjadi pilihan utama instrumen investasi, padahal sebagai reksa dana menawarkan banyak keunggulan seperti jenis yang semakin bervariasi, imbal hasil yang menarik dan terukur.

Oleh karena itulah, APRDI akan terus semakin agresif dan masif memperkenalkan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya reksa dana sebagai instrumen investasi masa depan.

“Kami optimis dengan kerja sama dan sinergi antara pemerintah da pelaku industri, reksa dana akan berkembang lebih cepat, dan dalam lima tahun bisa menggaet 5 juta investor dengan dana kelolaan 10% dari GDP nasional,” ujarnya. (bas)

Selasa, 16 Oktober 2012

RD terproteksi, CARI IMBAL HASIL G3D3 n3h ... 161012


REKSADANA

Return SUN mini, MI pilih korporasi


kontan
JAKARTA. Manajer investasi memilih menempatkan dana reksadana terproteksi di obligasi korporasi. Manajer investasi menganggap, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) sepanjang 2012 sangat kecil dan tak menarik dibundel jadi reksadana terproteksi.
Direktur PT Danareksa Investment Management Prihatmo Hari mengaku, mereka mengandalkan obligasi korporasi sebagai aset dasar reksadana terproteksi. "Bahkan kami tidak mengambil ORI (obligasi negara ritel) seri 009 karena kupon yang diberikan kecil hanya 6,25% sehingga tidak mampu mengangkat return reksadana terproteksi," ujar dia.
Karena itu, mau tidak mau, manajer investasi harus menggunakan obligasi korporasi sebagai aset dasar reksadana proteksi yang baru. Maklum, produk reksadana terproteksi Danareksa banyak yang jatuh tempo tahun ini.
Hari bilang, ada enam produk reksadana terproteksi yang jatuh tempo senilai Rp 800 miliar tahun ini. Dia mengaku, harus menggantikan dengan produk baru untuk mempertahankan dana kelolaan agar tidak anjlok. Oleh karena itu, hingga kini DIM telah mengeluarkan delapan reksadana terproteksi baru.
"Dana kelolaan kami terlihat tidak tumbuh karena banyak yang jatuh tempo. Awal tahun ini dana kelolaan kami Rp 12 triliun, saat ini dana kelolaan kami juga Rp 12 triliun," kata Hari.
Hari memperkirakan, reksadana terproteksi bisa memberikan return sekitar 6% per tahun pada tahun ini. Danareksa berencana meluncurkan tiga produk reksadana terproteksi baru lagi hingga akhir tahun.
Hingga tahun ini, Danareksa menargetkan bisa menggaet dana kelolaan sekitar Rp 15 triliun. Dari total dana kelolaan tersebut, sekitar 30% berasal dari reksadana proteksi.
Return mini
Selain Danareksa, PT Batavia Prosperindo Asset Management juga mengalami hal yang sama. Batavia di tahun ini menerbitkan 12 reksadana terproteksi baru menggunakan obligasi korporasi sebagai aset dasar. Targetnya, Batavia bisa menerbitkan 14 - 15 produk baru. "Di tahun lalu kami menerbitkan 14 reksadana proteksi," kata dia.
Karma P Siregar, Associate Director Mutual Fund Sales & Marketing PT Batavia Prosperindo Asset Management, mengatakan, imbal hasil SUN tenor tiga tahun saat ini hanya memberi 5,4%. Itu masih belum dipotong dengan biaya manajemen dan biaya lain.
Imbal hasil reksadana terproteksi beraset obligasi korporasi juga menurun dibanding tahun 2011. "Jika di tahun lalu kami bisa memberi imbal hasil bersih 8% - 9%, tahun ini kami hanya memberi 6% - 7%," papar Karma.
Karma mengaku, kondisi tersebut semula membuat MI susah menjual reksadana terproteksi. "Investor awalnya mencari yang memberi imbal hasil lebih besar. Tapi, karena kondisi pasar seperti ini, mereka mau tidak mau tetap membeli," ucap dia.
Reksadana terproteksi terbaru dari Batavia juga akan menggunakan obligasi korporasi sebagai aset dasar. "Mungkin proteksi di dua - tiga tahun," imbuh Karma.
Dia mengaku akan membeli obligasi korporasi yang akan terbit. "Kami memilih obligasi korporasi yang mempunyai rating A," kata Karma.
Dana kelolaan Batavia sampai September Rp 12,5 triliun. Sedangkan target mereka bisa Rp 13,5 triliun.
Adapun, Bahana TCW InvestmentManagement mengaku masih pakai SUN sebagai aset dasar reksadana terproteksi. "Saat ini kami sudah menerbitkan 11 reksadana terproteksi baru dan sebagian kami investasikan di SUN," kata Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management. Ia menambahkan, return reksadana terproteksi rupiah 6%-7% dan dollar AS 4% per tahun.


Inilah Alasan Jumlah Unit Reksa Dana Turun
ist
Oleh: Agustina Melani
ekonomi - Selasa, 9 Oktober 2012 | 18:42 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Penurunan jumlah unit reksa dana menjadi 104,76 miliar pada September 2012 dari periode Agustus 2012 sebesar 106,70 miliar dinilai karena ada produk reksa dana terproteksi jatuh tempo pada September 2012.

Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto saat dihubungi, Selasa (9/10/2012). "Penurunan jumlah unit reksa dana karena ada jatuh tempo produk reksa dana terproteksi bulan lalu," tutur Abiprayadi.

Lebih lanjut Abiprayadi mengatakan, kenaikan dana kelolaan reksa dana menjadi Rp171,61 triliun pada September 2012 didorong dari kenaikan indeks saham dan regular subcribe bulanan.

Untuk dana kelolaan reksa dana mencapai Rp171,61 triliun atau naik Rp1,62 triliun hingga September 2012 dari periode Agustus 2012 mencapai Rp169,99 triliun. [hid]

Jumat, 12 Oktober 2012

% Gain BNP Paribas Ekuitas dalam 7 TAHUN (b)

PERBANDINGAN TREN % GAIN REKSA DANA SAHAM : 121012

kekUatan RD Pasar Uang neh ... 121012

 

BNI-AM segera meluncurkan reksadana pasar uang

kontan
JAKARTA. PT BNI Asset Management (BNI-AM) berencana meluncurkan produk reksadana pasar uang pada bulan Desember ini, dengan nama BNI-AM Dana Lancar.

Produk ini merupakan produk reksadana pasar uang yang baru luncur setelah produk reksadana pasar uang sebelumnya ditutup. "Produk ini terbit menyikapi strategi investasi yang kondusif untuk jangka waktu lebih pendek," jelas Idhamsyah Runizam, Direktur Utama PT BNI Asset Management kepada KONTAN, Jumat (12/10).

Walaupun pihak Badan Pengawas pasar Modal (BAPEPAM-LK) sudah mengeluarkan aturan baru mengenai reksadana pasar uang yang memperbolehkan Manajer Investasi menggunakan obligasi dibawah 1 tahun sebagai underlying, namun BNI-AM malah tidak menggunakan surat utang untuk produknya.

"Produk ini, dominan menggunakan deposito dan sisanya menggunakan instruemen pasar uang," katanya.

Menurut Idham, pihaknya akan memasukkan portfolionya deposito perbankan dengan tingkat suku bunga yang beragam.

Dengan komposisi portfolio seperti itu, Idham memprediksi, indikasi imbal hasil 6,5 per tahunnya. Menurutnya, profil investor yang tepat untuk produk ini adalah investor yang ingin menghindari volatilitas harga untuk sekedar menyimpan dalam jangka waktu yang pendek.

"Masih sama seperti produk reksadana open-end BNI-AM lainnya, investor bisa menyetor dana minimal Rp 100 ribu per bulannya," tambah Idham.

Reksadana Pasar Uang Pilihan Jangka Pendek

Tribunnews.com - Kamis, 21 Juni 2012 11:26 WIB
net
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di saat kondisi pasar modal sedang bergejolak, reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan investasi jangka pendek.
"Risiko reksadana pasar uang lebih kecil," cetus Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan dari Zap Finance.
Di lain sisi, reksadana pasar uang masih bisa memberikan imbal hasil lebih besar ketimbang deposito.
Reksadana pasar uang juga bisa menjadi penyeimbang bagi investor yang tetap memilih menempatkan sebagian dana investasi ke instrumen berbasis saham. Investor tersebut bisa mengurangi porsi investasi di reksadana saham dan memperbesar penempatan di reksadana pasar uang.
Zizi berpendapat lain. Dalam kondisi pasar modal yang buruk seperti sekarang, ia tidak menyarankan investor menempatkan dana di reksadana pasar uang.
Alasan dia, investor tetap terpapar risiko penurunan nilai aset dasar, sementara imbal hasilnya tidak terlalu besar.
Sama halnya deposito, reksadana pasar uang cocok untuk memenuhi tujuan investasi yang akan tercapai dalam waktu setahun sampai dua tahun.

Kamis, 11 Oktober 2012

Kep0 lo :)

Keamanan investor reksadana harus dijamin Reporter: Harwanto Bimo Pratomo Jumat, 5 Oktober 2012 13:49:43 Turunnya minat masyarakat untuk menanamkan uangnya di investasi reksadana tahun ini harus ditangani dengan edukasi investasi. Edukasi tersebut termasuk jaminan keamanan investasi reksadana. Reksadana adalah bentuk investasi berbasis saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Reksadana bisa ditanamkan melalui pembelian paket saham atau berdasarkan pendapatan tetap. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunjukkan bahwa jumlah unit penyertaan reksadana hingga akhir Agustus lalu turun 2,28 persen menjadi Rp 169,99 triliun dibandingkan bulan Juli. Pemerintah merasa perlu untuk meningkatkan keamanan investor dalam memperkuat kepercayaan investasi Indonesia. Hal ini juga sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kinerja reksadana di tahun depan. Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, mengatakan program edukasi investasi masyarakat terus diharapkan terus dilakukan. "Untuk menjaga supaya calon investor itu yakin juga upaya kita untuk meningkatkan proteksi atau keamanan dari investor, konsumer proteksi itu yang harus diperbaiki supaya ada rasa kepercayaan yang lebih baik," ujarnya saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (5/10). Masyarakat harus diyakinkan bahwa investasi reksadana Indonesia meski tahun depan berpotensi menurun namun tidak akan merugikan masyarakat ke depannya. "Saya rasa dari segi insentif dan potensi keuntungan sudah jelas. Jadi keamanan dan perlindungan itu yang harus ditingkatkan," tuturnya. [rin] ... menurut MERDEKA mengutip survei AC NIELSEN: 4 kota besar Indonesia yang PALING RAJIN MENABUNG adalah berurutan: Yogyakarta, Jakarta, Semarang dan Surabaya ... sementara perilaku menabung makin sehat, perilaku investor MAKIN MEMPRIHATINKAN: ROY SEMBEL: Malas Belajar, Jangan Investasi Intan Pratiwi October 10, 2012 07:10 bisnis indonesia JAKARTA: Meningkatnya ekonomi turut mendukung perkembangan investasi di produk derivatif atau kontrak berjangka. Di sisi lain, marak terjadi modus-modus penipuan atau kecurangan. Problematika ini coba diurai Roy Hendra Michael Sembel, Direktur Bursa Berjangka Jakarta, dalam wawancara dengan Bisnis belum lama ini. Berikut petikannya. Penipuan dalam investasi derivatif emas ataupun valas [forex] marak terjadi. Menurut Anda kenapa ini bisa terjadi? Para penipu memanfaatkan beberapa kelemahan fundamental masyarakat. Pertama, ada ketidaktahuan. Kedua, faktor emosi dan serakah. Ketiga, emosi lalu ikut karena takut dipandang tidak tahu. Keserakahan dan rasa takut itulah yang dimanfaatkan oleh penipu dengan iming-iming keuntungan besar. Apalagi bahayanya saat ini masyarakat Indonesia banyak yang naik kelas dari kelas bawah menjadi menengah maka ini jadi lahan besar penipu. Modus apa yang biasa ditemukan terjadi dalam penipuan berkedok investasi? Pertama, modusnya berkedok penawaran investasi. Mereka memberikan jaminan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Misalnya lebih besar dari bunga deposito biasa. Deposito sekarang kan 5% per tahun. Mereka yang menipu berani menawarkan 10% per bulan dijamin fixed itu sudah tidak masuk akal. Kita bicara 60% per tahun. Kalau bunganya sampai seperti itu kenapa harus ditawarkan ke kita. Kenapa tidak mereka lakukan sendiri pinjam uang dari bank dan diputar uangnya dalam waktu singkat mereka jadi konglomerat. Kedua, modus member get member atau cari teman yang lain untuk investasi tapi tidak ada barangnya. Kalau bisa masukin temannya kita diberi komisi 10%. [Bayangkan] Komisi 10% sangat besar, bagaimana recover-nya dan bisa berapa lama? Modus lain yang umum? Adapula modus ketiga, perusahaan yang menawarkan tidak jelas karena tidak ada izin dari lembaga resmi Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan Bappebti. Mereka biasanya pakai izin lain-lain tapi tidak ada izin resmi dari lembaga tersebut. Kalau tidak ada izin berarti tidak legal. Waspadai iming-iming nilai besar yang berkaitan dengan nilai keagamaan. Misalnya ini ditawarkan keuntungannya bias dipakai naik haji, atau investasi ini sesuai dengan ayat kitab suci dan yang menawarkan mengaku-ngaku sebagai pemuka agama atau tokoh masyarakat. Ada juga modus menggandeng orang terkenal atau selebritas yang belum tentu mengerti tentang investasi. Jadi harus dicek dulu di lembaga resmi. Jangan sampai teriming-iming dengan artis. Saat ini juga marak investasi berbasis online. Bagaimana Anda mencermatinya? Apalagi ini. Investasi online, yang tidak jelas kantornya. Kantornya jelas saja masih belum menjamin, karena kantor bisa saja sekedar sewa. PT tidak jelas baru didirikan kemudian orangnya kabur bawa uangnya. Selama ini apakah banyak laporan yang masuk ke BBJ? Kami di BBJ itu self regulatory organization. Jadi yang kami urus adalah anggota bursa kami saja karena kami bukan pemerintah atau BUMN. Tidak ada wewenang untuk mengatur yang bukan anggota. Kalau di dalam bursa ada banyak proteksi dalam sistem perdagangan ini. Apa saja proteksinya? Misalnya, perusahaan pialangnya bukan sembarangan dan harus melalui proses penelitian. Tempatnya dilihat dan juga ditelusuri apakah memiliki wakil pialang bersertifikasi atau tidak. Izin harus lengkap, server jelas harus terkoneksi ke bursa. Mereka harus punya rekening khusus untuk menampung dana nasabah. Dana nasabah hanya ditransfer ke rekening tersebut dan ada infonya di website bursa. Rekening khusus tidak boleh dipakai untuk operasional perusahaan karena itu adalah dana milik nasabah. Produk juga harus resmi dan standar di bawah pengawasan Bappebti. Perusahaannya juga secara reguler diaudit. Bagaimana jika ditemukan kecu rangan atau kasus broker resmi yang 'nakal'? Ya, memang dengan adanya perlindungan saja masih ada oknum yang nakal. Tapi paling tidak, kalau ada pengaduan bisa diaudit secara khusus. Kalau memang ditemukan hal yang salah dilihat salahnya apakah oleh oknum atau perusahaan. Kalau oknum salah dikejar. Kalau perusahaan salah diberi surat peringatan. Peringatan tidak diindahkan ya perusahaan ditutup. Bisa dijelaskan tips awal sebelum melakukan investasi? Pesan saya 6B belajar dan belajar. Pertama, belajar instrumen investasi agar jangan 'beli kucing dalam karung'. Kedua, belajar mekanisme investasi perdaganganya. Ketiga, belajar strategi investasinya. Keempat, belajar dengan simulasi terlebih dulu, minimal 1 bulan. Ini saya rasa juga belum cukup seharusnya antara 3 hingga 6 bulan. Kelima, belajar berinvestasi bertahap misalnya disebar dalam 12 bulan. Keenam, belajar mengendalikan emosi dan jangan mudah diiming-iming. Apa yang harus dilakukan masyarakat awam saat memulai berinvestasi? Pertama, pakai jalur resmi. Kedua, kalau diminta transfer ke rekening harus dikirim ke segregated account. Jadi kan bisa dipantau karena itu uang nasabah yang tidak boleh dipakai perusahaan. Ketiga, mulailah dengan transaksi di dalam bursa atau kontrak multilateral. Sangat dianjurkan transaksi sendiri jangan nitip ke orang lain seperti marketing. Usahakan harus bertemu dengan wakil pialangnya yang bisa menjelaskan risiko investasi. Kemudian apabila transaksi sudah selesai maka investor harus punya hak mengecek transaksi ke bursa. Kalau tidak tercatat ini kan bisa saja dimainkan. Kalau tercatat ini akan lebih mudah terpantau. Apa produk yang paling cocok untuk pemula berinvestasi? Tidak ada yang aman kalau kita tidak belajar. Kalau tidak tahu jangan berinvestasi dan jangan nitip-nitip. Kalau tidak mau belajar jangan investasi. Jangan langsung nyemplung tapi lakukan simulasi terlebih dulu. Dengan simulasi Anda bisa bandingkan antara kejadian di lapangan dengan teori. Jika simulasi sudah jalan, mulai lakukan transaksi sedikit-sedikit. Kalau kemampuan ini sudah cukup, baru ditambah pelanpelan. Kemudian harus ada risk management, kapan Anda mesti cut loss keluar dari market. (ra)

Minggu, 07 Oktober 2012

inves 1 Juta per bulan SDI, S90+, BNPPE, MIED sejak 2011 s/d Okt 2012

Sebaiknya Berinvestasi Reksadana Sejak Dini
Sabtu, 6 Oktober 2012 | 12:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin muda seseorang berinvestasi reksadana, maka semakin kecil dana yang akan diinvestasikan. Hal tersebut diutarakan oleh Parto Kawito, Analis PT Infovesta Utama pada workshop Bijak Berinvestasi Reksadana, Indonesia Financial Expo dan Forum (IFEF), Sabtu (6/10/2012).

Parto menjelaskan, mulai usia 20 tahun, dana ideal yang diinvestasikan sebesar 1 juta-an per bulan. Nah, saat usia sudah mulai menanjak menjadi 30 tahun, maka masyarakat idealnya menginvestasikan Rp 2 juta-an  per bulan.

Dia bilang, sebagai pilihan investasi, saat ini produk reksadana adalah pilihan yang bijak. Apalagi di tengah keterbatasan waktu pencarian info dan analisa aset portofolio.

Menurutnya, terdapat beberapa keunggulan dalam berinvestasi reksaadana. Di antaranya, investor bisa melakukan diversifikasi otomatis dan bisa  mengakses ke aset saham maupun obligasi dengan dana yang lebih murah.

"Reksadana juga lebih likuid (dapat juga segera dijual) dan dikelola oleh profesional (wakil manajer investasi yang tersertifikasi) sehingga lebih terjamin," kata Parto.

Dia mengungkapkan, selama 10 tahun belakangan, dana kelolaan reksadana rata-rata sudah naik 18 persen. "Saat ini, dana kelolaan reksadana sudah mencapai Rp 27,8 miliar," tambah Parto. Dia mengingatkan investor, agar selalu melihat tujuan investasi dalam melakukan pilihan jenis reksadana, agar mencapai target yang diharapkan.

Misalnya saja, mengenali reksadana saham dan campuran untuk investasi jangka panjang. Lalu reksadana pendapatan tetap untuk investasi jangka menengah dan reksadana pasar uang untuk investasi jangka pendek. (Dyah Ayu Kusumaningtyas KONTAN)



Selasa, 02 Oktober 2012

imbal hasil REKSA DANA saham NEH ... 021012

Return reksadana saham moncer

kontan
JAKARTA. Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama September menyuburkan imbal hasil reksadana saham. Saham sektor infrastruktur dan properti menjadi andalan manajer investasi untuk mencetak imbal hasil tinggi.
Mengutip data Infovesta Utama rata-rata imbal hasil reksadana saham bulan lalu 5,05%. Angka itu lebih besar daripada kenaikan IHSG selama September 4,98%. Sedang return reksadana saham year to date 7,73%.
Sentimen positif dari pasar eksternal berdampak positif ke IHSG. Pemasok optimisme di antaranya stimulus dari European Central Bank berupa outright monetary transaction serta quantitative easing tahap III dari Federal Reserve. Itu melancarkan arus masuk dana jangka pendek dari luar negeri, ke bursa saham Indonesia.
Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia yang tumbuh serta laju inflasi yang terkendali, ikut mendongkrak IHSG.
Tak ayal beberapa reksadana mampu menghasilkan imbal hasil melebihi peningkatan IHSG dan rata-rata reksadana. Penghasil return tertinggi selama September adalah Emco Mantap dengan 10,28% selama September.
Yohanis, Direktur Emco Asset Manajemen memilih saham saham dari sektor infrastruktur, properti dan konsumer. Untuk saham konsumer dan properti, Emco memilih saham tertentu. Yohanis juga memilih saham tambang selain batubara.
Reksadana saham PT MNC Asset Management bernama MNC Dana Ekuitas menduduki peringkat kedua dengan return 8,53%. Suwito Haryatno, Direktur Investasi MNC Asset Management mengatakan, saham sektor infrastruktur, konsumer, dan perbankan merupakan isi portofolio reksadana ini. Saham-saham ini juga yang menggenjot pertumbuhan return September.
MNC juga membeli saham semen dan properti. Sedangkan, saham komoditas tak dipilih. "Kami fokus ke saham infrastruktur, terutama lahan industri. Sektor itu membuat pertumbuhan relatif tinggi. Namun di sektor batubara, porsinya menjadi makin kecil," ujar Suwito.
Menghindari saham komoditas
Meski sudah menghasilkan return yang tinggi, Suwito yakin, IHSG masih bisa meningkat 4%-5% di sisa tahun ini. Ke depan, MNC akan memilih saham yang sama dan menghindari saham komoditas. Saat ini total dana kelolaan reksadana MNC Rp 3 triliun dari target sampai akhir tahun Rp 3,5 triliun. Sedangkan dana kelolaan reksadana saham mereka Rp 700 miliar.
PT Sucorinvest Asset Management dengan reksadananya bernama Sucorinvest Equity Fund, mengandalkan saham properti dan konstruksi. Akibatnya, reksadana mengantongi return 8%, September.
Christian Hermawan, Direktur Sucorinvest Asset Management mengatakan, tak banyak mengubah portofolio. Return produk bisa melesat setelah Agustus membukukan rugi 7,73%. "Bulan lalu kami banyak memilih saham konstruksi seperti Wijaya Karya (WIKA)," ujar dia.wika dalam 11 bulan beri gw 160% (boleh minta ijin masuk blog ini, jika lom punya ijin)
Menurut Christian, saham sektor properti dan infrastruktur membukukan pertumbuhan yang cukup tinggi. Sucorinvest juga menghindar dari saham komoditas.
Cara pengelolaan seperti ini membuat dana kelolaan reksadana di Sucorinvest terus meningkat, dan jarang terkena redemption. "Kinerja yang baik akan menjadi indikasi investor untuk menambah dana," imbuh Christian.