gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Selasa, 24 April 2012

time2buy as always, when bloods in the street

Saatnya Beli Reksa Dana Saham Oleh: Bastaman pasarmodal - Selasa, 24 April 2012 | 17:24 WIB INILAH.COM, Jakarta Koreksi pada sejumlah saham membuat para manajer investasi (MI) ketar-ketir. Maklum, harga saham yang ajrut-ajrutan, banyak investor yang mencari dananya (redemption) dari reksa dana berbasis saham. Sejak awal tahun hingga pertengahan April lalu, dana yang ditarik mencapai Rp 3,9 triliun atau 6,8% dari dana kelolaan reksa dana saham. Aksi penarikan dana itu tentu cukup mengejutkan. Soalnya, selama periode yang sama, reksa dana saham masih mampu memberikan imbal hasil (return) sebesar 8,5%, lebih tinggi ketimbang kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencapai 7,84%. Imbasnya, tak hanya dana kelolaan MI yang melorot, penyertaan reksa dana saham pun turun dari Rp24,17 miliar unit di awal menjadi sekitar Rp22,92 miliar unit. Menurut Rudiyanto, pengamat pasar modal, menyusutnya dana kelolaan reksa dana saham dipicu oleh aksi ambil untung. “Sepanjang 2012 pasar saham cukup bagus, dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan,” kata Rudiyanto. Selain itu, krisis Eropa yang kembali muncul membuat para investor semakin hati-hati. Situasi seperti ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh para investor jangka panjang. Sebab, pemodal bisa masuk ketika harga per unit relatif rendah. Sementara peluang IHSG untuk menguat masih cukup besar. Itu sebanya, para MI masih tetap optimistis, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana saham akan kembali mengeliat. Alasannya, ya itu tadi, harga saham yang kini mengalami koreksi diyakini akan kembali perkasa (rebound). Bagi investor jangka panjang, munurut seorang analis, sekarang saat yang tepat untuk masuk ke reksa dana saham. Tapi ada baiknya pola investasinya dilakukan secara bertahap. Soalnya, bursa di kawasan Asia masih mengalami koresi. “Dampaknya akan terasa ke pasar modal kita,” katanya. [tjs]

yang dilikuidasikan

INILAH.COM,Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) membubarkan 36 produk reksa dana karena dinilai tidak berkembang. "Pada umumnya banyak reksa dana itu tak berhasil mencapai batasan dana kelolaan minimum Rp25 miliar dari jangka waktu yang ditentukan," ujar Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Abiprayadi Riyanto, Selasa (24/4/2012). Menurut Abiprayadi, produk reksa dana tersebut tidak berkembang karena distribusi dan momentum dikeluarkannya produk tersebut tidak tepat. "Sebagian besar reksa dana itu tidak tumbuh mungkin bukan hanya karena produknya tetapi pada distribusinya atau momentumnya tidak tepat, misalnya reksa dana terproteksi dengan yield 7%, mungkin saat ini kurang pas makanya jika dilihat momentumnya," kata Abiprayadi. Sebelumnya Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Fakhri Hilmi menuturkan, 36 reksa dana dibubarkan sepanjang 2012 karena beberapa alasan. Dari 36 reksa dana tersebut satu reksa dana pendapatan tetap dengan alasan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang berada di bawah Rp25 miliar, dua reksa dana saham dengan NAB di bawah Rp25 miliar serta 33 reksa dana telah jatuh tempo http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1854169/36-reksa-dana-ditutup-karena-salah-momentum Sumber : INILAH.COM

Jumat, 20 April 2012

NAB RD @17 April 2012

JAKARTA - Bapepam LK mencatat total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana per-17 April 2012 mencapai Rp173,122 triliun. Meningkat Rp1,49 triliun dari perolehan per 29 Maret 2012 sebesar Rp171,631 triliun. Demikian disampaikan Kabiro Pengelolaan Investasi Bapepam LK Fakhri Hilmi berdasarkan data yang dipublikasikan Bapepam LK, Jumat (20/4/2012). Dia menjelaskan, perolehan tersebut paling besar disumbangkan oleh reksa dana jenis saham, yang tercatat mencapai Rp58,28 triliun, dan disusul reksa dana terproteksi mencapai Rp40,35 triliun. Sementara itu penyumbang total NAB reksa dana per 17 April 2012 lainnya berasal dari reksa dana pendapatan tetap Rp33,6 triliun, reksa dana campuran Rp22,47 triliun. Lalu reksa dana pasar uang Rp12,8 triliun, reksa dana syariah Rp4,13 triliun, reksa dana ETFs Rp1,16 triliun dan reksa dana indeks Rp276 miliar. http://economy.okezone.com/read/2012/04/20/278/615342/nilai-aktiva-reksa-dana-capai-rp173-122-triliun Sumber : OKEZONE.COM

RD PT yang galaU ... 200412

Jangka pendek, return fixed income bisa positif Oleh Dyah Ayu Kusumaningtyas - Sabtu, 07 April 2012 | 12:30 WIB kontan JAKARTA. Penurunan harga obligasi beberapa minggu belakangan, turut mengoreksi imbal hasil reksadana jenis pendapatan tetap (fixed income) yang berunderlying obligasi. Pengamat reksadana, Rudiyanto menyebut, penurunan imbal hasil paling banyak terjadi pada awal-awal Maret. "Kekhawatiran akan melonjaknya inflasi di tengah isu kenaikan harga BBM, telah direfleksikan investor sebelumnya," kata Rudiyanto, Kamis (5/4). Data Infovesta Utama menunjukkan, dari 98 produk reksadana pendapatan tetap yang diriset Infovesta, sebanyak 76 produk masih merugi sepanjang Maret 2012. Kerugian terbesar terjadi pada reksadana Lautandhana Fixed Income milik PT Lautandhana Asset Management yang imbal hasilnya minus 3,7%. Sedangkan, kinerja positif tertingi diraih produk NISP Dana Tetap Likuid, yang untung sebesar 1,17% per Maret lalu. Rudiyanto memprediksi, dalam jangka pendek, setidaknya pada April-Juni, kemungkinan imbal hasil produk jenis pendapatan tetap akan positif kembali tergiring harga obligasi yang mulai rebound, dan penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Sejak Februari, harga obligasi sudah turun cukup dalam, sekarang waktunya untuk rebound," ujarnya. Namun, Rudiyanto mengingatkan, harga minyak dunia bisa naik kapan saja dan itu akan menjadi alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi yang akan mengancam laju inflasi 2012. Sehingga, yield bisa naik dan harga obligasi kembali terkoreksi. Vice President Bussiness Alliance PT Batavia Prosperindo, Karma P. Siregar menilai, instrumen yang sangat sensitif terhadap besaran inflasi memang obligasi. Sehingga, walaupun Indonesia sudah mendapat predikat investment grade, sepertinya tidak menutupi peluang penurunan harga dan kenaikan resiko (yield) akibat kekhawatiran pasar. Condong ke obligasi tenor menengah Karma dan Rudiyanto mengakui, reksadana pendapatan tetap saat ini dihadapkan dengan banyak kendala. Selain adanya ancaman kenaikan inflasi selama setahun ke depan, isu mengenai pajak obligasi juga masih mencemaskan para Manajer Investasi (MI) maupun investor. Namun, menurut Rudiyanto, investor sebaiknya tetap fokus pada tujuan investasi masing-masing. Karena walaupun beberapa kendala menerpa pertumbuhan kinerja produk jenis ini, tapi dibanding produk reksadana jenis lainnya, risiko pada pendapatan lebih kecil. "Selain itu imbal hasilnya masih lebih tinggi dibanding deposito," urai Rudiyanto. Karma juga bilang, selama ini pihak Batavia banyak menerbitkan reksadana terproteksi yang notabene menggunakan underlying obligasi. "Selama kupon yang terbentuk masih menarik, sepertinya tidak akan ada masalah untuk investor," imbuhnya. Pembentukan kupon terjadi melihat kinerja keuangan emiten dan historikal risiko obligasi korporasi yang sebelumnya sudah diterbitkan emiten bersangkutan. Lanjutnya, untuk strategi portfolio paling baik ke depan adalah menggunakan obligasi bertenor pendek ataupun menengah (5 tahun - 10 tahun) seagai underlying produk reksadana pendapatan tetap besutan Batavia. Hal itu untuk menghindari resiko banyaknya penurunan harga di obligasi tenor panjang. Namun, Karman enggan menyebutkan perkiraan return yang dapat ditoreh reksadana pendapatan tetapnya dalam setahun ini. Menurutnya, volatilitas pasar masih tinggi, sehingga belum bisa memprediksi kemungkinan apa yang terjadi ke depan. "Tapi masih akan lebih tinggi ketimbang deposito yang sekitar 6%," tukasnya. Sebagai catatan, per Maret 2012, reksadana pendapatan tetap keluaran Batavia, yaitu Batavia Dana obligasi ultima, masih mencatatkan return 0,44%.

Sabtu, 07 April 2012

inves 1 Jt per bulan @bnp paribas ekuitas APRIL 2012

... bila disimak baik-baik, maka JUMLAH UNIT YANG TERBELI pada OKTOBER 2011 adalah TERBANYAK ... bila disimak baik-baik, maka potential gain tertinggi adalah sejak Oktober 2011 s/d April 2012 ... bila disimak baik-baik dalam REALITA SEHARI-HARI, maka kondisi psikologis investor saham TERBURUK adalah pada OKTOBER 2011 ... jadi opportunity cost terbaik JUSTRU PADA SAAT KONDISI KECEMASAN INVESTOR PALING TINGGI, yaitu OKTOBER 2011 ... well, gw mah uda disiplin menggunakan FAKTA berharga ini :) BANDINGKAN tren percentage gain (% potential gain) beberapa reksa dana saham berikut:
nab= nilai aktiva bersih; pdm= panin dana maksima; mds = manulife dana saham; sdi = schroder dana istimewa; mied = mandiri investas ekuitas dinamis; bnppe = bnp paribas ekuitas

inves 1 Jt per bulan @mandiri investa ekuitas dinamik APRIL 2012

inves 1 Jt per bulan @schroder dana istimewa APRIL 2012

Inves 1 Jt per bulan @Schroder 90+ eq funds APRIL 2012

Kamis, 05 April 2012

saat PUNCAK, saat REDEMPTION ... 080412

Sabtu, 07/04/2012 11:30 WIB NAB Reksa Dana Turun Rp 945 Miliar di Maret 2012 Whery Enggo Prayogi - detikFinance Jakarta - Nilai aktiva bersih (NAB) produk investasi reksa dana mengalami penurunan pada periode Maret 2012, menjadi Rp 166,751 triliun, dari periode yang sama di Februari Rp 167,69 triliun. Berdasarkan data statistik Reksa Dana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), seperti dikutip detikFinance, Sabtu (7/4/2012), terdapat penurunan NAB sekitar Rp 945 miliar. Pada triwulan I-2012 reksa dana mencatat nilai investasi Rp 166,751 triliun. Jumlah unit reksa dana di Maret mencapai 100,968 miliar, juga mengalami penurunan dari periode Februari 101,285 miliar. Sepanjang 2011 NAB cukup meningkat pada kisaran 17,59% dari periode yang sama di 2010 Rp 170,928 triliun. Tahun lalu terdapat 765 reksa dana tercatat. Nilai reksa dana saham mencatat NAB terbesar mencapai Rp 60,4 triliun. Ketua umum Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto pun meyakini investasi reksa dana 2012 akan kembali tumbuh dikisaran 20%. Pertumbuhan ini terjadi jika kondisi krisis Eropa membaik, sehingga pundi-pundi dana investasi jenis ini bertambah tebal. "Indonesia bagus, namun harus lihat juga Eropa. Karena Eropa punya peran akan naik turunnya indeks. Kalau (krisis) Eropa berjalan soft maka hasilnya baik. Untuk dana kelolaan, kalau Eropa seperti yang diharapkan maka akan tumbuh 15%-20%," jelas Abiprayadi. (wep/dnl) Periode Maret 2012 Dana Kelolaan Reksa Dana Rp166,75T Oleh: Agustina Melani Ekonomi - Minggu, 8 April 2012 | 14:30 WIB INILAH.COM, Jakarya - Dana kelolaan reksa dana mencapai Rp166,75 triliun per Maret 2012 turun 0,56% dibandingkan Februari 2012 mencapai Rp167,69 triliun. Penurunan dana kelolaan reksa dana juga diikuti penurunan jumlah unit reksa dana menjadi 100.968.999.310 unit pada Maret 2012 dari Februari 2012 sebesar 101.285.051.087 unit. "Penurunan jumlah unit reksa dana tersebut perkiraan saya karena ada reksa dana terproteksi, obligasinya jatuh tempo," ujar Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Abiprayadi Riyanto lewat pesan singkat yang diterima INILAH.COM, Minggu (8/4/2012). Adapun komposisi dana kelolaan reksa dana tersebut terdiri dari dana kelolaan reksa dana terproteksi senilai Rp25,11 triliun, reksa dana syariah terproteksi senilai Rp87,19 miliar, reksa dana syariah saham senilai Rp486,11 miliar, reksa dana syariah campuran senilai Rp471,42 miliar, reksa dana syariah pendapatan tetap senilai Rp279,16 miliar. Selain itu, total dana dana kelolaan reksa dana saham senilai Rp31,20 triliun, reksa dana pasar uang senilai Rp9,57 triliun,reksa dana campuran senilai Rp12,80 triliun, reksa dana indeks senilai Rp125,15 miliar dan reksa dana pendapatan tetap senilai Rp17,66 triliun. JAKARTA - Total dana kelolaan reksa dana hingga kuartal I tahun ini mencapai Rp166,75 triliun. Nilai tersebut menurun sekitar Rp950 miliar dibanding Februari 2012 sebesar Rp167,7 triliun. Kepala Biro Pengelolaan Investasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fakhri Hilmi mengatakan, menurunnya total dana kelolaan reksa dana pada akhir Maret 2012 seiring menurunnya jumlah unit penyertaan pada periode yang sama. “Berdasarkan data e-monitoring Bapepam-LK memang terjadi penurunan dana kelolaan reksa dana sekitar Rp900 miliar dan jumlah unit juga berkurang sebesar kurang lebih 300 juta unit,” kata dia di Jakarta. Berdasarkan data Bapepam-LK, jumlah unit penyertaan reksa dana pada akhir bulan lalu mencapai 100,97 miliar. Angka tersebut turun 320 juta unit atau 0,32 persen dibanding bulan kedua tahun ini sebanyak 101,29 miliar unit. Fakhri menjelaskan, menurunnya total dana kelolaan maupun unit penyertaan reksa dana pada kuartal I-2012 disebabkan sejumlah faktor, diantaranya penjualan kembali (redemption) reksa dana maupun reksa dana yang sudah jatuh tempo. “Selama bulan Maret 2012, ada 17 reksa dana yang bubar,” ujar Fakhri. Jika dibanding Januari tahun ini, dana kelolaan reksa dana mengalami kenaikan Rp3,2 triliun atau 1,96 persen dari Rp163,55 triliun. Jumlah unit penyertaan jika dibanding bulan pertama tahun ini juga mengalami pertambahan sebanyak 2,56 miliar atau 2,6 persen dari 98,41 miliar unit reksa dana. Adapun, total dana kelolaan reksa dana pada akhir bulan lalu, mayoritas dikontribusi dari reksa dana saham mencapai 35,04 persen atau setara Rp59,18 triliun. Sedangkan, reksa dana terproteksi memberi kontribusi sebesar 23,28 persen terhadap total dana kelolaa reksa dana atau mencapai Rp39,32 triliun. Di samping itu, kontribusi dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap senilai 18,49 persen atau sebesar Rp31,22 triliun, reksa dana campuran menyumbang sekitar 13,06 persen terhadap total dana kelolaan atau setara Rp22,06 triliun dan reksa dana pasar uang mengontribusi 7,21 persen dana kelolaan atau senilai Rp12,17 triliun. Sementara, dana kelolaan reksa dana campuran syariah mengontribusi 1,07 persen atau setara Rp1,81 triliun, reksa dana saham syariah sekitar 0,61 persen atau setara Rp1,03 triliun, reksa dana pendapatan tetap syariah hanya 0,43 persen atau setara Rp733,62 miliar, dana kelolaan reksa dana terproteksi syariah Rp432,7 miliar, dan dana kelolaan reksa dana indeks Rp289,92 miliar. Sementara itu, berdasarkan nilai dana kelolaan reksa dana dibanding bulan lalu, reksa dana saham mengalami penurunan dana kelolaan sekitar Rp440 miliar dari bulan sebelumnya sebesar Rp59,62 triliun. Hal serupa juga terjadi pada reksa dana terproteksi yang berkurang Rp670 miliar dari Februari sebesar Rp39,99 triliun, reksa dana pendapatan tetap juga menurun sekitar Rp70 miliar dari bulan sebelumnya Rp31,29 triliun. Dana kelolaan reksa dana campuran pada akhir Maret juga mengalami penurunan sekitar Rp120 miliar dibanding akhir Februari senilai Rp22,18 triliun, sedangkan reksa dana pasar uang bertambah sekitar Rp890 miliar. http://economy.okezone.com/read/2012/04/05/278/605998/maret-dana-kelolaan-reksa-dana-turun Sumber : OKEZONE.COM Selamat! Bagi Anda yang Sudah Profit Taking Oleh: Ahmad Munjin Pasar Modal - Rabu, 4 April 2012 | 16:12 WIB INILAH.COM, Jakarta – Tiadanya sinyal Quantitative Easing (QE) ketiga dari The Fed benar-benar telah membuat IHSG longsor. Selamat buat Anda yang sudah merealisasikan keuntungan. Pada perdagangan Rabu (4/4/2012), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) berakhir melemah 81,4 poin atau 1,9% ke 4.134,04. Volume perdagangan 3,8 miliar saham senilai Rp3,9 triliun. Pada penutupan hari ini tercatat 192 saham melemah, 86 saham menguat dan 92 saham stagnan. IHSG mengalami net foreign sell hingga Rp466,8 miliar dengan penjualan asing mencapai Rp2,1 triliun dan pembelian asing Rp1,6 triliun. Level tertinggi hari ini di 4.215,08 dan terendah di level 4.122,22. Indeks terus tertekan setelah kemarin mencetak rekor baru 4.215,44. Jakarta Islamic Index (JII) turun 2,7% ke 576,96, indeks ISSI turun 2% ke 138,05, indeks saham unggulan LQ45 turun 2,6% ke 712,38. Pelemahan terdalam dialami sektor aneka industri hingga 3% ke 1.330,49 disusul sektor konsumsi hingga 2,8% ke 1.343,17. Bursa Eropa bergerak lebih rendah seperti indeks FTSE dibuka melemah 0,2% ke 5.828,09, indeks CAC lebih tinggi 0,4% ke 3.391,69 dan indeks DAX turun 0,6% ke 6.943,68. Saham sektor perbankan dan pertambangan masih menekan indeks. Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, support pertama IHSG di level 4.190, ternyata gagal bertahan. “Selamat bagi anda yang sudah sempat profit taking. Tapi karena saya seharian tidak melihat monitor sama sekali, jadi saya tidak sempat melakukan posisi jual,” katanya di Jakarta, Rabu (4/4/2012). Satrio menuturkan, dirinya baru melihat layar monitor, pukul 14.00 lebih. Artinya, harga sudah lebih dekat dengan retracement 50%-nya dibandingkan dengan suport pertamanya. “Jual ketika harga berada di dekat suport, sering kali berakibat fatal, jadi saya memutuskan untuk konsolidasi portfolio,” timpalnya. Dia melepaskan posisi di saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI) yang masih ada untung tipis, untuk ditukar dengan PT Astra Internasional (ASII)dan PT Gudang Garam (GGRM), yang sudah dekat di suport levelnya. ‘Kesempatan’ atau ‘nasib’ memang terkadang juga menentukan hasil akhir dari trading. “Saya sih selalu berusaha untuk bisa menerima. Berpikir positif saja. Nasib saya jauh lebih baik, dibandingkan asing yang dua tiga hari terakhir net buy dengan nilai yang sangat besar,” tuturnya. “Hehehe, namanya juga orang Indonesia, dalam kondisi apapun harus bisa ‘untung’.” Satrio melihat, investor asing masih wait and see. Menurutnya, berita tidak adanya Quantitative Easing (QE) ketiga ternyata membuat mereka mengkalkulasi keadaan. “Dow Jones Industrial Index (DJI) nanti malam hanya kelihatan jelek kalau ditutup dibawah 13.000,” ucap Satrio. Tapi, kata dia, jika ternyata DJI nanti malam hanya turun dibawah 50 point, IHSG justru berpeluang rebound besok. “Jadi, kalau Anda sudah sempat jualan, nasib Anda tentu lebih baik dari pada saya. Sekarang harga sudah mendekati ret 50%. Anda mau beli? Saya sih, average up,” imbuhnya.

Minggu, 01 April 2012

5 tingkat INVESTOR versi Frensidy (WAJIB BACa)

Lima kelompok investor Minggu, 1 April 2012 10:56 wib ... POSTING ini ternyata paling minim tanggap baca oleh pembaca blog gw ... asal tau aja, gw juga uda melalui tahapan investor seperti yang diuraikan oleh Kiyosaki dan diperjelas oleh Frensidy ... KENALI DIRI SENDIRI itu UTAMA, supaya JELAS TUJUAN dan HASIL INVESTASI

KENALI DIRI SENDIRI itu UTAMA, supaya JELAS TUJUAN dan HASIL INVESTASI

Sindonews.com - Robert Kiyosaki dalam bukunya, Cashflow Quadrant (1998), mengelompokkan investor dalam sembilan tingkatan (level). Saya menyederhanakannya menjadi tidak lebih dari lima. Ditambah kelompok yang tidak berinvestasi, totalnya ada enam kelompok berbeda. Berikut karakteristik masing-masing tingkat versi saya.
Tingkat 0: Tidak Berinvestasi
Inilah kelompok orang yang hampir tidak pernah melakukan investasi. Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang berpenghasilan pas-pasan (marginal) dan mereka yang kas defisit. Kelompok marginal adalah mereka yang penghasilannya hanya cukup untuk biaya hidup. Sementara yang termasuk kas defisit adalah mereka yang lebih besar pasak daripada tiang. Masyarakat miskin yang jumlahnya masih puluhan juta orang di negeri ini juga masuk kelompok ini.
Tingkat 1: Penabung
Investor tingkat 1 diisi para penabung dan deposan bank. Mereka mengutamakan kepastian dan keutuhan uangnya. Investor tingkat ini sangat menghindari risiko, sekecil apa pun, sehingga tidak menyukai produk-produk pasar modal, termasuk ORI (Obligasi Ritel Indonesia) dan sukuk ritel sekalipun. Para penabung melupakan satu hal bahwa bunga bersih tabungan dan deposito di bawah inflasi sehingga return riil menjadi negatif. Mereka tidak paham bahwa dalam 10 tahun terakhir rupiah telah kehilangan sekitar tiga perempat nilainya akibat inflasi.
Mereka tidak menyadari bahwa inflasi dengan pelan, namun pasti terus menggerogoti nilai riil uangnya. Menabung adalah kebiasaan baik. Dan, menyimpan dana darurat sebesar 3-6 kali pengeluaran bulanan di bank untuk tujuan berjaga-jaga (precaution) adalah tindakan bijak. Tetapi menyimpan dana lebih dari pengeluaran rutin 6 bulan dalam tabungan adalah kurang cerdas. Menaruh sebagian besar atau seluruh dana dalam deposito juga jauh dari cerdas finansial.
Tingkat 2: Investor Awam
Investor kelompok ini tidak tabu dengan saham dan obligasi. Mereka memahami bunga obligasi, ORI, dan sukuk ritel lebih menarik daripada bunga deposito. Mereka juga mengetahui bahwa investasi saham dapat memberikan return tahunan 20 persen atau lebih. Investor awam umumnya berpengalaman minim dengan waktu dan akses mendapatkan informasinya relatif terbatas. Karena itu, mereka biasanya ketinggalan dalam membeli dan menjual saham.
Bukannya menerapkan strategi buy low and sell high, mereka lebih sering mengalami kebalikannya yaitu buy high and sell low. Karena kurang informasi, saat sebuah saham layak beli, investor awam masih merasa takut.
Mereka ikut juga membeli saham ketika sifat serakah mampu mengalahkan rasa takutnya karena berita tentang saham ini sudah dimuat di media massa. Keputusannya ini tidak jarang sudah terlambat karena momentum pasar malah melemah sesaat setelah mereka membeli.
Secara rata-rata, return investor awam akan berada di bawah pasar. Saat indeks naik 20 persen, return mereka mungkin hanya sekitar 10–15 persen. Untuk investor tingkat ini, saran saya, alokasikan sebagian besar dana Anda dalam reksa dana saham atau saham-saham likuid dalam LQ-45. Akan lebih baik lagi jika saham-saham itu berkapitalisasi besar.
Tingkat 3: Investor Jangka Panjang
Investor tingkat 3 berkemampuan di atas investor awam. Mereka lebih berpengalaman dan mengetahui bahwa strategi buy and hold dalam berinvestasi saham lebih menguntungkan daripada strategi trading. Dengan keterbatasan waktu dan informasi yang dimiliki dan sulitnya market timing, mereka melakukan strategi pasif yaitu menekankan stock selection (pemilihan saham) berdasarkan analisis fundamental.
Investor jangka panjang percaya bahwa dalam jangka panjang nilai portofolio sahamnya akan bergerak mengikuti indeks pasar.Jika IHSG naik 182 persen dalam tiga tahun terakhir (akhir 2008 – akhir 2011), portofolio mereka kurang lebih juga akan meningkat sebesar itu untuk periode yang sama.
Robert Kiyosaki dan investor kawakan asal AS Warren Buffet mengatakan bahwa sebagian besar jutawan Amerika yang sukses dari berinvestasi saham berasal dari tingkatan ini.
Tingkat 4: Investor Piawai
Inilah kelompok jawara investor saham. Mereka mempunyai catatan kemenangan yang konsisten dalam mengalahkan pasar selama beberapa tahun. Mereka mungkin pernah mengalami kerugian cukup besar, namun mereka mengambil hikmah dan pelajaran dari kesalahan pemilihan saham masa lalu itu. Saat indeks hanya meningkat 20 persen, portofolio investor piawai mungkin saja sudah naik 25 persen atau 5 persen di atas pasar.
Saat indeks stabil, mereka masih tetap mampu menghasilkan return positif. Investor piawai adalah investor yang fokus dan mampu memanfaatkan dan menggabungkan semua informasi. Baik informasi tentang ekonomi global, ekonomi makro, dan industri, maupun informasi dari laporan keuangan perusahaan.
Mereka dapat membedakan antara saham bagus dan perusahaan bagus. Jika investor awam seringnya sell the winners too soon and hold the losers too long, mereka sebaliknya yaitu sell the losers in time and hold the winners long enough. Pada praktiknya hanya segelintir investor bisa masuk dalam tingkat ini. Jika Anda kebetulan mengenalnya, jangan ragu untuk bertanya dan berguru kepadanya soal saham.
Tingkat 5: Investor Kapitalis
Dibandingkan investor tingkat lainnya, jumlah investor tingkat 5 adalah yang paling sedikit, mungkin hanya 1-2 orang dari sejuta penduduk. Investor kapitalis sebenarnya para pengusaha dan pebisnis ulung yang namanya kita kenal.
Mereka mampu mengembang biakkan uangnya menjadi berkali-kali lipat dalam waktu singkat dengan memanfaatkan bakat, waktu, dan uang orang lain. Mereka adalah penggerak perekonomian nasional hingga mampu bertumbuh 6 persen lebih.
Jika investor piawai melakukan investasi untuk portofolionya sendiri dengan menggunakan dana sendiri, investor kapitalis menggunakan dana orang lain untuk membuka peluang investasi dan menciptakan pekerjaan untuk investor/ orang lain.
Anda ingin tahu siapa saja mereka? Di Amerika ada Henry Ford, Bill Gates, Michael Dell, Donald Trump, dan ribuan lainnya. Di Indonesia kita punya Sandiaga Uno, Chairul Tanjung, Anthony Salim, Ciputra, dan lainnya. (ank)
BUDI FRENSIDY Penasihat Investasi dan Penulis Buku Matematika Keuangan