gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Selasa, 24 Februari 2015

gw UDA TERBUKTI SUKSES @investasi jangka panjang ... thanks God n Nobel (2)

per PASCA HARI RAYA IMLEK 2566 ("2015"), NAB reksa dana saham yg gw inves MASEH MELESAT bahkan MELAMPAUI TREN PENURUNAN RUPIAH atas dolar (23 Februari 2015):

per AKHIR 2014, potential gain% NAB BNP Schroder Dana Istimewa melampaui POTENTIAL GAIN% benchmarks (ihsg n konsumsi listrik):


per tgl 25 Juli 2014, maka potential gain % NAB BNP Paribas EKUITAS melebihi tren imbal hasil / perubahan tingkat inflasi, deposito, dan ihsg:


per tgl 25 Agustus 2014, potenial gain % NAB Schroder dana prestasi mencetak + 308% jika diukur pada saat krisis, bandingkan dengan + 130% saat diukur sebelum krisis terdalam:


per tgl 25 Juli 2014: potential gain% Schroder dana prestasi plus mencetak rekor tertinggi lah bwat gw:


per tgl 28 Maret 2014:
schroder dana prestasi yang gw inves jangka panjang memberikan tren potential gain% sbb:


perbandingan TREN NAB n tingkat IHSG sejak 2006-2008-2011-2014  : 
kesimpulan sederhana: CETAK POTENTIAL GAIN% JUSTRU PADA SAAT KRISIS ... :)




per tgl 11 Maret 201empat:

Ubah haluan investasi pasca krisis 1998 Oleh Veri Nurhansyah Tragistina - Jumat, 31 Januari 2014 | 07:35 WIB kontan
JAKARTA. Selalu ada pelajaran berharga dari setiap krisis yang terjadi. Kalimat bijak itu nampaknya cocok untuk menggambarkan perjalanan investasi Direktur Sucorinvest Asset Management, Donny Nuriawan. Pria yang telah terjun di dunia pasar modal sejak tahun 1997 ini termasuk salah satu korban krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. "Ketika itu, portofolio saham saya anjlok sekitar 80%," kenang Donny. Kerugian yang sangat besar tersebut tentunya menyesakkan hati Donny. Terlebih, saat itu Donny termasuk pemain baru baik sebagai profesional maupun sebagai investor di pasar modal. Namun, pria lulusan University of New Orleans ini tak lantas terpuruk dengan kerugian besar yang dideritanya. Donny memilih mengambil hikmah dan menjadikan momen tersebut untuk memikirkan ulang strategi investasinya. Sebelum krisis tahun 1998, Donny termasuk investor saham yang berkarakter sangat agresif. Dia memilih saham-saham bervolatilitas tinggi ketimbang yang memiliki fundamental bagus. Maklum, jiwa muda Donny menggelora sehingga tergoda untuk meraih keuntungan besar secara instan. "Mentalitas saya ketika itu trading saham jangka pendek, berharap meraih untung 1%-2% dari setiap transaksi," ungkap Donny. Strategi seperti itu ternyata menghadirkan nestapa tatkala krisis moneter melanda Asia, termasuk Indonesia. Harga saham-saham yang dipegang Donny berjatuhan hanya dalam waktu singkat. Bahkan, salah satu saham Donny, yaitu PT Bank Mashill Utama Tbk ditendang (delisting) dari Bursa Efek Indonesia (BEI). "Sampai sekarang saya masih memegang script sahamnya, buat kenang-kenangan," kata Donny. Selepas krisis, Donny mengubah strategi investasinya secara total. ia bahkan mengurangi secara signifikan porsi investasinya di saham. Tak hanya itu, strategi pemilihan saham juga diubah. Jika sebelumnya, Donny lebih mengandalkan analisis teknikal, kini fundamental. Tujuan investasi Donny pun bergeser dari sekadar trader jangka pendek menjadi investor yang berorientasi investasi jangka panjang. "Saya sekarang cuma beli saham yang fundamentalnya bagus, terus disimpan dalam jangka waktu lama," terang Donny. Sebagai gantinya, Donny berinvestasi di reksadana dan properti. Ia memiliki hampir semua jenis reksadana baik itu saham, campuran maupun pendapatan tetap. Investasi di reksadana dinilai Donny terbilang praktis karena tidak menyita banyak waktunya berkarier sebagai profesional. Agar hasilnya optimal, Donny menyatakan investor hanya perlu memilih manajer investasi yang terbukti memiliki performa bagus. Selanjutnya, ia tinggal memonitor imbal hasil (return) setiap produk reksadana yang dibelinya.
Donny mengimbangi investasi di pasar modal dengan sektor riil, terutama properti. Saat ini, mayoritas investasinya ditempatkan pada aset properti, yakni sekitar 60%. Dia mengaku banyak berinvestasi dalam bentuk lahan dan apartemen. Investasi di dua jenis properti itu dilakukan dengan tujuan berbeda. Donny menjadikan lahan sebagai investasi jangka panjang sekitar 10 tahun hingga 15 tahun. "Kalau beli lahan, ekspektasinya jangan untuk jangka pendek karena tidak likuid," jelas Donny. Sebaliknya, keputusan Donny membeli apartemen justru untuk meraih dana produktif. Donny biasanya membeli apartemen di daerah-daerah kampus untuk kemudian disewakan.
Skema seperti itu membuat Donny tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membayar cicilan apartemen. "Prinsip saya, aset harus bekerja untuk saya," tegas Donny. Editor: Sofyan Nur Hidayat


... soal AUTOINVEST, kayaknya cuma 1 bank asing yang melakukannya di Indonesia (Jakarta terutama)... yaitu salah satu bank dari Australia ... caranya sederhana, bikin aja perjanjian dengan pihak bank agen penjual tersebut, biasanya menggunakan tanggal yang sama setiap bulan, kecuali pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari libur bank ... dengan cara seperti itu maka : jumlah dana yang digunakan untuk pembelian reksa dana TETAP, sementara NAB dan VOLUME UNIT PEMBELIAN bisa berubah-ubah karena NAB biasanya berubah-ubah ... contoh sederhana: NAB 1000, dana Rp 1 juta, maka VOLUME UNIT: 1000 unit; bulan berikutnya pada tanggal yang sama: NAB 1010, dana Rp 1 juta, maka VOL UNIT: 990,099 UNIT ... begitu seterusnya
... jika bank agen penjual tidak punya program AUTOINVEST, maka lakukan sendiri: setiap tanggal yang sama pada bulan berikutnya lakukan TOP UP Rp 1 juta, secara otomatis akan dikalkulasi oleh sistemnya, dan selalu dilaporkan pada laporan rekening bulanan reksa dana (biasanya bank agen penjual diwajibkan menyampaikan laporan tertulis tersebut, bahkan sudah ada yang mempublikasikan laporan di online; bahkan Manajer Investasi produk yang bersangkuta juga mengirimakan laporan bulanan) ... jika dilakukan sendiri, maka ANDA BEBAS MENENTUKAN POLA BELI saat top up ... kalo gw memang uda ga menggunakan sistem autoinvest karena modal, sehingga gw menggunakan pola beli reksa dana secara KONTRARIAN, yaitu BELI SAAT DEPRESI NAB (tekanan pada NAB yang berlebihan), dana JUAL SAAT EUFORIA (saat NAB NAEK GILA-GILAAN)... kalo modal cuma di bawah Rp. 10 juta, pake aja cara autoinvest secara disiplin ... good luck :)
... soal AUTOINVEST, kayaknya cuma 1 bank asing yang melakukannya di Indonesia (Jakarta terutama)... yaitu salah satu bank dari Australia ... caranya sederhana, bikin aja perjanjian dengan pihak bank agen penjual tersebut, biasanya menggunakan tanggal yang sama setiap bulan, kecuali pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari libur bank ... dengan cara seperti itu maka : jumlah dana yang digunakan untuk pembelian reksa dana TETAP, sementara NAB dan VOLUME UNIT PEMBELIAN bisa berubah-ubah karena NAB biasanya berubah-ubah ... contoh sederhana: NAB 1000, dana Rp 1 juta, maka VOLUME UNIT: 1000 unit; bulan berikutnya pada tanggal yang sama: NAB 1010, dana Rp 1 juta, maka VOL UNIT: 990,099 UNIT ... begitu seterusnya
... jika bank agen penjual tidak punya program AUTOINVEST, maka lakukan sendiri: setiap tanggal yang sama pada bulan berikutnya lakukan TOP UP Rp 1 juta, secara otomatis akan dikalkulasi oleh sistemnya, dan selalu dilaporkan pada laporan rekening bulanan reksa dana (biasanya bank agen penjual diwajibkan menyampaikan laporan tertulis tersebut, bahkan sudah ada yang mempublikasikan laporan di online; bahkan Manajer Investasi produk yang bersangkuta juga mengirimakan laporan bulanan) ... jika dilakukan sendiri, maka ANDA BEBAS MENENTUKAN POLA BELI saat top up ... kalo gw memang uda ga menggunakan sistem autoinvest karena modal, sehingga gw menggunakan pola beli reksa dana secara KONTRARIAN, yaitu BELI SAAT DEPRESI NAB (tekanan pada NAB yang berlebihan), dana JUAL SAAT EUFORIA (saat NAB NAEK GILA-GILAAN)... kalo modal cuma di bawah Rp. 10 juta, pake aja cara autoinvest secara disiplin ... good luck :)
>... Mas JF, gw seh saat ini terutama pake metode KONTRARIAN, yaitu beli saat IHSG AMBRUK atawa TURUN DALAM, lalu setelah EUFORIA mulai REDEEM SEBAGIAN (tidak semuanya, karena khan gw MASEH BUTUH DANA UNTUK MASA DEPAN YANG PENUH KETIDAKPASTIAN) ... jadi gw mah sante n hepi aja menghadapi FAKTA NAEK n TURUN ... :)

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Om,sy mau tanya yah. Siang td sy ada Redem RD sy,ternyata malam ini hasil unit turuun,sedangkan kalkulasi sy kan redem pake harga di tgl 24Januari,itu artinya unit redem sy tetap tapi nominal rupiah berkurang gitu yah ? Artinya sy rugi atau gmn om ? Tks

JO mengatakan...

menurut aturan redemption reksa dana Indonesia: NAB (harga 1 unit reksa dana) yang dipakai pada SAAT REDEEM adalah NAB SAAT PENUTUPAN HARI SAAT REDEMPTION (biasanya sebelum jam 1300 hari saat redemption)... jika anda redeem Rp 1 juta, maka NAB (tutup hari redemption) dikalikan unit redemption sama dengan Rp1 juta... berarti UNIT RD Anda TURUN jumlahnya, NAB BISA NAEK bisa TURUN TERGANTUNG PENUTUPAN BURSA SAHAM INDONESIA hari redemption... bole tanya lage jika lom jela$

Anonim mengatakan...

Sdh keluar hasilnya om,hasilnya gua RUGI :( Redem 11jt,yg ditransfer 10,600an,krn penutupan bursa hasil NAB turuuun

JO mengatakan...

turut berdukacita ya ... apalagi cara Anda berbeda SEKALE dari cara gw ya, karena mungkin kebutuhan ANDA beda dari KEBUTUHAN gw ya ... well, belajar terus ya ... kecuali ANDA EMANG TUKANG KRITIK YANG GA SUKA AMA ORANG YANG TELAH BERHASIL ... up2 U :)

Anonim mengatakan...

Malem Om..,

Mau posting ga bisa terus hehe

Numpang tanya kalau selama ini saat om top-up reksadana, pakai metode apa ya? atau ada tanggal tertentu setiap bulan yang bisa dijadikan acuan?


thanks.. sukses :)

JO mengatakan...

metode top up gw? well, sederhananya: pake indikator IHSG (untuk reksa dana saham, campuran)... CATAT IHSG (indeks harga saham gabungan) pada tgl 02 Januari 2014 (awal taon ini)... lalu simak nilai ihsg setiap hari atawa setiap bulan, guna mengetahui TREN ihsg ... jika tren ihsg NAEK, itu berarti kemungkinan selaras dengan KENAEKAN NILAI AKTIVA BERSIH reksa dana... jika tren ihsg TURUN, itu berarti kemungkinan selaras dengan PENURUNAN NAB reksa dana (saham/campuran) ... jika naek misalnya lebe dari 5% dalam satu bulan, maka itu berarti NAB mungkin juga naek sekira 2-5% ... jika turun, misalnya turun 5% dalam satu bulan, maka NAB mungkin turun 3-6% ... saat TURUN, gw beli reksa dana, terutama jika turun sebesar di atas ... saat NAEK, gw jual reksa dana, terutama jika naek lebe dari 100% ... karena itu gw menggunakan WAKTU INVESTASI JANGKA PANJANG bukan jangka pendek (di bawah 100% kenaekan), coba cek posting gw soal investasi jangka panjang yang sudah ratusan-ribuan persen ... :)

JO mengatakan...

http://www.bloomberg.com/quote/JCI:IND/chart ... coba buka link JCI di bloomberg, yaitu IHSG ... sila maenkan kursor ke kurva, guna membaca nilai ihsg pada tanggal tertentu ... simak jangka waktunya... sila buat catatan dengan excel guna pemantauan ... hati2 setiap gain ada BIAYANYA, jadi mesti tanya manajer investasi / bank penjual reksa dana, kapan beneran bisa laba ... he3, gw mah uda ga puzzzing, selalu laba, walau pun masuk KRISIS TERDALAM ... thank GOD :)