gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 27 Februari 2013

TRIM5reksadana BARU ... 270213

PRODUK INVESTASI: Trimegah siapkan 5 varian reksa dana baru Surya Mahendra Saputra Selasa, 26 Februari 2013 | 22:33 WIB bisnis indonesia JAKARTA—PT Trimegah Asset Management akan meluncurkan sedikitnya 5 varian produk reksa dana tahun ini terdiri dari reksa dana saham, pendapatan tetap, dan terproteksi. Denny Thaher, President Direktur Trimegah Asset Management mengungkapkan pihaknya baru saja menerbitkan reksa dana Terproteksi TRAM Lestari 2 guna memperkaya varian produk yang ditawarkan perdana hari ini (26/2). Reksa dana Terproteksi TRAM lestari 2 melengkapi produk Trimegah pada jenis reksa dana terproteksi yakni TRAM Terproteksi Lestari 5 yang mengukir return 5,89% sejak satu tahun terakhir. Selain menambah jumlah produk reksa dana terproteksi, Trimegah juga bakal menerbitkan 2 reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap. Penambahan portofolio produk reksa dana tahun ini diharapkan mampu merealisasikan target dana kelolaan hingga akhir tahun sebesar Rp6,3 triliun. Reksa dana terproteksi diharapkan mampu mencapai target imbal hasil (return) sekitar 7%—8%, sementara return reksa dana saham ditargetkan sebesar 15%—20% , dengan pertimbangan kenaikan IHSG tahun ini menyentuh level 13%. Berdasarkan data dari PT Infovesta Utama, tiga produk reksa dana saham yang dimiliki Trimegah Asset Management belum melangkahi performa indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang Januari 2013 sebesar 3,17%. Ketiga produk reksa dana itu yakni RAM Consumption Plus dengan return 1,67% , TRAM Infrastructure Plus dengan return 1,41%, dan TRIM Kapital Plus dengan return 1,94%. Rudiyanto, analis PT Panin Asset Management menilai permintaan investor terhadap reksa dana terproteksi akan tetap menjanjikan. Dia berpendapat produk berbasis efek pendapatan tetap itu akan menjadi pilihan teraman karena melindungi nilai pasar dari aset yang menjadi portofolionya. Perlindungan nilai pasar memungkinkan karena asetnya akan dicairkan ketika jatuh tempo (hold to maturity) dan tidak menerapkan perhitungan berdasarkan nilai pasar (marked to market). Selain itu, rencana pemberlakuan pajak tetap 5% akan membuat penawaran reksa dana terproteksi semakin buntal. Apalagi, katanya, imbal hasil reksa dana terproteksi setidaknya lebih tinggi ketimbang deposito Sementara kinerja reksa dana saham juga dinilai cukup menjanjikan. sejumlah reksa dana yang mengalokasikan investasi pada saham-saham berkapitalisasi besar serta kecil-menengah berpeluang mempertahankan pencapaian return hingga akhir tahun. Penetrasi dana asing yang belakangan memborbardir pasar modal Indonesia akan sangat membantu kinerja penghuni indeks LQ-45. Reksa dana saham diproyeksi dapat menggapai rata-rata return sekitar 12%. (faa)

Selasa, 26 Februari 2013

PASAR, menurut gw, UDA PULIH lah :) (29/11/2012) - 26/02/2013

MASEH ADA ANALIS YANG MENYEBUTKAN BAHWA INVESTOR LOKAL BANYAK YANG TELAH MIKIR (telmi), sehingga BARU SETELAH PASAR SAHAM DIGUYUR DANA ASIEN-k SEDAHSYAT UJAN BADAI 17 JANUARI 2013 (... :P :( ) ... well, gw mah uda NABUNG SAHAM SEJAK 2009 seh, bahkan TETAP NABUNG SAAT KRISIS 2011-2012, dan AKHIRNYA NOVEMBER 2012 gw uda NYEBUT-NYEBUT bahwa PASAR SAHAM UDA PULIH LAGE DI INDONESIA: judul yang TERBUKTI kini, DAN DIKONFIRMASIKAN ANALIS PROF
... waktu jalan2 ke Cibodas liat2 BUNGA SAKURA yang TERKENAL DI NEGARANYA JEPANG, gw sempat DIBERITAHUKAN TEMAN INVESTOR SAHAM bahwa 2013 ini TAON SAHAM ... well, liat aja lah :)
... baca analisis prof yang menyebut investor LOKAL LAGE TERGOPOH-GOPOH MASUK PASAR: saat EUFORIA saham

jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
apa EKSPEKTASI gw tentang TREN IHSG s/d 30 Desember 2012, baca ini ya :)
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 

Asuransi menuai berkah investasi


kontan
JAKARTA. Industri asuransi benar-benar menuai berkah.  Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, hingga kuartal III 2012, total hasil investasi industri asuransi jiwa merekah, mencapai sekitar Rp 13,3 triliun. Angka ini tumbuh 217% dibandingkan tahun lalu  Rp 4,2 triliun.
Hasil investasi yang luar biasa itu bersumber dana investasi perusahaan asuransi yang mencapai Rp 219,7 triliun. Angka ini tumbuh 21,6% ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp 180,6 triliun.
Pencapaian hasil investasi yang luar biasa ini pula yang tampaknya mendorong pemilik polis untuk mencairkan  sebagian polisnya. Lihat saja,  pada periode sama, kenaikan klaim asuransi jiwa  juga naik menjadi Rp 44 triliun atau naik 14%  ketimbang periode sama tahun lalu, yakni Rp 38,7 triliun year on year (yoy).
Dari jumlah itu, klaim surrender mencapai Rp 30,8 triliun atau 70% dari total klaim Angka surrender tersebut naik 10,7% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sekitar Rp 27,8 triliun. Surrender adalah penebusan polis asuransi sebelum jatuh tempo. Artinya, nasabah menarik simpanan dana di produk asuransi.
Benny Waworuntu, Direktur Eksekutif AAJI menduga, polis yang banyak ditebus adalah jenis partial surrender. Maksudnya: penarikan  sebagian dana investasi nasabah di produk asuransi berbalut investasi, seperti unitlink.  "Mungkin karena indeks positif akhirnya keuntungan diambil," kata Benny, pekan lalu.
Memang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh pesat mulai semester II tahun ini. Pada penutupan kuartal III 2012, IHSG bertengger pada tingkat 4.262,51, tumbuh 20% dibandingkan setahun sebelumnya.
Hal ini turut mengerek hasil investasi unitlink yang selama ini memang mengacu pada kinerja pasar modal. Tapi, ini tidak tecermin di kenaikan harga unitlink yang di bawah  30%.
Menurut Risza Bambang, Ahli Aktuaria, selama ini, unitlink memberikan manfaat proteksi dan investasi yang kecil. "Asuransi dan investasi yang dibeli  terpisah akan memberikan hasil lebih besar," terang Risza.
Ada kemungkinan, terjadinya "selisih" tersebut lantaran tak seperti reksadana, perusahaan asuransi tidak seragam melaporkan harga unitlink ke regulator. Ada yang tiap hari, ada yang minggu sekali, ada yang seminggu dua kali.
Albertus Wiroyo, Ketua Bidang Keanggotaan dan Komunikasi AAJI yakin imbal hasil investasi unitlink tetap mampu menjadi daya tarik calon nasabah. Apalagi kinerja pasar modal yang positif ke depan akan mendorong  nasabah membeli produk unitlink.
Dorongan membeli akan semakin kuat bila imbal hasil investasi  unitlink yang dibagi ke nasabah sama gedenya dengan yang dinikmati perusahaan asuransi jiwa.  

Kinerja reksadana saham kembali bersinar

kontan
JAKARTA. Setelah terpuruk tahun lalu, reksadana saham bangkit kembali di tahun 2012 ini. Sejak akhir tahun 2011 hingga 29 November, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 11,88%, reksadana saham mencetak imbal hasil rata-rata 9,81%. Bahkan, imbal hasil tertinggi produk reksadana saham mencapai 40,19%.

Angka ini meningkat tajam dibanding kinerja reksadana saham tahun lalu yang turun 0,99% (per 23 Desember 2011). Di periode yang sama, IHSG naik 3,2%.

Kinerja reksadana saham saat ini kembali menggeser reksadana pendapatan tetap yang tahun lalu mencetak return tertinggi di angka rata-rata 12,1%. Hingga 29 November 2012, reksadana pendapatan tetap mencatat imbal hasil rata-rata 7,29%.

Parto Kawito Direktur PT Infovesta Utama, perusahaan riset reksadana, melihat, reksadana saham memang lebih unggul dibanding reksadana lain tahun ini. "Meski sektor komoditas jelek, sektor domestik naik," ujarnya. Parto menambahkan, Indonesia memiliki kelebihan daya beli dan faktor demografi yang menggerakkan pasar dalam negeri.

Meski terlampaui reksadana saham, reksadana pendapatan tetap masih memberi imbal hasil yang lumayan dan diburu investor. "Investor memilih produk yang aman dan pilihan itu cocok di reksadana pendapatan tetap," kata Christian Hermawan, Direktur Sucorinvest Asset Management.

Memang, return tertinggi reksadana pendapatan tetap hanya 12,8%. Tapi, hampir seluruh reksadana pendapatan tetap memberi hasil positif.

Investor reksadana pun semakin pintar. Ketika pasar turun, investor memburu reksadana dan keluar untuk merealisasikan keuntungan ketika pasar bullish. Ini terjadi akibat proses edukasi dari agen penjual terhadap investor. "Agen penjual juga mau aman agar investor masih tetap menanam modal di produk mereka," imbuh Parto.
Peminat Unit Link Turun?

Penulis : Didik Purwanto | Kamis, 29 November 2012 | 11:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat kontribusi unitlink ke total premi baru yang diraih industri menurun. Ini disebabkan karena kondisi pasar yang belum pulih.
Ketua Bidang Keanggotaan dan Komunikasi AAJI Albertus Wiroyo menjelaskan penurunan kontribusi unit link ke total premi industri asuransi jiwa ini masih lebih baik dibandingkan kuartal III-2011.
"Ini tidak terlepas dari kondisi pasar yang belum pulih. Di kuartal III-2012 ini cuma turun 4 persen. Sementara periode yang sama tahun lalu 6 persen," kata Albertus di Jakarta, Rabu (28/11/2012).
Menurut Albertus, penurunan kontribusi unit link itu dianggap hanya sementara. Jika kondisi sudah mulai pulih, maka kontribusi unit link ke total premi industri asuransi jiwa akan melonjak.
AAJI mencatat premi baru yang diraih industri pada kuartal III-2012 sebesar Rp 51,41 triliun. Kontribusi premi tradisional mencapai Rp 27,67 triliun. Sementara kontribusi unit link melemah 4 persen menjadi hanya Rp 23,73 triliun dari sebelumnya Rp 24,72 triliun.
Namun, di segmen premi lanjutan di kuartal III-2012, peran premi unit link masih mendominasi dengan sumbangan mencapai Rp 14,50 triliun tumbuh 26.2 persen dari periode yang sama 2011 yang sebesar Rp 11,49 triliun. Sedangkan premi tradisional tercatat Rp 9,19 triliun, atau hanya tumbuh 7.9 persen dari periode yang sama 2011 yang sebesar Rp 8,52 triliun.
Secara total, Albertus menegaskan bahwa hingga saat ini, premi unit link masih menyumbang pendapatan industri hingga lebih dari 50 persen dari total premi. Adapun dana kelolaan unitlink tumbuh hingga 32 persen di kuartal III-2012.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menjelaskan masyarakat Indonesia memilki semakin banyak pilihan terhadap produk asuransi baik tradisional maupun unit link. Hal ini menurut dia, positif bagi industri karena akan mendorong pertumbuhan bisnis ke depan.
"Membaiknya kinerja pasar modal dibanding tahun lalu, unit link akan kembali menjadi salah satu pilihan menarik bagi masyarakat yang mencari kemudahan dalam proteksi yang terkait investasi jangka panjang," kata Hendrisman.

Jumat, 15 Februari 2013

INVESTASI itu SUKSES itu JANGKA PANJANG seh ... 200113

dalam 7 1/2 TAHUN, potential gain % NAB bnp paribas EKUITAS mencapai 400% seh, dan MASEH MENANJAK trus ... semoga ya :)
... sesuai fakta, KRISIS LUAR BIASA DAHSYAT terjadi setidaknya 2 KALI, yaitu KRISIS FINANSIAL GLOBAL dan KRISIS EUROZONE, tapi NAB bnp paribas EKUITAS maseh MENANJAK seh ... kok bisa ya, coba baca pendukung berikut: bnp paribas, konsumsi listrik dan ihsg

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Pilih Mana: Reksa Dana Atau Asuransi


Oleh | Newsroom Blog – Rab, 10 Okt 2012
Dalam rangka menyiapkan dana untuk pendidikan, instrumen keuangan mana yang lebih cocok: reksa dana atau asuransi? Boleh jadi ada yang menjawab reksa dana — yang mampu memberi tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi.

Tetapi apakah cukup sampai situ pertimbangannya? Mungkinkah reksa dana dan asuransi dibandingkan?

Membandingkan reksa dan asuransi dari segi return tentu tidak memadai. Sebab ada informasi lain yang disembunyikan, yakni faktor risiko yang menyertai.

Perlu diingat, reksa dana dan asuransi adalah dua jenis instrumen keuangan yang berbeda. Asuransi merupakan salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan atau  transfer risiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.

Sementara pada reksa dana, sebagai instrumen investasi, risiko ditanggung oleh pemilik dana walaupun mengamanatkan uangnya kepada manajer investasi. Karena itulah, membandingkan dua instrumen ini menjadi kurang bijak — seperti banyak nasihat investasi yang kita dengar.

Hal penting yang perlu disadari, reksa dana merupakan sarana investasi bagi individu yang pengelolaan risikonya dilakukan oleh manajer investasi. Namun yang menanggung risiko tetap pemilik dana. Instrumen ini hanya menawarkan kemudahan. Baik dari sisi nilai investasi yang ditanam maupun akses pada instrumen investasinya.

Dengan reksa dana, para investor ikut investasi dananya pada saham maupun surat utang atau lainnya, yang sudah dikombinasikan oleh perusahaan penerbit. Kombinasi ini merupakan cara yang dilakukan sebagai upaya mengurangi tingkat risiko yang berpotensi muncul.

Terkait dengan instrumen investasinya, untung-rugi pada reksa dana dilihat dari selisih nilai aktiva bersih (NAB) per unit saat membeli dengan menjual. Bersyukurlah jika hasilnya positif, karena itu berarti keuntungan. Kalau turun, berarti sebaliknya, harus tabah menerima kerugian. Di sinilah risiko nilai investasi pada reksa dana itu terjadi.

Risiko kecil, memang bisa didapat dari reksa dana terproteksi. Pada instrumen ini, yang dimaksud proteksi itu terkait dengan pengelolaan instrumen investasinya. Biasanya dibelanjakan surat utang negara, yang lazim dikenal zero risk alias tanpa risiko.

Meski pada kenyataannya, ini pun tidak sepenuhnya tanpa risiko, seperti yang terjadi pada kasus Yunani. Akibat krisis, pemerintah Yunani memberikan pilihan sulit kepada investor atas portofolio surat utannya yang segera jatuh tempo: tidak terbayar atau kena diskon besar plus penundaan pembayaran. Tentu ini sangat jarang terjadi.

Kembali ke soal yang disebut di atas. Bagaimana jika kita ingin menyiapkan biaya pendidikan? Tentu yang diharapkan dari pemilik dana adalah bisa membayar biaya sekolah pada kurun waktu tertentu atau saat dibutuhkan. Dengan sejumlah nilai tertentu yang dibayar pada saat ini, diharapkan mampu menutupi biaya pendidikan di masa mendatang.

Nah, jika instrumen pengamanan dana yang dipilih adalah reksa dana, jangan lupa, di dalamnya ada risiko. Apalagi dalam situasi gejolak perekonomian seperti sekarang yang makin menyebabkan tidak pastinya pasar keuangan, tentu risiko makin besar.

Karena itu, satu hal yang harus dipahami dalam berinvestasi, selalu ada unsur spekulasi di dalamnya. Sudah melekat.

Hal ini sangat berbeda dengan asuransi, yang justru mengalihkan risiko kepada penerbit, sehingga jauh lebih aman. Apalagi jika peserta terkena musibah, sehingga tak lagi mampu membayar, hak dana yang besarannya sudah dipatok dan cair pada kurun waktu tertentu tetap bisa diambil tanpa kekurangan. Namun tentu saja, janji keuntungannya lebih rendah dibandingkan investasi.

Karena itu, tetap saja pilihan ada pada pemilik dana. Mau untung lebih besar, jangan lupa, harus siap pula menanggung potensi risiko yang ada.

Menjaga keamanan dana — di tengah banyaknya tawaran instrumen untuk mengembangkan — sebaiknya dijadikan prioritas sebelum aset tersebut ditempatkan. Dalam bentuk apa pun. Apalagi jika dana yang ada cenderung pas-pasan.

Mungkin pernyataan Mark Twain, penulis dan humoris Amerika (1835-1910) layak dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan: Oktober merupakan bulan yang paling berbahaya untuk berspekulasi di pasar modal. Bulan lain yang juga berbahaya adalah Juli, Januari, September, April, November, Mei, Maret. Juni, Desember, Agustus dan Februari.

Pesan yang ingin disampaikan penulis “The Adventures of Tom Sawyer” (1876) itu, tak ada satu bulan pun yang aman untuk berspekulasi :)

Herry Gunawan, pendiri Plasadana.comper tgl 01 Februari 2013:

... bandingkan dengan imbal hasil saham PGAS dalam jangka waktu 9 tahun 2 bulan juga memberikan MIRIP IMBAL HASIL REKSA DANA SAHAM gw: well, saham KOK mirip REKSA DANA SAHAM JANGKA PANJANG ya ... :) ... yang lebe pendek, tapi TETAP JANGKA PANJANG seh, sejak 2010:
,,, catatan KHUSUS SOAL KRISIS KEUANGAN Indonesia dan GLOBAL 2005, 2007-2008, dan 2011-2012, ternyata TIDAK MENGHAMBAT LAJU IMBAL HASIL BNP PARIBAS EKUITAS:

Kamis, 07 Februari 2013

INDIKASI tren IHSG berdasarkan KONSUMSI LISTRIK (lage)

menurut data statistik pemakaian total listrik dep ESDM:
, 2009: 134.582 GWh
2010: 147.297 GWh
2011: 144.297 GWh
2012: 173 TerraWattHour
sementara IHSG ditutup pada level per akhir:
2009: 2534.36
2010: 3703.51
2011: 3821.99
2012: 4316.69
simak bahwa % potential gain pada pemakaian listrik dan IHSG per 2009/2010:
listrik @+9,44%, ihsg @+46,13%
simak bahwa % potential gain pada pemakaian listrik dan IHSG per 2010/2011:
listrik @-2,03%, ihsg @3,19%
simak bahwa potential gain % pada pemakaian listrik dan IHSG per 2011/2012:
listrik @+19.89%, ihsg @+12.94%
secara kasar, maka tren PEMAKAIAN LISTRIK YANG NAEK memberikan INDIKASI bahwa IHSG NAEK, sementara saat pemakaian listrik TURUN, maka bisa terjadi PENURUNAN kenaikan atau penurunan mutlak IHSG. Konsumsi Listrik Indonesia Terendah di ASEAN Senin, 06 Juni 2011 | 09:23 WIB radar lampung JAKARTA - Keterbatasan pasokan listrik membuat konsumsi listrik di Indonesia cukup rendah. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia termasuk yang terendah. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, konsumsi energi listrik per kapita Indonesia memang rendah. ’’Di ASEAN termasuk yang terendah,’’ ujarnya saat diskusi di Kantor DEN pekan lalu. Konsumsi listrik per kapita dihitung berdasar jumlah total konsumsi listrik dibagi dengan jumlah penduduk. Tumiran menyebut, berdasar data International Energy Agency (IEA) 2010, dengan pendapatan USD3.500 per kapita, konsumsi energi listrik Indonesia per kapita baru mencapai 591 kilowatt hour (KWh) per kapita. ’’Kita masih di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, bahkan masih di bawah Vietnam,’’ katanya. Data menunjukkan, di Asean, konsumsi listrik tertinggi dipegang oleh Brunei Darussalam dengan angka 8.308 KWh per kapita. Disusul Singapura 8.185 KWh per kapita, kemudian Malaysia 3.490 KWh per kapita, lalu Thailand 2.079 per Kwh, dan Vietnam 799 KWh per kapita. ’’Sebenarnya, dari pendapatan per kapita, Indonesia di atas Vietnam yang hanya USD2.500 per kapita. Namun konsumsi listrik mereka lebih tinggi dari kita,’’ terangnya. Menurut Tumiran, konsumsi listrik per kapita Indonesia hanya berada di atas negara seperti Filipina, Myanmar, dan Kamboja. Tercatat, konsumsi listrik Filipina tipis di bawah Indonesia, yakni 588 KWh per kapita. Adapun Kamboja hanya 113 KWh per kapita dan Myanmar 97 KWh per kapita. DEN juga mencatat data konsumsi listrik per kapita di negara-negara berkembang dari berbagai belahan dunia, yang rata-rata masih di atas Indonesia. Misalnya, Jamaika dengan konsumsi 2.552 KWh per kapita, Namibia 1.797 KWh per kapita, Panama 1.646 KWh per kapita, Kuba 1.327 KWh per kapita, Tunisia 1.298 KWh per kapita, Gabon 1.158 KWh per kapita, serta Peru 1.032 KWh per kapita. Tumiran mengatakan, masih rendahnya konsumsi listrik Indonesia mesti dilihat dari berbagai sisi. Selain terbatasnya pasokan listrik karena kapasitas pembangkit yang belum mencukupi kebutuhan, konsumsi listrik Indonesia juga masih didominasi oleh konsumen rumah tangga. ’’Artinya, sebagian besar listrik masih digunakan untuk hal yang bersifat konsumtif, bukan produktif,’’ ujarnya. Data PLN menunjukkan, hingga akhir triwulan I 2011 ini,
kelompok rumah tangga menjadi penyerap listrik terbesar dengan konsumsi 15.248,77 gigawatt hour (GWh).
Selanjutnya, pelanggan kelompok industri menyerap listrik 13.063,96 GWh. Kemudian, pelanggan bisnis mengonsumsi 6.726,23 GWh dan
sisanya, 2.358,98 GWh, diserap oleh kelompok lain-lain.
Menurut Tumiran, karena sebagian besar listrik digunakan untuk kegiatan konsumtif, maka efek ke perekonomian menjadi kurang. ’’Berbeda jika listrik digunakan untuk kegiatan produktif, akan ada nilai tambah sehingga mendorong perekonomian,’’ tandas dia. Karena itu, lanjut Tumiran, pemerintah harus mengambil langkah strategis. Salah satunya dengan mendorong penguatan bagi PLN untuk bisa meningkatkan kapasitas pasokan listrik. ’’Artinya, dana untuk mengembangkan sektor kelistrikan harus cukup,’’ jelasnya. Tumiran mengakui, selama ini dana pemerintah lebih banyak tersedot untuk subsidi. Karena itu, harus ada pengalihan dana dari subsidi untuk mengembangkan infrastruktur listrik. ’’Untuk itu, sebagai anggota DEN, saya mengusulkan penerapan tarif listrik progresif,’’ ujarnya. Dengan tarif listrik progresif, maka subsidi diberikan untuk pemakaian dalam jumlah tertentu. Semakin banyak listrik yang dikonsumsi, maka porsi subsidi akan berkurang. ’’Dengan tarif listrik progresif ini, maka masyarakat yang biasanya boros listrik juga akan terpacu untuk bisa berhemat,’’ ucapnya. (jpnn/c3/wan)

Konsumsi Listrik RI Tumbuh Tertinggi dalam 14 Tahun Terakhir

oleh Pebrianto Eko Wicaksono
Posted: 06/02/2013 20:19
Liputan6.com, Jakarta : PT PLN (Persero) mencatat konsumsi listrik Indonesia tumbuh 10,17% sepanjang 2012, atau tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Pada tahun lalu, penjualan listrik PLN mencapai 173 terawatt hour (tWh).

"Ini merupakan pencapaian tertinggi sejak krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada 1998," jelas Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (6/2/2013).

Kenaikan konsumsi listrik mulai terlihat signifikan pada tahun 2010 sekitar 9,4%. Saat itu PLN melakukan upaya perang terhadap pemadaman listrik yang diberlakukan di berbagai daerah Indonesia.

"Karena dilakukan perang padam artinya menghapus pemadaman bergilir yang terjadi di daerah Indonesia," ungkap Nur Pamudji.

Awalnya pemenuhan kebutuhan listrik itu dilakukan dengan dengan menyewa genset agar pemadaman bisa disekesaikan dengan cepat. Sambil menunggu selesainya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) oleh perseroan.

Namun, situasi tersebut dapat segera diatasi dengan dibangunnya PLTU dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sehingga penyewaan genset segera dapat dihapuskan.

"Ini membuat listrik melimpah dan penghapusan diesel listrik, penyewaan sewa diesel hanya sementara agar tdk terjadinya pemadaman," ungkapnya

Melihat tingginya pertumbuhan konsumsi listrik tersebut, PLN akan mengajukan revisi pertumbuhan konsumsi listrik nasional pada tahun ini menjadi 10%. Sebelumnya dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013, tingkat pertumbuhan listrik nasional diprediksi sebesar 9% sebesar 184 twh.

Revisi itu dilakukan karena melihat pertumbuhan perekonomian Indonesia yang semakin meningkat.

"Melalui APBN Perubahan, kami ajukan revisi pertumbuhan konsumsi listrik 10% pada 2013 sehingga hampir 190 tWh," jelas Pamudji.

Pada 2012, PLN telah menambah 3,9 juta pelanggan baru, atau lebih tinggi dari target 2,5 juta pelanggan. Sedangkan pada tahun ini PLN menargetkan bisa menambah 3,2 juta pelanggan. (Pew/ Ndw)

Rabu, 06 Februari 2013

baru LABA 30% dalam 1 taon ... UDA BOHWAT :(

gw inget dulu pernah ada seorang kawan yang MENCOBA PERUNTUNGAN di INVESTASI REKSA DANA ... beberapa taon kemudian gw tanya soal reksa dana itu ... dia bilang uda DIJUAL SEMUA REKSA DANANYA ... hmm, gw tanya apa uda UNTUNG? dia bilang: UDA ... well, gw tanya BERAPA PERSEN LABANYA? dia bilang: 30% ... :p, ITU MAH "PETIT" atawa CILIK atawa IMUT BANGET bo :P ... KALO BARU 30%, 100%, 200%, 1000%, 10000% LABANYA, ya, JANGAN STOP BERINVESTASI karena SUKSES DI INVESTASI REKSA DANA adalah JANGKA PANJANG ... well, syarat dan ketentuan berlaku, sila baca di blog gw ini ya :)

KALO BARU 30%, 100%, 200%, 1000%, 10000% LABANYA, ya, JANGAN STOP BERINVESTASI karena SUKSES DI INVESTASI REKSA DANA adalah JANGKA PANJANG

... apa beda UTAMA INVESTASI PORTOFOLIO, termasuk reksa dana, dengan INVESTASI PROPERTI, misalnya beli apartemen, rumah, ruko, dll ? yaitu BESAR MODAL YANG WAJIB DIGUNAKAN dan UDA TERSEDIA akan JAUH LEBE GEDE (MILYARAN, RATUSAN JUTA RUPIAH) pada INVESTASI PROPERTI bo ... sedangkan pada reksa dana cuma Rp. 5 Juta, karena itu yang diminta oleh bank agen penjual resmi reksa dana, sedangkan MINIMUM BELI REKSA DANA cuma Rp. 100 Ribu atawa Rp. 200 Ribu doang, lalu BISA PAKE CARA AUTOINVES yaitu SISTEM DOLLAR COST AVERAGING, liat CONTOH INVES 1 JUTA PER BULAN yang gw paparkan di blog ini... :)

BESAR MODAL YANG WAJIB DIGUNAKAN dan UDA TERSEDIA akan JAUH LEBE GEDE (MILYARAN, RATUSAN JUTA RUPIAH) pada INVESTASI PROPERTI bo ... sedangkan pada reksa dana cuma Rp. 5 Juta, karena itu yang diminta oleh bank agen penjual resmi reksa dana, sedangkan MINIMUM BELI REKSA DANA cuma Rp. 100 Ribu atawa Rp. 200 Ribu doang