PINDAH KE Investasi Reksa Dana Indonesia gw belajar MEMAHAMI FLDTT lage neh :), + bukti2nya
BUKTI secara STATISTIK tren IHSG jauh DI ATAS tren ekonomi makro kita
Schroder Dana Prestasi UNGGUL jika sejak 2011 seh (- 060315)
per tgl 23 Februari 2015, tren Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham gw SEJAK KRISIS ke KRISIS sbb:
per tgl 23 Januari 2015, tren NILAI AKTIVA BERSIH reksa dana saham gw sbb (TERTUA):
Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja sering dijadikan kriteria utama dalam proses pengambilan keputusan investasi di reksa dana. Kinerja reksa dana dalah pengembalian investasi yang tercermin dalam bentuk kenaikan nilai aktiva bersih reksa dana. Lalu, bagaimana cara mengevaluasi kinerja historis reksa dana? Seperti dikutip dari laman PT Eastspring Investments Indonesia, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kinerja reksa dana.
Pertama, lihat kinerja periodiknya dan bandingkan dengan tolak ukurnya atau rata-rata industri. Adapun informasi historis kinerja periodik reksa dana biasanya dipublikasikan dalam laporan kinerja bulanan reksa dana atau biasa yang disebut fund factsheet.
Kedua, lihat kinerja periodiknya dan bandingkan dengan kinerja reksa dana sejenis di pasar. Yang dimaksud dengan reksa dana sejenis adalah reksa dana yang memiliki karakteristik serupa dengan reksa dana yang dievaluasi.
Ketiga, perhatikan parameter pengukuran kinerja terkait risiko. Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula risiko yang harus diterima. Akan lebih baik jika suatu portofolio investasi menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dengan tidak menambah terlalu banyak risiko.
Keempat, perhatikan konsistensi kinerja reksa dana. Apakah terdapat konsistensi dari kinerja reksa dana dalam waktu tertentu. Volatilitas yang tinggi dari kinerja reksa dana mungkin menunjukkan pengelolaan yang kurang menerapkan manajemen risiko yang baik sehingga investasii menjadi terlalu berisiko.
Kelima, pertimbangkan jumlah dana kelolaan reksa dana. Reksa dana dengan dana kelolaan lebih besar mungkin memberikan likuiditas yang tinggi. Namun demikian, sering terjadi reksa dana dengan dana kelolaan yang sudah terlalu besar akan sulit memberikan peringkat pengembalian yang optimal dikarenakan portofolionya yang terlalu besar sehingga tidak fleksibel dalam manuver pengelolaan portofolio.
Keenam, rating reksa dana. Ada beberapa lembaga yang mengeluarkan rating reksa dana sehingga bisa saja digunakan sebagai acuan. Editor : Sepudin Zuhri BACA soal IHSG hari ini
ELLEN MAY v MASTERMIND, ASIA CHART, dkk v. gw yg cuma trader/investor saham
per tgl 29 Desember 2014, tren potential gain% RD Saham yang gw inves sbb (banget):
... coba simak temuan teoritis gw @ tren imbal hasil RD :
per tgl 19 September 2014, nyaris + 1700% sejak awal gw inves RD Saham neh:
per tgl 22 Agustus 2014, + 4000% bisa terjadi pada saham di BEI setelah diinves sejak KRISIS RAKSASA GLOBAL 2008, neh infonya : investor LKH memiliki kejelian memilih saham2 yang berimbalhasil GEDE neh
per tgl 13 Juni 2014, investasi reksa dana saham n saham maseh menguntungkan, termasuk BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS ya:
per tgl 31 Maret 2014, investasi maseh menguntungkan, termasuk Schroder dana istimewa lho : ... dalam JANGKA PANJANG, RUPIAH n CADANGAN DEVISA ($)AMBROL PUN, ekh, malah, IHSG-HARGA SAHAM BBRI - NILAI AKTIVA BERSIH SCHRODER DANA ISTIMEWA naek bo :) ... secara sederhana: rupiah ambrol memicu PENGUATAN EKSPOR kita, sehingga keseimbangan antara ekspor n impor (secara relatif) pada GDP / produk domestik bruto kita akan tetap terjaga, malah ekspor kita maseh menguat secara NILAI ASET (volume mungkin terkoreksi)... cadangan devisa AMBROL dipicu oleh IMPOR TERUTAMA BBM yang NAEK baek secara NILAI ASET mau pun VOLUME ... namun dalam KONDISI TERTEKAN PUN IHSG-BBRI-SDI sukses berjaya dalam JANGKA PANJANG (2010-2014) ... :)
|
|
Dana Kelolaan Sucorinvest Central Gani Tembus Rp 3,5 triliun
Kamis, 5 September 2013 08:55 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) Perusahaan sekuritas, PT Sucorinvest Central Gani mencapai Rp 3,5 triliun sepanjang semester I 2013. Angka tersebut diketahui naik 40 persen dibandingkan dana kelolaan periode yang pada 2012 sebesar Rp 2,5 triliun.
"Ketika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, dana kelolaan Sucorinvest justru naik karena banyak nasabah yang melakukan top up dalam produk reksa dana," kata Donny Nuriawan, Direktur Investasi Sucorinvest, kemarin.
Menurut Donny, kenaikan itu berasal dari nasabah lama yang hendak melakukan top up. Jumlahnya bervariasi dari ritel dan institusi. "Namun porsi ritel hanya mencapai 30 persen, sedangkan sisanya mencapai 70 persen itu dari institusi," katanya.
Untuk porsi dari reksa dana, masih didominasi oleh reksadana campuran. Sisanya dikontribusikan oleh reksadana saham dan obligasi. "Campuran itu 50 persen, saham 35 persen, obligasi 15 persen," katanya.
Sampai saat ini jumlah pemegang reksa dana di Sucorinvest mencapai 700 investor dan diprediksi akan terus naik hingga akhir tahun. Diharapkan minat investor akan naik seiring dengan sosialisasi yang dilakukan perusahaan. "Hingga akhir tahun kami targetkan bisa menembus 1.500," katanya.
Untuk return reksa dana yang paling tinggi adalah obligasi dengan 9-10 persen. Reksa dana saham diharapkan bisa tumbuh 5-10 persen dengan estimasi tumbuh 2-3 persen di atas pergerakan IHSG sampai dengan akhir tahun ini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) Perusahaan sekuritas, PT Sucorinvest Central Gani mencapai Rp 3,5 triliun sepanjang semester I 2013. Angka tersebut diketahui naik 40 persen dibandingkan dana kelolaan periode yang pada 2012 sebesar Rp 2,5 triliun.
"Ketika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, dana kelolaan Sucorinvest justru naik karena banyak nasabah yang melakukan top up dalam produk reksa dana," kata Donny Nuriawan, Direktur Investasi Sucorinvest, kemarin.
Menurut Donny, kenaikan itu berasal dari nasabah lama yang hendak melakukan top up. Jumlahnya bervariasi dari ritel dan institusi. "Namun porsi ritel hanya mencapai 30 persen, sedangkan sisanya mencapai 70 persen itu dari institusi," katanya.
Untuk porsi dari reksa dana, masih didominasi oleh reksadana campuran. Sisanya dikontribusikan oleh reksadana saham dan obligasi. "Campuran itu 50 persen, saham 35 persen, obligasi 15 persen," katanya.
Sampai saat ini jumlah pemegang reksa dana di Sucorinvest mencapai 700 investor dan diprediksi akan terus naik hingga akhir tahun. Diharapkan minat investor akan naik seiring dengan sosialisasi yang dilakukan perusahaan. "Hingga akhir tahun kami targetkan bisa menembus 1.500," katanya.
Untuk return reksa dana yang paling tinggi adalah obligasi dengan 9-10 persen. Reksa dana saham diharapkan bisa tumbuh 5-10 persen dengan estimasi tumbuh 2-3 persen di atas pergerakan IHSG sampai dengan akhir tahun ini.
saat KRISIS NEGARA BERKEMBANG 2013, reksa dana pendapatan tetap terimbas juga, dalam jangka panjang ternyata maseh bagus seh :
Reksadana saham masih menjanjikan
Oleh Dea Chadiza Syafina - Selasa, 06 Agustus 2013 | 11:03 WIB
JAKARTA. Investasi di pasar saham maupun reksadana berjenis saham masih memberikan potensi keuntungan tertinggi bagi investor. Setidaknya selama kurun waktu 24 tahun terakhir sejak 1989.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto. Dia bilang, pada 1989 sampai sebelum krisis tahun 2008, terekam bahwa secara siklus, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpola naik turun. Misal, selama dua tahun performa IHSG menguat, tetapi satu tahun berikutnya terkoreksi dengan pergerakan secara keseluruhan menguat.
Namun pasca krisis 2008, pola pergerakan IHSG sendiri mengalami perubahan pola, di mana selama lima tahun terakhir performanya terus menguat. Hal ini memberikan dampak terhadap imbal hasil investor yang berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya tercatat positif.
Perubahan pola pergerakan itu, menurut Abiprayadi, karena Indonesia sudah menjadi negara tujuan investasi dari investor di negara lain. "Posisi arus modal investor asing yang cukup besar dalam lima tahun terakhir membuat harga-harga saham mengalami kenaikan. Kalau pun terkoreksi, tidak signifikan dan masih dalam tren menguat secara jangka panjang," ujar Abiprayadi di Gedung BEI, di Jakarta.
Alhasil, investasi di pasar saham dan produk turunannya, khususnya reksa ana saham menjadi yang tertinggi dibandingkan produk investasi lainnya. Abi menyebutkan, jika dilakukan dengan horizon investasi jangka panjang, tingkat imbal hasil produk reksadana saham setiap tahunnya selama 17 tahun terakhir mampu menghasilkan keuntungan 25 kali lipat dari modalnya.
Abiprayadi tak asal bicara. Pasalnya, fakta itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang telah berinvestasi di produk reksadana saham sejak tahun 1996 silam. Beda halnya jika dibandingkan dengan produk investasi reksa dana jenis lainnya, seperti reksadana dengan aset dasar obligasi.
Alasannya, meski tingkat imbal hasil produk reksadana beraset dasar surat utang lebih pasti didapatkan oleh investor. Namun, keuntungannya tergerus oleh kenaikan inflasi setiap tahunnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada investor untuk berinvestasi di pasar saham maupun reksadana saham dalam beberapa tahun ke depan, khususnya dengan horizon investasi jangka panjang.
"Perlu diingat bagi investor bahwa sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya, sebaiknya investor lebih memperhatikan faktor fundamental dan teknikal dari setiap saham dan produk investasi yang akan dipilihnya," saran Abiprayadi.
JAKARTA. Investasi di pasar saham maupun reksadana berjenis saham masih memberikan potensi keuntungan tertinggi bagi investor. Setidaknya selama kurun waktu 24 tahun terakhir sejak 1989.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto. Dia bilang, pada 1989 sampai sebelum krisis tahun 2008, terekam bahwa secara siklus, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpola naik turun. Misal, selama dua tahun performa IHSG menguat, tetapi satu tahun berikutnya terkoreksi dengan pergerakan secara keseluruhan menguat.
Namun pasca krisis 2008, pola pergerakan IHSG sendiri mengalami perubahan pola, di mana selama lima tahun terakhir performanya terus menguat. Hal ini memberikan dampak terhadap imbal hasil investor yang berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya tercatat positif.
Namun pasca krisis 2008, pola pergerakan IHSG sendiri mengalami perubahan pola, di mana selama lima tahun terakhir performanya terus menguat. Hal ini memberikan dampak terhadap imbal hasil investor yang berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya tercatat positif.
Perubahan pola pergerakan itu, menurut Abiprayadi, karena Indonesia sudah menjadi negara tujuan investasi dari investor di negara lain. "Posisi arus modal investor asing yang cukup besar dalam lima tahun terakhir membuat harga-harga saham mengalami kenaikan. Kalau pun terkoreksi, tidak signifikan dan masih dalam tren menguat secara jangka panjang," ujar Abiprayadi di Gedung BEI, di Jakarta.
Alhasil, investasi di pasar saham dan produk turunannya, khususnya reksa ana saham menjadi yang tertinggi dibandingkan produk investasi lainnya. Abi menyebutkan, jika dilakukan dengan horizon investasi jangka panjang, tingkat imbal hasil produk reksadana saham setiap tahunnya selama 17 tahun terakhir mampu menghasilkan keuntungan 25 kali lipat dari modalnya.
Abiprayadi tak asal bicara. Pasalnya, fakta itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang telah berinvestasi di produk reksadana saham sejak tahun 1996 silam. Beda halnya jika dibandingkan dengan produk investasi reksa dana jenis lainnya, seperti reksadana dengan aset dasar obligasi.
Alasannya, meski tingkat imbal hasil produk reksadana beraset dasar surat utang lebih pasti didapatkan oleh investor. Namun, keuntungannya tergerus oleh kenaikan inflasi setiap tahunnya.
Alhasil, investasi di pasar saham dan produk turunannya, khususnya reksa ana saham menjadi yang tertinggi dibandingkan produk investasi lainnya. Abi menyebutkan, jika dilakukan dengan horizon investasi jangka panjang, tingkat imbal hasil produk reksadana saham setiap tahunnya selama 17 tahun terakhir mampu menghasilkan keuntungan 25 kali lipat dari modalnya.
Abiprayadi tak asal bicara. Pasalnya, fakta itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang telah berinvestasi di produk reksadana saham sejak tahun 1996 silam. Beda halnya jika dibandingkan dengan produk investasi reksa dana jenis lainnya, seperti reksadana dengan aset dasar obligasi.
Alasannya, meski tingkat imbal hasil produk reksadana beraset dasar surat utang lebih pasti didapatkan oleh investor. Namun, keuntungannya tergerus oleh kenaikan inflasi setiap tahunnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada investor untuk berinvestasi di pasar saham maupun reksadana saham dalam beberapa tahun ke depan, khususnya dengan horizon investasi jangka panjang.
"Perlu diingat bagi investor bahwa sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya, sebaiknya investor lebih memperhatikan faktor fundamental dan teknikal dari setiap saham dan produk investasi yang akan dipilihnya," saran Abiprayadi.
"Perlu diingat bagi investor bahwa sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya, sebaiknya investor lebih memperhatikan faktor fundamental dan teknikal dari setiap saham dan produk investasi yang akan dipilihnya," saran Abiprayadi.
Ini perilaku konsumen kelas menengah Indonesia
Oleh Oginawa R Prayogo - Rabu, 24 Juli 2013 | 13:00 WIB
JAKARTA. Lembaga survei konsumen global, Nielsen, menyampaikan bahwa kelas menengah Indonesia yang mereka survei mempunyai kecenderungan menyimpan uang lebih banyak. Bahkan sebagian diantaranya sudah berinvestasi di pasar modal dan reksadana. Hal tersebut terlihat dari tiga pengeluaran terbesar mereka.
Catherine Eddy, Managing Director Nielsen Indonesia menyampaikan berdasarkan Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions kuartal II tahun 2013, tiga pengeluaran terbesar konsumen kelas menangah Indonesia adalah menabung, liburan, dan investasi.
Dia menjelaskan, konsumen Indonesia mengelola kehidupan keuangan secara berhati-hati yakni 71% konsumen yang disurvei menabung dana cadangan mereka. "Angka tersebut tertiginggi di dunia diikuti konsumen Hongkong dan Filipina masing-masing 70%," ujarnya. Angka tersebut juga di atas rata-rata global yang sebesar 47%.
Pengeluaran kedua tertinggi yakni untuk liburan. Dari hasil survei Nielsen 42% konsumen Indonesia mebelanjakan pengeluaran untuk liburan. Dalam hal ini, Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Singapura 47% dan Malaysia 43%. Sementara, rata-rata konsumen secara global untuk pengeluaran liburan sebesar 33%.
Sedangkan pengeluaran ketiga konsumen kelas menengah Indonesia adalah berinvestasi di pasar modal dan reksa dana. Dalam survei tersebut 33% konsumen Indonesia berkata bahwa mereka menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di saham dan reksadana.
Sementara konsumen Indonesia hanya 30% dan konsumen Thailand dan Singapura masing-masing 24%. Dia bilang hal ini mengindikasikan bahwa konsumen Asia Tenggara memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan.
Hasil survei ini, lanjutnya, menunjukkan tumbuhnya populasi kelas menengah Indonesia. "Belanja konsumen mencerminkan kekayaan baru mereka sementara pada saat yang sama keamanan finansial tetap jadi prioritas," jelasnya.
Sebagai informasi, survei Nielsen ini berasal dari 29.000 responden dengan akses internet di 58 negara. "Survei dilakukan secara random. Khusus Indonesia ada 500 orang yang di survei," ujar Catherine. Survei ini dilakukan pada periode 13-31 Mei 2013.
Catherine Eddy, Managing Director Nielsen Indonesia menyampaikan berdasarkan Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions kuartal II tahun 2013, tiga pengeluaran terbesar konsumen kelas menangah Indonesia adalah menabung, liburan, dan investasi.
Dia menjelaskan, konsumen Indonesia mengelola kehidupan keuangan secara berhati-hati yakni 71% konsumen yang disurvei menabung dana cadangan mereka. "Angka tersebut tertiginggi di dunia diikuti konsumen Hongkong dan Filipina masing-masing 70%," ujarnya. Angka tersebut juga di atas rata-rata global yang sebesar 47%.
Pengeluaran kedua tertinggi yakni untuk liburan. Dari hasil survei Nielsen 42% konsumen Indonesia mebelanjakan pengeluaran untuk liburan. Dalam hal ini, Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Singapura 47% dan Malaysia 43%. Sementara, rata-rata konsumen secara global untuk pengeluaran liburan sebesar 33%.
Sedangkan pengeluaran ketiga konsumen kelas menengah Indonesia adalah berinvestasi di pasar modal dan reksa dana. Dalam survei tersebut 33% konsumen Indonesia berkata bahwa mereka menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di saham dan reksadana.
Sementara konsumen Indonesia hanya 30% dan konsumen Thailand dan Singapura masing-masing 24%. Dia bilang hal ini mengindikasikan bahwa konsumen Asia Tenggara memiliki perencanaan yang baik untuk masa depan.
Hasil survei ini, lanjutnya, menunjukkan tumbuhnya populasi kelas menengah Indonesia. "Belanja konsumen mencerminkan kekayaan baru mereka sementara pada saat yang sama keamanan finansial tetap jadi prioritas," jelasnya.
Sebagai informasi, survei Nielsen ini berasal dari 29.000 responden dengan akses internet di 58 negara. "Survei dilakukan secara random. Khusus Indonesia ada 500 orang yang di survei," ujar Catherine. Survei ini dilakukan pada periode 13-31 Mei 2013.
Jangka waktu investasi di bank dan reksa dana berbeda. Jangka waktu di RD bisa panjang.
SENIN, 6 APRIL 2009, 15:20 WIB vivanews
-----------------------------------------------
JANGKA waktu investasi di perbankan dan reksa dana berbeda. Di perbankan, umumnya jangka waktu penempatan dana untuk jangka pendek.
Produk tabungan dapat ditarik kapan saja, sedangkan deposito berjangka waktu satu bulan hingga dua tahun. Biasanya, makin pendek jangka waktu investasinya, bunga yang akan diterima akan lebih rendah.
Sementara itu, dalam berinvestasi di reksa dana, Anda dapat mengatur jangka waktu investasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasi. Nasabah dapat berinvestasi mulai dari jangka pendek hingga panjang.
Meskipun secara umum, semakin panjang jangka waktu berinvestasi di reksa dana, semakin tinggi hasil investasinya. Namun, nasabah tetap terbuka kemungkinan untuk memperoleh hasil investasi yang tinggi dalam jangka pendek.
Terkait biaya, bank akan mengenakan biaya administrasi bulanan, khususnya pada produk tabungan. Namun, pada reksa dana, Anda akan menanggung biaya pembelian dan biaya penjualan kembali unit penyertaan sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam prospektus.
Lalu, bagaimana caranya Anda dapat menyiasati untuk memperoleh potensi imbal hasil semaksimal mungkin dengan berinvestasi di reksa dana?
Setiap reksa dana mempunyai kebijakan investasi untuk mengalokasikan dana di instrumen investasi tertentu. Dana yang dikelola secara profesional oleh manajer investasi dalam sebuah portofolio diatur sedemikian rupa sehingga memberikan imbal hasil yang maksimal.
Pertama, tentukan tujuan investasi dan jangka waktu yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sudah Anda rencanakan. Kemudian, kenali karakter investasi, khususnya tingkat risiko yang mampu Anda terima.
Selanjutnya, tentukan reksa dana mana yang paling tepat untuk kebutuhan investasi. Bila Anda termasuk konservatif, yaitu hanya mampu menerima risiko yang rendah dengan jangka waktu investasi yang pendek, yaitu 1-2 tahun, Anda cocok untuk berinvestasi di reksa dana pasar uang.
Namun, bila Anda tipe yang moderat dengan tingkat risiko yang sedang, Anda cocok berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap dengan jangka waktu menengah, yaitu 3-5 tahun.
Dan bila Anda adalah tipe agresif, memahami adanya risiko high risk high return, dan mempunyai jangka waktu investasi yang panjang, yaitu 5-10 tahun, berinvestasilah di reksa dana saham.
Anda sudah menabung. Berinvestasi di reksa dana adalah langkah tepat selanjutnya. Sudahkah Anda berinvestasi di reksa dana?
Andreas M Gunawidjaja dan Soca Lukitasari
PT Mandiri Manajemen Investasi
Corporate Strategic Partner CWMA
Berapa Lama Investasi Jangka Panjang di Pasar Saham
Senin, 15 Juli 2013 08:26 wib
Itulah yang kemudian memunculkan beberapa versi jangka waktu panjang dalam berinvestasi saham, yakni 1,3,5 sampai 10 tahun, dan seterusnya. Untuk melihat jangka waktu yang ideal berinvestasi di pasar saham, bisa dianalisa dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data menunjukkan, apabila berinvestasi di saham sejak tahun 2006 hingga tahun 2012, maka IHSG rata-rata naik sebesar 29,4 persen. Apabila hanya berinvestasi dalam setahun saja contoh, dari tahun 2006-2007, ketika pasar saham sedang dalam kondisi bagus, maka kenaikan IHSG tercatat sebesar 55,3 persen. Namun, kalau investor berinvestasi selama setahun di tahun 2007-2008 maka ia akan mengalami kerugian sebesar 50,64 persen. Artinya berinvestasi dalam setahun masih memiliki risiko yang tinggi.
Naik dan turunnya IHSG dipengaruhi kenaikan dan penurunan harga saham yang tercatat di BEI. Penurunan harga saham terjadi karena lebih banyak pihak yang menjual saham tersebut dibanding yang melakukan pembelian (net sell). Bisa jadi karena investor melakukan aksi profit takingatau ambil untung, atau karena ada proyeksi penurunan kinerja perusahaan yang sahamnya dicatat di bursa.
Sebaliknya, kenaikan harga saham didorong pembelian yang lebih tinggi (net buy) karena proyeksi kinerja yang membaik. Faktor makro ekonomi dan sentimen di dalam serta di luar negeri ikut mempengaruhi persepsi investor atas saham-saham tertentu. Sentimen ini menyebabkan naik dan turunnya harga karena aksi beli dan jual investor.
Siklus kenaikan dan penurunan harga saham biasanya terjadi dalam 5,7 dan 10 tahun. Artinya semakin panjang berinvestasi, investor lebih memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan, ketimbang investasi dalam jangka waktu yang pendek. Secara teori disebutkan, semakin panjang jangka waktu investasi, semakin sempit pergerakan antara imbal hasil tertinggi dan terendah, yang menunjukkan risiko fluktuasi yang semakin menurun secara konsisten.
Kalimat bijak yang disampaikan investor terkenal di dunia Warren Buffet sepertinya bisa dijadikan panduan. Ia mengatakan, berinvestasilah untuk 10 tahun ke depan, bukan 10 menit ke depan.
(//)
Data menunjukkan, apabila berinvestasi di saham sejak tahun 2006 hingga tahun 2012, maka IHSG rata-rata naik sebesar 29,4 persen. Apabila hanya berinvestasi dalam setahun saja contoh, dari tahun 2006-2007, ketika pasar saham sedang dalam kondisi bagus, maka kenaikan IHSG tercatat sebesar 55,3 persen. Namun, kalau investor berinvestasi selama setahun di tahun 2007-2008 maka ia akan mengalami kerugian sebesar 50,64 persen. Artinya berinvestasi dalam setahun masih memiliki risiko yang tinggi.
Naik dan turunnya IHSG dipengaruhi kenaikan dan penurunan harga saham yang tercatat di BEI. Penurunan harga saham terjadi karena lebih banyak pihak yang menjual saham tersebut dibanding yang melakukan pembelian (net sell). Bisa jadi karena investor melakukan aksi profit takingatau ambil untung, atau karena ada proyeksi penurunan kinerja perusahaan yang sahamnya dicatat di bursa.
Sebaliknya, kenaikan harga saham didorong pembelian yang lebih tinggi (net buy) karena proyeksi kinerja yang membaik. Faktor makro ekonomi dan sentimen di dalam serta di luar negeri ikut mempengaruhi persepsi investor atas saham-saham tertentu. Sentimen ini menyebabkan naik dan turunnya harga karena aksi beli dan jual investor.
Siklus kenaikan dan penurunan harga saham biasanya terjadi dalam 5,7 dan 10 tahun. Artinya semakin panjang berinvestasi, investor lebih memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan, ketimbang investasi dalam jangka waktu yang pendek. Secara teori disebutkan, semakin panjang jangka waktu investasi, semakin sempit pergerakan antara imbal hasil tertinggi dan terendah, yang menunjukkan risiko fluktuasi yang semakin menurun secara konsisten.
Apabila dihitung menggunakan standar deviasi, maka angka standar deviasi semakin mengecil untuk jangka waktu investasi yang lebih panjang. Jumlah kejadian positive return semakin meningkat dan kejadian negative return makin menurun dengan meningkatnya jangka waktu investasi.
Kalimat bijak yang disampaikan investor terkenal di dunia Warren Buffet sepertinya bisa dijadikan panduan. Ia mengatakan, berinvestasilah untuk 10 tahun ke depan, bukan 10 menit ke depan.
(//)
per tgl 24 Januari 201empat, tren NAB reksa dana saham BNP Paribas EKUITAS mulai REBOUND:
per tgl 05 Maret 201empat, well, PEMBALIKAN ARAH MENGUAT TERJADI LAGE seh :
per tgl 22 Agustus 2014, imbal hasil potensial gw dari BNP Paribas Ekuitas cukup tinggi ... well, sejak 2005 seh :
6 komentar:
Apakabar om ETS? Bbrp kali mau pos komen ga bs terus nih :D om,kl invest di RD dgn cara sekali invest itu kira2 akan maksimal atau engga om? Misalkan punya uang 5jt trs langsung aja beli RD,bukan dgn cara cost avg.τнäиκчöü om ѕℓαℓυ sukses
Sila Anda berinves jangka panjang sebesar Rp 5 Juta. Rentang waktunya bole lebe dari 5-10 taon. Jika memang memungkinkan bole sampe jam biologis Anda berhenti. Ekspektasi gw soal ekonomi global memang sudah semakin pulih. Ekonomi makro Indonesia cukup baek lah. Jadi ekspektasi gw soal reksa dana saham jangka panjang menjanjikan yang positif dan bagus. Gimana? selamat berinvestasi.
Ok om ETS τнäиκчöü,kl gitu sy akan keep terus RDS yg sekali beli langsung ini minimal 10thn :D
Om ETS,apa RD bisa diTradingkan ? Caranya gmn om ? Τнäиκчöü
Maksudnya trading? Beli kemudian dalam jangka waktu 1 hari dijual? well, kalo mo begitu, apa juga bisa diperjualbelikan, walo pasti ada syarat n ketentuannya. Namun sebagai investor reksa dana, cara itu PALING TIDAK EFISIEN lah
Posting Komentar