gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Jumat, 11 Januari 2013

RD Pendapatan Tetap seh turuN ... 110113

Imbal hasil obligasi pemerintah diprediksi melonjak 120 basis poin

bisnis indonesia

JAKARTA-Imbal hasil obligasi pemerintah diprediksi meningkat hingga 120 basis poin dipicu laju inflasi akibat kebijakan kenaikan tarif dasar listrik, upah minimum regional, dan potensi pergerakan harga bahan bakar minyak.
 
Economist PT Indo Premier Securities Seto Wardono mengatakan kebijakan pemerintah menaikkan TDL akan memicu laju inflasi sebesar 0,88% sampai akhir tahun ini.
 
"Pemerintah menaikkan TDL katanya 15%, ternyata rinciannya ada yang 20% untuk kelas tertentu. Dampaknya bisa menambah inflasi 0,88% selama 2013," ujarnya, Selasa(8/1/2013).
 
Selain itu, lanjutnya, kenaikan UMR dengan rerata sekitar 20% juga diprediksi memicu pertumbuhan inflasi sebesar 0,5%. Jika pemerintah menetapkan kebijakan penaikan harga BBM paling tidak Rp5000/liter maka inflasi akan bertambah lagi 0,7% dari asumsi pemerintah sebelumnya.
 
"Dengan adanya sejumlah kebijakan tersebut, inflasi kami proyeksikan berapa pada level 5,77%, naik tinggi dari akumulasi inflasi tahun lalu yang hanya 4,3%," ujarnya.
 
Dengan proyeksi inflasi tersebut, imbal hasil obligasi pemerintah diperkirakan ikut terpengaruh dengan peningkatan sebesar 120 basispoin.
 
"Yield [imbal hasil] obligasi pemerintah bertenor 10 tahun akan naik sekitar 120 basispoin menjadi 6,4% pada 2013," sebutnya.
 
Peningkatan yield tersebut mengindikasikan menurunnya harga surat utang sehingga capital gain investor akan cenderung menurun pula. Dengan begitu, dia memperkirakan potensi surat utang jangka panjang akan lebih diminati oleh investor dibandingkan obligasi jangka pendek.
 
"Yield meningkat, harga cenderung turun, capital gain yang didapat jadinya sedikit juga. Kalau untuk yang trading jadi tidak menarik tapi untuk jangka panjang cukup menarik," katanya.
 
Dengan potensi kenaikan yield obligasi negara, aliran dana asing diproyeksi mengalir deras pada tahun ini. Adapun, penerbitan surat utang negara bersih akan mencapai Rp180,44 triliun pada 2013, lebih tinggi dibandingkan estimasi 2012 lalu yang senilai Rp176,31 triliun. 
 
Berdasarkan asumsi tidak ada buyback, penerbitan surat utang secara bruto akan sebesar Rp263,6 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp268,6 triliun. Menurut dia, pemerintah akan memprioritaskan emisi dari tenor jangka menengah dan jangka panjang.
 
Meski inflasi meningkat, dia memperkirakan suku bunga acuan tetap terjaga pada level 5,75%. Kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan domestik di tengah pelemahan ekonomi global tidak memberi alasan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan. 
 
"Di sisi lain, defisit transaksi berjalan tidak memberi ruang untuk memotong BI rate tersebut. Untuk itu, bank sentral akan tetap menjaga suku bunga pada kisaran 5,75%," tuturnya.
 
Seto memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa mencapai Rp54,58 triliun. Jumlah itu ikut ditopang oleh total obligasi korporasi yang jatuh tempo sebesar Rp27,15 triliun, yakni terdiri dari Rp21,19 triliun dari sektor finansial dan Rp5,96 triliun dari sektor non finansial.
 
"Potensi penerbitan obligasi korporasi tahun ini akan berasal dari industri multifinance, konstruksi, dan infrastruktur. Ada sebanyak Rp20,73 triliun potensi emisi obligasi yang sedang dalam skema registrasi," sebutnya.
 
Di samping ketiga sektor tersebut, terdapat pula potensi dari industri lain yang akan terdorong oleh permintaan domestik dan membutuhkan pendanaan dari penerbitan obligasi, yakni sektor barang konsumsi, ritel, pembiayaan mikro, properti, dan industri perumahan.(faa)

RUPIAH MELEMAH: Pasar SUN Kembali Terkoreksi


JAKARTA--Kekhawatiran pasar terhadap melesetnya target pertumbuhan ekononomi nasional 2012 dan terus berlanjutnya pelemahan rupiah mendorong koreksi harga di pasar surat utang negara pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (9/1).
Berdasarkan data valuasi harga tengah hari yang dirilis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), mayoritas harga SUN seri acuan alias benchmark melemah yaitu FR0066, FR0063, dan FR0064 dengan pelemahan harga antara 2,9 basis poin-38,6 basis poin.
Satu seri benchmark yang tercatat menguat adalah FR0065 dengan penguatan sebesar +2,3 basis poin ke level 106,015. 
Banyaknya seri obligasi yang terkoreksi pada sesi I menyebabkan indeks harga SUN dan indeks total return kembali ditutup melemah. Indeks harga SUN terkoreksi -0,06 poin atau -0,05% ke level 136,168 sementara indeks total return melemah -0,051 poin atau -0,03% ke level 196,091.
"Koreksi yang terjadi di pasar domestik diperkirakan akibat dari kekhawatiran pasar akan kegagalan pemerintah untuk memenuhi target belanja tahun lalu yang pada akhirnya bisa berimbas kepada pelemahan pertumbuhan ekonomi," tulis tim riset IBPA. 
Sedangkan dari pasar global, investor masih menanti hasil rapat kebijakan bank sentral Eropa yang akan digelar besok Kamis (10/1). ECB diperkirakan akan tetap menahan bunga acuan. 
Pemodal asing juga tercatat menarik dananya dari pasar SUN senilai Rp340 miliar atau setara dengan US$35 juta pada 7 Januari 2013. Penarikan dana tersebut membuat jumlah kepemilikan asing di pasar SBN turun menjadi Rp271,22 triliun.
Koreksi harga juga terlihat di pasar sukuk negara yang mana koreksi terdalam dialami oleh seri IFR dan PBS yang masing-masing terkoreksi sebesar -6,5 basis poin dan -6,8 basis poin sementara seri sukuk ritel (SR) juga terkoreksi -3,1 basis poin.
(Faa)
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh simak tabel dan grafik potential gain % Reksa Dana Pendapatan Tetap berikut, yang dikalkulasi berdasarkan selisih persentase NAB per tgl 28/12/2012 dan per tgl 02/01/2012:

 

Harga aset sudah tinggi, return makin tipis


kontan
JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap sepanjang 2012 tidak secemerlang tahun lalu. Hingga 14 Desember, Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) versi PT Infovesta Utama naik 7,48%. Kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap ini lebih rendah ketimbang Infovesta Goverment Bond Index atau rata-rata return obligasi pemerintah yang sebesar 8,76%.
Padahal, sepanjang 2011, return reksadana pendapatan tetap mencapai 12,32%. Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, rendahnya return reksadana pendapatan tetap dipicu oleh harga Surat Utang Negara (SUN) yang sudah tinggi sejak akhir 2011.
SUN menjadi aset dasar sebagian besar reksadana pendapatan tetap. "Karena start di harga yang sudah mahal, maka harga SUN sepanjang tahun ini sulit untuk naik lebih tinggi. Selain itu, yield dan kupon obligasi juga sudah rendah sehingga sulit memberikan return tinggi bagi reksadana pendapatan tetap," kata Parto, Rabu (26/12).
Tren return rendah reksadana pendapatan tetap masih akan berlanjut tahun depan. Parto memprediksikan, instrumen ini hanya akan memberikan return sekitar 6%-7%.
Dus, reksadana ini akan bersaing ketat dengan produk deposito yang saat ini memberikan suku bunga sekitar 5,5% per tahun. "Apalagi kalau bank-bank yang menengah ke bawah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) cenderung memberikan suku bunga deposito lebih tinggi mencapai 6,75%, persaingan akan lebih ketat," tutur dia.
Toh, sejumlah reksadana berhasil menunjukkan kinerja di atas rata-rata. Panin Dana Utama Plus 2 milik PT Panin Asset Management menempati posisi pertama dengan return sekitar 12,93%. Panin Asset Management berulang kali mengubah tata portofolio dari waktu ke waktu dengan memperhatikan kondisi pasar obligasi. "Kami mengelola secara aktif, mengubah durasi obligasi dari panjang ke pendek dan sebaliknya sesuai dengan kondisi pasar. Timing kami juga cukup tepat," aku Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management.
Sepanjang 2012, Panin diuntungkan oleh derasnya aliran dana asing yang masuk ke SUN sehingga harga obligasi ikut terangkat. "Tentunya kami memanfaatkan momentum dari pasar tersebut," kata Ridwan.
Tahun depan, Panin Asset Management akan mempertahankan strategi pengelolaan portfolio secara aktif tersebut. Menurut Ridwan, strategi ini diperlukan karena tantangan tahun depan lebih berat dibandingkan tahun ini.
Sepuluh Reksadana Pendapatan Tetap dengan Return Tertinggi
Reksadana Ytd 14 Desember 2012
Panin Dana Utama Plus 2 12,93%
Danareksa Melati Pendapatan Tetap II 12,35%
Kresna Olympus 12,34%
Schroder IDR Bond Fund II 12,32%
Sam Sukuk Syariah Sejahtera 11,76%
Schroder Dana Obligasi Mantap 11,43%
Makara Prima 11,34%
BNP Paribas Maxi Obligasi 11,30%
Panin Gebyar Indonesia II 11,02%
Schroder IDR Bond Fund 10,91%
Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap (IRDPT) 7,48%
sumber: Infovesta Utama
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww

Tidak ada komentar: