gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Sabtu, 29 September 2012

Welcome the 25th Follower :)

memang seh, saat ini Indeks Harga Saham Gabungan mencapai Rekor Tertinggi @4262 well, kayanya ada yang berminat ikut memantau blog gw ini lage de, Selamat Memantau :)

TREN BNP PARIBAS EKUITAS SEJAK 7 TAON yang lalu

TREN nab MONI 2 sejak KRISIS s/d KRISIS @Sep 2012

inves 1 Juta per bulan @Schroder 90+ equity fund s/d Sep 2012

Rabu, 12 September 2012

Total Aset RD turun, time2buy $3H ... laGE (120912)

KINERJA REKSA DANA: Pertumbuhan Dana Kelolaan Turun Tajam

JAKARTA: Ketidakmenentuan tren pasar global yang terjadi sepanjang tahun ini menyebabkan pertumbuhan dana kelolaan reksa dana saham sampai Agustus ini menurun tajam dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Sebaliknya, penurunan yang terjadi pada pasar obligasi di Semester I/2012 yang disinyalir membuat kondisi pasar relatif “murah”, justru menarik investor beralih ke dalam reksa dana pendapatan tetap, selain karena performa yang cukup baik pada tahun lalu.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama, pertumbuhan dana kelolaan reksa dana saham per 31 Desember hingga 31 Agustus 2012 hanya sebesar 2,73%. Sementara pada tahun lalu di waktu yang sama, dana kelolaan cukup tinggi hingga mencapai 26,23%.

Sedangkan reksa dana pendapatan tetap pada tahun ini menunjukan performa sangat baik yang tumbuh hingga 18,92%, berbeda dengan tahun lalu yang hanya 2,5%. Sementara untuk reksa dana campuran, pertumbuhan dana kelolaan tahun ini sedikit lebih tinggi dibandingkan reksa dana saham yakni sebesar 2,97%, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun lalu, 4,16%.

“Pertumbuhan dana kelolaan reksa dana saham tahun lalu sangat tinggi meskipun rata-rata reksa dana kinerjanya turun karena investor melakukan subscription. Sementara tahun ini justru relatif rendah karena investor masih ragu-ragu untuk masuk karena melihat kenyataan belum ada tren yang jelas pada pasar saham global,” ucap Analis PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya melalui surat elektronik kepada Bisnis, Rabu (12/8).

Begitu pula bila dilihat dari sisi pertumbuhan unit penyertaan hingga akhir Agustus tahun ini, hanya reksa dana saham yang menunjukan penurunan cukup dalam dari 44,84% di tahun 2011, pada Agustus ini hanya sebesar 6,45%.

Sedangkan untuk reksa dana campuran yang pada Agustus 2011 masih terkoreksi 0,75%, di tahun ini naik menjadi 8,41%. Pertumbuhan paling tinggi tampak pada reksa dana pendapatan tetap yakni dari -3,99% di tahun lalu, tumbuh menjadi 19,15% pada akhir Agustus ini. (yus)

utang LAKU, RD PT juga lah ... 120912

Investor optimistis, lelang SUN laris Oleh Narita Indrastiti - Rabu, 12 September 2012 | 07:33 WIB bisnis indonesia JAKARTA. Pasar obligasi kembali bergairah, setelah sempat lesu bulan lalu. Salah satu indikatornya adalah lelang Surat utang Negara (SUN) yang berlangsung pada Selasa (11/9). Lelang itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) nyaris tiga kali lipat. Dari target indikatif pemerintah sebesar Rp 5 triliun, total penawaran yang masuk mencapai Rp 14,12 triliun. Ini bisa menjadi angin segar bagi pemegang obligasi, karena perdagangan obligasi negara akan semakin aktif dan likuiditas bisa meningkat. Pemerintah pada lelang kali ini menawarkan lima seri SUN. Periciannya, dua seri SPN dan tiga seri SUN dengan tingkat bunga tetap atau fix rate. Pemerintah menerima tawaran untuk semua seri dengan imbal hasil minimal. Alhasil, pemerintah mengantongi dana Rp 6,2 triliun dari hasil lelang SUN itu. Seri SPN03121212 (new issuance) menjadi surat utang yang paling banyak diminati investor. Jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 4,487 triliun dengan yield tertinggi sebesar 4,375% dan yield terendah senilai 4,000%. Pemerintah memenangkan seri ini sebesar Rp 1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang sebesar 4,018%. Sementara seri lainnya yakni SPN 12130912 (new issuance), dimenangkan dengan yield rata-rata tertimbang 4,606%. Seri FRO063 juga dimenangkan dengan imbal hasil rendah, yaitu 6,96%, dengan hasil perolehan Rp 400 triliun. Seri FRO064 mendapatkan imbal hasil rata-rata sebesar 6,364% dan FRO065 dengan yield 6,68%. Herdi Ranu Wibowo, Head of Debt Capital Market Trimegah Securities, mengatakan, kepercayaan investor sudah mulai membaik. Penyebabnya, sentimen positif seperti ekspektasi penyaluran quantitative easing tahap ketiga di Amerika Serikat serta rencana pembelian obligasi oleh otoritas moneter di zona euro. Sinyal stimulus Peserta lelang SUN kemarin, juga mulai berani menempatkan dananya di obligasi bertenor panjang, seperti FR0065 yang akan jatuh tempo pada 2033, dan FR0064 yang jatuh tempo di tahun 2023. "Seri tersebut memang akan menjadi benchmark, tahun depan," ujar Herdi. Sentimen positif dari dalam negeri datang dari tingkat inflasi yang masih terjaga serta sesuai dengan target pemerintah. Defisit neraca perdagangan Indonesia pun mulai menyempit. "Kondisi pasar cukup stabil dan positif. Situasi itu memupus keraguan investor asing untuk masuk ke pasar obligasi," ujar dia. Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan, saat ini keyakinan investor sudah mulai pulih. Risiko berinvestasi di Indonesia pun mulai menurun. Itu terlihat dari indikator Credit Default Swap (CDS) bertenor lima tahun yang melandai. Senin (10/9), CDS bertenor 5 tahun berada di level 150,495, turun dari posisi di hari sebelumnya, yaitu 152,195. Per akhir Agustus lalu, CDS 5 tahun sempat menyentuh level 181,670. Begitu pula CDS bertenor 10 tahun, saat ini berada di level 210,135, turun dari posisi di hari sebelumnya, yakni 212,58. Seiring dengan penurunan CDS, imbal hasil obligasi negara pun menurun sedang harga menanjak. Data Himpunan Pedagang Surat Utang Indonesia (Himdasun), memperlihatkan, harga SUN kini berada di level 108,44, atau naik dari posisi di hari sebelumnya di level 108,38. Lana memprediksi, pasar obligasi, di waktu mendatang, akan semakin. Investor asing akan kembali memainkan perannya sebagai motor penggerak pasar sekunder. Apalagi, cadangan devisa dari dalam negeri yang meningkat, turut meredam volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. "Itu membuat rupiah memiliki amunisi untuk dipertahankan," ujar Lana. Menurut dia, jika sinyal pengucuran quantitative easing ketiga muncul dalam rapat The Fed, Kamis (13/9) esok, dollar AS akan tertekan. Investor makin percaya diri memegang obligasi emerging market seperti SUN.

Selasa, 04 September 2012

NAB RD di bawah ihsg ... 040912

Return tertinggi dihasilkan reksa dana pendapatan tetap (fixed income) sebesar 3,4 persen. Rata-rata tingkat pengembalian (return) investasi reksa dana selama 31 Desember 2011 hingga 31 Agustus 2012 hanya di bawah 3,5 persen. Padahal, pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 6,24 persen. Return tertinggi dihasilkan reksa dana pendapatan tetap (fixed income) sebesar 3,4 persen. Disusul return reksa dana saham sebesar 2,54 persen dan campuran 2,49 persen. “Rata-rata return reksa dana sampai akhir Agustus memang tidak sesuai harapan. Tapi, jika manajer investasi mampu mereview portofolionya, ada potensi peningkatan return yang lebih baik,” kata pengamat reksa dana Rudiyanto di Jakarta, Senin (3/9). Dia mengatakan, return reksa dana sangat dipengaruhi oleh koreksi pasar modal. Jika kondisi pasar stabil, rata-rata return reksa dana bisa jauh lebih baik. Meski demikian, menurut dia, jika dilihat berdasarkan kinerja per produk reksa dana, beberapa produk berhasil memberikan return lebih besar dibandingkan IHSG. Menurut Rudiyanto, pelaku pasar mengekspektasikan IHSG hingga akhir tahun ini naik 15-20 persen ke level 4.500. Kemarin, IHSG ditutup menguat 57,6 poin (1,42 persen) ke level 4.117,9. Dengan posisi kemarin, berarti IHSG butuh kenaikan sekitar 400 poin atau 10 persen. “Rata-rata return reksa dana hingga akhir 2012 juga masih bisa sekitar 10 persen. Karena itu, cukup sulit mengharapkan rata-rata return reksa dana bisa melebihi IHSG,” tutur dia. Hal serupa juga dikemukakan oleh manajer investasi PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas Siswa Rizali. Menurut dia, rendahnya rata-rata return secara umum disebabkan oleh kinerja produk reksa dana yang di bawah ekspektasi (underperform). “Rendahnya rata-rata return karena selama ini manajer investasi lebih banyak menempatkan dananya ke saham-saham berbasis komoditas,” kata Rizali. Dia menegaskan, seharusnya manajer investasi bisa memanfaatkan potensi return di saham-saham sektor infrastruktur dan barang konsumsi yang mampu menghasilkan return lebih besar. “Tujuan investasi di reksa dana umumnya bisa meraih return lebih besar dari IHSG. Jika rata-rata return lebih rendah dari saat ini, ke depan diharapkan mampu mengejar keter tinggalan,” ujar Rizali. Sementara itu, Rudiyanto optimistis kinerja IHSG dan reksa dana pada akhir tahun ini membaik. Sebab, para manajer investasi dan beberapa pihak ter tentu akan membeli saham secara masif untuk memperbaiki nilai por tofolio. Aksi itu dikenal dengan sebutan window dressing. “Window dressing bakal mendongkrak IHSG dan rata-rata return produk reksa dana terutama reksa dana saham,” kata dia. Namun, berapa besar potensi kenaikan akibat window dressing, Rudiyanto menegaskan bahwa itu tetap bergantung pada sentimen pasar global. Jika positif, return IHSG dan reksa dana bisa lebih besar atau sesuai ekspektasi. NAB Turun Berdasarkan data Bapepam-LK, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per Agustus 2012 turun Rp3,97 triliun menjadi Rp169,99 triliun dibandingkan bulan sebelumnya Rp173,96 triliun. Padahal, unit penyertaan reksa dana naik sebanyak 887,01 juta unit menjadi sebanyak 106,7 miliar unit dari sebelumnya 105,8 miliar unit. Penurunan NAB reksa dana disebabkan oleh penurunan NAB produk reksa dana saham dan campuran. Per Agustus, NAB reksa dana saham tercatat sebesar Rp59,56 triliun atau turun Rp2,22 triliun dibandingkan Juli senilai Rp61,78 triliun. Sementara itu, NAB reksa dana campuran per Agustus turun Rp850 miliar menjadi Rp20,96 triliun, dibandingkan per Juli sebesar Rp21,81 triliun. NAB reksa dana saham masih menjadi kontributor terbesar terhadap NAB industri reksa dana. Per Agustus 2012, dengan NAB sebesar Rp59,56 triliun, porsi reksa dana saham mencapai 34,86 persen dari total NAB. Adapun porsi NAB reksa dana terproteksi dan pendapatan tetap masing-masing sebesar Rp41,1 triliun (24,06 persen) dan Rp30,49 triliun (17,85 persen). Sisanya adalah reksa dana campuran, pasar uang, syariah, dan indeks masing-masing sebesar Rp20,96 triliun, Rp12,95 triliun, Rp4 triliun, dan Rp299,49 miliar. http://www.beritasatu.com/ekonomi/69693-return-reksa-dana-dibawah-ihsg.html Sumber : BERITASATU.COM