Penjualan Reksa Dana Melambat
Oleh Yeni H. Simanjuntak
Published On: 19 May 2011
JAKARTA: Kebijakan Bank Indonesia yang menghentikan sementara penambahan nasabah baru kelas premium 23 bank pada awal bulan ini, berdampak terhadap penjualan produk reksa dana yang dilakukan melalui perbankan.
John D. Item, Presiden Direktur Danareksa Investment Management, mengatakan pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana cenderung melambat karena perbankan saat ini sangat berhati-hati dalam menjual produk.
"Bank harus menunggu persetujuan Bank Indonesia atas produk yang akan kami jual kepada nasabah bank. Untuk produk-produk baru, harus meminta approval dulu dari BI dan itu biasanya cukup lama. Dampaknya memang cukup terasa [bagi manajer investasi," ujarnya saat ditemui siang tadi.
Namun, dia optimistis penjualan produk reksa dana akan kembali normal pada paruh kedua tahun ini. "Pertumbuhan industri reksa dana pada kuartal I/2011 negatif. Namun, demand tetap tumbuh. Dengan pasar yang sedang lesu begini, kita harus puas dengan apa yang kita capai."
Adapun, Danareksa Investment Management (DIM) selama ini menjalin kerja sama dengan 14 bank untuk ikut memasarkan produk reksa dana mereka. "Namun, yang aktif penjualannya ada di enam bank," kata John.
Dia menambahkan penjualan reksa dana DIM melalui bank berkontribusi hingga 50% dari total nasabah yang dimiliki oleh perusahaan manajemen investasi itu.
"Saya sudah ngomong dengan beberapa manajer investasi dan mereka juga mengakuti kalau itu [dampak kebijakan BI] cukup terasa," katanya.
Selain harus berhadapan dengan kehati-hatian ekstra dari perbankan, manajer investasi juga menghadapi kekhawatiran dari para investor.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Danareksa Investment Management Prihatmo Hari mengatakan pihaknya bahkan harus menerima auditor yang dikirimkan oleh salah satu nasabah perseroan, pascamunculnya berbagai kasus perbankan belakangan ini.
Untuk mengatasi lesunya penjualan produk reksa dana, DIM akan menggenjot pemasaran kontrak pengelolaan dana (KPD). Perusahaan manajemen investasi berstatus BUMN itu saat ini memiliki total dana kelolaan dalam bentuk KPD sebesar Rp100 miliar.
"Ini [KPD] merupakan peluang. Namun, kami harus tes pasar terlebih dulu. Tahun ini akan kami siapkan," kata John.
Dia menambahkan prospek produk reksa dana sepanjang tahun ini sebenarnya cukup menjanjikan, terutama jenis reksa dana saham.
"Target kami, IHSG pada tahun ini bisa mencapai 4.300-4.500. Seharusnya industri juga ikut tumbuh, tapi karena penjualan lewat bank sedikit terganggung, pertumbuhan menjadi lebih lambat," kata John. (yes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar