gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Selasa, 02 Desember 2014

INFLASI (by BPS) saat kenaekan harga BBM 2005 ... 270613...pasca HARGA BBM NAEK 2014 (021214)

dampak kenaekan harga bbm bersubsidi atas IHSG
penjelasan KEBIJAKAN FISKAL versus KEBIJAKAN MONETER

JAKARTA kontan. Di bawah ancaman inflasi tinggi tahun ini, instrumen berbasis saham masih memberikan untung paling menggiurkan diantara instrumen investasi lainnya. Sejak awal Januari hingga akhir November 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak return 20,49%. Bahkan, reksadana saham membukukan return 25,82%.
Kinerja IHSG sepanjang tahun ini cukup bagus. Di Asia Pasifik, return IHSG berada di urutan keempat setelah BSE Bombay, Shanghai dan SET Bangkok.
Saham sektor konstruksi, properti dan keuangan turut mengangkat kinerja IHSG pada tahun ini. Indeks saham konstruksi dan indeks saham keuangan tumbuh melampaui return IHSG, masing-masing 48,70% dan 33,42%.
Adapun instrumen lain seperti surat utang negara (SUN) seri FR68 mencetak return 8,19% selama 2014 atau year-to-date (ytd). Kemudian rata-rata bunga deposito perbankan bertenor 12 bulan sebesar 6,3%. Sedangkan imbal hasil emas, baik emas batangan Antam maupun emas kontrak di bursa New York, menyusut masing-masing 2% (ytd).
Direktur CIMB Principal Asset Management Gunanta Afrima menyebutkan tingginya kinerja reksadana saham ditopang oleh kinerja fundamental emiten yang baik di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun ini. Di sisi lain, pemilihan umum berjalan aman sesuai harapan. Hal ini turut mengerek pasar saham domestik, yang selama ini menjadi aset reksadana saham.
Tahun depan, reksadana saham diprediksi masih memberikan untung paling tinggi. Kinerja produk ini akan dipicu program pemerintah di sektor infrastruktur. "Jika program pemerintah berjalan sesuai rencana,  maka reksadana saham bisa memberikan keuntungan tinggi, " kata Gunanta.
Direktur Utama Bahana TCW Invesment Management, Edward Lubis menilai, saham merupakan instrumen investasi paling tepat untuk mengoptimalkan imbal hasil.
Tapi tak semua saham menguntungkan. Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, menyarankan investor menjauhi saham batubara. Sebab, harga komoditas ini masih sulit pulih. Saham sektor keuangan juga akan melambat tahun depan.
Di sisi lain, dengan membaiknya ekonomi, saham sektor konsumer dan ritel bisa menjadi kuda hitam pada tahun depan. Ini terkait pelemahan harga minyak dunia. Dus, masyarakat yang biasa memakai BBM non-subsidi akan mengalihkan pendapatannya ke produk konsumer.
Kini, faktor penentu pergerakan pasar saham pada 2015 adalah aksi pemerintah membuktikan janji politiknya untuk perbaikan di segala lini.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, memprediksi IHSG pada tahun ini di posisi 5.253 dan berpotensi tumbuh 11% menjadi 5.843 di tahun depan. Adapun Satrio memperkirakan IHSG di ditutup 5.000-5.350 di akhir 2014 dan bisa tumbuh 19%-22% menjadi 6.100-6.350 di 2015.
Demi memaksimalkan return, investor sebaiknya menghindari instrumen investasi emas di 2015. Menurut Edwin, harga emas sulit bangkit di tengah keperkasaan dollar Amerika Serikat yang diprediksi masih berlanjut hingga tahun depan.
Editor: Sandy Baskoro
well, sekedar pembanding juga, saat sesudah KENAEKAN HARGA BBM BERSUBSIDI ternyata IHSG TETAP TERBANG TINGGI seh, bahkan saat gangguan politis BLACK CAMPAIGN sekali pun :
Data Inflasi dan IHK
Wilayah:
Tahun:
 s/d 
Tabel dan Grafik[sembunyikan]

Tabel Inflasi dan IHK INDONESIA Tahun 2004 - 2009 Menurut Bulan   



BulanTahun 2004Tahun 2005Tahun 2006Tahun 2007Tahun 2008Tahun 2009
IHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasiIHKInflasi
Jan
110.45
0.57
118.53
1.43
138.72
1.36
147.41
1.04
158.26
1.77
113.78
-0.07
Feb
110.43
-0.02
118.33
-0.17
139.53
0.58
148.32
0.62
159.29
0.65
114.02
0.21
Mar
110.83
0.36
120.59
1.91
139.57
0.03
148.67
0.24
160.81
0.95
114.27
0.22
Apr
111.91
0.97
121.00
0.34
139.64
0.05
148.43
-0.16
161.73
0.57
113.92
-0.31
Mei
112.90
0.88
121.25
0.21
140.16
0.37
148.58
0.10
164.01
1.41
113.97
0.04
Jun
113.44
0.48
121.86
0.50
140.79
0.45
148.92
0.23
110.08
2.46
114.10
0.11
Jul
113.88
0.39
122.81
0.78
141.42
0.45
149.99
0.72
111.59
1.37
114.61
0.45
Agt
113.98
0.09
123.48
0.55
141.88
0.33
151.11
0.75
112.16
0.51
115.25
0.56
Sep
114.00
0.02
124.33
0.69
142.42
0.38
152.32
0.80
113.25
0.97
116.46
1.05
Okt
114.64
0.56
135.15
8.70
143.65
0.86
153.53
0.79
113.76
0.45
116.68
0.19
Nov
115.66
0.89
136.92
1.31
144.14
0.34
153.81
0.18
113.90
0.12
116.65
-0.03
Des
116.86
1.04
136.86
-0.04
145.89
1.21
155.50
1.10
113.86
-0.04
117.03
0.33
Tahunan
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06
2.78
Keterangan[sembunyikan]
Keterangan (Notes) :
1. Sebelum April 1979, yang digunakan sebagai dasar yaitu September 1966 ( September 1966 = 100 )
(1. Before April 1979, the base year is September 1966 (September 1966 = 100))
2. Mulai April 1979, digunakan istilah Indeks Harga Konsumen (sebelumnya menggunakan istilah Index Biaya Hidup). Dasarnya April 1977-Maret 1978. Menggunakan pola konsumsi hasil SBH (Survey Biaya Hidup ) tahun 1977/1978 di 17 ibukota propinsi ( April 1977-Maret 1978 = 100 ).
(2.Since April 1979, the Term "Consumer Price Index" has been used ( the term that has been used before is "Cost Living Index"). The base year is April 1977-Maret 1978. CPI using a consumption pattern obtained from 1977/1978 Cost Living Survey in 17 Provincial Capital cities.) (April 1977-Maret 1978=100)
3. Mulai April 1990-1997, IHK menggunakan tahun dasar 1988/1989. Menggunakan pola konsumsi biaya hidup hasil SBH di 27 ibukota propinsi. (1988/1989 = 100 )
(3. Since April 1990-1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from Cost Living Survey in 27 Provincial Capital cities and using 1988/1989 base year) (1988/1989=100)
4. Mulai Desember 1997, IHK menggunakan pola konsumsi hasil SBH di 44 Kota tahun 1996. ( 1996 = 100)
(4 . Since December 1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 1996 Cost of Living Survey in 44 cities(1996=100))
5. Mulai Januari 2004, digunakan tahun dasar 2002. IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 45 kota tahun 2002 ( 2002 = 100 )
(5. Since January 2004, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2002 Cost of Living Survey in 45 cities(2002=100))
6. Mulai Juni 2008, digunakan tahun dasar 2007, IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 66 kota tahun 2007 (2007 = 100)
(6. Since June 2008, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2007 Cost of Living Survey in 66 cities(2007=100))
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

Efek Menyakitkan Naiknya harga BBM Bersubsidi

  • Rabu, 26 Juni 2013 | 17:04 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -Mulai Sabtu (22/6/2013), harga baru bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang lebih mahal berlaku. Setelah empat tahun lebih menikmati premium dan solar seharga Rp 4.500 per liter, pemilik kendaraan bermotor mesti merogoh kocek lebih dalam untuk membeli seliter bensin.
Harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik Rp 1.000 jadi Rp 5.500 per liter. Kenaikan harga BBM bersubsidi ini hampir sama dengan tahun 2008 lalu, tepatnya 24 Mei, pemerintah mengerek harga premium menjadi Rp 6.000 seliter dan solar menjadi Rp 5.500. Itu ketiga kalinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM selama masa pemerintahannya.
Dan, seperti yang sudah-sudah, bak bensin yang gampang menyambar ke mana-mana bila tersulut api, begitu juga efek kenaikan harga BBM bersubsidi. Alhasil, sudah bukan rahasia lagi, infl asi tinggi bakal mengekor kenaikan harga BBM. Lihat saja tahun 2005 dan 2008 lalu, saat pemerintah mendongkrak harga premium dan solar. Angka infl asi ketika itu mencapai dua digit, masing-masing sebesar 17,11 persen dan 11,06 persen.
Tapi, pada kenaikan BBM bersubsidi tahun ini, pemerintah kelewat percaya diri dan berani mematok target inflasi sepanjang 2013 hanya 7,2 persen. Memang, sih, lima bulan pertama inflasi berlari cukup pelan. Apalagi, dua bulan terakhir, April dan Mei terjadi defl asi. Sehingga, inflasi selama Januari hingga Mei lalu baru 2,28 persen.
Deflasi dua bulan berturut-turut tersebut yang membuat pemerintah makin mantap menaikkan harga BBM. “Saya masih percaya inflasi bisa 7,2 persen, tidak setinggi yang waktu itu dimunculkan oleh Bank Indonesia sebesar 7,76 persen,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri.
Cuma, menurut Doddy Arifianto, ekonom Universitas MaChung, Malang, infl ansi tahun ini bisa mencapai 8,1 persen. Sebab, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 10 persen akan menyebabkan inflasi 0,8 persen. Maka, dengan kenaikan harga BBM sekitar 33 persen bakal mendorong infl asi sejauh 2,5 persen.
Doddy memperkirakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap harga barang dan jasa akan berlangsung sampai Desember 2013. Pada bulan pertama dan kedua yang bertepatan dengan bulan puasa dan lebaran, efeknya memang sangat besar. “Tapi, bulan-bulan berikutnya akan mulai menurun dampaknya,” ujar dia.
Hanya, Destri Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengingatkan, jika pemerintah tidak melakukan upaya langsung untuk mengerem kenaikan harga pangan, infl asi bakal terbang tinggi hingga 8,2 persen. Kalau pemerintah mampu menjaga pasokan makanan, inflasi tahun ini hanya 7,8 persen.
Walau tidak bisa menjadi patokan, berkaca ke pengalaman kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2008 yang hanya empat hari menjelang bulan puasa, ketika itu infl asi Oktober mencapai angka fantastis: 8,70 persen. Nah, kenaikan harga BBM tahun 2013 hanya dua pekan menjelang bulan Ramadhan.
Yang pasti, kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyulut inflasi tinggi bakal menggerus daya beli masyarakat. Destri memproyeksikan, daya beli masyarakat yang semestinya bisa tumbuh di atas 5,3 persen tahun ini akan menjadi 5,1 persen.
Sulit tumbuh di atas 6 persen
Kalau sudah begini, pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen bisa terancam. Sebab, konsumsi rumahtangga masih menjadi andalan, selain investasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita tahun 2013.
Kondisi itu diperparah kinerja neraca perdagangan kita yang masih relatif lemah. Ekspor dan impor akan tumbuh pada tingkat yang relatif rendah. Terbukti, April lalu, nilai ekspor Indonesia turun 2,8 persen menjadi 14,69 miliar dollar AS ketimbang Maret yang mencapai 15,02 miliar dollar AS.
Walhasil, rapor neraca perdagangan kita yang sempat biru pada bulan Maret kembali memerah pada April. Neraca dagang kita selama April lalu defisit 1,62 miliar dollar AS.
Selama Januari hingga April 2013, rapor neraca dagang kita juga merah lantaran mengalami defisit sebesar  1,85 miliar dollar AS. Gara-garanya, nilai ekspor Indonesia dalam empat bulan pertama tahun ini hanya 60,11 miliar dollar AS, sementara impor mencapai 61,96 miliar dollar AS. Dan, bukan tidak mungkin defisit neraca dagang akan berlangsung sepanjang tahun.
Kalau itu terjadi, maka mengulang kejadian tahun lalu. Pada 2012, neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 1,65 miliar dollar AS, yang merupakan kejadian pertama kali sejak defi sit tahun 1961 silam.
Terlebih, kenaikan harga BBM bersubsidi ternyata tidak bisa mengerem konsumsi premium dan solar. Lah, buktinya, pemerintah menambah kuota BBM tahun ini dari 46 juta kiloliter (kl) menjadi 48 juta kl. Impor BBM sudah pasti meningkat yang bisa membuat neraca perdagangan defisit lagi.
Kinerja ekspor yang terus keok melawan impor tentu akan menyeret turun pertumbuhan ekonomi tahun ini. Makanya, pemerintah mengoreksi asumsi pertumbuhan menjadi hanya 6,3 persen, dari sebelumnya sebesar 6,8 persen. Ekonomi pada kuartal pertama yang hanya tumbuh 6,02 persen juga menjadi pertimbangan pemerintah memangkas target pertumbuhan ekonomi di tahun 2013.
Namun, target pemerintah terbilang ambisius. Sebab, Destri memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi tahun ini mentok di angka 6 persen. Memang, kenaikan harga BBM awalnya memang akan menyakitkan. Cuma, untuk jangka menengah dan panjang, kebijakan tersebut akan berdampak bagus. “Ke depan pemerintah bisa mengalokasikan dana yang tadinya untuk subsidi BBM ke sektor-sektor lain,” imbuhnya.
Ya, semoga saja begitu.
(SS. Kurniawan, Francisca Bertha Vistika, Asep Munazat Zatnika)
kontan

Tidak ada komentar: