SILA BACA POSTING gw TERBARU @ investasi reksa dana Indonesia gw
MAU BACA KELANJUTAN INVESTASI REKSA DANA, sila klik link ini ya :)
telomerase reactivation, RNA therapy for AGING REVERSAL
KEEP BUYING, jangka panjang LEBE BAGU$, pindah ke http://investasireksadanaindonesiagw.blogspot.com/ aka INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw
gW suka BANGET ketidakPASTIan
Minggu, 07 Juni 2015
inves 1 Juta per bulan @BNP Paribas Ekuitas dalam 5 taon: 191012(lanjutan 08)... s/d Februari 2015
PINDAH KE investasi reksa dana Indonesia GW
per tgl 05 Juni 2015, invest 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas NEH :)
per tgl 06 Februari 2015, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas menjadi triple digit in percentage (inves n BOBO) n double digits @ inves per bulanan seh :
per tgl 08 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas menjadi triple digit in percentage (inves dan bobo) and double digits @ inves per bulanan :
per tgl 04 Agustus 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas:
per tgl 04 Juli 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas:
per tgl 06 Mei 2014, inves 1 juta per bulan @BNP Paribas Ekuitas :
per tgl 10 April 2013 (ini inves yang mulai 2 taon yang lalu seh@JANUARI 2011) :
per tgl 04 Maret 2013:
per tgl 04 Februari 2013:
per tgl 23/01/2013:
per tgl 04/01/2013:
per tgl 28/12/2012:
per tgl 07/12/12:
pra tgl 07/12/12
per tgl 05 Juni 2015, invest 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas NEH :)
per tgl 06 Februari 2015, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas menjadi triple digit in percentage (inves n BOBO) n double digits @ inves per bulanan seh :
per tgl 08 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas menjadi triple digit in percentage (inves dan bobo) and double digits @ inves per bulanan :
per tgl 04 Agustus 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas:
per tgl 04 Juli 2014, inves 1 juta per bulan @ bnp paribas ekuitas:
per tgl 06 Mei 2014, inves 1 juta per bulan @BNP Paribas Ekuitas :
per tgl 10 April 2013 (ini inves yang mulai 2 taon yang lalu seh
per tgl 04 Maret 2013:
per tgl 04 Februari 2013:
per tgl 23/01/2013:
per tgl 04/01/2013:
per tgl 28/12/2012:
per tgl 07/12/12:
pra tgl 07/12/12
per tgl 02 Oktober 2013, imbal hasil 5+ taon @ BNP Paribas Ekuitas dengan inves 1 juta per bulan (kecuali setelah Oktober 2012) ternyata TETAP POSITIF n melampaui rerata suku bunga deposito per taon :
per tgl 24 Januari 201empat, inves 1 Jt per bulan @ BNP PARIBAS EKUITAS sbb:
per tgl 24 Januari 2014, inves 1 juta per bulan @bnp paribas ekuitas selama 5 taon berlanjut sbb:
inves 1 Jt per bulan @Schroder Dana Istimewa April 2011 s/d Maret 2015 (PINDAH KE blog INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw)
sila baca POSTING TERBARU soal inves 1 juta per bulan @SDI April 2015 dst
... per tgl 06 Maret 2015, saat ihsg mencapai 5514 (tertinggi), maka imbal hasil SDI sbb:
INVES Rp1 Jt per bulan maseh memberi pOTENTIAL GAIN% tinggi
.. per tgl 23 Januari 2015, saat IHSG mencapai 5323 (tertinggi), maka imbal hasil SDI mencapai tertinggi juga :
... per tgl 05 Januari 2015, inves 1 juta per bulan @SDI maseh cerah sehingga mencerahkan taon baru ya:
... per tgl 17 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @SDI mencapai salah satu titik tertinggi lah:
per tgl 08 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI (sejak 2011. simak catatan2 gw: krisis dan jumlah unit) tetap lumayan seh (inves jangka panjang ya ;))
per tgl 05 September 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI lumayan lah:
per tgl 05 Agustus 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI tetap positif seh ya :
per tgl 07 Juli 2014, tren NAB SDI sejak 2010 :
per tgl 04 Juli 2014, inves 1 juta per bulan @ schroder dana istimewa sejak 2011:
per tgl 05 Mei 2014: inves 1 Jt per bulan @ SCHRODER DANA ISTIMEWA sejak 2011, Year to date, n 1 taon terakhir: BACA soal IHSG HARI INI
per 04/04/2013, inves 1 juta per bulan sejak 2011, potential gain% maseh positif n tetap naek seh:
per AKHIR MARET 2014 (akhir kuartal 1 2014):
JOKOW1 EFFECT @ 14 Maret 2014:
RIP: Jojon per tgl 06 Maret 201empat, inves 1 juta @SDI maseh kinclong lah :) hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Cara Investasi di Reksa Dana Selasa, 08 Oktober 2013 02:00 wib - BAGAIMANA cara investasi di reksa dana? apakah harus menanamkan modal sekali jalan atau bisa diangsur tiap bulan. Adi SW Jawaban: Hai Adi, cara berinvestasi reksa dana cukup mudah. Betul,
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh per tgl 4 Maret 2013, dollar cost averaging strategy @Schroder Dana Istimewa:
NILAI ASET TOTAL per tgl 15 Maret 2013 @SDI:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
per tgl 11 April 2013, skenario INVES 1 JUTA @schroder dana istimewa, maseh LUMAYAN lah, bwat YG BERSAKU CEKAK ... :)
per tgl 03 Mei 2013 uda di atas +20% seh dalam 2 taon +:
per tgl 04 Juni 2013, inves 1 juta perak per bulan @SDI memberi potential gain % @ +27% :
... per tgl 06 Maret 2015, saat ihsg mencapai 5514 (tertinggi), maka imbal hasil SDI sbb:
INVES Rp1 Jt per bulan maseh memberi pOTENTIAL GAIN% tinggi
.. per tgl 23 Januari 2015, saat IHSG mencapai 5323 (tertinggi), maka imbal hasil SDI mencapai tertinggi juga :
... per tgl 05 Januari 2015, inves 1 juta per bulan @SDI maseh cerah sehingga mencerahkan taon baru ya:
... per tgl 17 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @SDI mencapai salah satu titik tertinggi lah:
per tgl 08 Oktober 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI (sejak 2011. simak catatan2 gw: krisis dan jumlah unit) tetap lumayan seh (inves jangka panjang ya ;))
per tgl 05 September 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI lumayan lah:
per tgl 05 Agustus 2014, inves 1 juta per bulan @ SDI tetap positif seh ya :
per tgl 07 Juli 2014, tren NAB SDI sejak 2010 :
per tgl 04 Juli 2014, inves 1 juta per bulan @ schroder dana istimewa sejak 2011:
per tgl 05 Mei 2014: inves 1 Jt per bulan @ SCHRODER DANA ISTIMEWA sejak 2011, Year to date, n 1 taon terakhir: BACA soal IHSG HARI INI
per 04/04/2013, inves 1 juta per bulan sejak 2011, potential gain% maseh positif n tetap naek seh:
per AKHIR MARET 2014 (akhir kuartal 1 2014):
JOKOW1 EFFECT @ 14 Maret 2014:
biar gimana, jika disimak baik-baik, dari tabel2 tersebut tampak bahwa INVES JANGKA PANJANG LEBE BAGUS daripada inves jangka pendek, itu lah CIRI UTAMA INVES REKSA DANA SAHAM, bukan cuma ogut yang alami, ya, semua penginves reksa dana saham, khususnya dalam contoh ini, schroder dana istimewa (bandingkan TREN NAB dari 2011, 2013, n 2014, maka berurutan potential gain% nya : + 35%, 21%, n 19%), sederhana :)
RIP: Jojon per tgl 06 Maret 201empat, inves 1 juta @SDI maseh kinclong lah :) hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Cara Investasi di Reksa Dana Selasa, 08 Oktober 2013 02:00 wib - BAGAIMANA cara investasi di reksa dana? apakah harus menanamkan modal sekali jalan atau bisa diangsur tiap bulan. Adi SW Jawaban: Hai Adi, cara berinvestasi reksa dana cukup mudah. Betul,
nasabah diberikan pilihan bisa investasi sekaligus ataupun bisa diangsur tiap bulan. Untuk investasi sekaligus bisa pada hari itu juga, sedangkan untuk model angsuran, nasabah dapat memilih setiap tanggal berapa setiap bulan dana dipotong dari rekening. Adi bisa memilih Rp500.000 untuk tanggal 1 tiap bulan misalnya. Adi juga menentukan berapa lama jangka waktunya, misalnya dana dipotong setiap bulan selama 12 bulan.
Untuk masuk reksa dana, kita dapat mengunjungi cabang bank terdekat yang telah menjadi agen penjual reksadana tersebut, bisa ditanyakan langsung lewat bank tersebut atau ditanyakan lewat manager investasi reksadana tersebut yang biasanya diumumkan lewat websitenya. Selamat berinvestasi.
per 1 Februari 2013:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjNovember, reksadana saham minus 0,62%
Oleh Wahyu Satriani, Dina Farisah, Noor Muhammad Falih - Rabu, 05 Desember 2012 | 07:17 WIB
JAKARTA. Kinerja reksadana saham sepanjang November 2012
melempem. Menilik data PT Infovesta Utama, rata-rata return reksadana
saham atau Indeks Reksadana Saham (IRDSH) di November 2012 minus 0,62%.
Kondisi ini mengikuti performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
juga minus 1,7%.
Jika menghitungnya sejak awal tahun sampai November 2012 atau year-to-date (ytd) return reksadana saham sebesar 9,35%. Angka ini turun ketimbang return sampai Oktober yang sebesar 10,04%. Kinerja reksadana saham itu juga masih di bawah return IHSG yang sebesar 11,88% ytd.
Kinerja sejumlah reksadana saham berbasis komoditas terlihat mengecewakan. Sebut saja, Danareksa Mawar Komoditas 10 milik PT Danareksa Investment Management (DIM). Return reksadana ini -8,46%. Demikian juga dengan Mandiri Komoditas Syariah Plus yang mencetak return minus 8,03%.
Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama mengatakan, kinerja reksadana saham yang suram di November dipicu oleh sentimen negatif jurang fiskal (fiscal cliff) di Amerika Serikat (AS). Ini membuat harga saham berguguran.
Bangkit tahun depan
Saham-saham berkapitalisasi besar terkoreksi. Padahal, "Saham-saham ini menjadi pegangan reksadana saham," kata Edbert, Selasa (4/12).
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Zulfa Hendri, mengatakan, kinerja Danareksa Komoditas Mawar 10 jeblok karena kinerja emiten berbasis komoditas yang menurun. Sehingga return yang diberikan juga ikut minus.
Produk ini menempatkan sekitar 42,58% dari total portfolio pada saham sektor pertambangan. Sisanya antara lain ditempatkan pada saham-saham di sektor agrikultur, properti dan industri dasar.
Sementara, return reksadana Panin Dana Syariah Saham milik PT Panin Asset Management November juga kurang memuaskan. Return reksadana yang baru diluncurkan Juli 2012 ini minus 0,06%. "Tapi saya optimistis di kuartal-I 2013 nanti, kinerja reksadana ini akan bagus," ujar Ridwan Soetedja, Direktur PT Panin Asset Management.
Optimisme itu dilihat dari sejumlah manajer investasi (MI) yang tetap akan meluncurkan reksadana anyar di tahun depan. Direktur Batavia Prosperindo, Yulius Manto, menuturkan, Batavia akan menerbitkan satu reksadana saham di tahun depan. "Produk baru ini diharapkan bisa meraih dana kelolaan Rp 500 miliar dengan return di atas 15% per tahun," kata dia.
Direktur MNC Asset Management, Suwito Haryatno, menimpali, pihaknya juga akan meluncurkan produk baru. MNC akan menempatkan underlying asset di sektor konsumer, infrastruktur, dan konstruksi.
Edbert optimistis, kinerja reksadana saham pada akhir 2012 akan positif akibat window dressing. Berdasarkan data historis selama 10 tahun terakhir, window dressing akan menopang kinerja reksadana di akhir tahun. Ia memproyeksikan imbal hasil reksadana saham per Desember 2012 bisa bergerak positif ke kisaran 1,5%-2%. Sementara return sepanjang Desember 2012 diprediksi bisa mencapai 10%-12% ytd.
per tgl 04 Januari 2013:
Jika menghitungnya sejak awal tahun sampai November 2012 atau year-to-date (ytd) return reksadana saham sebesar 9,35%. Angka ini turun ketimbang return sampai Oktober yang sebesar 10,04%. Kinerja reksadana saham itu juga masih di bawah return IHSG yang sebesar 11,88% ytd.
Kinerja sejumlah reksadana saham berbasis komoditas terlihat mengecewakan. Sebut saja, Danareksa Mawar Komoditas 10 milik PT Danareksa Investment Management (DIM). Return reksadana ini -8,46%. Demikian juga dengan Mandiri Komoditas Syariah Plus yang mencetak return minus 8,03%.
Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama mengatakan, kinerja reksadana saham yang suram di November dipicu oleh sentimen negatif jurang fiskal (fiscal cliff) di Amerika Serikat (AS). Ini membuat harga saham berguguran.
Bangkit tahun depan
Saham-saham berkapitalisasi besar terkoreksi. Padahal, "Saham-saham ini menjadi pegangan reksadana saham," kata Edbert, Selasa (4/12).
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Zulfa Hendri, mengatakan, kinerja Danareksa Komoditas Mawar 10 jeblok karena kinerja emiten berbasis komoditas yang menurun. Sehingga return yang diberikan juga ikut minus.
Produk ini menempatkan sekitar 42,58% dari total portfolio pada saham sektor pertambangan. Sisanya antara lain ditempatkan pada saham-saham di sektor agrikultur, properti dan industri dasar.
Sementara, return reksadana Panin Dana Syariah Saham milik PT Panin Asset Management November juga kurang memuaskan. Return reksadana yang baru diluncurkan Juli 2012 ini minus 0,06%. "Tapi saya optimistis di kuartal-I 2013 nanti, kinerja reksadana ini akan bagus," ujar Ridwan Soetedja, Direktur PT Panin Asset Management.
Optimisme itu dilihat dari sejumlah manajer investasi (MI) yang tetap akan meluncurkan reksadana anyar di tahun depan. Direktur Batavia Prosperindo, Yulius Manto, menuturkan, Batavia akan menerbitkan satu reksadana saham di tahun depan. "Produk baru ini diharapkan bisa meraih dana kelolaan Rp 500 miliar dengan return di atas 15% per tahun," kata dia.
Direktur MNC Asset Management, Suwito Haryatno, menimpali, pihaknya juga akan meluncurkan produk baru. MNC akan menempatkan underlying asset di sektor konsumer, infrastruktur, dan konstruksi.
Edbert optimistis, kinerja reksadana saham pada akhir 2012 akan positif akibat window dressing. Berdasarkan data historis selama 10 tahun terakhir, window dressing akan menopang kinerja reksadana di akhir tahun. Ia memproyeksikan imbal hasil reksadana saham per Desember 2012 bisa bergerak positif ke kisaran 1,5%-2%. Sementara return sepanjang Desember 2012 diprediksi bisa mencapai 10%-12% ytd.
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh per tgl 4 Maret 2013, dollar cost averaging strategy @Schroder Dana Istimewa:
NILAI ASET TOTAL per tgl 15 Maret 2013 @SDI:
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
per tgl 11 April 2013, skenario INVES 1 JUTA @schroder dana istimewa, maseh LUMAYAN lah, bwat YG BERSAKU CEKAK ... :)
ekh, bwat yang MO SEKALI TARUH (kayak taruh taruhan di atas meja rolet aja ... :P) juga lumayan GEDE tuh ... :)
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
per tgl 03 Mei 2013 uda di atas +20% seh dalam 2 taon +:
per tgl 04 Juni 2013, inves 1 juta perak per bulan @SDI memberi potential gain % @ +27% :
per tgl 02 Agustus 2013, neh saat pembalikan arah positif lage :
per tgl 04 September 2013:
per tgl 02 Oktober 2013, tetap memberi potential gain % positif lage neh :
per tgl 04 November 2013:
per tgl 27 Desember 2013:
per tgl 24 Januari 201empat:
Sabtu, 21 Maret 2015
100 hari PEMERINTAHAN Jokow1 @ REKSA DANA SAHAM neh ... (210315)
per 5 bulan pemerintahan Jokowi, analis semakin MENEGUHKAN EKSISTENSI JOKOWI as #1:
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, imbal hasil (return) reksa dana saham sepanjang Januari 2015 tercatat 0,62% atau di bawah pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sekitar 1,19%. Selain mencatat return lebih rendah dari IHSG, return reksa dana saham juga lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap.
Return reksa dana campuran tercatat 0,96% dan reksa dana pendapatan tetap mencatatkanreturn cukup tinggi mencapai 3,31%. Padahal, sepanjang tahun lalu kinerja reksa dana saham sangat cemerlang. return reksa dana saham tahun lalu tercatat 27,86% atau di atas pertumbuhan IHSG yang 22,29%. Adapun, return reksa dana campuran tercaat 16,91% dan reksa dana pendapatan tetap 7,85%.
Bila melihat data tersebut, reksa dana pendapatan tetap atau yang sebagian besar asetnya obligasi menorehkan return yang bagus. Data Infovesta menunjukkan, Infovesta Government Bond Index yang merupakan acuan obligasi tercatat tumbuh 3,76% sepanjang Januari 2015.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama, mengatakan lebih rendahnya imbal hasil reksa dana saham dibandingkan dengan reksa dana campuran dan pendapatan tetap disebabkan oleh kinerja bursa obligasi yang lebih unggul dibandingkan dengan saham pada periode tersebut.
Selama Januari, beberapa sentimen positif yang menopang kinerja bursa saham dan obligasi a.l adanya ekspetasi inflasi yang melandai pasca penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan stimulus yang dikucurkan oleh Bank Sentral Eropa.
Sementara itu, kinerja reksa dana saham yang lebih rendah dibandingkan dengan IHSG lebih disebabkan oleh pergerakan reksa dana saham yang cenderung lebih agresif dibandingkan dengan IHSG. Akibatnya, pada saat bursa saham beberapa kali terkoreksi secara harian di Januari, penurunan yang terjadi pada reksa dana saham lebih dalam.
“Akibatnya, jika diamati secara bulanan, kinerja reksa dana saham tercatat lebih rendah dibandingkan dengan IHSG,” kata Vilia saat dihubungi Bisnis, Senin (2/2/2012).
Dia memperkirakan, kinerja reksa dana saham yang masih di bawah pertumbuhan IHSG masih akan berlanjut dalam jangka pendek. “Masih berlanjut jika pergerakan IHSG masiih fluktuatif akibat minimnya sentimen positif dari domestik yang dapat mendongkrak tren positif di bursa saham,” jelasnya.
Beri Kesempatan pada Jokowi
Jumat, 20 Maret 2015 | 10:21
Lima bulan pemerintahan Presiden Joko Widodo diwarnai
dengan kegaduhan politik dan ekonomi. Jokowi tak dapat langsung berlari
kencang membangun negeri alias tancap gas, seusai dilantik. Diakui atau
tidak, ada beban politis yang disandangnya. Rencana tol laut,
pembangunan waduk, pembuatan pembangkit listrik maupun infrastruktur,
terkubur oleh ingar-bingar isu politik seperti koalisi parpol yang
bersaing mendapatkan kekuasaan di DPR, isu pemakzulan presiden, hingga
kisruh KPK-Polri.
Sebuah survei awal Maret ini menyebutkan, persepsi positif publik di media sosial terhadap figur Presiden Jokowi menurun. Survei ini tidak mewakili persepsi keseluruhan rakyat Indonesia yang begitu heterogen. Survei hanya mengakomodasi generasi kelas menengah pengguna media sosial. Namun demikian, fenomena ini perlu dicermati mengingat kelompok yang lekat dengan media sosial ini berkontribusi secara signifikan dalam mendukung Jokowi sebagai presiden.
Menurunnya persepsi positif Jokowi beriringan dengan sikap kritis para relawan pendukung Jokowi yang dalam beberapa kesempatan memberikan peringatan kepada presiden pilihan mereka. Ada sikap-sikap dan kebijakan Jokowi yang menurut sebagian kalangan, perlu dikoreksi.
Kita tidak memandang pergulatan politik lima bulan pemerintahan Jokowi sebagai sebuah kegagalan total. Pertama, karena masa awal pemerintahan ini adalah masa di mana kabinet Jokowi membangun fondasi pemerintahan dengan pendekatan visi-misi yang dimunculkan.
Kedua, menteri-menteri masih melakukan konsolidasi internal. Apalagi ketika muncul kementerian baru di mana perlu waktu untuk dapat menyusun struktur baru dan kemudian menjalankannya.
Ketiga, persoalan yang mengemuka bukan merupakan sebab-akibat langsung dari kebijakan Jokowi. Persaingan di DPR antara koalisi partai pendukung Jokowi yang bernaung dalam Koalisi Indonesia Hebat melawan Koalisi Merah Putih, adalah imbas Pilpres 2014. Sedangkan kisruh KPK-Polri, bila dicermati, sejatinya sudah tersemai bibit-bibit konflik sebelumnya. Edisi "Cecak-Buaya" di mana Kabareskrim Mabes Polri saat itu dijabat Komjen Pol Susno Duadji adalah awal “perang terbuka” KPK-Polri.
Lalu, kasus korupsi di Korlantas Mabes Polri yang diungkap KPK dianggap publik sebagai edisi lanjutan perseteruan KPK-Polri. Ketika muncul pemantik, calon kapolri pilihan Jokowi dinyatakan tersangka oleh KPK, perselisihan antarlembaga penegak hukum ini muncul kembali.
Pada kenyataannya, popularitas Jokowi turun. Situasi seperti ini tidak boleh dibiarkan bila pemerintah tidak ingin kepercayaan masyarakat maupun pelaku bisnis terus merosot. Ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki agar kinerja pemerintah benar-benar seperti yang diharapkan rakyat dan sesuai janji kampanye Jokowi. Kacamata untuk menilai kinerja pemerintah adalah dengan membandingkan apa yang dicita-citakan Jokowi-JK dengan kebijakan nyata dan tren kinerja pemerintah saat ini. Sekurangnya ada empat bidang untuk mengukur pelaksanaan Nawa Cita.
Pertama, apakah negara hadir di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), penegakan hukum, ekonomi, kesehatan dan pendidikan? Pada bidang kamtibmas, pemerintah telah berhasil menghadirkan negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Rakyat tidak merasakan terintimidasi oleh kekuatan tertentu, sehingga tidak merasa aman di negeri sendiri. Relatif tidak ada gangguan kriminal menonjol, apalagi aksi terorisme.
Pada bidang ekonomi, belum terasa kehadiran negara berkaitan dengan kondisi harga dan ketersediaan bahan pokok. Di bidang moneter, pemerintah sedang berupaya menjaga nilai tukar rupiah dari keterpurukan. Sedangkan pembangunan infrastruktur apalagi berkaitan dengan cita-cita terciptanya kedaulatan pangan dan energi belum tampak pada lima bulan ini.
Bidang penegakan hukum adalah rapor terjelek pemerintah. Persoalan KPK-Polri dan kesan adanya amputasi terhadap KPK cukup melukai setiap insan negeri yang bermimpi Indonesia bebas dari korupsi. Bagaimana proses KPK menetapkan tersangka, praperadilan yang menggugurkan penetapan tersangka, lalu Polri yang tiba-tiba begitu rajin mengusut laporan karena sang terlapor adalah personel KPK, memberikan kesan bahwa penegakan hukum bisa menjadi permainan.
Kedua, benarkah pemerintah sudah mewujudkan "menolak negara lemah"? Publik telanjur mengecap bahwa tak semua pembantu presiden adalah orang-orang terpilih yang benar-benar bersih, termasuk ketika seorang calon kapolri ditetapkan sebagai tersangka gratifikasi.
Salah satu item Nawa Cita adalah menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Namun, belakangan munculnya wacana dari Kemkumham akan adanya remisi para koruptor. Ide ini tentu mencederai semangat Nawa Cita.
Di bidang lain lembaga kepresidenan dianggap lemah. Ketiadaan juru bicara kepresidenan membuat beberapa kali presiden maupun menteri blunder. Rapat-rapat di Istana hasilnya tidak diungkap secara jelas kepada publik. Berkaitan dengan soal kewenangan staf kepresidenan dan pemilihan anggota Dewan Pertimbangan Presiden juga menjadi penilaian kurang dari pemerintahan saat ini.
Di sisi lain, negara cukup kuat dalam hal diplomasi luar negeri. Pada kasus hukuman mati Indonesia tidak terpengaruh opini maupun tekanan negara lain. Hal ini membuktikan kedaulatan pemerintah, mengingat pemerintah juga tidak mencampuri kebijakan dalam negeri negara lain.
Ketiga, apakah sudah terlihat pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi dan domestik?
Keempat, adalah sejauh mana revolusi mental telah terjadi dan diterapkan di birokrasi pemerintahan? Apakah masih sekadar semboyan kosong atau mulai dirintis?
Parameter tadi menempatkan pemerintahan Jokowi pada posisi masih belum sesuai harapan publik yang telanjur terbuai janji kampanye. Namun, bukan berarti rapor lima bulan ini sebuah kegagalan. Semoga pemerintah terlecut oleh penilaian rakyat.
Sebuah survei awal Maret ini menyebutkan, persepsi positif publik di media sosial terhadap figur Presiden Jokowi menurun. Survei ini tidak mewakili persepsi keseluruhan rakyat Indonesia yang begitu heterogen. Survei hanya mengakomodasi generasi kelas menengah pengguna media sosial. Namun demikian, fenomena ini perlu dicermati mengingat kelompok yang lekat dengan media sosial ini berkontribusi secara signifikan dalam mendukung Jokowi sebagai presiden.
Menurunnya persepsi positif Jokowi beriringan dengan sikap kritis para relawan pendukung Jokowi yang dalam beberapa kesempatan memberikan peringatan kepada presiden pilihan mereka. Ada sikap-sikap dan kebijakan Jokowi yang menurut sebagian kalangan, perlu dikoreksi.
Kita tidak memandang pergulatan politik lima bulan pemerintahan Jokowi sebagai sebuah kegagalan total. Pertama, karena masa awal pemerintahan ini adalah masa di mana kabinet Jokowi membangun fondasi pemerintahan dengan pendekatan visi-misi yang dimunculkan.
Kedua, menteri-menteri masih melakukan konsolidasi internal. Apalagi ketika muncul kementerian baru di mana perlu waktu untuk dapat menyusun struktur baru dan kemudian menjalankannya.
Ketiga, persoalan yang mengemuka bukan merupakan sebab-akibat langsung dari kebijakan Jokowi. Persaingan di DPR antara koalisi partai pendukung Jokowi yang bernaung dalam Koalisi Indonesia Hebat melawan Koalisi Merah Putih, adalah imbas Pilpres 2014. Sedangkan kisruh KPK-Polri, bila dicermati, sejatinya sudah tersemai bibit-bibit konflik sebelumnya. Edisi "Cecak-Buaya" di mana Kabareskrim Mabes Polri saat itu dijabat Komjen Pol Susno Duadji adalah awal “perang terbuka” KPK-Polri.
Lalu, kasus korupsi di Korlantas Mabes Polri yang diungkap KPK dianggap publik sebagai edisi lanjutan perseteruan KPK-Polri. Ketika muncul pemantik, calon kapolri pilihan Jokowi dinyatakan tersangka oleh KPK, perselisihan antarlembaga penegak hukum ini muncul kembali.
Pada kenyataannya, popularitas Jokowi turun. Situasi seperti ini tidak boleh dibiarkan bila pemerintah tidak ingin kepercayaan masyarakat maupun pelaku bisnis terus merosot. Ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki agar kinerja pemerintah benar-benar seperti yang diharapkan rakyat dan sesuai janji kampanye Jokowi. Kacamata untuk menilai kinerja pemerintah adalah dengan membandingkan apa yang dicita-citakan Jokowi-JK dengan kebijakan nyata dan tren kinerja pemerintah saat ini. Sekurangnya ada empat bidang untuk mengukur pelaksanaan Nawa Cita.
Pertama, apakah negara hadir di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), penegakan hukum, ekonomi, kesehatan dan pendidikan? Pada bidang kamtibmas, pemerintah telah berhasil menghadirkan negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Rakyat tidak merasakan terintimidasi oleh kekuatan tertentu, sehingga tidak merasa aman di negeri sendiri. Relatif tidak ada gangguan kriminal menonjol, apalagi aksi terorisme.
Pada bidang ekonomi, belum terasa kehadiran negara berkaitan dengan kondisi harga dan ketersediaan bahan pokok. Di bidang moneter, pemerintah sedang berupaya menjaga nilai tukar rupiah dari keterpurukan. Sedangkan pembangunan infrastruktur apalagi berkaitan dengan cita-cita terciptanya kedaulatan pangan dan energi belum tampak pada lima bulan ini.
Bidang penegakan hukum adalah rapor terjelek pemerintah. Persoalan KPK-Polri dan kesan adanya amputasi terhadap KPK cukup melukai setiap insan negeri yang bermimpi Indonesia bebas dari korupsi. Bagaimana proses KPK menetapkan tersangka, praperadilan yang menggugurkan penetapan tersangka, lalu Polri yang tiba-tiba begitu rajin mengusut laporan karena sang terlapor adalah personel KPK, memberikan kesan bahwa penegakan hukum bisa menjadi permainan.
Kedua, benarkah pemerintah sudah mewujudkan "menolak negara lemah"? Publik telanjur mengecap bahwa tak semua pembantu presiden adalah orang-orang terpilih yang benar-benar bersih, termasuk ketika seorang calon kapolri ditetapkan sebagai tersangka gratifikasi.
Salah satu item Nawa Cita adalah menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Namun, belakangan munculnya wacana dari Kemkumham akan adanya remisi para koruptor. Ide ini tentu mencederai semangat Nawa Cita.
Di bidang lain lembaga kepresidenan dianggap lemah. Ketiadaan juru bicara kepresidenan membuat beberapa kali presiden maupun menteri blunder. Rapat-rapat di Istana hasilnya tidak diungkap secara jelas kepada publik. Berkaitan dengan soal kewenangan staf kepresidenan dan pemilihan anggota Dewan Pertimbangan Presiden juga menjadi penilaian kurang dari pemerintahan saat ini.
Di sisi lain, negara cukup kuat dalam hal diplomasi luar negeri. Pada kasus hukuman mati Indonesia tidak terpengaruh opini maupun tekanan negara lain. Hal ini membuktikan kedaulatan pemerintah, mengingat pemerintah juga tidak mencampuri kebijakan dalam negeri negara lain.
Ketiga, apakah sudah terlihat pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi dan domestik?
Keempat, adalah sejauh mana revolusi mental telah terjadi dan diterapkan di birokrasi pemerintahan? Apakah masih sekadar semboyan kosong atau mulai dirintis?
Parameter tadi menempatkan pemerintahan Jokowi pada posisi masih belum sesuai harapan publik yang telanjur terbuai janji kampanye. Namun, bukan berarti rapor lima bulan ini sebuah kegagalan. Semoga pemerintah terlecut oleh penilaian rakyat.
kontan Sebelum beraktivitas pagi ini, Anda bisa
menyimak sejumlah berita portofolio di Harian KONTAN edisi Rabu, 11
Februari 2015. Berikut cuplikannya.
Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak rekor tertinggi baru turut melambaungkan nilai aset dasar sejumlah reksadana saham. Riset KONTAN menemukan 39 produk reksadana saham yang mencetak rekor tertinggi Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaannya (NAB/UP) pada hari yang sama.
Analis memprediksi, IHSG bisa ditutup di level 5.800 hingga 5.950 pada akhir tahun ini. Dengan potensi tersebut, peluang pertumbuhan return reksadana saham masih terbuka lebar. Berapa perkiraan return reksadana saham yang bisa diraih hingga akhir tahun ini?
Selain itu diulas pula hasil lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pada Selasa (10/2). Investor masih memburu SBSN alias sukuk tenor pendek pada lelang Selasa (10/2). Dari total penawaran yang masuk mencapai Rp 11,61 triliun, seri project based sukuk (PBS) 008 bertenor 1,5 tahun mendapat penawaran sebesar Rp 4,5 triliun. Apa alasan investor lebih memburu sukuk tenor pendek?
Simak berita selengkapnya di Halaman 6.
Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak rekor tertinggi baru turut melambaungkan nilai aset dasar sejumlah reksadana saham. Riset KONTAN menemukan 39 produk reksadana saham yang mencetak rekor tertinggi Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaannya (NAB/UP) pada hari yang sama.
Analis memprediksi, IHSG bisa ditutup di level 5.800 hingga 5.950 pada akhir tahun ini. Dengan potensi tersebut, peluang pertumbuhan return reksadana saham masih terbuka lebar. Berapa perkiraan return reksadana saham yang bisa diraih hingga akhir tahun ini?
Selain itu diulas pula hasil lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pada Selasa (10/2). Investor masih memburu SBSN alias sukuk tenor pendek pada lelang Selasa (10/2). Dari total penawaran yang masuk mencapai Rp 11,61 triliun, seri project based sukuk (PBS) 008 bertenor 1,5 tahun mendapat penawaran sebesar Rp 4,5 triliun. Apa alasan investor lebih memburu sukuk tenor pendek?
Simak berita selengkapnya di Halaman 6.
Editor: Dupla KS
Bisnis.com, JAKARTA--Prediksi kinerja reksa dana saham tahun ini tak secemerlang tahun lalu bisa jadi benar. Sepanjang Januari 2015, imbal hasil reksa dana saham underperform atau lebih rendah dari pertumbuhan indeks harga saham gabungan.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, imbal hasil (return) reksa dana saham sepanjang Januari 2015 tercatat 0,62% atau di bawah pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sekitar 1,19%. Selain mencatat return lebih rendah dari IHSG, return reksa dana saham juga lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap.
Return reksa dana campuran tercatat 0,96% dan reksa dana pendapatan tetap mencatatkanreturn cukup tinggi mencapai 3,31%. Padahal, sepanjang tahun lalu kinerja reksa dana saham sangat cemerlang. return reksa dana saham tahun lalu tercatat 27,86% atau di atas pertumbuhan IHSG yang 22,29%. Adapun, return reksa dana campuran tercaat 16,91% dan reksa dana pendapatan tetap 7,85%.
Bila melihat data tersebut, reksa dana pendapatan tetap atau yang sebagian besar asetnya obligasi menorehkan return yang bagus. Data Infovesta menunjukkan, Infovesta Government Bond Index yang merupakan acuan obligasi tercatat tumbuh 3,76% sepanjang Januari 2015.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama, mengatakan lebih rendahnya imbal hasil reksa dana saham dibandingkan dengan reksa dana campuran dan pendapatan tetap disebabkan oleh kinerja bursa obligasi yang lebih unggul dibandingkan dengan saham pada periode tersebut.
Selama Januari, beberapa sentimen positif yang menopang kinerja bursa saham dan obligasi a.l adanya ekspetasi inflasi yang melandai pasca penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan stimulus yang dikucurkan oleh Bank Sentral Eropa.
Sementara itu, kinerja reksa dana saham yang lebih rendah dibandingkan dengan IHSG lebih disebabkan oleh pergerakan reksa dana saham yang cenderung lebih agresif dibandingkan dengan IHSG. Akibatnya, pada saat bursa saham beberapa kali terkoreksi secara harian di Januari, penurunan yang terjadi pada reksa dana saham lebih dalam.
“Akibatnya, jika diamati secara bulanan, kinerja reksa dana saham tercatat lebih rendah dibandingkan dengan IHSG,” kata Vilia saat dihubungi Bisnis, Senin (2/2/2012).
Dia memperkirakan, kinerja reksa dana saham yang masih di bawah pertumbuhan IHSG masih akan berlanjut dalam jangka pendek. “Masih berlanjut jika pergerakan IHSG masiih fluktuatif akibat minimnya sentimen positif dari domestik yang dapat mendongkrak tren positif di bursa saham,” jelasnya.
Kamis, 19 Maret 2015
ketidakpastian dan kepastian ITU NYAWA REKSA DANA ...dah : 270310 / 311214/190315 (SUKU BUNGA FED FUND)
http://ekonomitakserius.wordpress.com/2008/11/30/sempurna-what-crisis-3/
baca posting gw di link tersebut ... ga biasanya gw bisa berani mengekspektasikan dan memprediksikan bahwa GAIN DAHSYAT bisa terjadi di REKSA DANA SAHAM gw ... well, mungkin CUMA KEBETULAN doank, mirip seperti KATA TALEB, sang doktor statistik ahli maen obligasi dari amrik yang TENAR dengan karya tulisannya: BLACK SWAN :P
... jelas saat itu situasi KRISFINALO amat MENGGUNCANGKAN JANTUNG PARA INVESTOR, termasuk INVESTOR KELAS KAKAP LOKAL dan GLOBAL ... tapi gw SANTE MENAHAN SEMUA REKSA DANA GW dan MALAH BELI MASUK REKSA DANA SAHAM dan SEDIKIT REKSA DANA PENDAPATAN TETAP serta PASAR UANG ... malah dalam 2 bulan setelah Oktober 2008 gw berhasil MEREDEEM puluhan juta rupiah untuk JALAN2 BARENG keluarga di oz :) ... tampaknya jalan2 lagi di musim dingin oz tahun ini, gw bakal pake hasil REDEMPTION sebagian reksa dana saham gw dah, sementara NAB aset reksa dana saham dan total gw maseh tetap NANJAK ... well, liat aja dah :)
SAAT THE FED DITUNGGU lalu THE FED MENDENGARKAN PASAR clearly
NAB reksa dana saham yang gw ikutan per tanggal 26 Maret 2010 berdasarkan infovesta.com:
Fortis Ekuitas: 11015,26 GAIN (TERHADAP NAB per 28 Oktober 2008): +211,57%
Manulife Dana Saham: 7605,11 GAIN : +177,02%
Manulife Saham Andalan: 1227,07 GAIN: +213,21%
Phinisi Dana Saham: 13622,63 GAIN: +184,71%
PNM ekuitas syariah: 1420,71 GAIN: +164,35%
Schroder Dana Istimewa: 3699,66 GAIN: +181,06%
Schroder Dana Prestasi Plus: 16879,47 GAIN: +182,23%
ps. fortis ekuitas gw masuk sejak 2005, dengan NAB: 3454,97 berarti GAIN mutakhir= 218,82% ... nah beneran ocehan gw pada beberapa orang dan teman: KRISIS ITU JALAN PINTAS MENUJU KEBERHASILAN TINGGI dah ... seorang teman gw bilang, bukan krisis, tapi FLUKTUASI ... well doi juga benar, karena FUNDAMENTAL DASAR DARI SEGALA DASAR keberhasilan sebuah investasi apa pun adalah FLUKTUASI ANTARA HARGA BELI dan JUAL ... investor seni beli lukisan di harga 1 juta dolar, lalu jual lagi di harga 500.000 dolar karena KRISMON ... itu namanya rugi khan (ini contoh kehidupan sehari-hari yang benar-benar terjadi lho) ... well, gw berusaha sedapat mungkin TIDAK MAEN CUT LOSSES di reksa dana, dan maseh berhasil tukh ... tapi coba perhatikan daftar gw di atas yaitu GAIN pada semua reksa dana saham yang gw punya ... juga perhatikan juga imbal hasil fortis ekuitas sejak pertama kali gw masuk dan PADA SAAT KRISFINALO :)
ps lagi :
coba baca KOMENTAR OMBEN: http://investasireksadanaindonesia09.blogspot.com/2009/05/gain-nab-sdpp-6-bulan-sejak-bottom.html?showComment=1242119577562#comment-c7489923474171509133
dan baca JAWABAN GW juga ... dan liat hasil nya sbb:
pada saat gw posting tersebut, yaitu per tgl. 05 Mei 2009, imbal hasil SDPP sudah mencapai 70%
lalu saat gw sekarang tulis posting ini, 26 Maret 2010, imbal hasil SDPP: 182% terhadap 28 Oktober 2008
jadi ada selisih GAIN: DI ATAS 100%, padahal gw cuma memprediksikan 40-70% itu pun dengan KERAGUAN karena situasi KRISFINALO maseh ANGET ABIS, belum ada LEDAKAN DI PANSUS CENTURY yang MENGABAIKAN SAMA SEKALI KRISFINALO karena alasan politis
ggggggggggggggggHHHHHHHHHHHHHHHHHHHggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
Antifragile: Things That Gain from Disorder
Hardcover by ---Taleb, Nassim Nicholas --- ---
Nassim Nicholas Taleb, the bestselling author of "The Black Swan" and one of the foremost thinkers of our time, reveals how to thrive in an uncertain world.
Just as human bones get stronger when subjected to stress and tension, and rumors or riots intensify when someone tries to repress them, many things in life benefit from stress, disorder, volatility, and turmoil. What Taleb has identified and calls "antifragile" is that category of things that not only gain from chaos but need it in order to survive and flourish.
In "The Black Swan, "Taleb showed us that highly improbable and unpredictable events underlie almost everything about our world. In "Antifragile, " Taleb stands uncertainty on its head, making it desirable, even necessary, and proposes that things be built in an antifragile manner. The antifragile is beyond the resilient or robust. The resilient resists shocks and stays the same; the antifragile gets better and better.
Furthermore, the antifragile is immune to prediction errors and protected from adverse events. Why is the city-state better than the nation-state, why is debt bad for you, and why is what we call "efficient" not efficient at all? Why do government responses and social policies protect the strong and hurt the weak? Why should you write your resignation letter before even starting on the job? How did the sinking of the "Titanic" save lives? The book spans innovation by trial and error, life decisions, politics, urban planning, war, personal finance, economic systems, and medicine. And throughout, in addition to the street wisdom of Fat Tony of Brooklyn, the voices and recipes of ancient wisdom, from Roman, Greek, Semitic, and medieval sources, are loud and clear.
"Antifragile" is a blueprint for living in a Black Swan world.
Erudite, witty, and iconoclastic, Taleb's message is revolutionary: The antifragile, and only the antifragile, will make it.
Praise for "Antifragile"
"Taleb takes on everything from the mistakes of modern architecture to the dangers of meddlesome doctors and how overrated formal education is. . . . An ambitious and thought-provoking read . . . highly entertaining."--"The Economist"
Nassim Nicholas Taleb is an essayist principally concerned with the problems of uncertainty and knowledge. Taleb's interests lie at the intersection of philosophy, mathematics, finance, literature, and cognitive science but he has stayed extremely close the ground thanks to an uninterrupted two-decade career as a mathematical trader. Specializing in the risks of unpredicted rare events (black swans"), he held senior trading positions in New York and London before founding Empirica LLC, a trading firm and risk research laboratory. Taleb is a fellow at the Courant Institute of Mathematical Science.
Antifragile by Nassim Nicholas Taleb – digested read
John Crace reduces the latest gamechanger from the 21st-century Confucius to a manageable 600 words
Share 83
inShare
1
Email
John Crace
The Guardian, Sunday 2 December 2012 17.00 GMT
Jump to comments (16)
Cleverer than Einstein … Taleb. Photograph: Illustration by Matt Blease. Click to enlarge.
Wind extinguishes a candle and energises fire. How deep is that? The answer, counter-intuitively, is not quite as deep as me. For I, Nassim Nicholas Taleb, alone have discovered the secret of the universe. It is the antifragile.
Antifragile
by Nassim Nicholas Taleb
guardian
"What in God's name is that?" Wittgenstein asked me over lunch in a three-starred Michelin restaurant in Paris. Let me explain. You know how some things are quite fragile, and we're really scared of them breaking? Well, my brilliant new idea is that sometimes it's good that things get broken, because that's when important changes like evolution can happen. And because I'm the only person who has ever thought this, I'm going to call it antifragile.
"I know you are the cleverest man who ever lived," Einstein told me over cocktails in my private jet, "but I'm not sure I'm quite getting this." Think of it like this. In an earlier work of staggering brilliance, I invented the idea of vanishingly rare Black Swan events that skewed our understanding of probability. Well, now I've proved it, as the publishers have assumed that because I got lucky with some bullshit once then I'm bound to do the same again with the next book. The easiest way to understand the concept is this. Think of the fragile as a book for which I've written the antibook. A work of massive consequence for the universe that is so self-important it will go unread by everyone.
Forget everything you ever learned from Harvard drones and Nobel laureates, for in them lies no salvation. They think only in the sort of teleological heuristic iatrogenics that would appeal to a Seneca or a Nero. The world is really composed of Triads: the Fragile, the Robust and the Antifragile. Now abideth these three. And the greatest of these is the Antifragile. Don't just take it from me. Look at this bar chart that shows how everyone else is very stupid, and I am right about everything. Case proved.
A week or so ago, I was bench-pressing 250kg in the luxury gym in the basement of my Manhattan condo, when I was interrupted by Nelson Mandela who wanted to know why I kept repeating the triadic dualistic mantra of fragile and antifragile. "Dats simpul," I replied, using the voice of Fat Tony from Brooklyn, a character I created who never fails to make me laugh out loud. Though he may not have the same effect on you. "Becoz I've nuttin more to say and 400 pages to say it."
Let me put it another way. When I interrupted the World Economic Forum in Davos to expose the central fallacies of non-optionality in the markets, I was shouted down by everyone except Buddha. But it is now clear to me that I have been proved entirely right on absolutely everything except those things that I may have got wrong. And that uncertainty over which is which goes to the very essence of the antifragile.
But where's your evidence, you might tediously ask? If so, you wouldn't be the first as I had this out with Plato over a glass of the finest retsina to be found in the Peloponnese. As long as you stay stuck in the mindless pursuit of empirical cause and effect, you will be lost in the darkness. The key to enlightenment is the simple convex transformation that the absence of evidence is not evidence of absence. I will say that again in case you missed it. The absence of evidence is not evidence of absence.
Recall that we once had no word for the colour blue. So we had no word for complete tosser. Until now. The apophatic should always take the via negativa and assume that every doctor is trying to kill you unless you happen to get better. "How then," Confucius asked me when I was staying in the Forbidden City, "am I supposed to be able to tell which changes are antifragile and which are not?" Let go of your doxastic epistemes, grasshopper. The answers lie within.
PER TGL 18 Februari 2015 (pra IMLEK), data n ekspektasi s/d akhir 2015 ihsgVrdsVsaham sbb :
baca posting gw di link tersebut ... ga biasanya gw bisa berani mengekspektasikan dan memprediksikan bahwa GAIN DAHSYAT bisa terjadi di REKSA DANA SAHAM gw ... well, mungkin CUMA KEBETULAN doank, mirip seperti KATA TALEB, sang doktor statistik ahli maen obligasi dari amrik yang TENAR dengan karya tulisannya: BLACK SWAN :P
... jelas saat itu situasi KRISFINALO amat MENGGUNCANGKAN JANTUNG PARA INVESTOR, termasuk INVESTOR KELAS KAKAP LOKAL dan GLOBAL ... tapi gw SANTE MENAHAN SEMUA REKSA DANA GW dan MALAH BELI MASUK REKSA DANA SAHAM dan SEDIKIT REKSA DANA PENDAPATAN TETAP serta PASAR UANG ... malah dalam 2 bulan setelah Oktober 2008 gw berhasil MEREDEEM puluhan juta rupiah untuk JALAN2 BARENG keluarga di oz :) ... tampaknya jalan2 lagi di musim dingin oz tahun ini, gw bakal pake hasil REDEMPTION sebagian reksa dana saham gw dah, sementara NAB aset reksa dana saham dan total gw maseh tetap NANJAK ... well, liat aja dah :)
SAAT THE FED DITUNGGU lalu THE FED MENDENGARKAN PASAR clearly
NAB reksa dana saham yang gw ikutan per tanggal 26 Maret 2010 berdasarkan infovesta.com:
Fortis Ekuitas: 11015,26 GAIN (TERHADAP NAB per 28 Oktober 2008): +211,57%
Manulife Dana Saham: 7605,11 GAIN : +177,02%
Manulife Saham Andalan: 1227,07 GAIN: +213,21%
Phinisi Dana Saham: 13622,63 GAIN: +184,71%
PNM ekuitas syariah: 1420,71 GAIN: +164,35%
Schroder Dana Istimewa: 3699,66 GAIN: +181,06%
Schroder Dana Prestasi Plus: 16879,47 GAIN: +182,23%
ps. fortis ekuitas gw masuk sejak 2005, dengan NAB: 3454,97 berarti GAIN mutakhir= 218,82% ... nah beneran ocehan gw pada beberapa orang dan teman: KRISIS ITU JALAN PINTAS MENUJU KEBERHASILAN TINGGI dah ... seorang teman gw bilang, bukan krisis, tapi FLUKTUASI ... well doi juga benar, karena FUNDAMENTAL DASAR DARI SEGALA DASAR keberhasilan sebuah investasi apa pun adalah FLUKTUASI ANTARA HARGA BELI dan JUAL ... investor seni beli lukisan di harga 1 juta dolar, lalu jual lagi di harga 500.000 dolar karena KRISMON ... itu namanya rugi khan (ini contoh kehidupan sehari-hari yang benar-benar terjadi lho) ... well, gw berusaha sedapat mungkin TIDAK MAEN CUT LOSSES di reksa dana, dan maseh berhasil tukh ... tapi coba perhatikan daftar gw di atas yaitu GAIN pada semua reksa dana saham yang gw punya ... juga perhatikan juga imbal hasil fortis ekuitas sejak pertama kali gw masuk dan PADA SAAT KRISFINALO :)
ps lagi :
coba baca KOMENTAR OMBEN: http://investasireksadanaindonesia09.blogspot.com/2009/05/gain-nab-sdpp-6-bulan-sejak-bottom.html?showComment=1242119577562#comment-c7489923474171509133
dan baca JAWABAN GW juga ... dan liat hasil nya sbb:
pada saat gw posting tersebut, yaitu per tgl. 05 Mei 2009, imbal hasil SDPP sudah mencapai 70%
lalu saat gw sekarang tulis posting ini, 26 Maret 2010, imbal hasil SDPP: 182% terhadap 28 Oktober 2008
jadi ada selisih GAIN: DI ATAS 100%, padahal gw cuma memprediksikan 40-70% itu pun dengan KERAGUAN karena situasi KRISFINALO maseh ANGET ABIS, belum ada LEDAKAN DI PANSUS CENTURY yang MENGABAIKAN SAMA SEKALI KRISFINALO karena alasan politis
ggggggggggggggggHHHHHHHHHHHHHHHHHHHggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
JAKARTA kontan. Industri reksadana tahun ini tumbuh subur. Otoritas Jasa Keuangan mencatat, dana kelolaan reksadana per Rabu (24/12) lalu menyentuh Rp 266,22 triliun. Jumlah ini naik 21,49% ketimbang posisi awal tahun atau year to date (ytd) senilai Rp 219,12 triliun.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, menyatakan, pertumbuhan dana kelolaan reksadana ditopang meningkatnya kepercayaan investor terhadap industri reksadana. Hal ini tecermin dari kenaikan jumlah unit penyertaan sebesar 18,7% (ytd) menjadi 143,20 miliar unit pada 24 Desember 2014. "Kondisi ini menandakan, investor lebih banyak subscription daripada redemption," kata Nurhaida, Selasa (30/12). OJK mencatat, total net subscription mencapai Rp 29,42 triliun di periode yang sama.
Selain itu, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan membaiknya perekonomian tahun ini berefek positif ke kinerja reksadana. Secara ytd hingga kemarin (30/12), IHSG melesat 22,29% menjadi 5.226,95.
Kinerja IHSG tertinggi keempat di kawasan Asia. Return IHSG di bawah indeks bursa Shanghai yang mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 49,07%, diikuti indeks bursa India (BSE) dengan return 28,82%, dan bursa Filipina dengan return 24,02%.
Nurhaida mengklaim, edukasi otoritas dan para pelaku pasar turut mendongkrak dana kelolaan reksadana. "Edukasi berpengaruh besar kepada investor dalam memahami produk reksadana dan risikonya," tutur dia.
Nurahman, Deputi Eksekutif Pasar Modal II OJK, mengatakan, kenaikan dana kelolaan juga didukung sejumlah peraturan yang diterbitkan otoritas. "Juga ditopang pengawasan OJK," klaim dia.
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, moncernya pasar modal justru memicu aksi ambil untung oleh para investor, termasuk di tempatnya meniti karier. Dana kelolaan reksadana Panin Panin Asset Management hanya naik tipis dari akhir 2013 sekitar Rp 11,4 triliun menjadi Rp 11,5 triliun di akhir November 2014. Ini merupakan total dana kelolaan reksadana di luar kontrak pengelolaan dana (KPD). "Investor merealisasikan keuntungan, terutama investor institusi," ungkap Rudiyanto. Mayoritas redemption terjadi di reksadana saham.
Tahun depan, Panin Asset Management menargetkan total dana kelolaan Rp 16 triliun-Rp 17 triliun. Caranya, memaksimalkan program yang saat ini sudah ada, seperti autodebit, program smart investment protection plan (SIPP) atau reksadana berbundel asuransi serta edukasi ke sejumlah daerah.
Editor: Sandy Baskoro
Suka Risiko Rendah, Bisa Lirik Reksa Dana
Oleh: Tio Sukanto
Ekonomi - Senin, 3 Juni 2013 | 18:59 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Bagi pekerja usia produktif, antara 25-55 tahun ada baiknya menyisihkan 75% pendapatan ke produk reksa dana, jika memiliki pendapatan yang lebih.
Secara reguler investasi tersebut masuk ke portofolio diversifikasi. Tentunya memiliki risiko lebih rendah dibanding saham atau investasi lainnya. Apalagi di saat kondisi pasar saham yang tidak menentu. Bisa jadi, jawaban paling realistis adalah reksa dana.
"Untuk usia produktif, sebaiknya investasi di reksa dana. Karena memiliki risiko yang lebih rendah dibanding masuk ke saham, karena risiko jelas tinggi," ujar Vice President Head of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imansyah kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (3/5/2013).
Di usia produktif tersebut setidaknya pekerja memilliki 30 tahun ke depan untuk beraktivitas yang produktif. Namun, ketika usia sudah menginjak 50 tahun, ada baiknya porsi investasi dikurangi besaranya, yaitu menjadi 25%. "Jika usia sudah 50 tahun ke atas, 75 persen adalah income, sementara investasi hanya boleh 25 persen," ujar Fadlul.
Sementara jika usianya sudah mencapai 55 tahun, lanjut Fadlul maka investasi yang harus diambil adalah pasar uang. "Mengingat market sedang koreksi, karakter investor memiliki peluang 50-50 persen. Tapi peluang di reksadana tetap yang terbesar," kata Fadlul.
Bagi investor yang memiliki horison investasi jangka panjang, dan ingin masuk secara bertahap pada reksa dana saham. Alasannya, kondisi tingkat daya beli dalam negeri yang masih tinggi. Target tingkat pertumbuhan produk domestik bruto 6,5% pada 2013 dan inflasi yag masih terjaga di posisi 5,90% per Maret 2013. Untuk itu, sektor konsumer masih menjadi investasi yang menarik.
Sementara, Dirut PT Schroder Invesment Management Indonesia, Michael Tjohjadi mengatakan prospek investasi saham di tahun 2013 masih ada ruang untuk tumbuh. Saham sektor infrastruktur, properti dan barang konsumsi masih menjadi penopang utama penguatan Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG). [hid]
Suka Risiko Rendah, Bisa Lirik Reksa Dana
Oleh: Tio Sukanto
Ekonomi - Senin, 3 Juni 2013 | 18:59 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Bagi pekerja usia produktif, antara 25-55 tahun ada baiknya menyisihkan 75% pendapatan ke produk reksa dana, jika memiliki pendapatan yang lebih.
Secara reguler investasi tersebut masuk ke portofolio diversifikasi. Tentunya memiliki risiko lebih rendah dibanding saham atau investasi lainnya. Apalagi di saat kondisi pasar saham yang tidak menentu. Bisa jadi, jawaban paling realistis adalah reksa dana.
"Untuk usia produktif, sebaiknya investasi di reksa dana. Karena memiliki risiko yang lebih rendah dibanding masuk ke saham, karena risiko jelas tinggi," ujar Vice President Head of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imansyah kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (3/5/2013).
Di usia produktif tersebut setidaknya pekerja memilliki 30 tahun ke depan untuk beraktivitas yang produktif. Namun, ketika usia sudah menginjak 50 tahun, ada baiknya porsi investasi dikurangi besaranya, yaitu menjadi 25%. "Jika usia sudah 50 tahun ke atas, 75 persen adalah income, sementara investasi hanya boleh 25 persen," ujar Fadlul.
Sementara jika usianya sudah mencapai 55 tahun, lanjut Fadlul maka investasi yang harus diambil adalah pasar uang. "Mengingat market sedang koreksi, karakter investor memiliki peluang 50-50 persen. Tapi peluang di reksadana tetap yang terbesar," kata Fadlul.
Bagi investor yang memiliki horison investasi jangka panjang, dan ingin masuk secara bertahap pada reksa dana saham. Alasannya, kondisi tingkat daya beli dalam negeri yang masih tinggi. Target tingkat pertumbuhan produk domestik bruto 6,5% pada 2013 dan inflasi yag masih terjaga di posisi 5,90% per Maret 2013. Untuk itu, sektor konsumer masih menjadi investasi yang menarik.
Sementara, Dirut PT Schroder Invesment Management Indonesia, Michael Tjohjadi mengatakan prospek investasi saham di tahun 2013 masih ada ruang untuk tumbuh. Saham sektor infrastruktur, properti dan barang konsumsi masih menjadi penopang utama penguatan Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG). [hid]
Secara reguler investasi tersebut masuk ke portofolio diversifikasi. Tentunya memiliki risiko lebih rendah dibanding saham atau investasi lainnya. Apalagi di saat kondisi pasar saham yang tidak menentu. Bisa jadi, jawaban paling realistis adalah reksa dana.
"Untuk usia produktif, sebaiknya investasi di reksa dana. Karena memiliki risiko yang lebih rendah dibanding masuk ke saham, karena risiko jelas tinggi," ujar Vice President Head of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imansyah kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (3/5/2013).
Di usia produktif tersebut setidaknya pekerja memilliki 30 tahun ke depan untuk beraktivitas yang produktif. Namun, ketika usia sudah menginjak 50 tahun, ada baiknya porsi investasi dikurangi besaranya, yaitu menjadi 25%. "Jika usia sudah 50 tahun ke atas, 75 persen adalah income, sementara investasi hanya boleh 25 persen," ujar Fadlul.
Sementara jika usianya sudah mencapai 55 tahun, lanjut Fadlul maka investasi yang harus diambil adalah pasar uang. "Mengingat market sedang koreksi, karakter investor memiliki peluang 50-50 persen. Tapi peluang di reksadana tetap yang terbesar," kata Fadlul.
Bagi investor yang memiliki horison investasi jangka panjang, dan ingin masuk secara bertahap pada reksa dana saham. Alasannya, kondisi tingkat daya beli dalam negeri yang masih tinggi. Target tingkat pertumbuhan produk domestik bruto 6,5% pada 2013 dan inflasi yag masih terjaga di posisi 5,90% per Maret 2013. Untuk itu, sektor konsumer masih menjadi investasi yang menarik.
Sementara, Dirut PT Schroder Invesment Management Indonesia, Michael Tjohjadi mengatakan prospek investasi saham di tahun 2013 masih ada ruang untuk tumbuh. Saham sektor infrastruktur, properti dan barang konsumsi masih menjadi penopang utama penguatan Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG). [hid]
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmNNNNNNNNNNmmmmm
Book of the Week: Antifragile
True public intellectuals are a rare breed. The talking heads that regularly command millions of eyeballs on 24-hour news channels may have the capacity to make nuanced arguments and use complex reasoning, but their chosen venue seems to actively discourage both activities. Meanwhile, those with thoughts that do not break down into easily digestible sound bites often struggle to give their ideas enough pizzazz to interest anyone outside the ivy-covered walls of a university campus.
By contrast, Nassim Nicholas Taleb makes a convincing 21st-century public intellectual. Not that Taleb would embrace such an identity; he prefers the term skeptical empiricist. Still, the Lebanese-born writer has all the tools to get his ideas into wide circulation. He is erudite, humorous, iconoclastic and fierce in the defense of his beliefs. At the same time, he is not afraid to challenge his audience with difficult concepts, possibly because his pedigree as a former Wall Street quant and derivatives trader gives him the kind of credentials that make people want to listen.
But while Taleb often draws on his experience in finance to get his points across, his books are about much more than banking and trading. His latest effort, “Antifragile: Things That Gain from Disorder,” is no exception. In the book, Taleb claims that many things actually benefit from stress, volatility and a healthy dose of disarray. He uses a metaphor from human physiology to make his point, noting that people who stress their muscles to the breaking point get stronger precisely because of the stress. He deems things that react this way as anti-fragile, and he delights in how anti-fragility can allow people to thrive in a world where random and unpredictable stressors lurk around every corner. The trick, he claims, is not to avoid random shocks, but rather to create a system that actually improves by experiencing such unexpected jolts.
Starting from this premise, Taleb is off to the races, not only sharing copious examples of things that benefit from a healthy dose of trauma, but also offering harsh critiques of the people and institutions that fight to smooth life’s many wrinkles. Taleb certainly has enough scorn to go around, but he is especially tough on strategic planners, social engineers and institutions such as the Federal Reserve that “attempt to suck randomness out of life.”
Perhaps the greatest irony in “Antifragile” is that Taleb is striking at the foundations of contemporary intellectualism. So much modern brainpower is dedicated to formulating a theoretical framework to make predictions about the future, but the author claims the thought and research that go into making these predictions is largely wasted effort. Instead, he firmly believes in the maxim that the best-laid plans often go awry, and we should be positioning ourselves to benefit from the random events that so often ruin our plans. In short, Taleb calls for less theorizing and more empiricizing, making him one of the most intriguing anti-intellectual public intellectuals around.
|
Langganan:
Postingan (Atom)