... per akhir 2013, maka perbandingan tren konsumsi listrik V PDB per kapita V ihsg sbb:
... perbandingan tren konsumsi listrik dan reksa dana saham per Juni 2014 neh :
... konsums1 L1$TR1k itu VITAL n STRATEG1$ abis bwat EKONOMI R11L n IHSG n NAB reksa dana saham ... well, liat aja yaaaaaa :)
JAKARTA, KOMPAS.com
— Beban puncak listrik tertinggi untuk sistem Jawa-Bali sebesar 23.420
Megawatt yang terjadi pada pekan lalu menjadi peringatan bagi PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero). Kemampuan kapasitas listrik sistem
Jawa-Bali sekitar 28.000 megawatt.
Kendati beban puncak tertinggi tersebut masih di bawah kemampuan kapasitas, PLN diminta menambah kapasitas listrik.
Anggota
Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, beban puncak listrik
tertinggi di Jawa-Bali pada pekan lalu menunjukkan gejala permintaan
listrik akan terus naik dari waktu ke waktu. Tingginya permintaan
listrik sejalan dengan tumbuhnya perekonomian. PLN dituntut
mengantisipasi dan mencegah terjadinya gangguan.
”Kondisi ini
menjadi semacam peringatan bagi PLN untuk terus menambah kapasitas
listriknya. Jika tidak, kondisi kelistrikan nasional akan berada dalam
situasi yang tidak aman, yaitu ancaman pemadaman,” kata Tumiran di
Jakarta, Minggu (15/6/2014).
Menurut Tumiran, selain menambah kapasitas listrik, manajemen kelistrikan PLN harus terintegrasi dengan baik.
Pada pertengahan bulan Mei lalu, DKI Jakarta dan Tangerang mengalami defisit listrik akibat gangguan pada salah satu pembangkit.
Sejak
April hingga Juni 2014, tercatat tiga kali rekor beban puncak pada
sistem jaringan Jawa-Bali. Rekor beban puncak bulan April 2014 sebesar
22.974 megawatt, pada Mei 2014 mencapai 23.208 megawatt, sedangkan pada
pekan lalu sebesar 23.420 megawatt.
Menurut Manajer Senior
Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto, beban puncak itu diduga akibat
industri yang menaikkan produksi menyambut Ramadhan dan Lebaran.
”Rekor
terbaru pada Juni 2014 ini naik 853 megawatt dibandingkan rekor
tertinggi beban puncak sepanjang tahun 2013 yang sebesar 22.567
megawatt,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan, cuaca yang panas
turut menyumbang lonjakan pemakaian listrik. Pasalnya, masyarakat banyak
yang menyalakan mesin pendingan udara. (APO)
Editor
: Bambang Priyo Jatmiko
Sumber : KOMPAS CETAK
Cuaca bikin konsumsi listrik Jawa-Bali pecah rekor
Oleh Petrus Dabu - Minggu, 27 April 2014 | 16:43 WIB
kontan
JAKARTA. Cuaca panas memicu masyarakat gemar menggunakan pendingin udara (AC). Akibatnya, konsumsi listrik masyarakat di pulau Jawa, Madura, dan Bali mengalami kenaikan.
Berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sistem kelistrikan Jawa Madura Bali (Jamali) mencapai record tertinggi sebesar 22.974 Mega Watt (MW).
Beban tertinggi terjadi pada hari Kamis 24 Januari 2014 jam 18.00 WIB. Sebelumnya beban tertinggi yang pernah dicapai adalah 22.567 MW pada tanggal 17 Oktober 2013 jam 19.00 WIB.
Dibanding beban tertinggi pada bulan Oktober tahun lalu tersebut maka beban puncak tertinggi pada minggu ini naik 407 MW atau naik 1,8%
"Kenaikan beban listrik diprediksi diantaranya karena faktor cuaca. Selama beberapa hari terakhir memang kondisi cuaca sangat panas sehingga memicu orang menyalakan pendingin udara (AC) lebih lama. Dalam rumah tangga, AC memang mengkonsumsi listrik paling besar," ujar Bambang Dwiyanto Manajer Senior Komunikasi Korporat, Minggu, (27/4).
Bambang mengatakan, PLN menghimbau pelanggan menghemat penggunaan listrik, khususnya untuk pemakaian yang sifatnya konsumtif. Hal ini bisa dilakukan diantaranya dengan mematikan alat elektronik yang tidak diperlukan, seperti lampu yang tidak digunakan, televisi yang tidak ditonton, radio yang sedang tidak didengarkan dan lain-lain.
"Menghemat pemakaian listrik bisa dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan kita. Dengan demikian maka pertumbuhan pemakaian listrik bisa ditekan dan kita juga bisa mengurangi rekening listrik bulanan secara signifikan," ujarnya.
Editor: Asnil Bambani Amri
SELASA, 14 JANUARI 2014 | 16:17 WIB
Kendati beban puncak tertinggi tersebut masih di bawah kemampuan kapasitas, PLN diminta menambah kapasitas listrik.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, beban puncak listrik tertinggi di Jawa-Bali pada pekan lalu menunjukkan gejala permintaan listrik akan terus naik dari waktu ke waktu. Tingginya permintaan listrik sejalan dengan tumbuhnya perekonomian. PLN dituntut mengantisipasi dan mencegah terjadinya gangguan.
”Kondisi ini menjadi semacam peringatan bagi PLN untuk terus menambah kapasitas listriknya. Jika tidak, kondisi kelistrikan nasional akan berada dalam situasi yang tidak aman, yaitu ancaman pemadaman,” kata Tumiran di Jakarta, Minggu (15/6/2014).
Menurut Tumiran, selain menambah kapasitas listrik, manajemen kelistrikan PLN harus terintegrasi dengan baik.
Pada pertengahan bulan Mei lalu, DKI Jakarta dan Tangerang mengalami defisit listrik akibat gangguan pada salah satu pembangkit.
Sejak April hingga Juni 2014, tercatat tiga kali rekor beban puncak pada sistem jaringan Jawa-Bali. Rekor beban puncak bulan April 2014 sebesar 22.974 megawatt, pada Mei 2014 mencapai 23.208 megawatt, sedangkan pada pekan lalu sebesar 23.420 megawatt.
Menurut Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto, beban puncak itu diduga akibat industri yang menaikkan produksi menyambut Ramadhan dan Lebaran.
”Rekor terbaru pada Juni 2014 ini naik 853 megawatt dibandingkan rekor tertinggi beban puncak sepanjang tahun 2013 yang sebesar 22.567 megawatt,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan, cuaca yang panas turut menyumbang lonjakan pemakaian listrik. Pasalnya, masyarakat banyak yang menyalakan mesin pendingan udara. (APO)
Editor | : Bambang Priyo Jatmiko |
Sumber | : KOMPAS CETAK |
Cuaca bikin konsumsi listrik Jawa-Bali pecah rekor Oleh Petrus Dabu - Minggu, 27 April 2014 | 16:43 WIB kontan JAKARTA. Cuaca panas memicu masyarakat gemar menggunakan pendingin udara (AC). Akibatnya, konsumsi listrik masyarakat di pulau Jawa, Madura, dan Bali mengalami kenaikan. Berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sistem kelistrikan Jawa Madura Bali (Jamali) mencapai record tertinggi sebesar 22.974 Mega Watt (MW). Beban tertinggi terjadi pada hari Kamis 24 Januari 2014 jam 18.00 WIB. Sebelumnya beban tertinggi yang pernah dicapai adalah 22.567 MW pada tanggal 17 Oktober 2013 jam 19.00 WIB. Dibanding beban tertinggi pada bulan Oktober tahun lalu tersebut maka beban puncak tertinggi pada minggu ini naik 407 MW atau naik 1,8% "Kenaikan beban listrik diprediksi diantaranya karena faktor cuaca. Selama beberapa hari terakhir memang kondisi cuaca sangat panas sehingga memicu orang menyalakan pendingin udara (AC) lebih lama. Dalam rumah tangga, AC memang mengkonsumsi listrik paling besar," ujar Bambang Dwiyanto Manajer Senior Komunikasi Korporat, Minggu, (27/4). Bambang mengatakan, PLN menghimbau pelanggan menghemat penggunaan listrik, khususnya untuk pemakaian yang sifatnya konsumtif. Hal ini bisa dilakukan diantaranya dengan mematikan alat elektronik yang tidak diperlukan, seperti lampu yang tidak digunakan, televisi yang tidak ditonton, radio yang sedang tidak didengarkan dan lain-lain. "Menghemat pemakaian listrik bisa dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan kita. Dengan demikian maka pertumbuhan pemakaian listrik bisa ditekan dan kita juga bisa mengurangi rekening listrik bulanan secara signifikan," ujarnya. Editor: Asnil Bambani Amri
SELASA, 14 JANUARI 2014 | 16:17 WIB
2013, Pertumbuhan Penjualan Listrik 6,93 Persen
TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)menyatakan pertumbuhan penjualan listrik year-on-year hingga Desember 2013 sebesar 6,93 persen. "Realisasi penjualan se-Indonesia sampai dengan Desember 2013 sebesar 185,53terawatt-hour (TWh)," kata Kepala Divisi Niaga PLN, Benny Marbun, dalam keterangannya, Selasa, 14 Januari 2014.
Pertumbuhan di Jawa-Bali tercatat 6,79 persen. Sedangkan Sumatera dan wilayah Indonesia timur masing-masing mengalami pertumbuhan 5,27 persen dan 10,26 persen. PLN menyebutkan, rendahnya penjualan selama Januari-Februari 2013 disebabkan oleh banjir besar di Jakarta, Bekasi, hingga Cikampek.
Selain banjir, PLN mencatat empat faktor penyebab penurunan penjualan. Pertama, maraknya demonstrasi buruh sepanjang 2013 yang berakibat rendahnya konsumsi listrik untuk kebutuhan industri di Jakarta sampai Cikarang. Kedua, naiknya tarif secara berkala dalam jangka waktu per tiga bulan.
Ketiga, panjangnya waktu libur Lebaran pada Agustus 2013, termasuk libur saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Keempat, melemahnya perekonomian dunia, yang menyebabkan konsumsi listrik industri cenderung menurun pada triwulan keempat tahun 2013. PLN pun mencatat ada beberapa industri yang mempercepat pemeliharaan pabrik.
MARIA YUNIAR
TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)menyatakan pertumbuhan penjualan listrik year-on-year hingga Desember 2013 sebesar 6,93 persen. "Realisasi penjualan se-Indonesia sampai dengan Desember 2013 sebesar 185,53terawatt-hour (TWh)," kata Kepala Divisi Niaga PLN, Benny Marbun, dalam keterangannya, Selasa, 14 Januari 2014.
Pertumbuhan di Jawa-Bali tercatat 6,79 persen. Sedangkan Sumatera dan wilayah Indonesia timur masing-masing mengalami pertumbuhan 5,27 persen dan 10,26 persen. PLN menyebutkan, rendahnya penjualan selama Januari-Februari 2013 disebabkan oleh banjir besar di Jakarta, Bekasi, hingga Cikampek.
Selain banjir, PLN mencatat empat faktor penyebab penurunan penjualan. Pertama, maraknya demonstrasi buruh sepanjang 2013 yang berakibat rendahnya konsumsi listrik untuk kebutuhan industri di Jakarta sampai Cikarang. Kedua, naiknya tarif secara berkala dalam jangka waktu per tiga bulan.
Ketiga, panjangnya waktu libur Lebaran pada Agustus 2013, termasuk libur saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Keempat, melemahnya perekonomian dunia, yang menyebabkan konsumsi listrik industri cenderung menurun pada triwulan keempat tahun 2013. PLN pun mencatat ada beberapa industri yang mempercepat pemeliharaan pabrik.
MARIA YUNIAR
Pertumbuhan di Jawa-Bali tercatat 6,79 persen. Sedangkan Sumatera dan wilayah Indonesia timur masing-masing mengalami pertumbuhan 5,27 persen dan 10,26 persen. PLN menyebutkan, rendahnya penjualan selama Januari-Februari 2013 disebabkan oleh banjir besar di Jakarta, Bekasi, hingga Cikampek.
Selain banjir, PLN mencatat empat faktor penyebab penurunan penjualan. Pertama, maraknya demonstrasi buruh sepanjang 2013 yang berakibat rendahnya konsumsi listrik untuk kebutuhan industri di Jakarta sampai Cikarang. Kedua, naiknya tarif secara berkala dalam jangka waktu per tiga bulan.
Ketiga, panjangnya waktu libur Lebaran pada Agustus 2013, termasuk libur saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Keempat, melemahnya perekonomian dunia, yang menyebabkan konsumsi listrik industri cenderung menurun pada triwulan keempat tahun 2013. PLN pun mencatat ada beberapa industri yang mempercepat pemeliharaan pabrik.
MARIA YUNIAR
Semester I 2013, Konsumsi Listrik Tumbuh 7,2 Persen
- Rabu, 17 Juli 2013 | 02:32 WIB
"Sementara konsumsi listrik semester pertama 2012 sebesar 84,43 TWh, jadi tumbuh 7,2 persen," kata Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun, dalam siaran pers Selasa (16/7/2013).
Benny merinci pelanggan dari industri tumbuh 8,3 persen dengan jumlah pelanggan bertambah 4,5 persen. Menurut dia, pertumbuhan penggunaan listrik dibanding pertambahan pengguna yang hampir dua kali lipat menunjukkan industri kembali menggeliat.
Sementara itu, pada semesteri pertama 2013 jumlah pelanggan rumah tangga tumbuh 8 persen dengan konsumsi meningkat 5,5 persen. "Perkembangan pelanggan rumah tangga ini posifif karena berarti ada perbaikan rasio elektrifikasi yang semakin cepat dengan konsumsi konsumtif yang terjaga," ujar Benny.
Khusus untuk pelanggan dari kalangan industri berskala besar seperti tekstil, pengolahan logam, elektronik, dan keramik, konsumsi listriknya meningkat lebih dari 8 persen. Sementara konsumsi listrik industri berskala sangat besar seperti pabrik baja, semen, dan industri kimia tercatat tumbuh lebih dari 10 persen. Pertumbuhan segmen ini sejalan dengan bertumbuhnya pasar konstruksi bangunan, ujarnya.
Di sisi lain, jumlah pelanggan segmen rumah tangga kecil berdaya 900 VA tumbuh tinggi 11,7 persen dan kelas menengah dengan daya 3.500-5.500 VA meningkat 11,3 persen. "Ini menunjukkan kedua segmen sudah menjadi pilihan bagi golongannya masing-masing," katanya.
Sumber : Antara
Editor : Palupi Annisa Auliani
Konsumsi listrik naik 9,96 persen
Senin, 17 Juni 2013 05:58 WIB | 1027 Views
Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun di Jakarta, Minggu, mengatakan pemakaian listrik pada Mei 2013 mencapai 16,07 Tera Watt hour (TWh), sementara realisasi Mei 2012 tercatat 14,61 TWh.
"Angka itu memberikan optimisme perekonomian terus membaik," katanya.
Pertumbuhan konsumsi listrik adalah salah satu indikator pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan konsumsi listrik di segmen industri juga tetap tinggi yakni sekitar 10 persen.
"Bila April 2013, pertumbuhan konsumsi industri sebesar 9 persen, di Mei 2013 naik jadi 10 persen," katanya.
Secara akumulatif, konsumsi listrik dari Januari sampai dengan Mei 2013 tumbuh 7,6 persen dibanding periode sama 2012.
ternyata secara INDIKATIF: tren reksa dana saham BNP PARIBAS EKUITAS sejak awal taon 2013, lebe tinggi daripada tren ihsg dan konsumsi listrik neh ... :)
Konsumsi Listrik RI Melonjak, Kalahkan Thailand dan Vietnam
Selasa, 14/05/2013 13:13 WIB
Jakarta - Seiring dengan pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia, konsumsi listrik dalam negeri pun ikut terkerek naik. Peningkatan konsumsi listrik Indonesia mengalahkan pertumbuhan konsumsi listrik negara lainnya seperti Vietnam dan Thailand.
Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Banny Marbun mengatakan, pada bulan April 2013 ini, pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia naik hingga mencapai 10,58% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut melampaui dari apa yang ditargetkan PT PLN
"Ini menjadi sesuatu yang menggembirakan, kami memperkirakan semula ada gonjang ganjing mulai dari isu buruh, upah, kenaikan TTL (tarif tenaga listrik), lesunya ekonomi di dunia, makin gencar China, kami semula agak khawatir penjualan yang kami targetkan bisa mencapai 9-10% bisa tercapai," ungkap Benny saat diskusi di Kantor Pusat PLN, Jl Trunojoyo, Jalarta Selatan, Selasa (14/5/2013).
Meski tidak menyebutkan perbandingan angka pastinya, Benny menyebut capaian ini melampaui pertumbuhan konsumsi listrik di Vietnam dan Thailand. "Tetangga kita Thailand, Vietnam tertahan itu karena perekonomian dunia masih lesu, itu berdampak pada penjualan atau produksi listrik mereka," tambahnya.
Namun secara akumulatif pada kuartal pertama tahun ini atau mulai Januari sampai April 2013, pertumbuhan pemakaian listrik hanya mencapai 6,97% dibanding tahun lalu. Benny menyebut, hal ini disebabkan oleh pengaruh dari cuaca.
"Dampaknya ini karena Januari Februari, banjir, hujan, karena penurunan penggunaan AC, karena cuaca pada bulan tersebut tidak terlalu panas," tutupnya.
(zul/hen)
Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Banny Marbun mengatakan, pada bulan April 2013 ini, pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia naik hingga mencapai 10,58% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut melampaui dari apa yang ditargetkan PT PLN
"Ini menjadi sesuatu yang menggembirakan, kami memperkirakan semula ada gonjang ganjing mulai dari isu buruh, upah, kenaikan TTL (tarif tenaga listrik), lesunya ekonomi di dunia, makin gencar China, kami semula agak khawatir penjualan yang kami targetkan bisa mencapai 9-10% bisa tercapai," ungkap Benny saat diskusi di Kantor Pusat PLN, Jl Trunojoyo, Jalarta Selatan, Selasa (14/5/2013).
Meski tidak menyebutkan perbandingan angka pastinya, Benny menyebut capaian ini melampaui pertumbuhan konsumsi listrik di Vietnam dan Thailand. "Tetangga kita Thailand, Vietnam tertahan itu karena perekonomian dunia masih lesu, itu berdampak pada penjualan atau produksi listrik mereka," tambahnya.
Namun secara akumulatif pada kuartal pertama tahun ini atau mulai Januari sampai April 2013, pertumbuhan pemakaian listrik hanya mencapai 6,97% dibanding tahun lalu. Benny menyebut, hal ini disebabkan oleh pengaruh dari cuaca.
"Dampaknya ini karena Januari Februari, banjir, hujan, karena penurunan penggunaan AC, karena cuaca pada bulan tersebut tidak terlalu panas," tutupnya.
(zul/hen)
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
simak betapa kedua REKSA DANA SAHAM mempunyai TREN pertumbuhan yang lebe bagus, walau pun secara GARIS BESAR tetap mengikuti tren pertumbuhan konsumsi listrik dan IHSG ... :)hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
trims kepada BPS, Yahoo Finance dan blog2 gw untuk semua data konsumsi listrik (baik per 10GW / 100GW), PDB/kapita (per Rp.1000/Rp.10000), ihsg serta NAB BNP Paribas Ekuitas
gw uda membuat tabel perbandingan tren semua komponen di atas sbb:
simak bahwa sudut tren konsumsi listrik secara kasar terlihat lebe landai dibandingkan dengan sudut tren PDB/Kapita dan IHSG ... gw menduga ada efek MULTIPLIER yang disebabkan oleh konsumsi listrik tersebut
analisis gw yang sederhana:
Faisal Basri sekira 5 taon yang lalu pernah mengeluarkan pernyataan bahwa data ekonomi makro Indonesia harus berdasarkan pada FAKTA dan DATA KONSUMSI LISTRIK seluruh Indonesia per tahun juga
FB menyatakan bahwa pertumbuhan pemakaian listrik begitu nyata, sehingga sulit menghindarkan bahwa Indonesia terus bertumbuh secara ekonomi
well, gw ikut aja pendapat beliau, maka gw masukkan unsur konsumsi listrik (data BPS) dalam perbandingan dengan tren ihsg, Produk Domestik Bruto/Kapita, dan salah satu reksa dana saham tertua di Indonesia, yaitu BNP Paribas Ekuitas (d/h citireksadana ekuitas, atau fortis ekuitas).
jelas konsumsi listrik terus meningkat walau pun TERJADI GEJOLAK IHSG dan NAB
ini menunjukkan bahwa dalam JANGKA PANJANG, KONSUMSI LISTRIK per tahun BISA DIJADIKAN FONDASI pertumbuhan ihsg dan NAB juga
secara teoritis, konsumsi listrik menunjang pertumbuhan ekonomi khususnya terkait dengan sektor industri dan bisnis
pertumbuhan sektor industri dan bisnis dengan sendirinya mendorong pertumbuhan keuangan emiten (perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham)
pertumbuhan emiten tentu saja ditandai oleh pertumbuhan LABA
pertumbuhan laba emiten biasanya direalisasikan dengan pembagian DIVIDEN
berarti rasio Price/Earning (PER) terbentuk, dan jika positif dan rendah, maka harga saham akan mudah bergerak naek, itu berarti berpengaruh juga pada minat investor dalam bentuk volume transaksi yang lebe tinggi dan tren harga saham yang bullish/naek
itu berarti NAB reksa dana saham juga bisa meningkat
well, gw yakin pada 2011, KONSUMSI LISTRIK TETAP MENINGKAT, sehingga gw bole berekspektasi IHSG tetap NAEK dibandingkan taon 2010
semoga
up2u lah :)
Menuju Ekonomi USD1 Triliun
Senin, 9 Mei 2011 08:10 wib
PEKAN lalu Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data kinerja perekonomian Indonesia kuartal I-2011. Produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan pada kuartal itu mencapai Rp1.732,3 triliun dan menunjukkan pertumbuhan riil 6,5 persen dibandingkan kuartal yang sama 2010.
Angka ini berada pada ujung bawah prediksi yang saya tulis. Dalam tulisan itu, saya memprediksi PDB nominal akan berada di antara Rp1.725 triliun hingga Rp1.800 triliun. Sementara pertumbuhan ekonomi berada di antara 6,5–7,5 persen. Yang menarik, dalam penjelasan kepada pers, Kepala BPS Rusman Heriawan menyatakan, untuk 2011 ini PDB nominal bisa mencapai Rp7.400 triliun.
Jika rata-rata nilai tukar berada pada angka Rp8.800 per dolar Amerika Serikat (AS), dengan jumlah penduduk 241 juta jiwa, akan diperoleh PDB per kapita sebesar USD3.550. Ini berarti, total PDB nominal dalam dolar AS mencapai USD855 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi majalah Economist (The World in 2011, Desember 2010) yang memperkirakan PDB Indonesia pada 2011 ini akan mencapai USD806 miliar.
Saya sendiri memperkirakan, sama persis untuk PDB nominal dalam rupiah, yaitu Rp7.400 triliun, sementara nilai tukar rata-rata sebesar Rp8.500 untuk setiap dolar AS di sepanjang 2011 ini. Ini berarti, total PDB nominal dalam dolar di 2011 ini akan mencapai USD870 miliar. Bagaimana prediksi untuk 2012? Meskipun masih beberapa bulan lagi untuk sampai pada ”periode prediksi para pengamat” yang umumnya pada akhir tahun,rasanya gambaran itu semakin jelas untuk 2012 yang akan datang.
Dalam hal ini prediksi PDB nominal tahun tersebut, dengan berdasarkan estimasi PDB nominal pada 2011 yang sebesar Rp7.400 triliun sebagaimana juga dibayangkan oleh Kepala BPS, maka kisaran prediksi PDB nominal pada 2012 akan berada antara Rp8.200 triliun hingga Rp8.600 triliun. Dalam kisaran ini kita juga menjumpai bahwa nilai tukar dolar terhadap rupiah telah menunjukkan kecenderungan menguatnya rupiah sehingga rata-rata nilai tukar dolar terhadap rupiah sangat mungkin berada pada level Rp8.200 atau bahkan lebih rendah daripada itu. (Tahun 2011 bukan tidak mungkin rupiah akan menembus level Rp7.000 untuk setiap dolar AS).
Jika itu tercapai,kita akan melihat perekonomian Indonesia mulai memasuki level one trillion dollar economy, suatu tingkat yang terhormat dan menjadi pijakan yang lebih kuat untuk pertumbuhan berikutnya. Sumber-sumber pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 tersebut adalah sumber daya alam (resource based economy), jumlah penduduk yang besar (population based economy), dan motor pertumbuhan baru, yaitu penanaman modal asing (PMA) serta desentralisasi ekonomi.
Sumber daya alam dan jumlah penduduk secara tradisional memang menjadi sumber pertumbuhan utama perekonomian Indonesia. Sementara itu, berbeda dengan minyak dan gas, sumber daya alam yang baru bagi Indonesia, yaitu kelapa sawit,karet, batu bara serta mineral lainnya, merupakan kegiatan yang tidak tertutup bagi masyarakat sebagaimana minyak dan gas.
Oleh karena itu, boom di sektor ini serta-merta menggerakkan perekonomian akar rumput lebih besar sebagaimana terjadi di Kalimantan Barat, yang mungkin justru memiliki perekonomian akar rumput yang lebih kuat dibandingkan Kalimantan Timur yang kaya minyak dan gas. Pada 2012,produksi minyak sawit Indonesia sangat mungkin akan berada di sekitar 25 juta ton atau lebih mengingat terus meningkatnya lahan sawit yang telah mulai panen.
Banyak sumber mengatakan, jika 40 persen lahan sawit tersebut milik masyarakat (termasuk plasma) sehingga jika produksi dan harga sawit berada pada level yang cukup tinggi, perekonomian masyarakat akan langsung terangkat. Sebagai akibatnya permintaan masyarakat terhadap produk industri dari Jawa seperti mobil,motor, peralatan rumah tangga atau bahkan es krim akan mengalami peningkatan yang tinggi.
Hal yang sama terjadi pada perkebunan karet yang pada umumnya memang dimiliki oleh rakyat. Itulah sebabnya, harga karet yang tinggi langsung membawa dampak pada perekonomian masyarakat. Di Pulau Bangka bahkan petani karet masih bisa memanfaatkan waktunya untuk mencari pasir timah di siang harinya sehingga hasilnya menjadi berlipat ganda. Perekonomian yang semakin meningkat telah membawa dampak positif pada kenaikan daya beli.
Inilah sebabnya, penjualan berbagai produk di Indonesia selama beberapa tahun terakhir meningkat sangat pesat. Jika tahun 2011 ini penjualan mobil tidak mencapai 900.000 karena adanya gangguan suplai komponen dari Jepang, pada 2012 bisa diperkirakan suplai komponen tersebut sudah kembali normal. Jika ini terjadi, sudah bisa dipastikan, pada 2012 untuk pertama kalinya penjualan mobil akan melampaui 1 juta unit.
Berbagai perusahaan elektronik juga akan semakin meningkatkankapasitasnya untuk mengatasi ketinggalan produksi dibandingkan dengan permintaannya. Itulah sebabnya, pada kuartal I-2011, penjualan lahan untuk industri naik tujuh kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Dengan demikian, kita bisa memprediksi, produk industri pengolahan akan kembali meningkat signifikan pada 2012, suatu fakta yang sampai hari ini belum terefleksi sepenuhnya pada data BPS.
Adapun berbagai PMA akan melakukan investasinya yang cukup besar pada 2011. Sebagian dari mereka sudah bisa melakukan produksi dari pabrik baru pada 2012 sehingga meningkatkan pertumbuhan pada tahun-tahun mendatang.Pohang Steel yang bekerja sama dengan Krakatau Steel,South Pacifivc Viscose yang akan menyelesaikan pabrik kelima, Hankook yang akan membangun pabrik, Suzuki yang akan membangun pabrik baru di Jawa Barat, berbagai pabrik semen baru dan sebagainya pada akhirnya akan menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia.
Demikian juga perkembangan daerahdaerah yang mengalami pemekaran akan semakin banyak menghasilkan new growth poles (pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah). Kesemuanya itu bermuara pada pencapaian PDB yang melampaui USD1 triliun pada 2012. Hal apakah yang harus diperhatikan pemerintah untuk menyambut hal tersebut? Yang penting, kembali lagi adalah percepatan pembangunan infrastruktur dan transportasi massal seperti MRT.
Ini harus sungguh dipercepat supaya tidak terjadi kemacetan struktural sebagaimana yang terjadi di Merak.Pembangunan jalan, pelabuhan, bandar udara, dan sebagainya harus melihat perkembangan muatannya yang mengalami kenaikan dua kali lipat setiap lima tahunnya.Jika tidak diperhatikan, kita tidak melihat suatu perekonomian yang membawa peningkatan kesejahteraan, melainkan justru mimpi buruk dalam bentuk kemacetan panjang yang terjadi setiap jam dalam setiap harinya.
Hal penting kedua yang harus dilakukan pemerintah adalah menjaga jangan sampai terjadi kesenjangan yang melebar. Program raskin sebaiknya digantikan dengan bantuan tunai langsung kepada masyarakat miskin melalui rekening yang disiapkan untuk mereka. Dengan demikian, uang tersebut langsung diterima mereka secara otomatis melalui jalur perbankan.
Jika penerima raskin sebesar hampir 18 juta KK tersebut dikurangi dengan bantuan langsung tunai kepada yang benarbenar miskin (mungkin sekitar separuhnya), maka jumlah bantuan langsung tunai yang diberikan setiap bulan akan menjadi lebih besar. Uang inilah yang akan menambah daya beli secara keseluruhan sehingga akhirnya justru semakin meningkatkan putaran roda perekonomian. Rasanya tahun 2012 akan menghasilkan PDB USD1 triliun untuk Indonesia. Kita sungguh berharap itu berarti peningkatan kesejahteraan, bukan sebaliknya.
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
(Koran SI/Koran SI/wdi)
Proyek Listrik Juga Berdampak ke Pertumbuhan Ekonomi
Senin, 30 Mei 2011 12:41 wib
JAKARTA - Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Firmanzah menilai, terlambatnya operasional proyek listrik juga bisa berdampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Perekonomian diperkirakan kurang optimal dan sulit terakselerasi tanpa ketersediaan pasokan energi yang memadai. Sektor energi dipandang sebagai sektor yang menjadi inti dari pengembangan ekonomi di suatu negara, termasuk Indonesia.
Dampak nyatanya, kata dia, bisa terlihat dari pertumbuhan pada sektor industri yang bisa terkoreksi dan dimungkinkan terjadi penurunan jumlah produksi. Selain itu, mundurnya operasional proyek listrik 10.000 MW juga dimungkinkan menurunkan produksi ekspor nasional yang menjadi pendorong dari tingginya pertumbuhan.
Menurutnya, pemerintah harus segera memberikan dorongan atau stimulus bagi para dunia usaha agar dapat bertahan ditengah kurangnya pasokan energi.
“Misalnya dengan insentif pajak. Uang yang tidak dibayar untuk pajak bisa digunakan swasta untuk membelikan pembangkit diesel untuk mereka melakukan produksinya,” jelas Firmanzah, di Jakarta, Senin (30/5/2011).
Direktur Perencanaan Makro Kementerian PPN/Bappenas Bambang Prijambodo memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, dampak tertundanya proyek listrik tidak terlalu besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia menuturkan, terlambatnya operasional proyek listrik 10.000 MW sudah diprediksi oleh pemerintah jauh-jauh hari, sebab dalam proyeksi pemerintah ada beberapa penghambat yang akan dihadapi tahun ini seperti kendala teknis dalam pendanaan dan lain-lain.
Namun, dia tidak membantah bahwa tertundanya operasional proyek listrik dimungkinkan mengganggu kecepatan investasi masuk ke Indonesia. “Tapi tidak akan terlalu besar,” kata Bambang.
(Wisnoe Moerti/Koran SI/ade)
... china juga doyan listrik:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar