gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Sabtu, 06 Juli 2013

tren NAB MANULIFE DANA SAHAM v ihsg ... 060713

Reksa Dana Masih Menggiurkan
Selasa, 5 Juli 2011 | 8:42

Industri reksa dana Indonesia terus bertumbuh mengikuti jejak pasar modal. Hingga akhir Juni 2011, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp 152,54 triliun, naik 23,81% dibanding periode sama 2010. Sebagai instrumen investasi, produk reksa dana memiliki daya tarik tersendiri. 

Selama semester I- 2011, produk ini memberikan imbal hasil rata-rata 11-15%. Bahkan, reksa dana saham rata-rata menghasilkan keuntungan 14,49%, melampaui kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya 5%. Sepanjang tahun ini, reksa dana saham diperkirakan mampu memberikan imbal hasil rata-rata 20-25%.

Meski dana kelolaan meningkat dan imbal hasil menggiurkan, para pengelola reksa dana perlu bekerja ekstra keras. Hingga kini, keterlibatan investor lokal dalam industri ini masih tergolong minim. Dari sisi jumlah investor lokal, kita masih tertinggal dibandingkan Malaysia dan Singapura. Minimnya peminat lokal tersebut tak terlepas dari kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk reksa dana.

Dalam berinvestasi, masyarakat Indonesia selalu ingin aman namun tetap untung. Padahal, setiap produk investasi selalu ada risiko. Selama ini, 80% masyarakat Indonesia masih memilih instrumen investasi yang bersifat tradisional seperti emas, tanah, dan deposito.

Melihat tren 10 tahun terakhir, kita yakin reksa dana bakal menjadi primadona investasi. Potensi pasar pun masih terbuka lebar. Hingga kini, industri reksa dana baru mampu menggaet 91 ribu pemodal. Meski sebagian besar dari 240 juta penduduk Indonesia tergolong miskin, jumlah orang kaya negeri ini terus bertambah. Bahkan, rata-rata kekayaan orang Indonesia meningkat lima kali lipat.

Untuk meningkatkan jumlah investor lokal, kita perlu lebih gencar menyosialisasikan produk investasi ini. Kalau perlu, kita mulai memperkenalkan produk ini sejak jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar. Selama ini, investor reksa dana di Indonesia masih didominasi oleh pegawai swasta dan wiraswasta.

Kita harus bisa meyakinkan kepada masyarakat bahwa investasi reksa dana berpeluang meningkatkan kesejahteraan asalkan dikelola dengan baik. Kita juga harus bisa meyakinkan para calon investor pemula bahwa mereka bisa memanfaatkan manajer investasi untuk membantunya menjalankan investasi.

Kita yakin industri tidak bakal layu sebelum berkembang. Terlebih lagi, fundamental ekonomi Indonesia tampak kokoh meski dunia dilanda ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan NAB reksa dana yang mencapai 23,81% dalam setahun terakhir kian menguatkan keyakinan itu. Kenaikan NAB itu juga tak terlepas dari penguatan IHSG yang begitu atraktif dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, tren suku bunga rendah membuat sebagian deposan mulai melirik produk investasi pasar modal ini.

Kita berharap para manajer investasi bisa memanfaatkan momentum yang baik ini. Untuk memikat investor, perusahaan investasi harus bisa memberikan beragam pilihan produk. Kita percaya produk baru bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berinvestasi. Kita juga percaya produk baru mampu menggalang investor baru dan dana segar.

Yang pasti, baik atau buruknya industri reksa dana terpulang pada para pengelola investasi. Kita berharap, para manajer investasi benar-benar menjalankan fungsinya untuk membimbing para investor, terutama pemodal pemula. Kejujuran manajer investasi merupakan modal dasar bagi perkembangan industri ini di masa mendatang.

Perusahaan investasi hendaknya tidak sekadar kejar setoran dalam pemasaran produk reksa dana. Manajer investasi juga harus menyadari batas kemampuan mereka dalam pengelolaan dana. Mereka harus benar-benar mengelola dana tersebut secara berhati-hati, termasuk memperhitungkan berbagai ancaman yang terjadi.

Manajer investasi berkewajiban untuk menjelaskan prospek dan risiko setiap produk yang dipasarkannya. Sebaliknya, investor ada baiknya ikut belajar memahami dan menganalisis faktor risiko yang mungkin bakal dihadapinya. Jangan sampai investor hanya terfokus pada keuntungan yang menggiurkan tapi melupakan bencana yang mungkin datang.***



Tidak ada komentar: