gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 11 September 2013

TIME2BUY a$ alway$ ... 260813_300813_040913_110913

  3 prinsip YANG LEBE DULU DIPIKIRKAN (1) profil keuangan (2) profil investasi (3) jenis produk

... profil keuangan: hanya aset yang IDLE aka dana nganggur yang bole diinvestasikan, setelah semua kebutuhan bulanan dan utang dibayar dulu, biasanya sekira 10-30% dari pemasukan aka take home pay
... profil investasi: JANGKA PANJANG 
... jenis produk: reksa dana saham, dan reksa dana pendapatan tetap bole diutamakan, jenis produk RD yang laen juga bisa diinves

Peluang reksadana saham saat harga saham turun



JAKARTA. Melemahnya kondisi makro ekonomi yang kurang baik ternyata memberikan berdampak pada berbagai jenis produk investasi, termasuk reksadana terutama reksadana saham.
Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi belakangan ini juga membuat reksadana saham dalam jangka pendek ikut terkoreksi. Namun, untuk jangka panjang, ada peluang reksadana saham untuk naik, seiring dengan pulihnya kondisi IHSG.
Hal ini disampaikan oleh Harris Dalimunthe Kepala Divisi Pemasaran Dan Penyelesaian Efek BNI Asset Management di Jakarta, Rabu (4/9). ”Untuk jangka pendek reksadana saham masih terkoreksi karena fundamental ekonomi kita masih belum stabil,” kata Harris.
Harris memperkirakan, akhir tahun 2013 nanti diproyeksikan kondisi saham akan membaik lagi. Jika hal tersebut terjadi, maka imbal hasil reksadana saham akan ikut naik. Maka itu, ia menyarankan investor reksadana saham melakukan pembelian unit reksadana saham di saat harga saham murah.
Hingga akhir Agustus 2013 BNI Asset Management mencatat total dana kelolaan dari reksadana sebesar Rp 6,35 triliun. Hingga akhir tahun nanti, BNI Asset Management menargetkan bisa mendulang dana kelolaan Rp 8,5 triliun.

SUWANDI WIRATNO, Investasi Itu Ibarat Payung Minggu, 25 Agustus 2013 | 1:03 SUWANDI WIRATNO, PRESDIR CSUL FINANCE SUWANDI WIRATNO, PRESDIR CSUL FINANCE “BERINVESTASI itu ibarat payung”. Demikian kalimat pengandaian yang dikemukakan Suwandi Wiratno, presiden direktur PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) Finance. Oleh karena itu, ia menjelaskan, semakin banyak yang tersebar, akan semakin baik. “Investasi pribadi itu harus dibagi-bagi antara ke deposito, properti, dan asuransi jiwa serta lainnya,” jelas Suwandi saat ditemui Investor Daily di kantornya, beberapa hari lalu. Suwandi menjelaskan, kendati investasinya terbagi dalam berbagai instrumen, namun dia menghindari instrumen yang berisiko tinggi, seperti saham. Pasalnya ia tidak memiliki banyak waktu untuk memonitor pergerakan saham. Sehingga untuk mendapatkan imbal hasil yang juga cukup tinggi, namun tetap aman, dia memilih berinvestasi di reksadana. “Kalau memilih reksadana ‘kan ada manager investasi yang mengelolanya sehingga imbal hasil bisa terkontrol,” ujar Suwandi. Selanjutnya, instrumen investasi lain yang menjadi pilihan Suwandi adalah properti. Ia mengaku, sudah sejak empat tahun lalu berinvestasi di properti. Saat ini, Suwandi memiliki beberapa unit rumah dan apartemen di kawasan SCBD

Analisis Investasi: Saatnya Berburu Saham Sebelum 'Great Sale' Pasar Modal Usai

Gita Arwana Cakti   -   Jumat, 23 Agustus 2013, 11:11 WIB
Share on print


Bisnis.com,JAKARTA— Jika diibaratkan dengan sebuah tempat perbelanjaan, pasar modal Indonesia masih berada dalam masa menggelar “great sale” ataudiscount secara besar-besaran.
Berdasarkan data perdagangan Kamis (22/8/2013), IHSG ditutup turun 1,11% ke level 4.171,41. Angka tersebut merupakan level terendah sejak 26 September 2012.
Namun, pada pagi ini indeks mulai rebound, dengan dibuka naik tipis 0,59% ke level 4.196,09, Jumat (23/8/2013).
Analis Mega Capital Indonesia Arief Fahruri menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk masuk pasar modal bagi orang yang berniat investasi untuk jangka panjang.
“Untuk long investment, lebih baik beli sekarang, karena banyak saham blue chip yang sudah turun banyak. Saham-saham banking juga, valuasinya sudah rendah,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (23/8/2013).
Sementara itu, untuk investasi jangka pendek atau trading, dia menyarankan agar tetap memantau kondisi makroekonomi baik dalam maupun luar negeri.
Jika dilihat sepanjang tahun ini, indeks telah ‘ter-discount’ 3,37% hingga penutupan kemarin. Sementara itu, jika dilihat dari level tertingginya pada 20 Mei 2013 sebesar 5.214,98, maka ‘discount’ IHSG lebih besar lagi mencapai 19,12%.
Editor : Nurbaiti

IHSG tertekan, dana kelolaan Bahana tergerus



JAKARTA. Fluktuasi pasar modal dalam beberapa waktu belakangan telah menggerus dana kelolaan manajer investasi (MI). Dana kelolaan PT Bahana TCW investment Management, misalnya, telah melorot sekitar Rp 3 triliun dalam tiga bulan terakhir.
Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, Edward Lubis mengatakan, koreksi pasar saham  memberikan kontribusi paling besar terhadap penurunan dana kelolaan perusahaan. Sementara itu, penarikan dana investor (redemption) justru relatif kecil atau hanya sekitar 1% dalam satu bulan terakhir.
Mei 2013 lalu, dana kelolaan Bahana sempat mencapai dia tas Rp 22 triliun. Namun nilai tersebut turun dan kini tinggal Rp 20,7 triliun. Bahana menargetkan bisa menggenggam dana kelolaan Rp 23 triliun di akhir tahun ini. Target ini naik dibandingkan akhir tahun lalu yang sekitar Rp 20 triliun.
Sebagian besar dana kelolaan Bahana disumbang oleh reksadana fixed income dan reksadana terproteksi yang mencapai 60%. Sedangkan, sisanya merupakan reksadana saham. Untuk mengejar target dana kelolaan, Bahana berencana meluncurkan dua produk anyar  pada semester ini.
Yakni, reksadana saham syariah dan reksadana campuran berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). "Untuk produk berdenominasi dollar AS, kami mengkaji antara campuran atau fixed income. Nanti akan kami pilih yang prospeknya lebih menarik," tutur Edward.
Produk berdenominasi dollar AS diperkirakan masih memberikan prospek menarik seiring pelemahan rupiah. Produk baru tersebut ditargetkan bisa menambah dana kelolaan masing-masing Rp 50 miliar-Rp 100 miliar. Infovesta Utama mencatat, total dana kelolaan seluruh reksadana per Juli 2013 susut 2,79% menjadi Rp 189,85 triliun dari  bulan sebelumnya.

 REKSADANA

Dana kelolaan reksadana turun di Juli

kontan
JAKARTA. Pasar saham dan obligasi yang tertekan sepanjang Juli mengakibatkan dana kelolaan reksadana ikut terpangkas. Berdasarkan data PT Infovesta Utama, total dana kelolaan seluruh reksadana per Juli 2013 sebesar Rp 189,85 triliun. Jumlah ini menyusut 2,79% dibandingkan total dana kelolaan di bulan sebelumnya yang sebesar 195,30 triliun.
Hampir seluruh jenis reksadana mengalami penurunan dana kelolaan. Reksadana saham misalnya, dana kelolaan merosot hampir Rp 4 triliun menjadi Rp 86,956 triliun. Adapun dana kelolaan reksadana campuran turun 4,16% menjadi Rp 21,582 triliun. Reksadana pendapatan tetap anjlok 1,51% menjadi Rp 28,902 triliun.
Hanya reksadana pasar uang yang tercatat meraih kenaikan dana kelolaan sebesar 0,15% menjadi Rp 12,173 triliun. Maklum, reksadana jenis ini relatif minim risiko. Di tengah pasar yang sedang fluktuatif seperti bulan lalu, reksadana pasar uang menjadi salah satu instrumen yang dinilai cukup aman.
Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen Yulius Manto mengatakan, penurunan dana kelolaan sepanjang bulan Juli disebabkan oleh pasar saham dan obligasi yang bergejolak. Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi hingga 4,32% setelah anjlok 4,93% pada bulan Juni 2013.
Masih bisa tumbuh
Ambil contoh, dana kelolaan reksadana saham milik Batavia bertajuk Batavia Dana Saham Optimal tergerus dari Rp 394,205 miliar menjadi Rp 390,222 miliar di Juli dari bulan sebelumnya. Meski begitu, Yulius bilang, hingga akhir tahun ini dana kelolaan reksadana masih berpotensi tumbuh. Sebab, koreksi pasar dimanfaatkan sebagian investor untuk menambah dana investasi alias top-up.
Saat ini, posisi dana kelolaan Batavia mencapai Rp 12,7 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari dana reksadana terproteksi sebesar Rp 4,2 triliun. "Targetnya dana kelolaan tahun ini bisa mencapai Rp 16 triliun dengan menggenjot dana kelolaan reksadana saham," ujar dia.
Penurunan dana kelolaan juga dialami PT Schroders Investment Management Indonesia. Berdasarkan fund fact sheet perusahaan ini, posisi dana kelolaan Schroders dari Rp 55 triliun per akhir Juni 2013 turun menjadi Rp 52,97 triliun pada akhir Juli 2013.
Viliawati, analis PT Infovesta Utama mengungkapkan, ada dua hal yang menyebabkan dana kelolaan reksadana tergerus. Pertama, akibat perubahan nilai pasar aset dasar portofolio reksadana seperti saham dan obligasi. Ini terjadi ketika pasar saham dan obligasi terkoreksi. Kedua, perubahan unit penyertaan (UP) reksadana yang dipengaruhi oleh aksi subscription ataupun redemption oleh investor.
Namun data Infovesta menunjukkan, total UP reksadana di Juli tumbuh 1,04% menjadi Rp 116,521 miliar ketimbang bulan sebelumnya. UP yang mengalami pertumbuhan adalah reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana terproteksi dan ETF. Sementara sisanya mengalami penurunan.  Artinya, penurunan dana kelolaan terjadi memang lantaran  pasar memang sedang koreksi.
Vilia menilai, momentum koreksi umumnya dimanfaatkan investor untuk menambah investasinya. Ini untuk memperoleh harga yang lebih murah. “Secara umum dana kelolaan akan naik  hingga akhir tahun,” kata Vilia. 

IHSG Mundur ke September 2012 Oleh: Ahmad Munjin pasarmodal - Minggu, 25 Agustus 2013 | 13:57 WIB INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, IHSG melemah 8,73% seiring deretan sentimen negatif yang mewarnainya. Penurunan tersebut membuatnya mundur ke awal September 2012. Seperti apa? IHSG selama sepekan mengalami penurunan 398,83 poin (8,73%) atau lebih parah dari pekan sebelumnya yang juga turun 72,13 poin (1,55%). Penurunan ini juga terasa bagi indeks utama lainnya di mana IDX30 memimpin penurunan dengan melemah 9,41% diikuti indeks LQ45 dan MBX yang masing-masing turun 9,17% dan 8,84%. Begitu juga dengan laju indeks sektoral yang mayoritas juga tampak melemah di mana penguatan hanya terjadi pada
indeks pertambangan
yang masih berada pada jalur hijau dalam dua pekan berturut-turut dengan kenaikan (5,46%). Sementara pelemahan dipimpin indeks properti, diikuti indeks perdagangan dan keuangan dengan pelemahan masing-masing 16,16%, 10,22% dan 10,04%. Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, pekan ini merupakan hari-hari yang berat untuk IHSG sehingga tidak dapat meninggalkan zona merahnya. “Dalam ulasan sebelumnya, pernah kami sampaikan bahwa kondisi saat ini berbeda dialami IHSG untuk tahun ini di mana sentimen yang ada tidak sepenuhnya kondusif,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut dia, pergerakan positif yang diharapkan pascalibur Lebaran tampaknya tidak terjadi. “Sama halnya dengan pekan sebelumnya di mana meski sempat terjadi kenaikan, namun, oleh karena tidak diimbangi dengan positifnya sentimen yang ada, hanya dimanfaatkan untuk profit taking,” papar dia. Bahkan, lanjut dia, adanya pernyataan, pidato, maupun komentar-komentar dari para pejabat yang memperlihatkan seolah-olah, ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik tidak membuat kondisi pasar semakin membaik. “Yang terjadi sebaliknya di mana pelaku pasar justru memperbesar daya jualnya sehingga IHSG pun terpaksa terperosok ke lembah merah,”ucapnya. Sepanjang pekan, investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp5,72 triliun jauh lebih tinggi dari pekan sebelumnya sebesar Rp1,37 triliun. “Masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang kondusifnya sentimen yang ada membuat IHSG memperpanjang pelemahannya,” tegas dia. Terutama untuk nilai tukar rupiah yang terus longsor membuat kondisi makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para investor. “Imbas dari pidato kenegaraan Presiden SBY yang menyampaikan asumsi-asumsi makro pun dianggap tidak realistis,” ungkap Reza. Kondisi itu, diperparah oleh semakin memerahnya pasar obligasi di mana yield yang diminta terus meningkat. Pada saat yang sama, adanya aturan Giro Wajib Minimum (GWM)-Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 78%-92% dari sebelumnya 100% turut dirspons negatif. “Hal itu dinilai mengurangi likuiditas kredit perbankan,” tuturnya. Menurut Reza, pelaku pasar melihat
perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan data negatif secara bertahap sekaligus menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, dan peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan.
Adanya berita negatif terkait penilaian ekonomi Thailand yang akan memasuki resesi; komentar-komentar dari para pejabat negara yang terkesan “tenang-tenang saja”; rupiah yang masih melanjutkan tren penurunannya; dan adanya pemberitaan di mana China akan mengurangi karbon sehingga dinilai berpengaruh pada kinerja emiten coal juga turut menambah sentiment negatif,” papar dia. Sempat terjadinya aksi beli setelah market great sale pasca-HUT Kemerdekaan RI. Namun, tidak bertahan lama karena secara riil di lapangan belum adanya trigger positif. Dengan pelemahan IHSG tersebut,
level IHSG telah menyamai level pada periode awal September 2012
. Aksi profit taking justru kembali terjadi jelang akhir pekan meski terdapat pemberitaan adanya himbauan kepada BUMN untuk melakukan buyback sahamnya.
“Sentimen positif tersebut tertutupi komentar Presiden SBY bahwa berat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,3% sehingga harapan untuk melanjutkan rebound kembali terhalangi,” imbuhnya. [jin]
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
TIME2BUY AS always @ 26 Agustus 2013 - 30 Agustus 2013: reksa dana saham kayanya lebe POSITIF ... :)
dddddddddddddddddEEEEEEEEEEEEEEEEEddddddddddddddddddddd
per TGL 26/08/2013 DILAKUKAN PENGUKURAN CARI UNTUNG SESAAT (cus) s/d TGL 10/09/2013, maka ... :)

Tidak ada komentar: