gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Kamis, 03 Desember 2009

saat ihsg menjelang dan melampaui 2500 ... RDS seharusnya positif:031209

... kemarin gw beli fortis ekuitas dan manulife saham sektoral amanah lagi ...

Kamis, 03 Desember 2009 | 09:01

PASAR REKSADANA

Masanya Reksadana Saham Berkibar



Melihat bunga deposito yang terus menguncup, investor pun kembali masuk ke reksadana. Tren ke depan, investor makin berani masuk ke reksadana saham. Padahal, risikonya lebih tinggi ketimbang reksadana proteksi atau obligasi.

Belakangan ini, reksadana kembali berkibar sebagai salah satu instrumen investasi yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya pemahaman investor terhadap reksadana, plus pulihnya kepercayaan pada industri ini, maka berubah pula orientasi investasi para pemodal reksadana.

Kalau tahun-tahun sebelumnya, investor reksadana terkenal sebagai investor konservatif alias tidak mau ambil risiko terlalu besar. Namun, sejak kebangkitan Indeks Harga Saham Gabungan di (IHSG) setelah sempat terpuruk pada akhir 2008 dan awal tahun ini, para pemodal mulai berminat dan beralih ke reksadana saham yang risikonya lebih tinggi.

Tingginya minat investor ke jenis reksadana itu patut dimak-lumi. Lihat saja, dari lima reksadana yang memberikan return paling tinggi sepanjang tahun ini, empat posisi teratas diduduki reksadana saham. Return-nya juga tak main-main. Pertumbuhannya mencapai lebih dari 130% sejak awal 2009.

Para manajer investasi juga meyakini, reksadana saham masih akan menjadi primadona industri ini di tahun depan. Catatan saja, saat ini, komposisi dana kelolaan para MI di reksadana saham sudah mulai mendominasi. Yaitu, sebesar 34,54%. Sedangkan reksadana terproteksi 28,93%, dan reksadana pendapatan tetap sebesar 14,61%.

Direktur Schroders Investment Management Indonesia Michael T. Tjoajadi yakin, tahun depan reksadana saham masih akan menjadi buruan. Alasannya, ekonomi semakin baik, potensi peningkatan di pasar saham juga membesar.

Memang, menurut analis riset PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana, kenaikan IHSG tahun depan tidak bakal sekinclong tahun ini. Begitu juga dengan pertumbuhan return reksadana saham. Kalau tahun ini pertumbuhan return bisa menembus 100%, maka tahun depan masih mungkin tumbuh minimal 20%–30%.
Masih paling oke

Meski turun, kinerja reksadana saham tetap paling kinclong ketimbang reksadana jenis lain. Misalkan, reksadana proteksi yang kemungkinan hanya memberi return 15%-20%. Apalagi, reksadana obligasi, yang menurut Wawan, hanya mampu memberi imbal hasil 9%-10%. Padahal, tren suku bunga tahun depan bakal naik. Setidaknya mencapai level 7,5%. Jadi, selisih dengan imbal hasil obligasi bakal makin menipis.

Cuma, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Denny Thaher dan Vice President Batavia Prosperindo Aset Manajemen Karma P. Siregar mengatakan, reksadana nonsaham tetap berpotensi mendatangkan keuntungan. Denny mencontohkan, selama industri reksadana muncul, maka selalu terjadi perubahan tren seiring kondisi ekonomi.

Saat booming reksadana tahun 2005 lalu, reksadana obligasi menjadi primadona. Lalu, terjadi krisis di industri, dan pemodal reksadana mulai memikirkan produk baru. Terbentuklah reksadana terproteksi yang mengunci investasi dalam jangka waktu tertentu untuk memaksimalkan hasil tapi minim risiko.

Toh, tren ini juga tidak bertahan lama. Investor semakin pintar dan berani mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi. Kini, yang terpenting, seberapa baik strategi investasi yang dipilih.



Sopia Siregar, Havid Vebri, Adi Wikanto, Avanty Nurdiana, Ade Jun Firdaus KONTAN

Tidak ada komentar: