beneran neh, tren REKSA DANA SAHAM mulai POSITIF lage dibandingkan RD Pendapatan Tetap yang selalu positif sejak 2011:
gw seh CUMA BERSANDAR PADA FAKTA ANGKA aja dah, bahwa TREN INVESTASI PORTOFOLIO PULIH (
walau pun INVESTOR ASIEN-K JUSTRU MENARIK DANA DARI INDONESIA DALAM TAON 2012, DITAMBAH KRISIS EURO BERTUBI-TUBI 2011-2012, dan KRISIS SUBSIDI BBM):
Askes akan Andalkan Reksa Dana
INILAH.COM, Jakarta - PT Askes (Persero) menargetkan
hasil investasi sebesar Rp1,37 triliun tahun ini atau tumbuh 10%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,2 triliun.
Adapun kelolaan dana investasi di 2013 ini direncanakan sebesar Rp14,3 triliun secara konsolidasi, atau naik 18,5% dari tahun lalu sebesar Rp12,06 triliun. Askes menargetkan dana investasi di tahun ini sebesar Rp12,7 triliun.
"Untuk mengejar target tersebut kami akan mengubah sedikit portofolio instrumen investasinya," ujar Purnawarman Basundoro, Direktur Keuangan dan Investasi baru Askes, Rabu (16/1/2012).
Dia menuturkan tahun ini Askes akan menambah porsi investasi di instrumen non fixed income. “Kami akan targetkan porsi portofolio non fixed income menjadi 30%,” tuturnya.
Rencananya, lanjut Purnawarman, Askes akan menambah portofolio di reksa dana. “Kami akan menambah porsi reksa dana menjadi 23% dari tahun sebelumnya hanya 20%,” ucapnya.
Langkah tersebut, menurut dia disebabkan return yang dihasilkan lebih baik guna mengejar pertumbuhan yang ditargetkan tahun ini. “Kami ingin mendapatkan yield (imbal hasil) sebesar 10% tersebut,” katanya.
Adapun portofolio investasi Askes tahun lalu, 75% di fixed income dan sisanya di non fixed income. Dari rencana 70% porsi investasi di fixed income untuk tahun ini, Askes berencana menempatkan portofolio obligasi sebesar 58%, deposito 12%.
“Perusahaan akan menempatkan portofolio investasi pada obligasi sebesar Rp7,4 triliun,”ujarnya.
Khusus obligasi, Askes akan menempatkannya di obligasi pemerintah dan obligasi korporasi baik itu milik swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). [hid]
bisnis indonesia
Adapun kelolaan dana investasi di 2013 ini direncanakan sebesar Rp14,3 triliun secara konsolidasi, atau naik 18,5% dari tahun lalu sebesar Rp12,06 triliun. Askes menargetkan dana investasi di tahun ini sebesar Rp12,7 triliun.
"Untuk mengejar target tersebut kami akan mengubah sedikit portofolio instrumen investasinya," ujar Purnawarman Basundoro, Direktur Keuangan dan Investasi baru Askes, Rabu (16/1/2012).
Dia menuturkan tahun ini Askes akan menambah porsi investasi di instrumen non fixed income. “Kami akan targetkan porsi portofolio non fixed income menjadi 30%,” tuturnya.
Rencananya, lanjut Purnawarman, Askes akan menambah portofolio di reksa dana. “Kami akan menambah porsi reksa dana menjadi 23% dari tahun sebelumnya hanya 20%,” ucapnya.
Langkah tersebut, menurut dia disebabkan return yang dihasilkan lebih baik guna mengejar pertumbuhan yang ditargetkan tahun ini. “Kami ingin mendapatkan yield (imbal hasil) sebesar 10% tersebut,” katanya.
Adapun portofolio investasi Askes tahun lalu, 75% di fixed income dan sisanya di non fixed income. Dari rencana 70% porsi investasi di fixed income untuk tahun ini, Askes berencana menempatkan portofolio obligasi sebesar 58%, deposito 12%.
“Perusahaan akan menempatkan portofolio investasi pada obligasi sebesar Rp7,4 triliun,”ujarnya.
Khusus obligasi, Askes akan menempatkannya di obligasi pemerintah dan obligasi korporasi baik itu milik swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). [hid]
MERRIL LYNCH: IHSG akan Naik Perlahan
JAKARTA -- Memasuki tahun 2013, bursa saham Indonesia mengalami kenaikan meski tidak setajam tahun-tahun sebelumnya.
Bisnis Indonesia mewawancarai Christy Tan, Director & Local Currency Strategist Global Research Merrill Lynch Singapore Pte Ltd, dan Victoria Ip, Managing Director Asia CIO Office Merrill Lynch Asia Pacific Ltd.
Perwakilan dari lembaga pengelola aset dunia Bank of America Merrill Lynch itu memberi penjelasan serta prediksi tentang ekonomi Indonesia, mata uang dan investasi secara umum. IHSG diproyeksikan naik secara perlahan.
Bagaimana pertumbuhan bursa saham Indonesia apakah akan sama seperti tahun lalu?
Victoria: Cukup positif karena sentimen di bursa global termasuk Amerika Serikat yang telah memberikan pelonggaran kuantitatif, dan di Eropa yang mulai menunjukkan resolusi terhadap krisis serta peningkatan di Asia.
Sentimen dalam negeri termasuk konsumsi domestik yang cukup bagus terutapa pada saat sebelum pemilihan presiden. Sejauh ini tidak ada aliran dana asing yang mengalir keluar dari Indonesia.
Bursa saham Indonesia positif dengan valuasi yang tidak murah. Oleh karena itu kami melihat kinerjanya relatif, tidak absolut.
Bila dibandingkan dengan bursa Asia secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata regional kami perkirakan sekitar 10%-15% meski kami belum dapat memperikan angka pastinya.
Bursa Thailand dan Filipina pada tahun lalu tumbuh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Indonesia tumbuh tidak setajam sebelumnya, lebih modest. Sektor yang akan mendorong bursa masih dari konsumsi dan infrastruktur.
Komoditas memang ada sedikit perbaikan dibandingkan tahun lalu karena China telah pulih dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Secara umum pertumbuhannya modest, sedikit peningkatan akibat kembalinya permintaan China.
Christy: Merrill Lynch mengamati program pembelian surat utang di AS, yang disebut dengan QE, sejauh ini telah memberi dampat positif pada bursa Indonesia.
QE1 memberi dampak yang sangat kuat dan signifikan, QE2 dampaknya lebih rendah dan QE3 cukup lemah.
Merrill Lynch mencatat pada Maret hingga Oktober2009 saat pertama program QE dijalankan, IHSG naik 79%. Pada program selanjutnya selama November 2009 hingga November 2010, IHSG mencatat kenaikan 53%.
Sementara itu, pada periode QE2 mulai November 2010 hingga Juni 2011, IHSG mencetak kenaikan 7,8%. Pada Agustus tahun lalu saat program QE3 diumumkan, IHSG naik 25%.
Pada September 2012 hingga akhir tahun setelah QE3 diputuskan, IHSG naik 3,5%. Bursa saham Indonesia sangat terpengaruh faktor eksternal dan telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata relatif secara regional.
Namun, investor asing mulai mencari aset baru termasuk Thailand yang memiliki ekonomi stabil dan pertumbuhan sedang tinggi.
Indonesia saat ini memiliki problem defist sehingga membuat para investor ragu masuk ke pasar modal. China sudah mulai kembali menarik dan aliran dana masuk akan positif.
Bagaimana pasar obligasi Indonesia?
Victoria: Saat ini kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai 33%, sedikit lebih rendah dibandingkan 35%-36% pada tahun 2011.
Investor asing menganggap Obligasi Indonesia masih menarik tetapi khawatir masalah harga bahan bakar bersubsidi. Di wilayah Asia secara umum imbal hasil obligasi termasuk rendah.
Bagaimana dengan obligasi korporasi?
Victoria: Yang perlu dilihat adalah sisi peringkat kredit dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi dalam denominasi dolar.
Sejauh ini obligasi korporasi Indonesia tidak terlalu mencetak capital gain besar tetapi lebih banyak mendapat untung dari kupon. Lebih banyak pendapatan dihasilkan oleh kupon dibandingkan oleh kenaikan harga. (07/Bsi)
Bisnis Indonesia mewawancarai Christy Tan, Director & Local Currency Strategist Global Research Merrill Lynch Singapore Pte Ltd, dan Victoria Ip, Managing Director Asia CIO Office Merrill Lynch Asia Pacific Ltd.
Perwakilan dari lembaga pengelola aset dunia Bank of America Merrill Lynch itu memberi penjelasan serta prediksi tentang ekonomi Indonesia, mata uang dan investasi secara umum. IHSG diproyeksikan naik secara perlahan.
Bagaimana pertumbuhan bursa saham Indonesia apakah akan sama seperti tahun lalu?
Victoria: Cukup positif karena sentimen di bursa global termasuk Amerika Serikat yang telah memberikan pelonggaran kuantitatif, dan di Eropa yang mulai menunjukkan resolusi terhadap krisis serta peningkatan di Asia.
Sentimen dalam negeri termasuk konsumsi domestik yang cukup bagus terutapa pada saat sebelum pemilihan presiden. Sejauh ini tidak ada aliran dana asing yang mengalir keluar dari Indonesia.
Bursa saham Indonesia positif dengan valuasi yang tidak murah. Oleh karena itu kami melihat kinerjanya relatif, tidak absolut.
Bila dibandingkan dengan bursa Asia secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata regional kami perkirakan sekitar 10%-15% meski kami belum dapat memperikan angka pastinya.
Bursa Thailand dan Filipina pada tahun lalu tumbuh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Indonesia tumbuh tidak setajam sebelumnya, lebih modest. Sektor yang akan mendorong bursa masih dari konsumsi dan infrastruktur.
Komoditas memang ada sedikit perbaikan dibandingkan tahun lalu karena China telah pulih dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Secara umum pertumbuhannya modest, sedikit peningkatan akibat kembalinya permintaan China.
Christy: Merrill Lynch mengamati program pembelian surat utang di AS, yang disebut dengan QE, sejauh ini telah memberi dampat positif pada bursa Indonesia.
QE1 memberi dampak yang sangat kuat dan signifikan, QE2 dampaknya lebih rendah dan QE3 cukup lemah.
Merrill Lynch mencatat pada Maret hingga Oktober2009 saat pertama program QE dijalankan, IHSG naik 79%. Pada program selanjutnya selama November 2009 hingga November 2010, IHSG mencatat kenaikan 53%.
Sementara itu, pada periode QE2 mulai November 2010 hingga Juni 2011, IHSG mencetak kenaikan 7,8%. Pada Agustus tahun lalu saat program QE3 diumumkan, IHSG naik 25%.
Pada September 2012 hingga akhir tahun setelah QE3 diputuskan, IHSG naik 3,5%. Bursa saham Indonesia sangat terpengaruh faktor eksternal dan telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata relatif secara regional.
Namun, investor asing mulai mencari aset baru termasuk Thailand yang memiliki ekonomi stabil dan pertumbuhan sedang tinggi.
Indonesia saat ini memiliki problem defist sehingga membuat para investor ragu masuk ke pasar modal. China sudah mulai kembali menarik dan aliran dana masuk akan positif.
Bagaimana pasar obligasi Indonesia?
Victoria: Saat ini kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai 33%, sedikit lebih rendah dibandingkan 35%-36% pada tahun 2011.
Investor asing menganggap Obligasi Indonesia masih menarik tetapi khawatir masalah harga bahan bakar bersubsidi. Di wilayah Asia secara umum imbal hasil obligasi termasuk rendah.
Bagaimana dengan obligasi korporasi?
Victoria: Yang perlu dilihat adalah sisi peringkat kredit dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi dalam denominasi dolar.
Sejauh ini obligasi korporasi Indonesia tidak terlalu mencetak capital gain besar tetapi lebih banyak mendapat untung dari kupon. Lebih banyak pendapatan dihasilkan oleh kupon dibandingkan oleh kenaikan harga. (07/Bsi)
JUMLAH EMITEN: 400 perusahaan masih sedikit
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan hal ini termasuk salah satu fokus utama OJK yang mulai efektif bekerja hari ini, Rabu (2/1).
“Dari aspek jumlah IPO-nya, ini akan menjadi perhatian kita. Karena dengan bangsa sebesar ini, emiten cuma sekitar 400-an, saya kira terlalu kecil, kita pengen tambah,” ujarnya ketika ditemui di sela-sela konferensi pers OJK di Gedung BEI hari ini, Rabu (2/1/2013).
Berdasarkan data BEI yang dikutip hari ini, jumlah emiten yang tercatat di bursa saat ini mencapai 460 emiten. Perusahaan yang terakhir mencatatkan dirinya di bursa adalah Waskita Karya (Persero) Tbk, yakni pada 19 Desember 2012.
Muliaman mengatakan untuk meningkatkan jumlah emiten yang terdaftar di bursa, OJK akan melakukan dua pendekatan. Pertama, dengan cara meningkatkan investor base-nya agar lebih banyak dan lebih besar.
“Oleh karena itu saya akan lanjutkan kegiatan sosialisasi komunikasi mengenai pasar modal kepada seluruh masyarakat agar berkembang investor base-nya, termasuk juga kepada dunia usaha,” ujarnya.
Pendekatan kedua, OJK akan bertemu dengan pihak-pihak lain termasuk Dirjen Pajak terkait bagaimana agar bisa mendorong jumlah emiten yang lebih banyak, termasuk meningkatkan partisipasi kelompok usaha menengah ke atas.
“Tadi sesuai harapan Pak Wapres juga [saat pembukaan bursa], bisa ngga emiten itu datang dari UMKM, yang menengah ke atas? Itu juga menurut saya tantangan. Mudah-mudahan kita bisa,” ujarnya.
Meski demikian, Muliaman mengatakan tidak ada satu angka ideal untuk jumlah emiten. Yang jelas, potensi Indonesia masih luar biasa besar. Di sisi lain, OJK juga akan mendorong agar jumlah pembiayaan dari pasar modal lebih banyak dari perbankan.
“Di Indonesia itu, sekarang pembiayaan bank itu masih sangat dominan. Sementara di negara-negara maju, itu nanti mestinya terbalik, pembiayaan dari pasar modal itu yang dominan. Sebab nanti pembiayaan jangka panjang itu datangnya dari pembiayaan pasar modal, sedangkan pembiayaan bank justru prosentasenya akan menciut dengan sendirinya,” jelasnya.
Target 30 emiten baru
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan pada 2013 ini pihaknya menargetkan ada 30 emiten baru yang masuk bursa. Sepanjang 2012, sebanyak 23 perusahaan telah mencatatkan dirinya di bursa.
“Pada 2012, perusahaan yang tercatat 23, targetnya 25. Sebenarnya ada 26 perusahaan yang mendapat efektif dari Bapepam, tapi yang punya waktu untuk listing itu baru 23, sehingga yang 3 lagi di-carry over ke 2013. 2013 kami targetkan 30 emiten baru yang listing,” jelasnya.
Ito mengaku BEI mendorong agar semakin banyak perusahaan masuk bursa, baik BUMN mau pun nonBUMN, serta tidak khusus ditujukan bagi perusahaan yang bergerak di sektor tertentu.
Tapi untuk sektor komoditas, menurut Ito sepertinya tahun ini banyak perusahaan tambang batu bara dan perkebunan yang menunda masuk bursa karena masih terpengaruh kondisi pasar.
Menurutnya, tahun lalu ada beberapa perusahaan batu bara yang listing, tapi jumlah saham yang ditawarkannya diperkecil karena harga batu bara sedang kurang bagus. Tahun lalu, ada juga perusahaan perkebunan yang menunda IPO karena harga komoditas juga sedang turun.
“Tahun ini kalau harga komoditas tidak banyak berubah, barangkali sektor batu bara, yah pertambangan mau pun perkebunan mungkin akan menunda [IPO], sampai harga-harga berkembang bagus,” ujarnya.
Selain itu, Ito juga menargetkan rata-rata transaksi harian tahun ini sebesar Rp5,5 triliun, naik sekitar 22% dari rata-rata transaksi harian sepanjang 2012 sebesar Rp4,5 triliun.
Pada tahun ini, Ito memperkirakan bursa efek Indonesia akan bersaing ketat dengan bursa efek di regional, khususnya bursa efek Thailand dan Filipina.
“Pertumbuhan ekonomi Filipina dan Thailand mungkin akan bersaing dengan Indonesia. Jadi kita bursanya juga jadi bersaing,” ujarnya. (msb)
Oleh: Restu A. Putra
pasarmodal - Sabtu, 29 Desember 2012 | 12:42 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Sepanjang 2012,Bursa Efek Indonesia menilai tidak ada kasus-kasus pasar modal yang diindikasi bakal menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia.
Direktur BEI, Ito Warsito mengatakan kasus sekelas Bumi Resuorces (BUMI)pun bukan merupakan persoalan yang terbilang besar bagi pasar modal Indonesia.
"Tahun ini kasus apa yg besar? Bumi sebenarnya kasusnya bukan di Indonesia. BUMI Plc kan di Inggris tapi karena namanya sama jadi rancu," ujarnya saat ditemui INILAH.COM di Gedung BEIbeberapa waktu lalu.
Bahkan ia tidak melihat banyak kasus tahun ini yang menyebabkan tingkat kepercayaan publik terutama investor menurun. Ia menyebutkan indeks yang terus naik dan pencapaian tertinggi IHSG sepanjang sejarah di 4.375 akhir November lalu sebagai bukti indikasinya.
"Itu bukti dari kepercayaan masyarakat investor terhadap pasar modal indonesia. Kepercayaan selalu meningkat," katanya.
Sedangkan tingkat transparansi pun, Ito menilai selalu mengacu pada prinsip-prinsip transparansi organisasi pengawas bursa dunia."Jadi transparansinya kurang lebih sama dengan transparansi di mana pun, termasuk AS maupun Eropa," ungkapnya.
Oleh karenanya ia menampik jika ada yang mengatakan tingkat kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia menurun. "Berarti ia tidak paham peraturan pasar modal," ucapnya.
Pernyataan ini menepis penilaian Presiden Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri, bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan publik bakal tergerus seiring banyaknya konflik dan kasus yang menimpa perusahaan publik,karena kurang cepatnya penyelesaian dari otoritas.
Achmad sempat menyebutkan contoh kasus kisruh BUMI-Bakrie antara pemegang saham besar (Bakrie, Samin Tan dan Rotschild), dan juga sengketa berkepanjangan PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk antara pemegang saham dominan dan minoritas menjadi indikasi yang bakal mengurangi public trust.
"Ini menunjukkan pasar modal hanya jadi ajang pemburuan rente di mana kekuatan politik merupakan kekuatan yang paling menentukan," ujarnya.
Menurutnya jika pengawas pasar modal tidak dapat menyelesaikan kasus ini secara tuntas maka pasar modal Indonesia akan jauh tertinggal, terutama di ASEAN di mana di beberapa negara seperti Malaysia bisa mencapai level IPO terbesar kedua dunia.
"Apalagi perdagangan bebas ASEAN segera akan dimulai, sehingga bisa dipastikan pasar modal Indonesia tidak bisa diandalkan jadi sumber pendanaan pembangunan," tuturnya.[ast]
Reksadana saham masih jagoan
Oleh Wahyu Satriani, Agung Jatmiko, Noor Muhammad Falih, Rizki Caturini - Kamis, 06 Desember 2012 | 07:35 WIB
kontan
JAKARTA. Tantangan yang dihadapi pasar reksadana di 2013
mendatang bakal semakin besar. Setidaknya itu perkiraan para pelaku
industri reksadana menyongsong Tahun Ular versi kalender China. Tensi
politik yang memanas jelang pemilihan umum (Pemilu) legislatif dan
Presiden di 2014 bakal menjadi salah satu ganjalan.
Michael Tjoajadi, Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia menduga, situasi politik menjelang pemilu mengakibatkan fluktuasi di pasar modal cukup tinggi. Para pemodal akan lebih berhati-hati sambil mengamati situasi politik di dalam negeri. Ujung-ujungnya ini akan mempengaruhi risiko investasi di pasar reksadana.
Vice President of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imamsyah, mengatakan ekspektasi investor terhadap kelancaran proses pemilu akan menjadi penentu pergerakan pasar. "Jika investor meyakini pemilu akan berjalan lancar, pasar reksadana akan meningkat," kata Fadlul.
Pasar reksadana juga masih akan dihantui oleh kondisi ekonomi global. Permasalahan krisis utang di Uni Eropa tampaknya masih jauh dari kata selesai di tahun depan. Parto Kawito, Direktur PT Infovesta Utama, mengatakan, tekanan inflasi pada tahun depan juga bakal meningkat akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Menghadapi hal itu, suku bunga acuan berpotensi naik dan mengakibatkan kenaikan yield obligasi.
Ini akan mempengaruhi kinerja reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap yang menggunakan obligasi sebagai aset dasar (underlying asset). Kenaikan yield obligasi itu bisa berimbas pada penurunan harga obligasi. Sehingga return reksadana pendapatan tetap diperkirakan menjadi kurang menarik.
Tetap optimistis
Instrumen ini juga akan menghadapi penerapan aturan pemerintah yang menaikkan pajak penghasilan (PPh) atas kupon dan keuntungan investasi obligasi di reksadana dari 5% menjadi 15%. "Aturan kenaikan pajak ini memang baru diberlakukan pada 2014, namun dampaknya akan mulai terasa di tahun depan," kata Parto.
Kendati tantangan yang menanti tidak sedikit, namun pelaku industri reksadana meyakini pasar reksadana masih akan tumbuh. Direktur Utama CIMB Principal Asset Management, Reita Farianti, berpandangan, ketika pasar finansial berfluktuasi ada potensi sebagian investor malah akan menambah porsi investasi di reksadana.
Kemungkinan investor akan beralih untuk sementara waktu dari reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap atau lainnya. Langkah ini untuk menghindari risiko tinggi di tengah kondisi pasar yang bergejolak. "Namun investor tidak akan keluar dari reksadana," papar Reita.
Selain itu, golongan masyarakat menengah ke atas juga akan bertumbuh seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reita memprediksi, rata-rata industri reksadana bisa tumbuh sekitar 15% di 2013.
Dari sisi return, Fadlul memperkirakan, reksadana saham bakal tetap unggul. Reksadana saham bisa memberikan return sekitar 15% hingga 20% per tahun. Angka ini seiring dengan prediksi pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bisa terkerek hingga 20% di tahun 2013.
Sedangkan Direktur Panin Asset Management, Ridwan Soetedja, memproyeksikan, reksadana campuran bisa memberi return 15%-17% per tahun.
Reksadana pendapatan tetap diprediksi memberi return 7%-8%. "Ini dengan asumsi BI rate tetap di 5,75%," kata Ridwan. Meski banyak yang masih menjagokan reksadana saham, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Muhammad Hanif, mengingatkan, return investasi reksadana akan optimal apabila investor menempatkan dananya untuk jangka panjang.
Dia menyarankan investor agar berinvestasi sesuai dengan tujuan investasi masing-masing. Ia mencontohkan, untuk reksadana saham, investor akan sulit memperoleh return optimal apabila hanya menempatkan dananya dalam kurun satu tahun. "Investor menyimpan dana di reksadana saham minimal selama lima tahun agar meraih hasil optimal," kata Hanif.
Rudiyanto, pengamat pasar modal pun menyarankan agar investor lebih terbuka untuk melirik reksadana selain saham di tahun depan. Meski sejumlah analis memprediksi IHSG bisa bullish hingga ke level 5.000 di 2013, namun risikonya pun tentu akan semakin tinggi. "Reksadana campuran dan pendapatan tetap bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi investasi di tahun depan," ujar dia.
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Michael Tjoajadi, Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia menduga, situasi politik menjelang pemilu mengakibatkan fluktuasi di pasar modal cukup tinggi. Para pemodal akan lebih berhati-hati sambil mengamati situasi politik di dalam negeri. Ujung-ujungnya ini akan mempengaruhi risiko investasi di pasar reksadana.
Vice President of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imamsyah, mengatakan ekspektasi investor terhadap kelancaran proses pemilu akan menjadi penentu pergerakan pasar. "Jika investor meyakini pemilu akan berjalan lancar, pasar reksadana akan meningkat," kata Fadlul.
Pasar reksadana juga masih akan dihantui oleh kondisi ekonomi global. Permasalahan krisis utang di Uni Eropa tampaknya masih jauh dari kata selesai di tahun depan. Parto Kawito, Direktur PT Infovesta Utama, mengatakan, tekanan inflasi pada tahun depan juga bakal meningkat akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Menghadapi hal itu, suku bunga acuan berpotensi naik dan mengakibatkan kenaikan yield obligasi.
Ini akan mempengaruhi kinerja reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap yang menggunakan obligasi sebagai aset dasar (underlying asset). Kenaikan yield obligasi itu bisa berimbas pada penurunan harga obligasi. Sehingga return reksadana pendapatan tetap diperkirakan menjadi kurang menarik.
Tetap optimistis
Instrumen ini juga akan menghadapi penerapan aturan pemerintah yang menaikkan pajak penghasilan (PPh) atas kupon dan keuntungan investasi obligasi di reksadana dari 5% menjadi 15%. "Aturan kenaikan pajak ini memang baru diberlakukan pada 2014, namun dampaknya akan mulai terasa di tahun depan," kata Parto.
Kendati tantangan yang menanti tidak sedikit, namun pelaku industri reksadana meyakini pasar reksadana masih akan tumbuh. Direktur Utama CIMB Principal Asset Management, Reita Farianti, berpandangan, ketika pasar finansial berfluktuasi ada potensi sebagian investor malah akan menambah porsi investasi di reksadana.
Kemungkinan investor akan beralih untuk sementara waktu dari reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap atau lainnya. Langkah ini untuk menghindari risiko tinggi di tengah kondisi pasar yang bergejolak. "Namun investor tidak akan keluar dari reksadana," papar Reita.
Selain itu, golongan masyarakat menengah ke atas juga akan bertumbuh seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reita memprediksi, rata-rata industri reksadana bisa tumbuh sekitar 15% di 2013.
Dari sisi return, Fadlul memperkirakan, reksadana saham bakal tetap unggul. Reksadana saham bisa memberikan return sekitar 15% hingga 20% per tahun. Angka ini seiring dengan prediksi pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bisa terkerek hingga 20% di tahun 2013.
Sedangkan Direktur Panin Asset Management, Ridwan Soetedja, memproyeksikan, reksadana campuran bisa memberi return 15%-17% per tahun.
Reksadana pendapatan tetap diprediksi memberi return 7%-8%. "Ini dengan asumsi BI rate tetap di 5,75%," kata Ridwan. Meski banyak yang masih menjagokan reksadana saham, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Muhammad Hanif, mengingatkan, return investasi reksadana akan optimal apabila investor menempatkan dananya untuk jangka panjang.
Dia menyarankan investor agar berinvestasi sesuai dengan tujuan investasi masing-masing. Ia mencontohkan, untuk reksadana saham, investor akan sulit memperoleh return optimal apabila hanya menempatkan dananya dalam kurun satu tahun. "Investor menyimpan dana di reksadana saham minimal selama lima tahun agar meraih hasil optimal," kata Hanif.
Rudiyanto, pengamat pasar modal pun menyarankan agar investor lebih terbuka untuk melirik reksadana selain saham di tahun depan. Meski sejumlah analis memprediksi IHSG bisa bullish hingga ke level 5.000 di 2013, namun risikonya pun tentu akan semakin tinggi. "Reksadana campuran dan pendapatan tetap bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi investasi di tahun depan," ujar dia.
Rabu, 21 November 2012 19:33 WIB
2013, Reksadana Saham akan Tumbuh 9 - 10 persen
Laporan Wartawan Tribun Jakarta Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ditengah memburuknya perekonomian Eropa dan AS, prospek industri reksa dana hingga tahun depan dinilai masih sangat bagus pertumbuhannya.
Presiden Direktur PT Schroders, Michael Tjoajadi, mengatakan, industri reksa dana tahun ini hingga tahun 2013 memang masih bagus meskipun tidak bisa kita pungkiri pengaruh dari krisis global masih berdampak pada industri reksadana di Indonesia.
Di antara semua jenis reksa dana, produk reksa dana saham dan reksa dana campuran yang lebih diminati oleh investor. "Kami memperkirakan return reksa dana campuran tahun depan akan sekitar 7 persen -10 persen," katanya di Jakarta (21/11/2012).
"Diproyeksikan reksa dana campuran masih banyak diminati oleh Investor. Banyaknya investor memilih produk ini karena investor melihat produk reksa dana campuran yang masih bagus prospeknya, diikuti dengan risiko dan jangka waktu yang masih jadi pertimbangan investor," tambahnya.
Bahkan, Michael menuturkan, pihaknya berencana memacu reksa dana campuran pada tahun 2013 karena diperkirakan return dari reksadana campuran akan tumbuh pada tahun itu.
"Untuk perkirakan berapa pertumbuhan return reksa dana campuran ini memang sangat sulit, dan kami memang belum merencanakan produk baru dibanding tahun lalu, namun masih potensial," katanya. (*)
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGffffffffffffffffffffffffffffffffffff
NAB Reksa Dana Melesat 522% dalam Tujuh Tahun
JAKARTA – Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana di
Indonesia melesat 522% dalam tujuh tahun terakhir (2006-2012) atau
rata-rata sebesar 74% setahun. Kondisi ini menunjukkan kematangan
pemodal lokal dalam berinvestasi di pasar modal.
Posisi NAB pada Desember 2012 sebesar Rp 182,7 triliun, melonjak dibanding posisi Desember 2005 sebesar Rp 29,4 triliun. Sempat turun pada krisis ekonomi 2008, NAB kembali bangkit selama empat tahun terakhir.
Menurut Dirut Samuel Asset Manajemen Agus B Yanuar, pertumbuhan yang berlipat ganda tersebut didongkrak reksa dana (RD) saham yang mengambil porsi separuh dari total NAB. “Ini menunjukkan karakter pemodal reksa dana yang semakin agresif, dari sebelumnya yang cenderung konservatif,” kata Agus dalam diskusi tentang reksa dana di ruang redaksi Beritasatu Media Holdings, Jakarta, Rabu (16/1).
Diskusi juga menampilkan Dirut Syailendra Capital Jos Parengkuan, Dirut Manulife Asset Management Indonesia Legowo Kusumonegoro, dan analis reksa dana dari Infovesta Utama Edbert Suryajaya. Diskusi diprakarsai majalah Investor dalam rangka pemeringkatan reksa dana terbaik (Mutual Fund Award 2013) yang bakal digelar pada 27 Februari mendatang.
... sepintas secara jangka panjang, investasi reksa dana saham gw memberi imbal hasil sbb:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ditengah memburuknya perekonomian Eropa dan AS, prospek industri reksa dana hingga tahun depan dinilai masih sangat bagus pertumbuhannya.
Presiden Direktur PT Schroders, Michael Tjoajadi, mengatakan, industri reksa dana tahun ini hingga tahun 2013 memang masih bagus meskipun tidak bisa kita pungkiri pengaruh dari krisis global masih berdampak pada industri reksadana di Indonesia.
Di antara semua jenis reksa dana, produk reksa dana saham dan reksa dana campuran yang lebih diminati oleh investor. "Kami memperkirakan return reksa dana campuran tahun depan akan sekitar 7 persen -10 persen," katanya di Jakarta (21/11/2012).
"Diproyeksikan reksa dana campuran masih banyak diminati oleh Investor. Banyaknya investor memilih produk ini karena investor melihat produk reksa dana campuran yang masih bagus prospeknya, diikuti dengan risiko dan jangka waktu yang masih jadi pertimbangan investor," tambahnya.
Bahkan, Michael menuturkan, pihaknya berencana memacu reksa dana campuran pada tahun 2013 karena diperkirakan return dari reksadana campuran akan tumbuh pada tahun itu.
"Untuk perkirakan berapa pertumbuhan return reksa dana campuran ini memang sangat sulit, dan kami memang belum merencanakan produk baru dibanding tahun lalu, namun masih potensial," katanya. (*)
fffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGffffffffffffffffffffffffffffffffffff
NAB Reksa Dana Melesat 522% dalam Tujuh Tahun
Posisi NAB pada Desember 2012 sebesar Rp 182,7 triliun, melonjak dibanding posisi Desember 2005 sebesar Rp 29,4 triliun. Sempat turun pada krisis ekonomi 2008, NAB kembali bangkit selama empat tahun terakhir.
Menurut Dirut Samuel Asset Manajemen Agus B Yanuar, pertumbuhan yang berlipat ganda tersebut didongkrak reksa dana (RD) saham yang mengambil porsi separuh dari total NAB. “Ini menunjukkan karakter pemodal reksa dana yang semakin agresif, dari sebelumnya yang cenderung konservatif,” kata Agus dalam diskusi tentang reksa dana di ruang redaksi Beritasatu Media Holdings, Jakarta, Rabu (16/1).
Diskusi juga menampilkan Dirut Syailendra Capital Jos Parengkuan, Dirut Manulife Asset Management Indonesia Legowo Kusumonegoro, dan analis reksa dana dari Infovesta Utama Edbert Suryajaya. Diskusi diprakarsai majalah Investor dalam rangka pemeringkatan reksa dana terbaik (Mutual Fund Award 2013) yang bakal digelar pada 27 Februari mendatang.
... sepintas secara jangka panjang, investasi reksa dana saham gw memberi imbal hasil sbb:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
MERRIL LYNCH: IHSG akan Naik Perlahan
JAKARTA -- Memasuki tahun 2013, bursa saham Indonesia mengalami kenaikan meski tidak setajam tahun-tahun sebelumnya.
Bisnis Indonesia mewawancarai Christy Tan, Director & Local Currency Strategist Global Research Merrill Lynch Singapore Pte Ltd, dan Victoria Ip, Managing Director Asia CIO Office Merrill Lynch Asia Pacific Ltd.
Perwakilan dari lembaga pengelola aset dunia Bank of America Merrill Lynch itu memberi penjelasan serta prediksi tentang ekonomi Indonesia, mata uang dan investasi secara umum. IHSG diproyeksikan naik secara perlahan.
Bagaimana pertumbuhan bursa saham Indonesia apakah akan sama seperti tahun lalu?
Victoria: Cukup positif karena sentimen di bursa global termasuk Amerika Serikat yang telah memberikan pelonggaran kuantitatif, dan di Eropa yang mulai menunjukkan resolusi terhadap krisis serta peningkatan di Asia.
Sentimen dalam negeri termasuk konsumsi domestik yang cukup bagus terutapa pada saat sebelum pemilihan presiden. Sejauh ini tidak ada aliran dana asing yang mengalir keluar dari Indonesia.
Bursa saham Indonesia positif dengan valuasi yang tidak murah. Oleh karena itu kami melihat kinerjanya relatif, tidak absolut.
Bila dibandingkan dengan bursa Asia secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata regional kami perkirakan sekitar 10%-15% meski kami belum dapat memperikan angka pastinya.
Bursa Thailand dan Filipina pada tahun lalu tumbuh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Indonesia tumbuh tidak setajam sebelumnya, lebih modest. Sektor yang akan mendorong bursa masih dari konsumsi dan infrastruktur.
Komoditas memang ada sedikit perbaikan dibandingkan tahun lalu karena China telah pulih dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Secara umum pertumbuhannya modest, sedikit peningkatan akibat kembalinya permintaan China.
Christy: Merrill Lynch mengamati program pembelian surat utang di AS, yang disebut dengan QE, sejauh ini telah memberi dampat positif pada bursa Indonesia.
QE1 memberi dampak yang sangat kuat dan signifikan, QE2 dampaknya lebih rendah dan QE3 cukup lemah.
Merrill Lynch mencatat pada Maret hingga Oktober2009 saat pertama program QE dijalankan, IHSG naik 79%. Pada program selanjutnya selama November 2009 hingga November 2010, IHSG mencatat kenaikan 53%.
Sementara itu, pada periode QE2 mulai November 2010 hingga Juni 2011, IHSG mencetak kenaikan 7,8%. Pada Agustus tahun lalu saat program QE3 diumumkan, IHSG naik 25%.
Pada September 2012 hingga akhir tahun setelah QE3 diputuskan, IHSG naik 3,5%. Bursa saham Indonesia sangat terpengaruh faktor eksternal dan telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata relatif secara regional.
Namun, investor asing mulai mencari aset baru termasuk Thailand yang memiliki ekonomi stabil dan pertumbuhan sedang tinggi.
Indonesia saat ini memiliki problem defist sehingga membuat para investor ragu masuk ke pasar modal. China sudah mulai kembali menarik dan aliran dana masuk akan positif.
Bagaimana pasar obligasi Indonesia?
Victoria: Saat ini kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai 33%, sedikit lebih rendah dibandingkan 35%-36% pada tahun 2011.
Investor asing menganggap Obligasi Indonesia masih menarik tetapi khawatir masalah harga bahan bakar bersubsidi. Di wilayah Asia secara umum imbal hasil obligasi termasuk rendah.
Bagaimana dengan obligasi korporasi?
Victoria: Yang perlu dilihat adalah sisi peringkat kredit dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi dalam denominasi dolar.
Sejauh ini obligasi korporasi Indonesia tidak terlalu mencetak capital gain besar tetapi lebih banyak mendapat untung dari kupon. Lebih banyak pendapatan dihasilkan oleh kupon dibandingkan oleh kenaikan harga. (07/Bsi)
Pendapatan Masyarakat RI Rp 2,77 Juta Per Bulan di 2012
Liputan6.com, Jakarta : Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) per kapita masyarakat Indonesia atas harga berlaku sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 33,3 juta atau US$ 3.562,6.
Pendapatan masyarakat tersebut meningkat 9,53% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 30,4 juta atau US$ 3.498,2.
Dengan kata lain, masyarakat Indonesia memperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp 2,775 juta atau setara Rp 92.500 per hari.
Kepala BPS Suryamin dalam keterangan pers di kantornya, Selasa (5/2/2013) mengatakan, PDB Indonesia pada kuartal IV-2012 masih didominasi oleh Pulau Jawa. Provinsi DKI Jakarta masih menjadi pengkontribusi PDB terbesar diikuti Jawa Timur dan Jawa Barat.
Secara kuantitatif, BPS melaporkan kegiatan di sektor sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara kegiatan primer lebih banyak dkikontribusi daerah-daerah di luar Jawa.
BPS sebelumnya melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 mencapai 6,23%. Sumber pertumbuhan berasal dari pengeluarkan konsumsi rumah tangga yang mencapai 5,28%. pembentukan modal tetap bruto 9,81%.
"Karena investasi kaitannya dengan produktivitas," kata Suryamin seraya menambahkan pengeluaran konsumsi pemerintah turun 1,25% dibandingkan setahun sebelumnya. (Fik/Shd)Bisnis Indonesia mewawancarai Christy Tan, Director & Local Currency Strategist Global Research Merrill Lynch Singapore Pte Ltd, dan Victoria Ip, Managing Director Asia CIO Office Merrill Lynch Asia Pacific Ltd.
Perwakilan dari lembaga pengelola aset dunia Bank of America Merrill Lynch itu memberi penjelasan serta prediksi tentang ekonomi Indonesia, mata uang dan investasi secara umum. IHSG diproyeksikan naik secara perlahan.
Bagaimana pertumbuhan bursa saham Indonesia apakah akan sama seperti tahun lalu?
Victoria: Cukup positif karena sentimen di bursa global termasuk Amerika Serikat yang telah memberikan pelonggaran kuantitatif, dan di Eropa yang mulai menunjukkan resolusi terhadap krisis serta peningkatan di Asia.
Sentimen dalam negeri termasuk konsumsi domestik yang cukup bagus terutapa pada saat sebelum pemilihan presiden. Sejauh ini tidak ada aliran dana asing yang mengalir keluar dari Indonesia.
Bursa saham Indonesia positif dengan valuasi yang tidak murah. Oleh karena itu kami melihat kinerjanya relatif, tidak absolut.
Bila dibandingkan dengan bursa Asia secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata regional kami perkirakan sekitar 10%-15% meski kami belum dapat memperikan angka pastinya.
Bursa Thailand dan Filipina pada tahun lalu tumbuh lebih cepat dibandingkan Indonesia. Indonesia tumbuh tidak setajam sebelumnya, lebih modest. Sektor yang akan mendorong bursa masih dari konsumsi dan infrastruktur.
Komoditas memang ada sedikit perbaikan dibandingkan tahun lalu karena China telah pulih dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Secara umum pertumbuhannya modest, sedikit peningkatan akibat kembalinya permintaan China.
Christy: Merrill Lynch mengamati program pembelian surat utang di AS, yang disebut dengan QE, sejauh ini telah memberi dampat positif pada bursa Indonesia.
QE1 memberi dampak yang sangat kuat dan signifikan, QE2 dampaknya lebih rendah dan QE3 cukup lemah.
Merrill Lynch mencatat pada Maret hingga Oktober2009 saat pertama program QE dijalankan, IHSG naik 79%. Pada program selanjutnya selama November 2009 hingga November 2010, IHSG mencatat kenaikan 53%.
Sementara itu, pada periode QE2 mulai November 2010 hingga Juni 2011, IHSG mencetak kenaikan 7,8%. Pada Agustus tahun lalu saat program QE3 diumumkan, IHSG naik 25%.
Pada September 2012 hingga akhir tahun setelah QE3 diputuskan, IHSG naik 3,5%. Bursa saham Indonesia sangat terpengaruh faktor eksternal dan telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata relatif secara regional.
Namun, investor asing mulai mencari aset baru termasuk Thailand yang memiliki ekonomi stabil dan pertumbuhan sedang tinggi.
Indonesia saat ini memiliki problem defist sehingga membuat para investor ragu masuk ke pasar modal. China sudah mulai kembali menarik dan aliran dana masuk akan positif.
Bagaimana pasar obligasi Indonesia?
Victoria: Saat ini kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah Indonesia mencapai 33%, sedikit lebih rendah dibandingkan 35%-36% pada tahun 2011.
Investor asing menganggap Obligasi Indonesia masih menarik tetapi khawatir masalah harga bahan bakar bersubsidi. Di wilayah Asia secara umum imbal hasil obligasi termasuk rendah.
Bagaimana dengan obligasi korporasi?
Victoria: Yang perlu dilihat adalah sisi peringkat kredit dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi dalam denominasi dolar.
Sejauh ini obligasi korporasi Indonesia tidak terlalu mencetak capital gain besar tetapi lebih banyak mendapat untung dari kupon. Lebih banyak pendapatan dihasilkan oleh kupon dibandingkan oleh kenaikan harga. (07/Bsi)
mmmmmmmmmmmmmmmmmmNNNNNNNNNNNNNNNNNNNmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Going with the flow
THE big theme of the market this year, as already mentioned in this blog,
has been the "great rotation" out of equities and into bonds. The idea
is that a combination of renewed investor confidence and the dismal
yields on government debt will drive investors into the stockmarket. In
turn, this will prompt a further rally in share prices.
The idea of a "wall of money" that will push a given market higher (if walls can push) has been around for a long time - I can remember, as a young reporter on the FT, quoting breathless strategists about the Japanese wall of money that would drive up European share prices in the late 1980s. Gold bugs still hope that emerging market central banks will bolster the bullion price, and indeed the Russians have been buying.
Plenty of banks and brokers pay great attention to cross-border money flows rather like Roman augurs sorting through chicken entrails for indications of the future. But a note from Jeffrey Rosenberg at BlackRock points out that the causation goes the other way
Indeed, he adds that there was no great rotation from bonds into equities in Janaury; both sectors recorded net inflows ($13 billion for the former and $45 billion for the latter). There was a rotation out of cash; money market funds saw net outflows of $21 billion and commercial bank deposits by $141 billion.
Certainly, it looks as if equities are attractively valued relative to bonds at the moment, but that just means the former asset seems likely to produce superior returns; that statement is compatible with the stockmarket remaining flat and bonds losing 10%.
Predicting flows is quite a different calculation. Leaving aside QE for the moment, government still have lots of bonds to issue; corporations prefer to issue debt (with tax-deductible interest) to equity. All that debt has to be bought by someone. As the population ages and pension funds mature, there will be a ready market for income-yielding assets (look at Japan); regulations may also force insurance companies and banks (for collateral purposes) to hold lots of government debt.
From time to time, newspapers will write articles about the death of the "cult of the equity". Those articles are not meant to imply that equities will never have bull runs again; of course they will. Instead, the implication is that the days are gone when investors could stick the bulk of their money in equities and rely on the risk premium to deliver superior returns.
sssssssssssssssssssssssssssssssTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTssssssssssssssssssssssssssThe idea of a "wall of money" that will push a given market higher (if walls can push) has been around for a long time - I can remember, as a young reporter on the FT, quoting breathless strategists about the Japanese wall of money that would drive up European share prices in the late 1980s. Gold bugs still hope that emerging market central banks will bolster the bullion price, and indeed the Russians have been buying.
Plenty of banks and brokers pay great attention to cross-border money flows rather like Roman augurs sorting through chicken entrails for indications of the future. But a note from Jeffrey Rosenberg at BlackRock points out that the causation goes the other way
We ran a Granger causality test on 5 years of monthly stock and bond data. The data clearly indicate that past returns help to predict future flows; past flows show no similar predicted power on future returnsIn other words, flows follow returns, not the other way round. People hear that the stockmarket is doing well, think "I'd like a piece of that" and pile in. it is part of the odd nature of asset markets that a rise in price causes an increse in demand, not a fall. Conversely, a very sharp fall in an asset price can put investors off for a considerable period. As Mr Rosenberg points out, since 2008 equity mutual funds have seen a net $460 billion of outflows since 2008; that hasn't stopped the stockmarket from rallying strongly from its spring 2009 low.
Indeed, he adds that there was no great rotation from bonds into equities in Janaury; both sectors recorded net inflows ($13 billion for the former and $45 billion for the latter). There was a rotation out of cash; money market funds saw net outflows of $21 billion and commercial bank deposits by $141 billion.
Certainly, it looks as if equities are attractively valued relative to bonds at the moment, but that just means the former asset seems likely to produce superior returns; that statement is compatible with the stockmarket remaining flat and bonds losing 10%.
Predicting flows is quite a different calculation. Leaving aside QE for the moment, government still have lots of bonds to issue; corporations prefer to issue debt (with tax-deductible interest) to equity. All that debt has to be bought by someone. As the population ages and pension funds mature, there will be a ready market for income-yielding assets (look at Japan); regulations may also force insurance companies and banks (for collateral purposes) to hold lots of government debt.
From time to time, newspapers will write articles about the death of the "cult of the equity". Those articles are not meant to imply that equities will never have bull runs again; of course they will. Instead, the implication is that the days are gone when investors could stick the bulk of their money in equities and rely on the risk premium to deliver superior returns.
Oleh: Ahmad Munjin
pasarmodal - Jumat, 15 Februari 2013 | 18:57 WIB
INILAH.COM, Jakarta – IHSG masih mencatatkan rekor
tertinggi sehingga membuat pelaku pasar grogi di level ketinggian. Tapi,
rupiah sebaliknya seiring nada hawkish dari The Fed. Seperti apa?
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah akhir pekan ini setelah dolar AS menguat. Salah satunya dipicu oleh komentar hawkish (promoneter ketat) dari salah satu petinggi The Fed James Bullard. Bullard mengkhawatirkan besarnya stimulus moneter yang telah diberikan oleh The Federal Reserve (The Fed) dan khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan ketika The Fed menarik kembali stimulus tersebut.
Pada saat yang sama, dolar AS mendapat dukungan dari klaim pengangguran AS yang cukup positif sehingga memperkuat semakin kontrasnya ekonomi zona euro dengan AS. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 9.685 dengan level terkuat 9.655 dari posisi pembukaan 9.665 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (15/2/2013) ditutup melemah 15 poin (0,15%) ke angka 9.670/9.680 dari posisi kemarin 9.655/9.665.
Klaim pengangguran AS dirilis berkurang jadi 341 ribu dari prediksi 361 ribu dan publikasi sebelumnya 368 ribu.
Di sisi lain, lanjut Firman, salah satu petinggi Bank of England (BoE) Ben Broadbent jusrtu berkomentar sebaliknya alias dovish (promenter longgar). Broadbent menyatakan dukungannya terhadap pemberian stimulus lebih lanjut dari bank sentral Inggris. "Meskipun, dia tidak begitu yakin kebijakan tambahan stimulus dapat membantu pemulihan ekonomi secara signifikan," tutur Firman.
Pasalnya, BoE memang sudah mengucurkan banyak stimulus. Selain program pembelian obligasi, sudah ada fasilitas pendanaan murah untuk kredit usaha. "Tapi, stimulus ini tidak banyak membantu perekonomian terutama dengan pemerintah Inggris yang cukup gencar dengan pemangkasan anggarannya," timpal dia.
Selebihnya, pelemahan rupiah masih dipicu oleh memburuknya sentimen eksternal. Terutama setelah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Zona Euro yang membuat pasar khawatir dengan perlambatan ekonomi global.
PDB zona euro untuk kuartal IV-2012 dirilis semakin dalam resesinya di level -0,6% dari prediksi -0,4% dan kuartal sebelumnya -0,1%.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS menguat ke 80,44 dari sebelumnya 80,36. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3325 dari sebelumnya US$1,3359 per euro," imbuh Firman.
Dari bursa saham, pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, dari sisi grafiknya, tren IHSG saat ini masih bullish. “Pelaku pasar tinggal mengikuti arusnya hingga level berapa,” kata Irwan.
Pada perdagangan Jumat (15/2/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 22,876 poin (0,50%) ke angka 4.611,549. Intraday terendah 4.588,236 dan tertinggi 4.616,001 sekaligus rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). Rekor tertinggi sebelumnya di level 4.601,952 yang terbentuk pada Kamis (14/2/2013).
Dalam situasi bullish, Irwan menyarankan para trader untuk tidak melawan pasar dengan aksi ambil untung (profit taking). “Sebab, kita akan selalu menemukan harga yang lebih tinggi lagi, lalu lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Memang biasanya, kata dia, pada level tertinggi baru, IHSG mengundang orang untuk merealisasikan keuntungan. Sebab, pelaku pasar takut pada level ketinggian. “Ini merupakan penyakit wajar yang terjadi pada trader jangka pendek,” ucapnya.
Menurut Irwan, mereka grogi saat mendapat untung tapi jika rugi justru mereka tidak grogi. Trader jangka pendek pada umumnya, setelah untung 7-10% merasa grogi sehingga tergoda untuk profit taking karena takut hilang keuntungannya. “Tapi, saat rugi hingga 30% justru mereka tahan dan baru grogi jika rugi hingga 50% dari saham yang dibelinya,” imbuh Irwan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jakarta - Reksa dana saham dinilai memiliki
peluang investasi yang bagus di tahun ini. Hal itu terkait dengan
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus mencatatkan
kenaikan hingga 13% sampai Februari 2013 ini.
Untuk reksa dana saham produk BNP Solaris saja tahun lalu mencatat return mencapai 22,08% jauh lebih tinggi dari deposito yang hanya 6% per tahun.
"Reksa dana saham lumayan positif. Indeks sudah naik 13% sekarang, ini berpengaruh juga ke reksa dana saham," kata Presiden Direktur PT BNP Paribas Vivian Secakusuma, saat ditemui di kantornya, di Mayapada Tower, Jakarta, Senin (4/3/13).
Dia menyebutkan, di 2012 saja IHSG sudah mencatatkan kenaikan hingga 12,4%, sementara kinerja reksa dana tercatat 11%. "Target bisa mengalahkan tolak ukur, bisa mengalahkan IHSG," ujarnya.
Menurutnya, pasar saham di Indonesia masih memiliki potensi naik lebih dari yang ada saat ini. "Walaupun kita harus waspada karena volatilitas akan cukup tinggi. Kita masih concern di Amerika dan Eropa. Ini menjadi pertimbangan investor," kata dia.
(ang/ang)
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah akhir pekan ini setelah dolar AS menguat. Salah satunya dipicu oleh komentar hawkish (promoneter ketat) dari salah satu petinggi The Fed James Bullard. Bullard mengkhawatirkan besarnya stimulus moneter yang telah diberikan oleh The Federal Reserve (The Fed) dan khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan ketika The Fed menarik kembali stimulus tersebut.
Pada saat yang sama, dolar AS mendapat dukungan dari klaim pengangguran AS yang cukup positif sehingga memperkuat semakin kontrasnya ekonomi zona euro dengan AS. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 9.685 dengan level terkuat 9.655 dari posisi pembukaan 9.665 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (15/2/2013) ditutup melemah 15 poin (0,15%) ke angka 9.670/9.680 dari posisi kemarin 9.655/9.665.
Klaim pengangguran AS dirilis berkurang jadi 341 ribu dari prediksi 361 ribu dan publikasi sebelumnya 368 ribu.
Di sisi lain, lanjut Firman, salah satu petinggi Bank of England (BoE) Ben Broadbent jusrtu berkomentar sebaliknya alias dovish (promenter longgar). Broadbent menyatakan dukungannya terhadap pemberian stimulus lebih lanjut dari bank sentral Inggris. "Meskipun, dia tidak begitu yakin kebijakan tambahan stimulus dapat membantu pemulihan ekonomi secara signifikan," tutur Firman.
Pasalnya, BoE memang sudah mengucurkan banyak stimulus. Selain program pembelian obligasi, sudah ada fasilitas pendanaan murah untuk kredit usaha. "Tapi, stimulus ini tidak banyak membantu perekonomian terutama dengan pemerintah Inggris yang cukup gencar dengan pemangkasan anggarannya," timpal dia.
Selebihnya, pelemahan rupiah masih dipicu oleh memburuknya sentimen eksternal. Terutama setelah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Zona Euro yang membuat pasar khawatir dengan perlambatan ekonomi global.
PDB zona euro untuk kuartal IV-2012 dirilis semakin dalam resesinya di level -0,6% dari prediksi -0,4% dan kuartal sebelumnya -0,1%.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS menguat ke 80,44 dari sebelumnya 80,36. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3325 dari sebelumnya US$1,3359 per euro," imbuh Firman.
Dari bursa saham, pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, dari sisi grafiknya, tren IHSG saat ini masih bullish. “Pelaku pasar tinggal mengikuti arusnya hingga level berapa,” kata Irwan.
Pada perdagangan Jumat (15/2/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 22,876 poin (0,50%) ke angka 4.611,549. Intraday terendah 4.588,236 dan tertinggi 4.616,001 sekaligus rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). Rekor tertinggi sebelumnya di level 4.601,952 yang terbentuk pada Kamis (14/2/2013).
Dalam situasi bullish, Irwan menyarankan para trader untuk tidak melawan pasar dengan aksi ambil untung (profit taking). “Sebab, kita akan selalu menemukan harga yang lebih tinggi lagi, lalu lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Memang biasanya, kata dia, pada level tertinggi baru, IHSG mengundang orang untuk merealisasikan keuntungan. Sebab, pelaku pasar takut pada level ketinggian. “Ini merupakan penyakit wajar yang terjadi pada trader jangka pendek,” ucapnya.
Menurut Irwan, mereka grogi saat mendapat untung tapi jika rugi justru mereka tidak grogi. Trader jangka pendek pada umumnya, setelah untung 7-10% merasa grogi sehingga tergoda untuk profit taking karena takut hilang keuntungannya. “Tapi, saat rugi hingga 30% justru mereka tahan dan baru grogi jika rugi hingga 50% dari saham yang dibelinya,” imbuh Irwan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
IHSG Melejit, Reksa Dana Saham Diprediksi Kinclong Tahun Ini
Senin, 04/03/2013 15:35 WIB
Untuk reksa dana saham produk BNP Solaris saja tahun lalu mencatat return mencapai 22,08% jauh lebih tinggi dari deposito yang hanya 6% per tahun.
"Reksa dana saham lumayan positif. Indeks sudah naik 13% sekarang, ini berpengaruh juga ke reksa dana saham," kata Presiden Direktur PT BNP Paribas Vivian Secakusuma, saat ditemui di kantornya, di Mayapada Tower, Jakarta, Senin (4/3/13).
Dia menyebutkan, di 2012 saja IHSG sudah mencatatkan kenaikan hingga 12,4%, sementara kinerja reksa dana tercatat 11%. "Target bisa mengalahkan tolak ukur, bisa mengalahkan IHSG," ujarnya.
Menurutnya, pasar saham di Indonesia masih memiliki potensi naik lebih dari yang ada saat ini. "Walaupun kita harus waspada karena volatilitas akan cukup tinggi. Kita masih concern di Amerika dan Eropa. Ini menjadi pertimbangan investor," kata dia.
(ang/ang)
NAB reksadana terkerek harga aset
Oleh Dina Farisah - Jumat, 15 Maret 2013 | 07:50 WIB
kontan
JAKARTA. Kinerja reksadana saham diuntungkan
oleh melesatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di awal tahun ini.
Direktur PT Sucorinvest Asset Management, Christian Hermawan menyatakan,
pertumbuhan reksadana saham mengikuti IHSG.
Dengan kata lain, peningkatan kelolaan reksadana berasal dari kenaikan nilai aset dasar reksadana. Lihat saja data di pusat informasi reksadana. Per Februari 2013, total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana mencapai sekitar Rp 183,25 triliun, naik ketimbang posisi Januari 2013 senilai Rp 181,1 triliun.
Tapi, total unit penyertaan pada Februari lalu turun menjadi 110,69 miliar unit. Sebagai perbandingan, total unit penyertaan per Januari 2013 mencapai 111,79 miliar unit.
Namun, ia belum yakin jika kinerja rata-rata reksadana saham tahun ini bisa lebih unggul dari IHSG. Sebab, hal itu tergantung strategi manajer investasi dalam memilih portofolio.
Saat ini, sebesar 60% dana kelolaan reksadana saham Sucorinvest diparkirkan pada saham LQ45. Reksadana saham Sucorinvest bernama Sucorinvest Equity Fund menempatkan 15,8% dana kelolaan di sektor keuangan, 13% pada infrastruktur dan transportasi, 12,5% di sektor perdagangan dan investasi, 9,9% di sektor konsumsi, dan 8,8% di industri dasar. "Target return reksadana saham kami hingga akhir tahun antara 20%-25%," ungkap Christian.
Christian yakin, IHSG berpotensi menembus level 5.000 dalam waktu dekat. Sebab, dana asing masih masuk ke pasar modal Indonesia.
Reksadana saham Panin Dana Maksima buatan PT Panin Asset Management mencatatkan pertumbuhan 14,73% sejak akhir tahun 2012 hingga Februari 2013. Kinerja ini berhasil melampaui kinerja rata-rata reksadana saham serta kinerja IHSG.
Panin menargetkan, imbal hasil reksadana saham ini bisa mencapai 20% hingga akhir tahun. "Kinerja reksadana saham kami banyak terbantu sektor perbankan, consumer goods, dan properti. Portofolio kami yang fokus di saham berkapitalisasi besar juga mendapatkan keuntungan dari derasnya capital inflow Januari hingga Februari," tutur Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management.
Ketiga sektor tersebut, lanjut Ridwan, masih sangat prospektif sepanjang tahun ini. Pihaknya meyakini, sektor perbankan dan properti masih berpotensi naik.
Meskipun sektor properti sudah naik tinggi sepanjang 2012, peluang kenaikan harga masih terbuka. Sedangkan, sektor konsumsi masih diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya masyarakat kelas menengah.
Saat ini, dana kelolaan Panin Rp 11,5 triliun. Kontribusi terbesar dari reksadana saham, yakni sebesar 60%. Dana kelolaan tersebut diharapkan bisa tumbuh menjadi Rp 15 triliun pada akhir tahun.
Analis PT Infovesta Utama, Praska Putrantyo memperkirakan, IHSG tahun ini akan tumbuh 14,7%. Pihaknya berasumsi, IHSG hingga akhir 2013 akan menembus level 4.950. Sementara, pertumbuhan reksadana saham berdasarkan equity fund index diproyeksikan antara 11,5%-14,8%.
Praska menilai, IHSG masih rawan koreksi. "Tapi, jika investor memiliki visi jangka panjang, maka bisa mengakumulasi saat pasar tertekan," tutur Praska.
20142014201420142014201420142014ppppppppppppppppppp201420142014201420142014
Reksa Dana Dongkrak Pemodal Lokal
Dengan kata lain, peningkatan kelolaan reksadana berasal dari kenaikan nilai aset dasar reksadana. Lihat saja data di pusat informasi reksadana. Per Februari 2013, total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana mencapai sekitar Rp 183,25 triliun, naik ketimbang posisi Januari 2013 senilai Rp 181,1 triliun.
Tapi, total unit penyertaan pada Februari lalu turun menjadi 110,69 miliar unit. Sebagai perbandingan, total unit penyertaan per Januari 2013 mencapai 111,79 miliar unit.
Namun, ia belum yakin jika kinerja rata-rata reksadana saham tahun ini bisa lebih unggul dari IHSG. Sebab, hal itu tergantung strategi manajer investasi dalam memilih portofolio.
Saat ini, sebesar 60% dana kelolaan reksadana saham Sucorinvest diparkirkan pada saham LQ45. Reksadana saham Sucorinvest bernama Sucorinvest Equity Fund menempatkan 15,8% dana kelolaan di sektor keuangan, 13% pada infrastruktur dan transportasi, 12,5% di sektor perdagangan dan investasi, 9,9% di sektor konsumsi, dan 8,8% di industri dasar. "Target return reksadana saham kami hingga akhir tahun antara 20%-25%," ungkap Christian.
Christian yakin, IHSG berpotensi menembus level 5.000 dalam waktu dekat. Sebab, dana asing masih masuk ke pasar modal Indonesia.
Reksadana saham Panin Dana Maksima buatan PT Panin Asset Management mencatatkan pertumbuhan 14,73% sejak akhir tahun 2012 hingga Februari 2013. Kinerja ini berhasil melampaui kinerja rata-rata reksadana saham serta kinerja IHSG.
Panin menargetkan, imbal hasil reksadana saham ini bisa mencapai 20% hingga akhir tahun. "Kinerja reksadana saham kami banyak terbantu sektor perbankan, consumer goods, dan properti. Portofolio kami yang fokus di saham berkapitalisasi besar juga mendapatkan keuntungan dari derasnya capital inflow Januari hingga Februari," tutur Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management.
Ketiga sektor tersebut, lanjut Ridwan, masih sangat prospektif sepanjang tahun ini. Pihaknya meyakini, sektor perbankan dan properti masih berpotensi naik.
Meskipun sektor properti sudah naik tinggi sepanjang 2012, peluang kenaikan harga masih terbuka. Sedangkan, sektor konsumsi masih diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya masyarakat kelas menengah.
Saat ini, dana kelolaan Panin Rp 11,5 triliun. Kontribusi terbesar dari reksadana saham, yakni sebesar 60%. Dana kelolaan tersebut diharapkan bisa tumbuh menjadi Rp 15 triliun pada akhir tahun.
Analis PT Infovesta Utama, Praska Putrantyo memperkirakan, IHSG tahun ini akan tumbuh 14,7%. Pihaknya berasumsi, IHSG hingga akhir 2013 akan menembus level 4.950. Sementara, pertumbuhan reksadana saham berdasarkan equity fund index diproyeksikan antara 11,5%-14,8%.
Praska menilai, IHSG masih rawan koreksi. "Tapi, jika investor memiliki visi jangka panjang, maka bisa mengakumulasi saat pasar tertekan," tutur Praska.
20142014201420142014201420142014ppppppppppppppppppp201420142014201420142014
Reksa Dana Dongkrak Pemodal Lokal
JAKARTA
– Untuk melipatgandakan jumlah investor domestik di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) terus menggenjot pemodal ritel pada industri reksa dana. Berbagai kemudahan
tengah disiapkan untuk merangsang masyarakat membeli produk reksa dana.
Pada 2017, investor reksa dana ditargetkan mencapai 5 juta investor dari saat ini 180 ribu, dengan peningkatan total nilai aktiva bersih (NAB) dari Rp 200 triliun menjadi Rp 1.000 triliun. Dengan terus meningkatnya jumlah investor domestic pada industri reksa dana, terutama reksa dana saham, pasar saham domestik diharapkan lebih stabil dan tahan menghadapi gejolak.
Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawas Pasar Modal 2 Noor Rachman mengungkapkan, OJK bakal merevisi sejumlah peraturan untuk mempermudah masyarakat membeli produk reksa dana. Yang akan direvisi antara lain Peraturan Bapepam- LK No VD 10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal.
Salah satu isi rancangan revisi beleid ini adalah membolehkan investor membuka akun reksa dana secara elektronik. Kemudahan ini berlaku bagi investor yang membeli reksa dana maksimal Rp 100 juta. Di atas nilai tersebut, investor tetap wajib membuka pertama kali secara langsung dan bertemu tatap muka (face to face) dengan manajer investasi (MI).
Kemudahan lainnya, menurut Noor Rachman, nasabah individu tidak perlu menyertakan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Hanya badan usaha, yayasan, dan perkumpulan berbadan hukum yang wajib melampirkan NPWP. Pembahasan draf beleid ini sudah selesai dan sedang diuji publik.
Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php
Schroder Dana Prestasi 14/04/2011: 21205.08
11/05/2014 = 30013.26
Potential gain% @ +41%
ttttttttttttttttUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUttttttttttttttttttttttttttttt
Pada 2017, investor reksa dana ditargetkan mencapai 5 juta investor dari saat ini 180 ribu, dengan peningkatan total nilai aktiva bersih (NAB) dari Rp 200 triliun menjadi Rp 1.000 triliun. Dengan terus meningkatnya jumlah investor domestic pada industri reksa dana, terutama reksa dana saham, pasar saham domestik diharapkan lebih stabil dan tahan menghadapi gejolak.
Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawas Pasar Modal 2 Noor Rachman mengungkapkan, OJK bakal merevisi sejumlah peraturan untuk mempermudah masyarakat membeli produk reksa dana. Yang akan direvisi antara lain Peraturan Bapepam- LK No VD 10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal.
Salah satu isi rancangan revisi beleid ini adalah membolehkan investor membuka akun reksa dana secara elektronik. Kemudahan ini berlaku bagi investor yang membeli reksa dana maksimal Rp 100 juta. Di atas nilai tersebut, investor tetap wajib membuka pertama kali secara langsung dan bertemu tatap muka (face to face) dengan manajer investasi (MI).
Kemudahan lainnya, menurut Noor Rachman, nasabah individu tidak perlu menyertakan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Hanya badan usaha, yayasan, dan perkumpulan berbadan hukum yang wajib melampirkan NPWP. Pembahasan draf beleid ini sudah selesai dan sedang diuji publik.
Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php
tren NILAI AKTIVA BERSIH SCHRODER DANA ISTIMEWA sejak 4 TAON lalu:
15 April 2011 = 4640.68
11 Mei 2014 = 6255.15
Potential gain % @ +34%
Schroder Dana Prestasi 14/04/2011: 21205.08
11/05/2014 = 30013.26
Potential gain% @ +41%
ttttttttttttttttUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUttttttttttttttttttttttttttttt
kontan JAKARTA. Investor kian menggandrungi
reksadana. Potensi imbal hasil yang relatif tinggi menyebabkan reksadana
menjadi pilihan investasi favorit para investor.
Dari tahun ke tahun, dana kelolaan reksadana tumbuh lebih konsisten ketimbang instrumen investasi lain, seperti saham, obligasi, deposito dan emas. Namun memang, sejauh ini nilai dana kelolaan reksadana masih di bawah nilai investasi di instrumen lain yang lebih senior dan populer, seperti deposito.
Mengutip data resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Juli 2014, total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 212,78 triliun atau mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dana kelolaan tersebut meningkat 1,33%.
Sementara sejak awal tahun hingga akhir Juli atau year to date (ytd), dan kelolaan tersebut melesat 10,51%. Pada periode sama, unit penyertaan reksadana mencapai 127,01 miliar, naik 1,12% ketimbang bulan sebelumnya atau naik 5,07% ytd.
Analis PT Infovesta Utama, Yosua Zisokhi menilai, kenaikan dana kelolaan reksadana disebabkan oleh dua hal, yakni kenaikan nilai aset dasar dan minat investor. “Minat investor terlihat dari kenaikan unit penyertaan yang cukup signifikan,” kata Yosua.
Ia optimistis, reksadana bisa memberikan return oke di tahun ini. Sebagai gambaran, indeks imbal hasil tahunan reksadana saham Infovesta per 11 Agustus 2014 di posisi 11,86%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode sama, yakni 10,18%.
Sedangkan indeks reksadana pendapatan tetap tahunan sebesar 3,17%. Padahal, indeks harga obligasi pemerintah versi Infovesta hanya 2,56%. Wajar jika investor menggandrungi reksadana.
Manajer investasi juga terus menggenjot dana kelolaan mereka. Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari menargetkan, total dana kelolaan DIM pada akhir tahun 2014 naik menjadi Rp 16 triliun-Rp 17 triliun. Naik 25,92% dibandingkan posisi Juni 2014 yang sebesar Rp 13,5 triliun.
Namun menurut Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi Priyo Santoso, kini makin sulit mengerek dana kelolaan karena bersaing dengan bunga deposito. "Klien penting perbankan saja bisa mendapat 10% dari deposito," kata Priyo.
Alhasil, MMI merevisi target dana kelolaan akhir tahun ini, dari target awal Rp 28,9 triliun menjadi Rp 25 triliun. Per 5 Agustus 2014, dana kelolaan MMI senilai Rp 23,84 triliun.
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menyarankan, investor reksadana pendapatan tetap dan campuran waspada. Dari domestik, ada kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Dari luar negeri, bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan bunga tahun ini atau tahun depan.
Dua faktor tersebut dapat memicu gejolak di pasar obligasi. Padahal, obligasi adalah aset dasar bagi reksadana pendapatan tetap serta reksadana campuran.
Dari tahun ke tahun, dana kelolaan reksadana tumbuh lebih konsisten ketimbang instrumen investasi lain, seperti saham, obligasi, deposito dan emas. Namun memang, sejauh ini nilai dana kelolaan reksadana masih di bawah nilai investasi di instrumen lain yang lebih senior dan populer, seperti deposito.
Mengutip data resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Juli 2014, total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 212,78 triliun atau mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dana kelolaan tersebut meningkat 1,33%.
Sementara sejak awal tahun hingga akhir Juli atau year to date (ytd), dan kelolaan tersebut melesat 10,51%. Pada periode sama, unit penyertaan reksadana mencapai 127,01 miliar, naik 1,12% ketimbang bulan sebelumnya atau naik 5,07% ytd.
Analis PT Infovesta Utama, Yosua Zisokhi menilai, kenaikan dana kelolaan reksadana disebabkan oleh dua hal, yakni kenaikan nilai aset dasar dan minat investor. “Minat investor terlihat dari kenaikan unit penyertaan yang cukup signifikan,” kata Yosua.
Ia optimistis, reksadana bisa memberikan return oke di tahun ini. Sebagai gambaran, indeks imbal hasil tahunan reksadana saham Infovesta per 11 Agustus 2014 di posisi 11,86%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode sama, yakni 10,18%.
Sedangkan indeks reksadana pendapatan tetap tahunan sebesar 3,17%. Padahal, indeks harga obligasi pemerintah versi Infovesta hanya 2,56%. Wajar jika investor menggandrungi reksadana.
Manajer investasi juga terus menggenjot dana kelolaan mereka. Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari menargetkan, total dana kelolaan DIM pada akhir tahun 2014 naik menjadi Rp 16 triliun-Rp 17 triliun. Naik 25,92% dibandingkan posisi Juni 2014 yang sebesar Rp 13,5 triliun.
Namun menurut Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi Priyo Santoso, kini makin sulit mengerek dana kelolaan karena bersaing dengan bunga deposito. "Klien penting perbankan saja bisa mendapat 10% dari deposito," kata Priyo.
Alhasil, MMI merevisi target dana kelolaan akhir tahun ini, dari target awal Rp 28,9 triliun menjadi Rp 25 triliun. Per 5 Agustus 2014, dana kelolaan MMI senilai Rp 23,84 triliun.
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menyarankan, investor reksadana pendapatan tetap dan campuran waspada. Dari domestik, ada kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Dari luar negeri, bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan bunga tahun ini atau tahun depan.
Dua faktor tersebut dapat memicu gejolak di pasar obligasi. Padahal, obligasi adalah aset dasar bagi reksadana pendapatan tetap serta reksadana campuran.
Editor: Sanny Cicilia
6 komentar:
Hallo om ETS :) ketemu lg nih blognya,kmrn menghilang nama blognya,ga disave sih di bookmarks :D
Btw,gebuk langsung RDS 1M ok lah ya? Hehee
Saya seh inves bisa kapan saja, karna semua kondisi pasar mengandung EKSPEKTASI POSITIF. Jadi kalo mo inves 1 Milyar rupiah, plis de, moga2 berhasil. Namun kondisi pasar tetap naek turun, dan bisa saja mendebarkan pada saat2 tertentu. Inves itu tetap jangka panjang ya. Jauh lebe GEDE, daripada cuma setaon atawa dua taon doang. Itu sebabnya juga gw menganjurkan gunakan cara aman dan cekak yaitu inves otomatis Rp. 1 juta per bulan. Supaya bisa belajar inves yang benar dan berhasil guna. Sukses ya :)
Banyak calon investor yang bingung mo inves atawa tidak. Lalu jika berkeputusan untuk inves, ekh, bingung lage, mo inves apa yang bagus. Jika sudah berinves reksa dana, misalnya, maka bingung lage mo pilih produk reksa dana yang mana. Itu sebabnya di blog ini, dasar2 berinvestasi sudah disajikan. Bertahap dari mulai menentukan untuk berinves atawa tidak, dst. Sila baca2 lage2 posting2 gw dan sesuaikan dengan profil anda.
Jika anda berharap bahwa dengan 1 Milyar rupiah anda mendapatkan 50 juta rupiah dalam 3 bulan, maka dugaan gw anda ini seorang SPEKULATOR, kalo bukan seorang penjudi. Karena gw ga anjurkan sebagai investor untuk berinves selama jangka pendek, tapi sebaeknya jangka panjang, bertaon-taon s/d tua. Contoh gw, khan maseh terus inves setelah 11 taon di reksa dana. Dan sudah mampu meraup passive income ... :)
Hehe blm punya om kalo 1Miliar :) 1jt\bln aja mpat-mpot :D my 1st invest 1march 500rb hehe rencananya tiap bulan mau 500rb lagi.lagi pula kalo punya 1M lbh asik cost avg aja,itung2 kalo crash bisa langsung Booom hehehe bener atau engga tuh yah?
Kalo 500 ribu rupiah aja ANDA maseh cemas ... well, mending ikut uji nyali tes investor reksa dana yang ada di blog ini.
Posting Komentar