gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Kamis, 07 Februari 2013

INDIKASI tren IHSG berdasarkan KONSUMSI LISTRIK (lage)

menurut data statistik pemakaian total listrik dep ESDM:
, 2009: 134.582 GWh
2010: 147.297 GWh
2011: 144.297 GWh
2012: 173 TerraWattHour
sementara IHSG ditutup pada level per akhir:
2009: 2534.36
2010: 3703.51
2011: 3821.99
2012: 4316.69
simak bahwa % potential gain pada pemakaian listrik dan IHSG per 2009/2010:
listrik @+9,44%, ihsg @+46,13%
simak bahwa % potential gain pada pemakaian listrik dan IHSG per 2010/2011:
listrik @-2,03%, ihsg @3,19%
simak bahwa potential gain % pada pemakaian listrik dan IHSG per 2011/2012:
listrik @+19.89%, ihsg @+12.94%
secara kasar, maka tren PEMAKAIAN LISTRIK YANG NAEK memberikan INDIKASI bahwa IHSG NAEK, sementara saat pemakaian listrik TURUN, maka bisa terjadi PENURUNAN kenaikan atau penurunan mutlak IHSG. Konsumsi Listrik Indonesia Terendah di ASEAN Senin, 06 Juni 2011 | 09:23 WIB radar lampung JAKARTA - Keterbatasan pasokan listrik membuat konsumsi listrik di Indonesia cukup rendah. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia termasuk yang terendah. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, konsumsi energi listrik per kapita Indonesia memang rendah. ’’Di ASEAN termasuk yang terendah,’’ ujarnya saat diskusi di Kantor DEN pekan lalu. Konsumsi listrik per kapita dihitung berdasar jumlah total konsumsi listrik dibagi dengan jumlah penduduk. Tumiran menyebut, berdasar data International Energy Agency (IEA) 2010, dengan pendapatan USD3.500 per kapita, konsumsi energi listrik Indonesia per kapita baru mencapai 591 kilowatt hour (KWh) per kapita. ’’Kita masih di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, bahkan masih di bawah Vietnam,’’ katanya. Data menunjukkan, di Asean, konsumsi listrik tertinggi dipegang oleh Brunei Darussalam dengan angka 8.308 KWh per kapita. Disusul Singapura 8.185 KWh per kapita, kemudian Malaysia 3.490 KWh per kapita, lalu Thailand 2.079 per Kwh, dan Vietnam 799 KWh per kapita. ’’Sebenarnya, dari pendapatan per kapita, Indonesia di atas Vietnam yang hanya USD2.500 per kapita. Namun konsumsi listrik mereka lebih tinggi dari kita,’’ terangnya. Menurut Tumiran, konsumsi listrik per kapita Indonesia hanya berada di atas negara seperti Filipina, Myanmar, dan Kamboja. Tercatat, konsumsi listrik Filipina tipis di bawah Indonesia, yakni 588 KWh per kapita. Adapun Kamboja hanya 113 KWh per kapita dan Myanmar 97 KWh per kapita. DEN juga mencatat data konsumsi listrik per kapita di negara-negara berkembang dari berbagai belahan dunia, yang rata-rata masih di atas Indonesia. Misalnya, Jamaika dengan konsumsi 2.552 KWh per kapita, Namibia 1.797 KWh per kapita, Panama 1.646 KWh per kapita, Kuba 1.327 KWh per kapita, Tunisia 1.298 KWh per kapita, Gabon 1.158 KWh per kapita, serta Peru 1.032 KWh per kapita. Tumiran mengatakan, masih rendahnya konsumsi listrik Indonesia mesti dilihat dari berbagai sisi. Selain terbatasnya pasokan listrik karena kapasitas pembangkit yang belum mencukupi kebutuhan, konsumsi listrik Indonesia juga masih didominasi oleh konsumen rumah tangga. ’’Artinya, sebagian besar listrik masih digunakan untuk hal yang bersifat konsumtif, bukan produktif,’’ ujarnya. Data PLN menunjukkan, hingga akhir triwulan I 2011 ini,
kelompok rumah tangga menjadi penyerap listrik terbesar dengan konsumsi 15.248,77 gigawatt hour (GWh).
Selanjutnya, pelanggan kelompok industri menyerap listrik 13.063,96 GWh. Kemudian, pelanggan bisnis mengonsumsi 6.726,23 GWh dan
sisanya, 2.358,98 GWh, diserap oleh kelompok lain-lain.
Menurut Tumiran, karena sebagian besar listrik digunakan untuk kegiatan konsumtif, maka efek ke perekonomian menjadi kurang. ’’Berbeda jika listrik digunakan untuk kegiatan produktif, akan ada nilai tambah sehingga mendorong perekonomian,’’ tandas dia. Karena itu, lanjut Tumiran, pemerintah harus mengambil langkah strategis. Salah satunya dengan mendorong penguatan bagi PLN untuk bisa meningkatkan kapasitas pasokan listrik. ’’Artinya, dana untuk mengembangkan sektor kelistrikan harus cukup,’’ jelasnya. Tumiran mengakui, selama ini dana pemerintah lebih banyak tersedot untuk subsidi. Karena itu, harus ada pengalihan dana dari subsidi untuk mengembangkan infrastruktur listrik. ’’Untuk itu, sebagai anggota DEN, saya mengusulkan penerapan tarif listrik progresif,’’ ujarnya. Dengan tarif listrik progresif, maka subsidi diberikan untuk pemakaian dalam jumlah tertentu. Semakin banyak listrik yang dikonsumsi, maka porsi subsidi akan berkurang. ’’Dengan tarif listrik progresif ini, maka masyarakat yang biasanya boros listrik juga akan terpacu untuk bisa berhemat,’’ ucapnya. (jpnn/c3/wan)

Konsumsi Listrik RI Tumbuh Tertinggi dalam 14 Tahun Terakhir

oleh Pebrianto Eko Wicaksono
Posted: 06/02/2013 20:19
Liputan6.com, Jakarta : PT PLN (Persero) mencatat konsumsi listrik Indonesia tumbuh 10,17% sepanjang 2012, atau tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Pada tahun lalu, penjualan listrik PLN mencapai 173 terawatt hour (tWh).

"Ini merupakan pencapaian tertinggi sejak krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada 1998," jelas Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (6/2/2013).

Kenaikan konsumsi listrik mulai terlihat signifikan pada tahun 2010 sekitar 9,4%. Saat itu PLN melakukan upaya perang terhadap pemadaman listrik yang diberlakukan di berbagai daerah Indonesia.

"Karena dilakukan perang padam artinya menghapus pemadaman bergilir yang terjadi di daerah Indonesia," ungkap Nur Pamudji.

Awalnya pemenuhan kebutuhan listrik itu dilakukan dengan dengan menyewa genset agar pemadaman bisa disekesaikan dengan cepat. Sambil menunggu selesainya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) oleh perseroan.

Namun, situasi tersebut dapat segera diatasi dengan dibangunnya PLTU dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sehingga penyewaan genset segera dapat dihapuskan.

"Ini membuat listrik melimpah dan penghapusan diesel listrik, penyewaan sewa diesel hanya sementara agar tdk terjadinya pemadaman," ungkapnya

Melihat tingginya pertumbuhan konsumsi listrik tersebut, PLN akan mengajukan revisi pertumbuhan konsumsi listrik nasional pada tahun ini menjadi 10%. Sebelumnya dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013, tingkat pertumbuhan listrik nasional diprediksi sebesar 9% sebesar 184 twh.

Revisi itu dilakukan karena melihat pertumbuhan perekonomian Indonesia yang semakin meningkat.

"Melalui APBN Perubahan, kami ajukan revisi pertumbuhan konsumsi listrik 10% pada 2013 sehingga hampir 190 tWh," jelas Pamudji.

Pada 2012, PLN telah menambah 3,9 juta pelanggan baru, atau lebih tinggi dari target 2,5 juta pelanggan. Sedangkan pada tahun ini PLN menargetkan bisa menambah 3,2 juta pelanggan. (Pew/ Ndw)

Tidak ada komentar: