NAB reksadana ETF melonjak 115%
Oleh Wahyu Satriani - Selasa, 30 Oktober 2012 | 07:11 WIB
kontanBadan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga merilis data yang sama. Menurut data Bapepam, NAB ETF saham naik 59,84% menjadi Rp 72,14 miliar pada akhir September dibandingkan akhir tahun lalu yang sekitar 34,53 miliar. Adapun NAB ETF fixed income pada periode yang sama melesat 223% menjadi Rp 1,719 triliun dibandingkan akhir 2011 yang sekitar Rp 531 miliar.
Analis PT Infovesta Utama Fadil Sulaimin menduga, NAB ETF meningkat karena ada perpindahan atau switching dana dari reksadana lain. Menurut dia, agresivitas manajer investasi (MI) yang mulai membidik pasar ritel untuk memasarkan ETF ikut memperbesar NAB ETF. "Strategi yang ditempuh manajer investasi adalah pasar ritel dengan nominal pembelian yang relatif kecil," ujar dia.
Sukses di luar negeri
Sekadar informasi, PT Indo Premier Investment Management, MI yang menerbitkan ETF LQ 45, telah mengubah strategi penjualan ETF dengan memperkecil size. Semula, investor yang ingin membeli ETF LQ45 di pasar perdana harus merogoh kocek minimal RP 7 miliar untuk satu keranjang. Kini, investor bisa membeli produk tersebut dengan harga sekitar Rp 70 juta.
Selain itu, Fadil memerkirakan, kenaikan NAB juga disebabkan masuknya dana baru dari investor. Prospek ETF yang masih menarik serta menjanjikan pertumbuhan yang menggiurkan telah menarik minat investor untuk berinvestasi di instrumen ini.
Selain produk milik Indo Premier Investment Management, saat ini ada ETF Indo Bond Fund yang dikelola oleh PT Bahana TCW Investement Management.
Sejak awal tahun hingga September 2012, return ETF LQ 45 tercatat sebesar 10,75%. Adapun return ETF Indo Bond Fund mencapai 7,15%.
Direktur Utama Indo Premier Investment Management John D. Item mengaku, kenaikan NAB disebabkan oleh dana segar yang masuk dari investor. Dia optimistis, ETF akan berkembang mengikuti reksadana konvensional.
Optimisme John berlandaskan realitas bahwa produk ETF telah sukses di sejumlah negara. Instrumen ini paling banyak terdapat di London Stock Exchange (LSE) dengan jumlah produk sekitar 1.076 produk. Disusul New York Stock Exchange (NYSE) yang memperdagangkan 983 ETF.
Di Asia, Korea Stock Exchange memiliki 129 ETF dan Tokyo Stock Exchange terdapat 121 produk ETF. Thailand telah meluncurkan sedikitnya 10 produk ETF. Sementara, Malaysia memiliki lima produk ETF. "Produk ini begitu populer di negara lain, sehingga kami optimistis akan sukses di Indonesia," tutur John.
Akhir bulan ini, Indo Premier berencana meluncurkan ETF anyar dengan aset dasar Indeks 30 yang berisi 30 saham-saham pilihan. Untuk satu tahun pertama, produk tersebut ditargetkan bisa menggenggam dana kelolaan Rp 100 miliar.
"Return produk ini diperkirakan 20% - 25% per tahun mengikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 6%," ujar John. Selain itu, Indopremier juga berencana meluncurkan ETF syariah yang berisi saham-saham syariah. Namun, John belum bisa membeberkan detail peluncuran produk itu.