gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Kamis, 06 Maret 2014

WASPADAI DIRI SENDIRI saat MAU BERINVESTASI REKSA DANA

1. jika anda calon investor baca lah posting ini
2. jika anda serius mau menjadi investor, maka baca2 semua tulisan dalam blog ini supaya semakin SADAR seperti apakah profil investor anda
3. SETELAH tau persis profil investor anda, sila berinvestasi
4. berinvestasi pada reksa dana itu MENGUNTUNGKAN DALAM JANGKA PANJANG saja
5. jangka panjang memang sudah biasa dilakukan para pemilik deposito di perbankan, karena dicuekin aja walau laporan dari perbankan selalu datang
6. tapi JANGKA PANJANG BERINVESTASI REKSA DANA itu BERBEDA JAUH SEKALI daripada di deposito
7. FLUKTUASI itu kata vital n strategis bwat calon investor reksa dana; fluktuasi hampir tidak terjadi pada deposito
evaluasi maen saham sederhana berlaba gw @2013
8. FLUKTUASI itu vital karena bisa naek turun, artinya pada satu masa (satu waktu tertentu) nilai reksa dana TURUN dan JEBLOK, JIKA dijual pada saat nilai turun, maka INVESTOR GIGIT JARI AMPE BUNTUNG
9. FLUKTUASI itu STRATEGIS, ini YANG PALING PENTING, karena REKSA DANA ITU INVESTASI YANG MEMBERIKAN gw HIDUP melalui LABANYA
10. FLUKTUASI itu STRATEGIS karena mempunyai efek bunga majemuk, artinya tren jangka panjangnya bisa NON-LINEAR, aka eksponensial

Untung Mana Reksa Dana Saham atau Deposito?

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Kamis, 06/03/2014 16:23 WIB
Jakarta -Reksa dana saham masih layak dilirik untuk investasi jangka panjang. Kinerja reksa dana saham dalam 10 tahun terakhir mampu memberikan returnatau imbal hasil yang sangat tinggi.

CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi menyebutkan, secara historis kinerja reksa dana saham terus tumbuh walaupun sempat beberapa kali terguncang akibat krisis ekonomi.

"Saham masih dipilih karena memberi return yang cukup tinggi. Secara historydalam 10 tahun lalu memberikan return paling tinggi dibanding lainnya," kata Michael saat Diskusi Tren Reksa Dana oleh Schroder di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/3/2014).

Dia menyebutkan, saat ini masyarakat mulai sadar jika menyimpan dana di tabungan tidak akan memberikan hasil yang menguntungkan.

Sama halnya dengan deposito. Dengan rata-rata bunga 6-7% per tahun tidak akan menghasilkan keuntungan karena termakan inflasi.

"Orang mulai sadar penyimpanan uang di bank itu habis kena inflasi. Akhir 2013 bunga deposito mencapai 10%, awal tahun masih 6-8%, ini belum dikurangi pajak, dikurangi inflasi, habis duitnya malah minus," terang dia.

Bandingkan dengan return yang dihasilkan dari reksa dana saham. Sebagai contoh produk reksa dana saham Schroders Dana Prestasi. Dalam 5 tahun terakhir, return yang dihasilkan mencapai 275%. Bahkan sejak diluncurkan atau selama kurang lebih 17 tahun, return reksa dana ini sudah mencapai 2.732%.

"Coba ada nggak yang bisa kasih return segitu. Deposito nggak akan mungkin bisa," kata Michael.

Namun, perlu diingat bahwa imbal hasil yang tinggi juga punya risiko yang tinggi pula.

"Tapi patut diketahui saham ada naik turunnya. Di tahun 2008 sempat turun sampai 40%. Jadi ada untung ruginya," pungkasnya.
(drk/ang) 

Bertambah Kaya? "Sesuatu Banget"

  • Sabtu, 12 Oktober 2013 | 07:34 WIB
I
KOMPAS.com — Siapa pun dia dan di belahan dunia mana pun adalah wajar jika ia ingin menjadi bertambah kaya. Kekayaan yang dimaksud penulis di sini adalah kekayaan finansial, selain ada beberapa kekayaaan lain, yaitu kekayaan spiritual dan kekayaan intelektual yang tidak penulis bahas di dalam artikel ini.
Menjadi tidak wajar alias salah kaprah apabila seseorang yang sudah memiliki income (usia produktif) tidak berusaha untuk menjadi bertambah kaya. Nah yang dimaksud di sini adalah kaya secara benar (bukan hasil korupsi) serta halal tentunya, bukan seperti yang sekarang sedang menjaditrending topic di media atas penangkapan pejabat dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi oleh KPK.
Baiklah, untuk mencapai penambahan kekayaan dengan cara yang benar, marilah kita pahami langkah –langkah agar kita tidak terjerumus dalam komunitas orang kaya yang salah langkah dan sangat berisiko serta berpotensi untuk terjerat kasus korupsi. Apa dan bagaimana langkah-langkahnya? Marilah kita simak.
"Financial Literacy": Ini dapat digunakan untuk korporasi maupun perorangan. Namun, kami membahasnya hanya untuk perorangan. Financial literacy adalah kemampuan seseorang untuk menjadi "melek keuangan" disertai dengan pengetahuan untuk "mengembangkan uangnya" tersebut sehingga dengan pengetahuan dan keterampilannya mampu mengalokasikan uang yang dimilikinya agar lebih efektif dan optimal untuk kebaikan diri dan keluarganya. Lebih dari itu, seseorang yang telah melek keuangan akan berpikiran lebih maju dengan memahami faktor risiko dari alokasi aset keuangan yang dilakukannya tersebut.
"Financial Utility": Ini merupakan kelanjutan setelah seseorang melek keuangan. Seseorang yang telah memahami bahwa kebutuhannya kelak harus dipenuhi secara finansial maka ia akan mencari wadah atau tempat uang tersebut. Ia akan mencari bagaimana penempatan aset uangnya secara benar. Ini erat kaitannya dengan instrumen keuangan yang tersedia dan dijual di pasar keuangan, dimulai dari pemahaman fungsi tabungan, deposito, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi umum, fungsi kredit perbankan hingga instrumen investasi yang mengandung risiko (mulai dari potensi risiko yang kecil hingga yang besar).
Sebagai informasi, siapa pun dia tanpa melihat besar atau kecilnya pendapatan (gaji) seharusnya dapat melakukan financial literacy dan memahami financial utility. Dengan demikian, orang tersebut akan mampu untuk melakukan pengambilan keputusan manajemen keuangannya yang disesuaikan dengan cara sebagai berikut.
Karakter risiko; Kemampuan keuangannya; Cita-cita keuangannya kelak.
Ini merupakan proses seumur hidup yang akan menjadi "sesuatu banget" bagi yang bersangkutan. Kenapa begitu sesuatu? Ya, karena ini dapat dimulai dari yang "amat sederhana" seperti "disiplin" tetapi kelak akan membuahkan hasil yang "amat luar biasa".
Contoh disiplin yang sederhana misalnya Tasya, seorang pekerja junior (usia 25 tahun), pendapatan bersih setiap bulannya adalah Rp 2.300.000. Namun, ia mampu membuat komitmen terhadap dirinya sendiri sampai memasuki usia pensiun untuk melakukan disiplin dengan menghemat pengeluaran Rp 3.500 setiap harinya (data kami menyatakan hampir semua golongan pekerja formal di kota besar mampu melakukan penghematan sebesar ini).
Kemudian uang tersebut (Rp 3.500) ditempatkan setiap hari pada celengan lalu pada akhir bulan (30 hari) dana tersebut ditempatkan pada instrumen investasi yang benar karena Tasya ingin melakukan untuk jangka panjang, maka dipilihlah produk reksa dana saham (indikasi rata-rata kinerja historis pengembalian reksa dana saham per tahun 20 persen). Sejalan dengan waktu,  Tasya akan menikmati hasil disiplinnya (Rp 3.500 per hari) menjadi "sesuatu" yang amat sangat berharga, yakni ilustrasi hasil investasinya adalah sebagai berikut: Rp 2.452.884.185 (lihat tabel).
Nama karyawan :
Tasya
Waktu tersedia
Rata-rata kinerja Reksa Dana / tahun
Usia saat ini :
25 tahun
30 tahun
Usia pensiun :
55 tahun
20.00 %
Hemat/hari :
 Rp     3.500

Banyaknya hari hemat/bulan:
30 hari
Besar investasi / bulan
Hasil Investasi
 Rp                  105.000
 Rp 2.452.884.185
Namun, jika setiap tahun sejalan dengan peningkatan gaji, Tasya mampu untuk menambah penghematannya (increment yearly) sebesar 10 persen, hasilnya sebagai berikut.
Pada bulan ke-13 s.d bulan ke-24 (tahun ke-2) berhemat sebesar Rp 3.850 per hari;
Pada bulan ke-25 s.d bulan ke-36 (tahun ke-3) berhemat sebesar Rp 4.235 per hari;
Pada bulan ke-37 s.d bulan ke-48 (tahun ke-4) berhemat sebesar Rp 4.660 (per hari dibulatkan ke atas); selanjutnya pada bulan ke-49 (tahun ke-5) dst meningkat lagi sebesar Rp 5.125; dst.
Maka, hasil "pengorbanan" Tasya dapat dinikmati pada saat pensiun adalah sebesar Rp 4.313.744.554
(increment yearly)meningkat mulai tahun ke II, III, IV dst. s.d pensiun, sebesar:
10.00 %
 Rp      4.313.774.554
Adalah suatu angka yang "amat luar biasa" hasil yang didapat oleh Tasya tersebut. "Hmm sesuatu banget yaa..," kelak Tasya akan berkata demikian.
Namun, perlu dicatat bahwa hasil di atas bukan merupakan jaminan tingkat pengembalian, hasil yang sesusungguhnya dapat berada di atas maupun di bawah ilustrasi tersebut, meski bukan jaminan indikasi potensi keberhasilannya adalah cukup besar.
Lalu, bagaimana kita memahami dan melakukan financial literacy serta bagaimana kita mendalami financial utility tersebut? Nantikan tulisan kami di artikel berikutnya.
-------
Taufik Gumulya, CFP (CEO, Wealth & Financial Planner  pada TGRM Perencana Keuangan)
Editor : Erlangga Djumena


Memilih investasi dengan risiko terukur Oleh Noor Muhammad Falih - Sabtu, 15 Februari 2014 | 07:16 WIB KONTAN JAKARTA. Tujuan investasi bukan semata-mata untuk mengejar keuntungan. Tujuan utama berinvestasi terutama untuk mengamankan dana dengan risiko terukur. Begitu pegangan Joseph Darmawan Angkasa, Presiden Direktur PT Asuransi Mitra Maparya Tbk, dalam memutar dana investasinya. Pria kelahiran Jakarta 20 Maret 1968 ini berpegang teguh pada prinsip itu. Maka dia tidak mudah tergiur dengan berbagai tawaran investasi yang memberi iming-iming imbal hasil besar tapi berisiko tinggi. Joseph berkisah, investasi yang pertama kali ia lakukan berupa deposito. Saat itu di tahun 1990, ia masih bekerja di Deutsche Bank AG, Indonesia. "Waktu itu pertama kali saya bekerja dan memilih deposito karena belum kenal instrumen investasi yang lain," ujar Joseph kepada KONTAN, pekan ini. Lantaran ini merupakan investasi perdananya, Joseph mengambil deposito tenor jangka pendek, hanya beberapa bulan saja. Ia merasa, masih dalam tahap belajar investasi sehingga harus mencermati segala aspeknya. Pada 1995, Joseph baru berani mengalihkan dananya ke instrumen yang lebih berisiko yaitu reksadana. Awalnya, ia membuka reksadana jenis pendapatan tetap. Tapi, krisis di pasar modal saat itu, membuat imbal hasil reksadana tak sesuai harapan. Bahkan, produk reksadana pendapatan tetap saja bisa turun nilai pokoknya pada saat itu. Alhasil, Joseph hanya memegang reksadana pendapatan tetap itu selama satu tahun. Kemudian, ia memindahkan asetnya tersebut ke produk reksadana lain yakni reksadana pasar uang. Garis besarnya, sejak 1995 hingga 1998, Joseph hanya berinvestasi di reksadana. Return yang diperoleh waktu itu di atas bunga deposito. Dari sana, pengetahuan dan pengalaman Joseph tentang investasi bertumbuh. Dia pun mulai berani mengembangkan investasi berikutnya. Joseph kini tidak lagi terpaku pada investasi di produk-produk pasar keuangan, seperti reksadana dan deposito. Ia juga memiliki beberapa properti untuk investasi, seperti rumah dan apartemen. Ia juga memiliki rumah toko (ruko) dua lantai yang ia sewakan sebagai kantor. "Ruko itu bekas kantor istri saya. Sudah tidak dipakai, akhirnya kami sewakan," tutur dia. Ruko ini terletak di kawasan elite Permata Senayan, Jakarta Pusat. Ia memasang tarif sewa Rp 250 juta per tahun. Harga ruko tersebut juga sudah naik empat kali lipat dari harga sewaktu ia beli pada 2005. Dia membeli ruko ketika belum ada tren menjadikan ruko sebagai alat investasi, sehingga harganya tidak terlampau mahal. Joseph yang sudah bekerja di Grup Kalbe Farma sejak tahun 1997, juga masuk ke bisnis rumah sakit. Total sudah ada lima rumah sakit yang ia miliki di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. "Hanya rumah sakit kecil-kecilan. Yang aktif mengelola istri saya," kata Joseph merendah. Sebagai kepala rumah tangga, Joseph belum mengajarkan anak-anaknya untuk terjun berinvestasi. Putrinya yang tertua kini berusia 18 tahun. Joseph membimbingnya untuk mendalami bisnis. Salah satu caranya, dengan mengajak putri sulungnya itu ke kantor dan menyodorkan sebuah kasus bisnis. Dari situ, sang putri mendapat pelajaran awal menangani sebuah bisnis dan manajemen perusahaan dari sang ayah. Sesuai dengan tujuan utamanya dalam berinvestasi, Joseph mengaku sebagai investor konservatif. Bagi dia, saat berinvestasi, yang terpenting ialah uang yang ditanamkan bisa bertumbuh tanpa ada risiko besar kehilangan nilai pokoknya. "Kalau ditanya untuk apa saya berinvestasi, jawabnya untuk dana pendidikan anak-anak saya," terang bapak tiga anak ini. Editor: Sofyan Nur Hidayat

Tidak ada komentar: