INFO REKSA DANA ... well, situs infovesta.com ini termasuk yang paling luas datanya, jadi bisa dipake bwat panduan maen reksa dana secara jangka panjang ... daftar semua produk reksa dana, obligasi, dan saham ada di dalamnya
berikut gw sampekan potential gain beberapa reksa dana saham gw :
per tgl 27 Jan 2011:
bnp paribas:
ekuitas 12,988.73; gain terhadap tgl 22/12/06 (5,532.30) = + 134.77%
infrastruktur plus 2,170.43; gain terhadap tgl 07/09/10 (2,076.26) = + 4.53%
solaris 1,608.87; gain terhadap tgl 25/05/10 (1,171.50) = + 37.33%
manulife:
dana saham 8,725.72; gain terhadap tgl 22/12/06 (4,243.01) = + 105.64%
saham andalan 1,442.45; gain terhadap tgl 28-10-08 (391,76) = + 268.19%
schroder:
90+ equity fund 1,247.69; gain terhadap tgl 14/06/10 (995.74) = +25.30%
dana istimewa 4,392.96; gain terhadap 28-10-08 (1.316,16) = + 233.77%
dana prestasi plus 19,676.90; gain terhadap 22/12/06 (8,503.44) = + 131.39%
RD CAMPURAN:
bnp paribas:
equitra 2,904.45; gain terhadap 15/11/10 (2,944.58) = -1,36%
schroder:
dana terpadu II 2,321.41; gain terhadap 28-10-08 (1.088,31) = +113.30%
manulife:
dana campuran II 1,854.69; gain terhadap 23-01-2009 (1000) = +85.46%
KEEP BUYING, jangka panjang LEBE BAGU$, pindah ke http://investasireksadanaindonesiagw.blogspot.com/ aka INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw
gW suka BANGET ketidakPASTIan
Jumat, 28 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Blood still in the street, but WIPED clean ... 130111
|
ihsg 05 Januari 2009: 1,437.34; 12 Januari 2011: 3,554.776; gain +147.31%
schroder dana istimewa (SDI) 11 Januari 2011: 4,339.32; 12 Januari: 4,491.32; gain +3.50%
SDI: 05 Januari 2009: 1,798.47; 12 Januari 2011: 4,491.32; gain +149.73%
manulife saham andalan (MSA) 11 Januari 2011: 1,428.28; 12 Januari: 1,468.33; gain +2.80%
MSA: 05 Januari 2009: 555,30; 12 Januari 2011: 1,468.33; gain +164.42%
manulife syariah sektoral amanah (MSSA) 11 Januari 2011: 2,635.67; 12 Januari: 2,703.45; gain +2.57%
MSSA: 20 Agustus 2009: 1,971.04; 12 Januari 2011: 2,703.45; gain +37.15%
bnp paribas solaris (BNPPSo) 11 Januari 2011: 1,607.33; 12 Januari: 1,667.68; gain +3.75%
BNPPSo: 25 Mei 2010: 1,171.50; 12 Januari 2011: 1,667.68; gain +42.35%
Selasa, 11 Januari 2011
when BLOOD in the STREETS, buy THE FORTUNE, n0W
... ihsg sudah turun lebe dari 300 poin (sekira 9%), itu artinya bole masuk beli ... tapi uji nyali dengan menjawab tes nyali investor reksa dana ... jika nilainya 25-30, boleh lah jadi investor reksa dana saham ... tapi, cari duit banyak cara dan jalannya, jadi ga perlu memaksain diri kalo emang hasil tes di bawah 25 ... nanti ga siap mental malah berakibat fatal ... juga jangan memaksakan semua modal masuk reksa dana saham, karena bila terjadi penurunan lebe lanjut maka nilai modal tersebut bila BERKURANG SEKALE ... tapi gw mah uda punya modal hasil redemption taon 2010 yang cukup lumayan, jadi selalu siap masuk beli ... well, liat aja
berikut tabel nab reksa dana saham yang gw pegang:
berikut tabel nab reksa dana saham yang gw pegang:
Minggu, 09 Januari 2011
HARVESTING, yes; INVESTING, have to ... lah : 090111
Strategi Berinvestasi di Reksa Dana
Strategi agresif berupa penempatan 70% di saham, 20% obligasi, dan 10% di pasar uang.
Kamis, 6 Januari 2011, 16:19 WIB
Arinto Tri Wibowo, Purborini
VIVAnews - Investasi reksa dana ditentukan berdasarkan periode investing (penanaman) dan masa harvesting (pemungutan hasil). Dalam masa ini alokasi aset menjadi penting.
"Berapa banyak dialokasikan di saham, obligasi, dan pasar uang," kata Direktur Riset dan Investor Relations Bahana Investment Management, Budi Hikmat, di Jakarta.
Periode investing, menurut Budi, dibagi menjadi 10, 15, dan 20 tahun. Setiap periode memiliki strategi masing-masing. Ada dua strategi agresif dan moderat.
Strategi agresif berupa penempatan 70 persen saham, 20 persen obligasi, dan 10 persen sisanya di pasar uang. Sementara itu, strategi moderat dengan penempatan 20 persen saham, 50 persen obligasi, dan 30 persen sisanya di pasar uang.
Untuk periode investing itu, Bahana menyarankan skema capital protected fund dengan menggunakan obligasi negara bertenor 5-10 tahun sesuai lama periode harvesting yang diinginkan.
Melalui skema tersebut, menurut dia, seluruh hasil investasi selama periode investing langsung diinvestasikan dalam obligasi negara. Investor akan memperoleh kucuran dana hingga akhir periode harvesting. "Kami asumsikan yield capital protected ini berkisar tujuh persen (5 tahun) dan 8,3 persen (10 tahun)," ujar dia.
Sementara itu, untuk pasar uang digunakan proyeksi suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 6,5 persen.
Meski demikian, dia menjelaskan, investor harus memperhatikan risiko investasi. "Musuh utama investasi adalah inflasi," kata Direktur Pemasaran Bahana Investment Management, Rukmi Proborini. Sepanjang sepuluh tahun terakhir, rata-rata inflasi di Indonesia mencapai 8,3 persen.
Rukmi menambahkan, obligasi sebagai salah satu instrumen investasi rentan terhadap suku bunga dan inflasi. Artinya, investor yang membeli obligasi negara bertenor 10 tahun dengan yield 7,5 persen akan kurang terproteksi, karena risiko inflasi. Kelebihan likuiditas global menimbulkan risiko inflasi seperti di China, India, dan Australia.
Belum lagi, dia melanjutkan, pemerintah akan memberlakukan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar lima persen atas bunga obligasi pada instrumen investasi reksa dana mulai 2011. Namun, besaran pajak ini baru akan terasa pada 2014 karena besarannya menjadi 15 persen.
Atas dasar ini, Rukmi menyarankan untuk mengurangi proporsi obligasi pada portofolio investasi tahun ini. "Susah mencari obligasi dengan rating baik dan memberikan yield yang bagus. Apalagi dikenai pajak lima persen," kata dia.
Untuk itu, Rukmi menyarankan investor memperbesar portofolio saham dan pasar uang. Sumber keuntungan investasi saham terdiri atas dividen dan capital gain.
Total keuntungan per saham tentunya berbeda satu sama lain. Penempatan hanya pada satu saham juga memiliki risiko lebih besar ketimbang beberapa saham.
Berdasarkan data lima tahun terakhir, rata-rata total return atau pertumbuhan per tahun mencapai 29,6 persen untuk indeks harga saham gabungan (IHSG), 25,4 persen (LQ45), dan 24,8 persen (Jakarta Islamic Index). Sementara itu, untuk periode sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan per tahun IHSG sebesar 28,4 persen, 28 persen (LQ45), dan 23,7 persen (Jakarta Islamic Index).
Sementara itu, untuk pasar uang memberikan tingkat pengembalian di atas deposito. "Melalui diversifikasi investasi di berbagai obligasi korporasi yang terkena pajak lebih rendah atas kupon dan capital gain yaitu sebesar lima persen, imbal hasil investasi di reksa dana pasar uang akan lebih tinggi dari suku bunga deposito bank yang diterima investor ritel," ujar Head of Fixed Income First State Indonesia, Eli Djurfanto.
Pada 2010, reksa dana pasar uang tumbuh sekitar 32 persen menjadi Rp7,72 triliun. "Untuk pemula, reksa dana pasar uang oke," kata Rukmi.
• VIVAnews
Memilih Reksadana Janjikan Untung Tinggi
Saat bunga deposito semakin menurun, reksadana pun menjadi alternatif pilihan investasi.
Kamis, 6 Januari 2011, 08:15 WIB
Nur Farida Ahniar, Purborini
VIVAnews- Dalam sepuluh tahun terakhir bunga deposito yang terus menurun membuat instrumen ini tidak bisa lagi diandalkan untuk investasi. Apalagi bunga deposito sudah lebih rendah ketimbang inflasi 2010 yang hampir mencapai 7 persen.
Tak pelak, investasi lain pun dilirik. Pilihannya adalah bermain di pasar modal, seperti saham atau reksadana. Namun, sebelum melakukan investasi, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu apa itu reksadana.
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Director of Research and Investor Relation Bahana Investment Management Budi Hikmat mengatakan untuk investor pemula, sebaiknya memilih produk reksadana dengan aset pasar uang atau dikenal reksadana pasar uang. Tahun 2010, lalu reksadana ini memberikan keuntungan rata-rata 7 persen. Untuk produk ini, yang memberikan tingkat pengembalian paling tinggi adalah DPLK BRI fix dengan return 11,7 persen selama 1 tahun.
Sementara produk reksadana campuran memiliki rata-rata tingkat pengembalian hingga 30 persen. Produk tertinggi imbal hasilnya selama 3 tahun yaitu Brent Dana Fleksi.
Adapun produk reksadana terproteksi memiliki rata-rata tingkat pengembalian 8 persen. Reksa Dana Terproteksi diinvestasikan pada obligasi dengan tujuan memberikan proteksi atas investasi awal. Mengapa demikian? Intinya ada pada salah satu konsep dasar obligasi, yaitu obligasi pada saat jatuh tempo harganya akan kembali ke 100 (par).
Produk reksadana dengan tingkat pengembalian tertinggi untuk tipe reksadana terproteksi adalah Schroder Regular Income Plan VIII sebesar 23,32 persen per tahun.
Produk reksadana pendapatan tetap dengan dasar obligasi yang notabene memberikan bunga (kupon) secara periodik. Sepanjang 2010, produk ini memberikan return sebesar 10 persen rata-rata. Produk dengan return tertinggi produk Kresna Olympus sebesar 83,41 persen selama 1 tahun. Sedangkan produk tertinggi yang memberikan imbal hasil selama 3 tahun yaitu GMT Dana Obligasi Plus.
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menunjukkan hingga 28 Desember 2010 reksadana yang tercatat sebanyak 714 produk dengan nilai aktiva bersih sebesar Rp 142,81 triliun atau meningkat 22,34 persen dari tahun sebelumnya. (hs)
• VIVAnews
Kenapa Investasi Deposito Makin Tak Menarik
"Sangat sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa deposito tidak menjamin kesejahteraan"
Rabu, 29 Desember 2010, 13:29 WIB
Nur Farida Ahniar
VIVAnews- Deposito jaman dulu pernah menjadi primadona dalam berinvestasi. Namun agaknya tidak berlaku di jaman sekarang.
Deposito menjadi primadona semenjak krisis moneter 1998 karena pemerintah masih memberlakukan program penjaminan secara penuh. Deposito juga dianggap menguntungkan karena mampu mengalahkan inflasi dan lebih tinggi dari investasi pasar modal.
Dalam Catatan Akhir Tahun 2010 yang ditulis Bahana TCW Investment Mangement, keyakinan itu terus menurun sehingga tidak dapat diandalkan melawan inflasi terutama terkait komoditas makanan dan pendidikan. Peragaan Bahana menunjukkan indeks kapitalisasi deposito selama 10 tahun terakhir masih kalah dengan inflasi pendidikan dan inflasi makanan.
"Sangat sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa deposito tidak menjamin kesejahteraan. Deposito boleh jadi hanya cocok untuk orang yang sangat kaya, yang tidak peduli nilainya tergerus oleh inflasi," tulis Bahana.
Lantas mengapa deposito semakin sulit diandalkan?
Pertama, pemangkasan subsidi BBM
Hal ini menimbulkan inflasi dan mendorong suku bunga naik. Namun, keputusan berat itu justru meningkatkan kepercayaan investor, terutama asing. Sebab mereka menyakini peningkatan kemampuan pemerintah membayar kewajiban bunga dan pokok yang jatuh tempo. Hal ini tercermin dari lonjakan kepemilikan asing surat utang negara yang menunjukkan ada arus masuk modal asing.
Kelebihan itu disimpan di dalam SBI yang ongkosnya menjadi beban Bank Indonesia. Hal ini membuat BI enggan menaikkan bunga terlebih bila rupiah menguat yang menurunkan risiko inflasi. Selama saldo SBI ini masih tinggi, bank relatif kurang membutuhkan dana masyarakat seperti tercermin pada relatif rendahnya suku bunga deposito. Itu sebabnya bunga deposito tetap rendah.
Kedua, krisis keuangan global 2008.
Krisis membuat peningkatan daya tarik obligasi pemerintah. Negara maju telah meningkatkan posisi utang, dan memperburuk risiko gagal bayar. Adanya stimulus yang digelontorkan negara maju juga membuat Indonesia lebih menawan. Kelebihan likuiditas yang disimpan perbankan dalam bentuk SBI terus menggunung. Bila setiap tahun perbankan mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 160 triliun, "maka boleh jadi suku bunga deposito akan terjaga rendah hingga tahun depan," tulis Bahana.
• VIVAnews
... coba baca posting gw soal INFLASI, deposito, dan saham/reksa dana saham: inflasi, investasi dan SAHAM
Strategi agresif berupa penempatan 70% di saham, 20% obligasi, dan 10% di pasar uang.
Kamis, 6 Januari 2011, 16:19 WIB
Arinto Tri Wibowo, Purborini
VIVAnews - Investasi reksa dana ditentukan berdasarkan periode investing (penanaman) dan masa harvesting (pemungutan hasil). Dalam masa ini alokasi aset menjadi penting.
"Berapa banyak dialokasikan di saham, obligasi, dan pasar uang," kata Direktur Riset dan Investor Relations Bahana Investment Management, Budi Hikmat, di Jakarta.
Periode investing, menurut Budi, dibagi menjadi 10, 15, dan 20 tahun. Setiap periode memiliki strategi masing-masing. Ada dua strategi agresif dan moderat.
Strategi agresif berupa penempatan 70 persen saham, 20 persen obligasi, dan 10 persen sisanya di pasar uang. Sementara itu, strategi moderat dengan penempatan 20 persen saham, 50 persen obligasi, dan 30 persen sisanya di pasar uang.
Untuk periode investing itu, Bahana menyarankan skema capital protected fund dengan menggunakan obligasi negara bertenor 5-10 tahun sesuai lama periode harvesting yang diinginkan.
Melalui skema tersebut, menurut dia, seluruh hasil investasi selama periode investing langsung diinvestasikan dalam obligasi negara. Investor akan memperoleh kucuran dana hingga akhir periode harvesting. "Kami asumsikan yield capital protected ini berkisar tujuh persen (5 tahun) dan 8,3 persen (10 tahun)," ujar dia.
Sementara itu, untuk pasar uang digunakan proyeksi suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 6,5 persen.
Meski demikian, dia menjelaskan, investor harus memperhatikan risiko investasi. "Musuh utama investasi adalah inflasi," kata Direktur Pemasaran Bahana Investment Management, Rukmi Proborini. Sepanjang sepuluh tahun terakhir, rata-rata inflasi di Indonesia mencapai 8,3 persen.
Rukmi menambahkan, obligasi sebagai salah satu instrumen investasi rentan terhadap suku bunga dan inflasi. Artinya, investor yang membeli obligasi negara bertenor 10 tahun dengan yield 7,5 persen akan kurang terproteksi, karena risiko inflasi. Kelebihan likuiditas global menimbulkan risiko inflasi seperti di China, India, dan Australia.
Belum lagi, dia melanjutkan, pemerintah akan memberlakukan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar lima persen atas bunga obligasi pada instrumen investasi reksa dana mulai 2011. Namun, besaran pajak ini baru akan terasa pada 2014 karena besarannya menjadi 15 persen.
Atas dasar ini, Rukmi menyarankan untuk mengurangi proporsi obligasi pada portofolio investasi tahun ini. "Susah mencari obligasi dengan rating baik dan memberikan yield yang bagus. Apalagi dikenai pajak lima persen," kata dia.
Untuk itu, Rukmi menyarankan investor memperbesar portofolio saham dan pasar uang. Sumber keuntungan investasi saham terdiri atas dividen dan capital gain.
Total keuntungan per saham tentunya berbeda satu sama lain. Penempatan hanya pada satu saham juga memiliki risiko lebih besar ketimbang beberapa saham.
Berdasarkan data lima tahun terakhir, rata-rata total return atau pertumbuhan per tahun mencapai 29,6 persen untuk indeks harga saham gabungan (IHSG), 25,4 persen (LQ45), dan 24,8 persen (Jakarta Islamic Index). Sementara itu, untuk periode sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan per tahun IHSG sebesar 28,4 persen, 28 persen (LQ45), dan 23,7 persen (Jakarta Islamic Index).
Sementara itu, untuk pasar uang memberikan tingkat pengembalian di atas deposito. "Melalui diversifikasi investasi di berbagai obligasi korporasi yang terkena pajak lebih rendah atas kupon dan capital gain yaitu sebesar lima persen, imbal hasil investasi di reksa dana pasar uang akan lebih tinggi dari suku bunga deposito bank yang diterima investor ritel," ujar Head of Fixed Income First State Indonesia, Eli Djurfanto.
Pada 2010, reksa dana pasar uang tumbuh sekitar 32 persen menjadi Rp7,72 triliun. "Untuk pemula, reksa dana pasar uang oke," kata Rukmi.
• VIVAnews
Memilih Reksadana Janjikan Untung Tinggi
Saat bunga deposito semakin menurun, reksadana pun menjadi alternatif pilihan investasi.
Kamis, 6 Januari 2011, 08:15 WIB
Nur Farida Ahniar, Purborini
VIVAnews- Dalam sepuluh tahun terakhir bunga deposito yang terus menurun membuat instrumen ini tidak bisa lagi diandalkan untuk investasi. Apalagi bunga deposito sudah lebih rendah ketimbang inflasi 2010 yang hampir mencapai 7 persen.
Tak pelak, investasi lain pun dilirik. Pilihannya adalah bermain di pasar modal, seperti saham atau reksadana. Namun, sebelum melakukan investasi, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu apa itu reksadana.
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Director of Research and Investor Relation Bahana Investment Management Budi Hikmat mengatakan untuk investor pemula, sebaiknya memilih produk reksadana dengan aset pasar uang atau dikenal reksadana pasar uang. Tahun 2010, lalu reksadana ini memberikan keuntungan rata-rata 7 persen. Untuk produk ini, yang memberikan tingkat pengembalian paling tinggi adalah DPLK BRI fix dengan return 11,7 persen selama 1 tahun.
Sementara produk reksadana campuran memiliki rata-rata tingkat pengembalian hingga 30 persen. Produk tertinggi imbal hasilnya selama 3 tahun yaitu Brent Dana Fleksi.
Adapun produk reksadana terproteksi memiliki rata-rata tingkat pengembalian 8 persen. Reksa Dana Terproteksi diinvestasikan pada obligasi dengan tujuan memberikan proteksi atas investasi awal. Mengapa demikian? Intinya ada pada salah satu konsep dasar obligasi, yaitu obligasi pada saat jatuh tempo harganya akan kembali ke 100 (par).
Produk reksadana dengan tingkat pengembalian tertinggi untuk tipe reksadana terproteksi adalah Schroder Regular Income Plan VIII sebesar 23,32 persen per tahun.
Produk reksadana pendapatan tetap dengan dasar obligasi yang notabene memberikan bunga (kupon) secara periodik. Sepanjang 2010, produk ini memberikan return sebesar 10 persen rata-rata. Produk dengan return tertinggi produk Kresna Olympus sebesar 83,41 persen selama 1 tahun. Sedangkan produk tertinggi yang memberikan imbal hasil selama 3 tahun yaitu GMT Dana Obligasi Plus.
Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menunjukkan hingga 28 Desember 2010 reksadana yang tercatat sebanyak 714 produk dengan nilai aktiva bersih sebesar Rp 142,81 triliun atau meningkat 22,34 persen dari tahun sebelumnya. (hs)
• VIVAnews
Kenapa Investasi Deposito Makin Tak Menarik
"Sangat sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa deposito tidak menjamin kesejahteraan"
Rabu, 29 Desember 2010, 13:29 WIB
Nur Farida Ahniar
VIVAnews- Deposito jaman dulu pernah menjadi primadona dalam berinvestasi. Namun agaknya tidak berlaku di jaman sekarang.
Deposito menjadi primadona semenjak krisis moneter 1998 karena pemerintah masih memberlakukan program penjaminan secara penuh. Deposito juga dianggap menguntungkan karena mampu mengalahkan inflasi dan lebih tinggi dari investasi pasar modal.
Dalam Catatan Akhir Tahun 2010 yang ditulis Bahana TCW Investment Mangement, keyakinan itu terus menurun sehingga tidak dapat diandalkan melawan inflasi terutama terkait komoditas makanan dan pendidikan. Peragaan Bahana menunjukkan indeks kapitalisasi deposito selama 10 tahun terakhir masih kalah dengan inflasi pendidikan dan inflasi makanan.
"Sangat sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa deposito tidak menjamin kesejahteraan. Deposito boleh jadi hanya cocok untuk orang yang sangat kaya, yang tidak peduli nilainya tergerus oleh inflasi," tulis Bahana.
Lantas mengapa deposito semakin sulit diandalkan?
Pertama, pemangkasan subsidi BBM
Hal ini menimbulkan inflasi dan mendorong suku bunga naik. Namun, keputusan berat itu justru meningkatkan kepercayaan investor, terutama asing. Sebab mereka menyakini peningkatan kemampuan pemerintah membayar kewajiban bunga dan pokok yang jatuh tempo. Hal ini tercermin dari lonjakan kepemilikan asing surat utang negara yang menunjukkan ada arus masuk modal asing.
Kelebihan itu disimpan di dalam SBI yang ongkosnya menjadi beban Bank Indonesia. Hal ini membuat BI enggan menaikkan bunga terlebih bila rupiah menguat yang menurunkan risiko inflasi. Selama saldo SBI ini masih tinggi, bank relatif kurang membutuhkan dana masyarakat seperti tercermin pada relatif rendahnya suku bunga deposito. Itu sebabnya bunga deposito tetap rendah.
Kedua, krisis keuangan global 2008.
Krisis membuat peningkatan daya tarik obligasi pemerintah. Negara maju telah meningkatkan posisi utang, dan memperburuk risiko gagal bayar. Adanya stimulus yang digelontorkan negara maju juga membuat Indonesia lebih menawan. Kelebihan likuiditas yang disimpan perbankan dalam bentuk SBI terus menggunung. Bila setiap tahun perbankan mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 160 triliun, "maka boleh jadi suku bunga deposito akan terjaga rendah hingga tahun depan," tulis Bahana.
• VIVAnews
... coba baca posting gw soal INFLASI, deposito, dan saham/reksa dana saham: inflasi, investasi dan SAHAM
Sabtu, 08 Januari 2011
RD, the easier thing ... 080111
Akhir Tahun IHSG Diprediksi Tembus 4.500
Sabtu, 8 Januari 2011 - 15:05 wib
R Ghita Intan Permatasari - Okezone
JAKARTA- Aksi fantastik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2010 lalu diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Director Head of Indonesian Research, Macquarie Securities, Indonesia, Ferry Wong memperkirakan akhir 2011 IHSG bisa menembus level 4.500.
"Saya prediksikan IHSG diakhir 2011 bisa mencapai level Rp4.500," ungkap Ferry saat ditemui di acara 2011 Financial Outlook Seminar and Executive Briefing BINUS CFA & FRM Prparation Program, Jakarta, Sabtu (8/1/2011).
Ferry menambahkan IHSG pada akhir 2011 bisa menyentuh level Rp4.500 akibat adanya higher earnings, investment reform, dan investment rating upgrade.
Selain itu, Ferry menyatakan adanya kepercayaan diri yang tinggi akibat dari pertumbuhan atau growth ekonomi Indonesia yang juga merupakan salah satu faktor pemicu lainnya. Dia pun sedikit memprediksi bahwa inflasi di 2011 masih akan tergantung pada harga komoditas dunia sehingga bisa saja mencapai 7-8 persen.
Dia pun melihat kemungkinan akan semakin meningkatnya investor dalam negeri yang akan bermain di pasar modal pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh rendahnya suku bunga yang membuat investor mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan return yang lebih tinggi.
"Kalau pun tidak akan investasi langsung, lewat reksadana saja. Reksadana is the easier thing. Returnnya pun masih bagus,”pungkasnya. (adn)
(rhs)
Sabtu, 8 Januari 2011 - 15:05 wib
R Ghita Intan Permatasari - Okezone
JAKARTA- Aksi fantastik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2010 lalu diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Director Head of Indonesian Research, Macquarie Securities, Indonesia, Ferry Wong memperkirakan akhir 2011 IHSG bisa menembus level 4.500.
"Saya prediksikan IHSG diakhir 2011 bisa mencapai level Rp4.500," ungkap Ferry saat ditemui di acara 2011 Financial Outlook Seminar and Executive Briefing BINUS CFA & FRM Prparation Program, Jakarta, Sabtu (8/1/2011).
Ferry menambahkan IHSG pada akhir 2011 bisa menyentuh level Rp4.500 akibat adanya higher earnings, investment reform, dan investment rating upgrade.
Selain itu, Ferry menyatakan adanya kepercayaan diri yang tinggi akibat dari pertumbuhan atau growth ekonomi Indonesia yang juga merupakan salah satu faktor pemicu lainnya. Dia pun sedikit memprediksi bahwa inflasi di 2011 masih akan tergantung pada harga komoditas dunia sehingga bisa saja mencapai 7-8 persen.
Dia pun melihat kemungkinan akan semakin meningkatnya investor dalam negeri yang akan bermain di pasar modal pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh rendahnya suku bunga yang membuat investor mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan return yang lebih tinggi.
"Kalau pun tidak akan investasi langsung, lewat reksadana saja. Reksadana is the easier thing. Returnnya pun masih bagus,”pungkasnya. (adn)
(rhs)
Kamis, 06 Januari 2011
RD PU mah gw juga punye ... 060111
Pasar saham dan obligasi Indonesia telah menarik minat investor lokal dan asing sepanjang 2009 dan 2010. Namun, masih tingginya volatilitas pasar saham dan obligasi membuat sebagian investor khawatir.
Laporan First State Investments Indonesia menunjukkan, tekanan inflasi diperkirakan terus berlanjut pada 2011. Faktor pendorongnya, menurut analisis First State antara lain suku bunga yang relatif rendah saat ini yang terus mendorong laju konsumsi, dan kelanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai enam persen.
Selain itu, First State melanjutkan, tekanan inflasi tersebut didorong kenaikan harga-harga komoditas karena lonjakan permintaan maupun akibat pelemahan mata uang dolar AS, serta peningkatan harga minyak, dan potensi kenaikan harga makanan mentah (raw foods) akibat faktor cuaca yang masih tidak bersahabat.
Sumber : VIVANEWS.COM
Dalam sepuluh tahun terakhir bunga deposito yang terus menurun membuat instrumen ini tidak bisa lagi diandalkan untuk investasi. Apalagi bunga deposito sudah lebih rendah ketimbang inflasi 2010 yang hampir mencapai 7 persen.
Tak pelak, investasi lain pun dilirik. Pilihannya adalah bermain di pasar modal, seperti saham atau reksadana. Namun, sebelum melakukan investasi, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu apa itu reksadana.
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Director of Research and Investor Relation Bahana Investment Management Budi Hikmat mengatakan untuk investor pemula, sebaiknya memilih produk reksadana dengan aset pasar uang atau dikenal reksadana pasar uang. Tahun 2010, lalu reksadana ini memberikan keuntungan rata-rata 7 persen. Untuk produk ini, yang memberikan tingkat pengembalian paling tinggi adalah DPLK BRI fix dengan return 11,7 persen selama 1 tahun
Sumber : VIVANEWS.COM
Laporan First State Investments Indonesia menunjukkan, tekanan inflasi diperkirakan terus berlanjut pada 2011. Faktor pendorongnya, menurut analisis First State antara lain suku bunga yang relatif rendah saat ini yang terus mendorong laju konsumsi, dan kelanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai enam persen.
Selain itu, First State melanjutkan, tekanan inflasi tersebut didorong kenaikan harga-harga komoditas karena lonjakan permintaan maupun akibat pelemahan mata uang dolar AS, serta peningkatan harga minyak, dan potensi kenaikan harga makanan mentah (raw foods) akibat faktor cuaca yang masih tidak bersahabat.
Sumber : VIVANEWS.COM
Dalam sepuluh tahun terakhir bunga deposito yang terus menurun membuat instrumen ini tidak bisa lagi diandalkan untuk investasi. Apalagi bunga deposito sudah lebih rendah ketimbang inflasi 2010 yang hampir mencapai 7 persen.
Tak pelak, investasi lain pun dilirik. Pilihannya adalah bermain di pasar modal, seperti saham atau reksadana. Namun, sebelum melakukan investasi, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu apa itu reksadana.
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Director of Research and Investor Relation Bahana Investment Management Budi Hikmat mengatakan untuk investor pemula, sebaiknya memilih produk reksadana dengan aset pasar uang atau dikenal reksadana pasar uang. Tahun 2010, lalu reksadana ini memberikan keuntungan rata-rata 7 persen. Untuk produk ini, yang memberikan tingkat pengembalian paling tinggi adalah DPLK BRI fix dengan return 11,7 persen selama 1 tahun
Sumber : VIVANEWS.COM
Senin, 03 Januari 2011
RDS saat TUTUP TAON 2010 ... 030111
NAB per 30/12/10:
IHSG (indeks harga saham gabungan BEI):3703.51 (29/09/2003:597.14), gain = +520.20%
manulife dana saham 9,301.49 (22/12/06: 4,243.01), gain = +119.25%; (28-10-08: 2.745,26), gain = +238.82% ;
29/09/03-30/12/10: IHSG +520.20% dan NAB MDS +681.15%
KESIMPULAN SEDERHANA: MDS mengalahkan pertumbuhan IHSG dalam JANGKA PANJANG
schroder dana istimewa 4,695.64 (28-10-08: 1.316,16), gain = +256.76%;(12-01-2007: 1,752.8200), gain = +167.89%
manulife saham andalan 1,536.99 (28-10-08: 391,76), gain = +292.32%
mssa 2,825.65
bnp paribas solaris 1,714.43 (25/05/10: 1,171.50), gain = +46.34%
bnp paribas ekuitas 13,813.87 (22/12/06 : 5,532.30), gain= +149.69% ; (29/12/05 = 3.454,97), gain = +299.82%
schroder 90+ equity fund 1,324.27 (14/06/10= 995.74), gain = +32.99%
bnpp infrastruktur plus 2,289.67 (07/09/10: 2,076.26), gain = +10.27%
schroder dana prestasi plus 20,817.21 (22/12/06: 8,503.44), gain = +144.79%
mdcII 1,964.87
sdtII 2,416.45 (28-10-08: 1.088,31), gain = +122.03%
bnp equitra 2,938.88 (15/11/10: 2,944.58), gain = -0.19%
sdp 21,360.54
IHSG (indeks harga saham gabungan BEI):3703.51 (29/09/2003:597.14), gain = +520.20%
manulife dana saham 9,301.49 (22/12/06: 4,243.01), gain = +119.25%; (28-10-08: 2.745,26), gain = +238.82% ;
(29-09-2003: 1,190.7400), gain = + 681.15%
|
KESIMPULAN SEDERHANA: MDS mengalahkan pertumbuhan IHSG dalam JANGKA PANJANG
schroder dana istimewa 4,695.64 (28-10-08: 1.316,16), gain = +256.76%;(12-01-2007: 1,752.8200), gain = +167.89%
manulife saham andalan 1,536.99 (28-10-08: 391,76), gain = +292.32%
mssa 2,825.65
bnp paribas solaris 1,714.43 (25/05/10: 1,171.50), gain = +46.34%
bnp paribas ekuitas 13,813.87 (22/12/06 : 5,532.30), gain= +149.69% ; (29/12/05 = 3.454,97), gain = +299.82%
schroder 90+ equity fund 1,324.27 (14/06/10= 995.74), gain = +32.99%
bnpp infrastruktur plus 2,289.67 (07/09/10: 2,076.26), gain = +10.27%
schroder dana prestasi plus 20,817.21 (22/12/06: 8,503.44), gain = +144.79%
mdcII 1,964.87
sdtII 2,416.45 (28-10-08: 1.088,31), gain = +122.03%
bnp equitra 2,938.88 (15/11/10: 2,944.58), gain = -0.19%
sdp 21,360.54
perkembangan blog INI ... 030111
|
Langganan:
Postingan (Atom)