gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 11 Januari 2012

reksa dana saham JANUARY EFFECT 2012

January Effect Bertaji Bagi Reksadana Saham Oleh: Ahmad Munjin Pasar Modal - Rabu, 11 Januari 2012 | 07:02 WIB INILAH.COM, Jakarta - Momentum January Effect 2012 diprediksi tak terlalu bertaji dibandingkan window dressing. Karena itu, untuk mendapatkan return yang optimal belum tentu berhasil. Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengatakan, pada Januari memang ada momentum January Effect yang diharapkan IHSG bisa positif. Tapi menurutnya, dalam 10 tahun terakhir reksadana saham tidak 100% naik pada Januari. Kondisi ini, lanjutnya, berbeda dengan Desember saat IHSG memiliki momentum window dressing. Reksadana saham 100% mengalami kenaikan dalam 10 tahun terakhir. “Jadi, untuk Januari, kita tidak punya kesimpulan reksadana saham sekuat Desember,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta. Menurutnya, pada peluang kenaikan reksadana saham pada Januari antara 40% (peluang turun) dan 60% (peluang naik) atau 30% (peluang turun) dan 70% (peluang naik). “Tapi, intinya, peluang kenaikan reksadana saham pada Januari di bawah 80%,” ujarnya. Karena itu, Edbert menegaskan, kalau investor mengandalkan January Effect untuk mendapatkan return yang optimal pada reksadana saham, belum tentu berhasil. “Sebab, secara rata-rata ada produk reksadana yang naik dan ada yang turun,” papar Edbert. Dia memaparkan, pada Januari 2011, kinerja reksadana saham negatif. Diukur dari data 30 Desember 2010 hingga akhir Januari 2011, IHSG turun (-7,95%). Tapi, untuk rata-rata reksadana saham justru minus lebih besar, -9,33%. “Ini merupakan penurunan yang signifikan. Jadi, January Effect untuk reksadana saham belum tentu terjadi,” timpalnya. Untuk Januari 2012 pun, Edbert memperkirakan, punya kemungkinan seperti Januari 2011. Pasalnya, kecemasan pasar yang terjadi awal tahun lalu atas krisis Eropa, masih terbawa ke 2012. “Karena itu, jika mau masuk pada reksadana saham pada Januari harus betul-betul selektif,” ucap dia. Berbeda dengan Desember di mana investor tinggal tutup mata untuk memilih reksadana saham, karena sudah dipastikan naik. Sebab, semua produk reksadana saham bisa naik. Menurutnya, rata-rata kenaikan gain pada reksadana saham dalam 10 tahun terakhir sebesar 5% dengan terendah 2% dan tertinggi 8% pada Desember. Pada Desember 2011, saat IHSG tumbuh 2,88%, indeks 80 produk reksadana saham tumbuh 3,66% alias lebih tinggi dari indeks saham. “Jadi, secara historis, penguatan reksadana saham selalu terjadi saat momentum window dressing dibandingkan momentum January Effect,” tandas Edbert. Meski begitu, Edbert berpesan, investor tak perlu takut untuk investasi reksadana saham pada Januari. “Sebab, tetap ada reksadana saham yang potensial naik pada Januari. Tetap ada pilihan reksadana saham yang potensial positif,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar: