Fluktuasi IHSG Tidak Terlalu Berdampak pada Reksadana
Kamis, 24 Maret 2011 | 16:47
investor daily
JAKARTA - Fluktuasi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang disebabkan oleh kisruh politik di Timur Tengah, bencana alam di Jepang hingga perang di Libya, tidak berdampak signifikan terhadap instrumen investasi reksadana.
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan, salah satu instrumen investasi dipasar modal yakni, reksadana pergerakkannya tidak terlalu berdampak pada kondisi gejolak global yang terjadi saat ini.
"Kendati pasar global fluktuatif, namun produk reksadana itu tergantung dari Manajemen Investasi-nya (MI) yang mengelola," kata dia.
Ia menambahkan, saat indeks BEI bergerak melemah, MI yang mempunyai pengamatan jeli akan memilih saham yang aman disaat posisi sekarang ini. Dengan demikian reksadana yang dikelola MI itu tetap positif.
"Jika IHSG mengalami penurunan, pasti ada beberapa saham yang mengalami kenaikkan, tidak semua saham mengalami penurunan. Nah disitulah peran MI mencermati saham mana yang aman," kata dia.
Reza mengaku, saat ini belum melihat adanya penarikan atau pencairan dana oleh investor (redemption). Bahkan, kepemilikan asing terhadap dana yang dikelola MI dalam bentuk reksadana cenderung meningkat. Sampai saat ini, porsi kepemilikan asing terhadap total NAB reksadana mencapai 50 persen hingga 60 persen.
"Kepemilikan asing masih besar, khususnya pada produk reksadana saham, yaitu berkisar 50-60 persen," ucap dia.
Dari total Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksa dana saat ini, menurutnya, yang paling dominan dan paling banyak diminati investor adalah reksadana saham lalu disusul reksadana terproteksi.
Tercatat dalam data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) jumlah NAB reksadana saham per Februari 2011 sebesar Rp50,232 triliun. Sementara reksadana saham terproteksi sebesar Rp40,721 triliun.
"Return reksadana saham lebih tinggi dan yang dominan dan disusul dengan reksadana terproteksi dibanding reksadana lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan besarnya peluang IHSG untuk terus tunbuh pada 2011, imbal hasil (return) reksadana akan semakin besar, sehingga minat masyarakat untuk berinvestasi pada reksadana juga meningkat.
"Tidak semua investor berani melakukan investasi high risk, high return, sehingga investas yang dominan tetap reksadana. Itu karena investor merasa lebih aman," kata dia.
Prospek bisnis investasi yang positif ini membuat Indosurya Asset Managemet berencana akan menerbitkan produk reksadana.
"Rencananya perusahaan akan mengeluarkan produk reksadana, tapi ini masih proses," kata dia.
Tercatat kenaikan indeks BEI pada 2010 ikut mengangkat imbal hasil pasar reksadana. Berdasarkan riset Indosurya Asset Managemet, reksadana saham membukukan imbal hasil sebesar 30,7 persen, Reksadana Campuran sebesar 26,7 persen, Reksadana pendapatan Tetap sebesar 11,4 persen.
Sementara itu, pada 2011 diprediksi imbal hasil reksadana tidak jauh berbeda dengan pencapaian 2010, Reksadana Saham akan menghasilkan rata-rata imbal hasil 34-35 persen, Reksadana Campuran 26-27 persen, dan reksadana Pendapatan Tetap 12 persen. (tk/ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar