KEEP BUYING, jangka panjang LEBE BAGU$, pindah ke http://investasireksadanaindonesiagw.blogspot.com/ aka INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw
gW suka BANGET ketidakPASTIan
Sabtu, 27 September 2014
RDPU gw juga inves ... 290111_270914
per tgl 26 September 2014, tren potential gain% @ Reksa dana pasar uang yang gw inves sbb:
ini tren NAB manulife dana kas 2 sejak 2013 tuh :)
berikut tren NAB schroder dana likuid sejak 2013 tuh :
Kenapa Reksa Dana Pasar Uang Menarik?
Kinerja produk reksa dana terproteksi tahun ini bakal menurun akibat ekspektasi inflasi.
KAMIS, 27 JANUARI 2011, 17:53 WIB Antique, Purborini
VIVAnews - Kinerja produk reksa dana terproteksi tahun ini diperkirakan menurun akibat ekspektasi kenaikan inflasi dan suku bunga acuan (BI Rate).
"Harga obligasi negara akan turun, karena inflasi yang diperkirakan meningkat tahun ini," kata Direktur Utama PT Batavia Prosperindo Management, Lilis Setiadi di Jakarta, Kamis 27 Januari 2011.
Yield (imbal hasil) obligasi negara satu tahun saat ini sebesar 6-7 persen. Adapun inflasi diperkirakan menyentuh tujuh persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan BI Rate untuk menyeimbangkan laju inflasi.
"Investor akan berpikir untuk mengalihkan dananya ke reksa dana pasar uang, sambil menunggu stabilnya inflasi dan kenaikan suku bunga," ujar dia.
Menurut Lilis, investor juga berpikir menaruh dananya ke deposito karena kemungkinan kenaikan suku bunga. Jika menyimpan dana pada reksa dana terproteksi, dananya dikunci selama setahun.
"Untuk beberapa orang yang membutuhkan likuiditas dalam jangka pendek, akan kesulitan kalau (investasi) di reksa dana terproteksi," tuturnya.
Dia menambahkan, pengenaan pajak lima persen pada reksa dana terproteksi juga menjadi pertimbangan investor. "Tapi, ini sebenarnya tergantung bagaimana dia mengemas produknya," kata Lilis.
Sementara itu, Batavia Prosperindo Aset Manajemen belum akan menerbitkan kembali produk reksa dana terproteksi mereka. "Kami lihat pasar dulu, mungkin di kuartal III. Itu juga kalau terealisasi," tutur dia.
Sementara itu, Bahana TCW Asset Management hingga saat ini belum melihat adanya pengalihan dana dari reksa dana terproteksi milik mereka. "Sejauh ini redemption (penarikan dana) reksa dana terproteksi relatif masih sangat kecil," ujar Direktur Pemasaran Bahana, Rukmi Proborini.
Umi, begitu ia biasa disapa menuturkan, pengalihan dana dari reksa dana terproteksi Bahana hanya tiga persen. Atas dasar ini, ia menyarankan untuk mengurangi proporsi obligasi pada portofolio investasi tahun ini. "Susah mencari obligasi dengan rating baik dan memberikan yield yang bagus. Apalagi dikenai pajak lima persen," kata dia.
Untuk itu, Rukmi menyarankan investor memperbesar portofolio saham dan pasar uang. Sumber keuntungan investasi saham terdiri atas dividen dan capital gain.
Dia menuturkan, total keuntungan per saham tentunya berbeda satu sama lain. Penempatan hanya pada satu saham juga memiliki risiko lebih besar ketimbang beberapa saham.
Berdasarkan data lima tahun terakhir, rata-rata total return atau pertumbuhan per tahun mencapai 29,6 persen untuk indeks harga saham gabungan (IHSG), 25,4 persen (LQ45), dan 24,8 persen (Jakarta Islamic Index).
Sementara itu, untuk periode sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan per tahun IHSG sebesar 28,4 persen, 28 persen (LQ45), dan 23,7 persen (Jakarta Islamic Index). (art)
• VIVAnews
ini tren NAB manulife dana kas 2 sejak 2013 tuh :)
berikut tren NAB schroder dana likuid sejak 2013 tuh :
Kenapa Reksa Dana Pasar Uang Menarik?
Kinerja produk reksa dana terproteksi tahun ini bakal menurun akibat ekspektasi inflasi.
KAMIS, 27 JANUARI 2011, 17:53 WIB Antique, Purborini
VIVAnews - Kinerja produk reksa dana terproteksi tahun ini diperkirakan menurun akibat ekspektasi kenaikan inflasi dan suku bunga acuan (BI Rate).
"Harga obligasi negara akan turun, karena inflasi yang diperkirakan meningkat tahun ini," kata Direktur Utama PT Batavia Prosperindo Management, Lilis Setiadi di Jakarta, Kamis 27 Januari 2011.
Yield (imbal hasil) obligasi negara satu tahun saat ini sebesar 6-7 persen. Adapun inflasi diperkirakan menyentuh tujuh persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan BI Rate untuk menyeimbangkan laju inflasi.
"Investor akan berpikir untuk mengalihkan dananya ke reksa dana pasar uang, sambil menunggu stabilnya inflasi dan kenaikan suku bunga," ujar dia.
Menurut Lilis, investor juga berpikir menaruh dananya ke deposito karena kemungkinan kenaikan suku bunga. Jika menyimpan dana pada reksa dana terproteksi, dananya dikunci selama setahun.
"Untuk beberapa orang yang membutuhkan likuiditas dalam jangka pendek, akan kesulitan kalau (investasi) di reksa dana terproteksi," tuturnya.
Dia menambahkan, pengenaan pajak lima persen pada reksa dana terproteksi juga menjadi pertimbangan investor. "Tapi, ini sebenarnya tergantung bagaimana dia mengemas produknya," kata Lilis.
Sementara itu, Batavia Prosperindo Aset Manajemen belum akan menerbitkan kembali produk reksa dana terproteksi mereka. "Kami lihat pasar dulu, mungkin di kuartal III. Itu juga kalau terealisasi," tutur dia.
Sementara itu, Bahana TCW Asset Management hingga saat ini belum melihat adanya pengalihan dana dari reksa dana terproteksi milik mereka. "Sejauh ini redemption (penarikan dana) reksa dana terproteksi relatif masih sangat kecil," ujar Direktur Pemasaran Bahana, Rukmi Proborini.
Umi, begitu ia biasa disapa menuturkan, pengalihan dana dari reksa dana terproteksi Bahana hanya tiga persen. Atas dasar ini, ia menyarankan untuk mengurangi proporsi obligasi pada portofolio investasi tahun ini. "Susah mencari obligasi dengan rating baik dan memberikan yield yang bagus. Apalagi dikenai pajak lima persen," kata dia.
Untuk itu, Rukmi menyarankan investor memperbesar portofolio saham dan pasar uang. Sumber keuntungan investasi saham terdiri atas dividen dan capital gain.
Dia menuturkan, total keuntungan per saham tentunya berbeda satu sama lain. Penempatan hanya pada satu saham juga memiliki risiko lebih besar ketimbang beberapa saham.
Berdasarkan data lima tahun terakhir, rata-rata total return atau pertumbuhan per tahun mencapai 29,6 persen untuk indeks harga saham gabungan (IHSG), 25,4 persen (LQ45), dan 24,8 persen (Jakarta Islamic Index).
Sementara itu, untuk periode sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan per tahun IHSG sebesar 28,4 persen, 28 persen (LQ45), dan 23,7 persen (Jakarta Islamic Index). (art)
• VIVAnews
Senin, 22 September 2014
mau tau cara mencairkan reksa dana ...
Redemption
Senin, 16 November 2009 - 08:28 wib
Redemption berarti penebusan. Dalam dunia investasi portofolio, reksadana khususnya, istilah ini merupakan istilah yang cukup popular. Redemption berarti penarikan kembali dana oleh investor dari manajer investasi.
Misalnya investor X membeli unit reksadana di sebuah perusahaan manajer investasi senilai Rp 100 juta pada saat ini, maka ia bisa menarik kapan saja dana miliknya yang Rp 100 juta tadi. Jika nilai aset bersih (NAB) dari reksadana yang dibelinya naik, maka dana yang diterima oleh investor X bukan Rp 100 juta tetapi lebih dari itu, tergantung seberapa besar tingkat pertumbuhan NAB dari reksadana tersebut. Sebaliknya, jika NAB dari reksadana itu merosot maka investor X akan menerima dana di bawah Rp 100 juta, tergantung besar kecilnya nilai kerugian yang diderita manajer investasi.
Fleksibilitas dalam penarikan dana inilah yang menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan uangnya di reksadana. Tentu banyak faktor lain yang ikut menentukan. Fleksibilitas dalam penarikan dana ini agak berbeda dibandingkan jika investasi di deposito. Dalam investasi di deposito, investor tidak bisa secara bebas, kapan saja mengambil atau mencairkan uangnya. Investor harus menunggu hingga masa jatuh tempo. Jika deposito jatuh tempo 18 Januari 2010 misalnya, maka investor harus mengikuti ketentuan itu. Jika pemilik dana ngotot mau dibayar, maka konsekwensinya akan terkena penalti.
Dengan kebebasan melakukan redemption, sebenarnya investasi di reksadana termasuk jenis investasi yang likuid. Artinya, jika investor sewaktu-waktu membutuhkan dana segar ia bisa mencairkannya dengan melakukan redemption.
Sejumlah perusahaan manajer investasi memiliki aturan sendiri-sendiri tentang prosedur redemption. Tapi umumnya prosedur yang diterapkan sama antara manajer investasi yang satu dengan yang lain. Misalnya, beberapa perusahaan manajer investasi memberlakukan ketentuan redemption fee untuk dana yang mengendap belum lebih dari satu tahun. Tapi untuk dana yang sudah dikelola lebih dari satu tahun kebanyakan manajer investasi tidak memungut redemption fee. Investor reksadana hanya membayar beberapa hal seperti biaya transfer dana (jika ada).
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh investor yang akan melakukan redemption adalah soal besaran Nilai Aset Bersih (NAB) atau Nett Asset Value (NAV). Nilai NAB reksadana selalu berubah setiap hari mengikuti perkembangan pasar.
Dalam peraturan Bapepam disebutkan ada dua patokan NAB yang dipergunakan untuk perhitungan. Jika redemption diajukan sebelum pukul 13.00 maka perhitungan NAB menggunakan data penutupan NAB hari bursa saat itu juga. Kedua, jika redemption diajukan di atas pukul 13.00 maka dasar perhitungan NAB menggunakan data NAB penutupan hari bursa berikutnya.
Ilustrasinya begini. Pada awal tahun 2008, investor X membeli 1 juta unit reksadana ABC dengan nilai nominal 1000. Karena investor X membeli saat penawaran perdana, maka NAB per unit dari reksadana ABC adalah Rp 1.000. Nah pada pertengahan 2009 lalu, persisnya tanggal 18 September 2009, investor X berniat melakukan redemption, melepas semua unit reksadana yang dibelinya. Formulir redemption diajukan pada pukul 12.00. Mengacu pada penutupan bursa hari itu, NAB unit reksadana ABC berada di posisi Rp 2.075 per unit.
Nah, nilai Rp 2.075 inilah yang menjadi dasar perhitungan redemption untuk investor X. Artinya, melalui redemption itu, investor X akan menerima dana sebesar Rp 2,075 miliar dengan asumsi tidak ada redemption fee. Tapi, jika X mengajukan redemption di atas pukul 13.00, maka nilai uang yang akan diterima tergantung pada NAB penutupan bursa esok harinya. (Tim BEI) (//rhs) Redemption Senin, 28 November 2011 08:51 wib okezone Setiap orang pasti mengalami situasi di mana ia membutuhkan dana secara mendadak. Kebutuhan mendadak itu bisa disebabkan oleh berbagai alasan. Misalnya, ada penawaran barang dengan harga super diskon sehingga mengundang nafsu untuk membelinya, kewajiban utang yang jatuh tempo, kebutuhan sekolah anak, terkena musibah, dan sejenisnya. Kebutuhan dana itu harus segera dipenuhi. Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi seperti itu sangat wajar dan masuk akal. Karenanya, bagi mereka yang memiliki penghasilan lebih dan ingin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk investasi, disarankan untuk memilih instrumen investasi yang sifatnya likuid. Artinya, jika ada kebutuhan dana yang sifatnya darurat, maka investasi tadi bisa dicairkan dengan cepat, tanpa ada sanksi penalti. Instrumen seperti itu ada di pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Pencairan dana pada instrumen investasi berupa saham atau obligasi sifatnya sangat sederhana. Tinggal menjualnya ke pasar, maka instrumen saham atau obligasi bisa langsung dicairkan menjadi uang. Namun, jika instrumen investasinya berupa unit penyertaan reksa dana, maka ada prosedur yang harus diikuti oleh pemegang unit reksa dana atau investor untuk menjual kembali unit reksa dananya. Istilahnya, ada prosedur tersendiri bagi investor untuk melakukan redemption. Prosedur redemption itu diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No. IV. B.1 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Dalam peraturan itu disebutkan, bagi pemegang unit reksa dana yang akan melakukan redemption, harus mengisi formulir redemption atau penjualan kembali dan menyerahkannya kepada manajer investasi. Formulir redemption yang diserahkan sampai dengan pukul 13.00 WIB wajib diproses menggunakan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana yang dihitung berdasarkan penutupan bursa pada hari itu. Jika berdasarkan penutupan bursa hari itu NAB reksa dana misalnya seharga Rp2.340 per unit, maka nilai redemption investor ditetapkan dengan NAB Rp2.340. Jika investor memiliki 100 ribu lembar unit reksadana, maka ia akan menerima uang sebesar Rp234 juta. Selanjutnya, jika formulir redemption diterima oleh manajer investasi di atas pukul 13.00 WIB, maka formulir tersebut wajib diproses dengan menggunakan NAB reksa dana yang ditetapkan berdasarkan akhir hari bursa berikutnya. Perlu dipahami bahwa nilai NAB reksa dana setiap hari selalu berubah mengikuti perubahan harga instrumen investasinya. Untuk reksa dana saham misalnya, nilai NAB akan mengikuti perubahan harga saham di pasar. Oleh karena itu, perhitungan NAB menunggu penutupan bursa. Praktis, NAB hari ini belum tentu sama dengan NAB besok, dan seterusnya. Dengan demikian, nilai dana yang diterima oleh investor yang melakukan redemption sebelum pukul 13.00 WIB dengan investor yang melakukan redemption setelah pukul 13.00 WIB akan berbeda. Adapun pembayaran redemption dilakukan sesegera mungkin, selambat-lambatnya diterima oleh investor tujuh hari bursa sejak dokumen permintaan penjualan kembali telah lengkap dan diterima dengan baik (in complete application) oleh manajer investasi. Berkaitan dengan redemption ini, ada biaya yang harus ditanggung oleh pemegang unit reksa dana. Besarnya biaya itu tidak sama antara manajer investasi yang satu dengan yang lain. Bahkan, ada manajer investasi yang tidak memungut biaya redemption, yaitu khusus untuk pemegang unit reksadana yang sudah memegang reksa dana tersebut selama beberapa tahun. Selain itu, masih ada biaya lain seperti biaya transfer dan pajak. Biaya redemption ini jangan diartikan sebagai biaya atau komisi untuk manajer investasi. Biaya redemption lebih bertujuan agar pemegang unit reksa dana tidak cepat-cepat menarik dananya dari reksa dana. Oleh karena itu, jangan heran jika biaya redemption bagi pemegang unit reksa dana yang belum genap satu tahun berbeda atau lebih tinggi biayanya dibandingkan dengan pemegang reksa dana yang bersedia menyimpan reksa dananya selama beberapa tahun. (//ade)
... update: sekarang reksa dana bisa dibeli ONLINE, lewat manajer investasi tertentu atawa agen penjual seperti bank tertentu ... secara online, berarti bisa dilakukan subscription dan redemption langsung per online internet ... syarat dan ketentuan berlaku, khususnya soal waktu pencairan
Misalnya investor X membeli unit reksadana di sebuah perusahaan manajer investasi senilai Rp 100 juta pada saat ini, maka ia bisa menarik kapan saja dana miliknya yang Rp 100 juta tadi. Jika nilai aset bersih (NAB) dari reksadana yang dibelinya naik, maka dana yang diterima oleh investor X bukan Rp 100 juta tetapi lebih dari itu, tergantung seberapa besar tingkat pertumbuhan NAB dari reksadana tersebut. Sebaliknya, jika NAB dari reksadana itu merosot maka investor X akan menerima dana di bawah Rp 100 juta, tergantung besar kecilnya nilai kerugian yang diderita manajer investasi.
Fleksibilitas dalam penarikan dana inilah yang menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan uangnya di reksadana. Tentu banyak faktor lain yang ikut menentukan. Fleksibilitas dalam penarikan dana ini agak berbeda dibandingkan jika investasi di deposito. Dalam investasi di deposito, investor tidak bisa secara bebas, kapan saja mengambil atau mencairkan uangnya. Investor harus menunggu hingga masa jatuh tempo. Jika deposito jatuh tempo 18 Januari 2010 misalnya, maka investor harus mengikuti ketentuan itu. Jika pemilik dana ngotot mau dibayar, maka konsekwensinya akan terkena penalti.
Dengan kebebasan melakukan redemption, sebenarnya investasi di reksadana termasuk jenis investasi yang likuid. Artinya, jika investor sewaktu-waktu membutuhkan dana segar ia bisa mencairkannya dengan melakukan redemption.
Sejumlah perusahaan manajer investasi memiliki aturan sendiri-sendiri tentang prosedur redemption. Tapi umumnya prosedur yang diterapkan sama antara manajer investasi yang satu dengan yang lain. Misalnya, beberapa perusahaan manajer investasi memberlakukan ketentuan redemption fee untuk dana yang mengendap belum lebih dari satu tahun. Tapi untuk dana yang sudah dikelola lebih dari satu tahun kebanyakan manajer investasi tidak memungut redemption fee. Investor reksadana hanya membayar beberapa hal seperti biaya transfer dana (jika ada).
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh investor yang akan melakukan redemption adalah soal besaran Nilai Aset Bersih (NAB) atau Nett Asset Value (NAV). Nilai NAB reksadana selalu berubah setiap hari mengikuti perkembangan pasar.
Dalam peraturan Bapepam disebutkan ada dua patokan NAB yang dipergunakan untuk perhitungan. Jika redemption diajukan sebelum pukul 13.00 maka perhitungan NAB menggunakan data penutupan NAB hari bursa saat itu juga. Kedua, jika redemption diajukan di atas pukul 13.00 maka dasar perhitungan NAB menggunakan data NAB penutupan hari bursa berikutnya.
Ilustrasinya begini. Pada awal tahun 2008, investor X membeli 1 juta unit reksadana ABC dengan nilai nominal 1000. Karena investor X membeli saat penawaran perdana, maka NAB per unit dari reksadana ABC adalah Rp 1.000. Nah pada pertengahan 2009 lalu, persisnya tanggal 18 September 2009, investor X berniat melakukan redemption, melepas semua unit reksadana yang dibelinya. Formulir redemption diajukan pada pukul 12.00. Mengacu pada penutupan bursa hari itu, NAB unit reksadana ABC berada di posisi Rp 2.075 per unit.
Nah, nilai Rp 2.075 inilah yang menjadi dasar perhitungan redemption untuk investor X. Artinya, melalui redemption itu, investor X akan menerima dana sebesar Rp 2,075 miliar dengan asumsi tidak ada redemption fee. Tapi, jika X mengajukan redemption di atas pukul 13.00, maka nilai uang yang akan diterima tergantung pada NAB penutupan bursa esok harinya. (Tim BEI) (//rhs) Redemption Senin, 28 November 2011 08:51 wib okezone Setiap orang pasti mengalami situasi di mana ia membutuhkan dana secara mendadak. Kebutuhan mendadak itu bisa disebabkan oleh berbagai alasan. Misalnya, ada penawaran barang dengan harga super diskon sehingga mengundang nafsu untuk membelinya, kewajiban utang yang jatuh tempo, kebutuhan sekolah anak, terkena musibah, dan sejenisnya. Kebutuhan dana itu harus segera dipenuhi. Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi seperti itu sangat wajar dan masuk akal. Karenanya, bagi mereka yang memiliki penghasilan lebih dan ingin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk investasi, disarankan untuk memilih instrumen investasi yang sifatnya likuid. Artinya, jika ada kebutuhan dana yang sifatnya darurat, maka investasi tadi bisa dicairkan dengan cepat, tanpa ada sanksi penalti. Instrumen seperti itu ada di pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Pencairan dana pada instrumen investasi berupa saham atau obligasi sifatnya sangat sederhana. Tinggal menjualnya ke pasar, maka instrumen saham atau obligasi bisa langsung dicairkan menjadi uang. Namun, jika instrumen investasinya berupa unit penyertaan reksa dana, maka ada prosedur yang harus diikuti oleh pemegang unit reksa dana atau investor untuk menjual kembali unit reksa dananya. Istilahnya, ada prosedur tersendiri bagi investor untuk melakukan redemption. Prosedur redemption itu diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No. IV. B.1 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Dalam peraturan itu disebutkan, bagi pemegang unit reksa dana yang akan melakukan redemption, harus mengisi formulir redemption atau penjualan kembali dan menyerahkannya kepada manajer investasi. Formulir redemption yang diserahkan sampai dengan pukul 13.00 WIB wajib diproses menggunakan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana yang dihitung berdasarkan penutupan bursa pada hari itu. Jika berdasarkan penutupan bursa hari itu NAB reksa dana misalnya seharga Rp2.340 per unit, maka nilai redemption investor ditetapkan dengan NAB Rp2.340. Jika investor memiliki 100 ribu lembar unit reksadana, maka ia akan menerima uang sebesar Rp234 juta. Selanjutnya, jika formulir redemption diterima oleh manajer investasi di atas pukul 13.00 WIB, maka formulir tersebut wajib diproses dengan menggunakan NAB reksa dana yang ditetapkan berdasarkan akhir hari bursa berikutnya. Perlu dipahami bahwa nilai NAB reksa dana setiap hari selalu berubah mengikuti perubahan harga instrumen investasinya. Untuk reksa dana saham misalnya, nilai NAB akan mengikuti perubahan harga saham di pasar. Oleh karena itu, perhitungan NAB menunggu penutupan bursa. Praktis, NAB hari ini belum tentu sama dengan NAB besok, dan seterusnya. Dengan demikian, nilai dana yang diterima oleh investor yang melakukan redemption sebelum pukul 13.00 WIB dengan investor yang melakukan redemption setelah pukul 13.00 WIB akan berbeda. Adapun pembayaran redemption dilakukan sesegera mungkin, selambat-lambatnya diterima oleh investor tujuh hari bursa sejak dokumen permintaan penjualan kembali telah lengkap dan diterima dengan baik (in complete application) oleh manajer investasi. Berkaitan dengan redemption ini, ada biaya yang harus ditanggung oleh pemegang unit reksa dana. Besarnya biaya itu tidak sama antara manajer investasi yang satu dengan yang lain. Bahkan, ada manajer investasi yang tidak memungut biaya redemption, yaitu khusus untuk pemegang unit reksadana yang sudah memegang reksa dana tersebut selama beberapa tahun. Selain itu, masih ada biaya lain seperti biaya transfer dan pajak. Biaya redemption ini jangan diartikan sebagai biaya atau komisi untuk manajer investasi. Biaya redemption lebih bertujuan agar pemegang unit reksa dana tidak cepat-cepat menarik dananya dari reksa dana. Oleh karena itu, jangan heran jika biaya redemption bagi pemegang unit reksa dana yang belum genap satu tahun berbeda atau lebih tinggi biayanya dibandingkan dengan pemegang reksa dana yang bersedia menyimpan reksa dananya selama beberapa tahun. (//ade)
... update: sekarang reksa dana bisa dibeli ONLINE, lewat manajer investasi tertentu atawa agen penjual seperti bank tertentu ... secara online, berarti bisa dilakukan subscription dan redemption langsung per online internet ... syarat dan ketentuan berlaku, khususnya soal waktu pencairan
Minggu, 21 September 2014
schroder indonesia @57 T n THE AWARD ... 061213_210914
JAKARTA kontan. Sebagai bentuk kepedulian terhadap
dunia pendidikan, perusahaan manajer investasi PT Schroder Investment
Management Indonesia menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Prasetiya Mulya.
Dalam kerjasama ini Schroder bakal mengajarkan materi investasi yang dimasukkan dalam kurikulum pengajaran STIE Prasetiya Mulya. Kerja sama berlangsung selama 3 tahun ke depan.
Nantinya, Schroder Indonesia akan mengisi tempat sebagai dosen tamu di lembaga pendidikan tersebut, mengajarkan materi kuliah seperti investment, portfolio management, personal finance dan risk management.
Presiden Direktur Schroder Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan, kerjasama menjadi salah satu langkah Schroder Indonesia mengedukasi dan sosialisasi dunia investasi kepada mahasiswa. "Sehingga mahasiswa memiliki minat tinggi untuk dapat membangun industri pengelolaan investasi," tambah Michael.
Ia juga mengatakan Schroder Indonesia akan membantu pengembangan model laboratorium yang akan digunakan STIE Prasetiya Mulya sebagai sarana praktikum manajemen investasi.
Ketua STIE Prasetiya Mulya Djoko Wintoro menambahkan kerja sama ini akan mengembangkan kesempatan belajar mahasiswa dan juga membangun kurikulum investasi. "Mahasiswa dapat berdiskusi tentang praktik investasi dalam konteks Indonesia dan global," tambahnya.
Dalam kerjasama ini Schroder bakal mengajarkan materi investasi yang dimasukkan dalam kurikulum pengajaran STIE Prasetiya Mulya. Kerja sama berlangsung selama 3 tahun ke depan.
Nantinya, Schroder Indonesia akan mengisi tempat sebagai dosen tamu di lembaga pendidikan tersebut, mengajarkan materi kuliah seperti investment, portfolio management, personal finance dan risk management.
Presiden Direktur Schroder Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan, kerjasama menjadi salah satu langkah Schroder Indonesia mengedukasi dan sosialisasi dunia investasi kepada mahasiswa. "Sehingga mahasiswa memiliki minat tinggi untuk dapat membangun industri pengelolaan investasi," tambah Michael.
Ia juga mengatakan Schroder Indonesia akan membantu pengembangan model laboratorium yang akan digunakan STIE Prasetiya Mulya sebagai sarana praktikum manajemen investasi.
Ketua STIE Prasetiya Mulya Djoko Wintoro menambahkan kerja sama ini akan mengembangkan kesempatan belajar mahasiswa dan juga membangun kurikulum investasi. "Mahasiswa dapat berdiskusi tentang praktik investasi dalam konteks Indonesia dan global," tambahnya.
Editor: Uji Agung Santosa
INILAHCOM, Jakarta - PT Schoder Indonesia mengelola dana kelolaan hingga Agustus mencapai Rp57 triliun.
"Kelolaan dana mencapai Rp57 triliun sampai Agustus," ujar Presiden Direktur PT Schoder Indonesia, Michael T Tjoajadi saat partnership announcement dengan STIE Prasetya Mulya di Jakarta, Jumat (19/9/2014).
Michael mengharapkan dana kelolaan sampai akhir tahun kisaran Rp57 triliun. Ini tidak akan naik kembali. Sebab market memang selalu bergejolak. "Kenapa karena kita prediksi market fluktuasi ada beberapa penarikan terjadi," katanya.
Sebenarnya dana kelolaan ini lebih tinggi realisasi 2013 yang hanya kisaran Rp52 triliun. "Kalau reksadananya dana kelolaan hanya Rp38 triliun dari Rp57 triliun," katanya. [hid]
Bisnis.com, JAKARTA—PT Schroder Investment Management Indonesia mengumumkan jumlah dana kelolaan reksa dana Schroder Dynamic Balanced Fund per 12 Agustus 2014 telah mencapai Rp35,56 miliar.
Reksa dana Schroder Dynamic Balanced Fund telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan surat nomor S-244/D.04/2014 tertanggal 22 Mei 2014.
Seperti tertuang dalam pengumuman yang dikutip, Minggu (17/8/2014), produk reksa dana baru besutan Schroder ini mulai ditawarkan sejak 10 Juni 2014.
Seperti dikutip dari data OJK, Schroder mengantongi izin usaha sebagai manajer investasi pada 25 April 1997 melalui surat nomor KEP-04/PM/MI/1997.
Editor : Rustam Agus
Sembilan CEO Terpilih sebagai Tokoh Finansial Indonesia 2013 Rabu, 4 Desember 2013 | 21:41 investor daily JAKARTA- Sebanyak 9 CEO berprestasi dari berbagai sektor usaha terpilih sebagai Tokoh Finansial Indonesia (TFI) 2013 dari Majalah Investor. Empat CEO, masing-masing dari kategori listed company, securities company, insurance company, dan multifinance company, dinobatkan sebagai ‘Top Executive 2013’. Sementara itu dua CEO dari industri perbankan meraih penghargaan sebagai ‘Top Banker 2013, dan satu CEO Fund Manager terpilih sebagai ‘Top Fund Manager 2013’. Dewan Juri juga sepakat memberi penghargaan untuk dua CEO BUMN Non Listed sebagai 'Agent of Development', karena dinilai mempunyai kontribusi signifikan di lingkungan perusahaan milik pemerintah. Kesembilan CEO yang meraih penghargaan tahunan ini adalah Bernadette Ruth Irawati Setiady, CEO PT Kalbe Farma Tbk yang dinobatkan sebagai Top Executive Listed Company 2013, Michael Steven, CEO PT Kresna Graha Sekurindo Tbk sebagai Top Executive Securities Company 2013. Sementara itu, penghargaan untuk Top Fund Manager 2013 kembali diraih Michael Tjoajadi, CEO PT Schroder Investment Management Indonesia. William Kuan, CEO PT Prudential Life Assurance terpilih sebagai Top Executive Insurance Company 2013 dan Roni Haslim, CEO PT BCA Finance kembali dikukuhkan sebagai Top Executive Multifinance Company 2013, seperti yang pernah diraihnya tahun lalu. Sedangkan CEO Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaamadja terpilih sebagai ‘Top National Banker 2013 dan penghargaan untuk Top Regional Banker 2013 jatuh pada Komari Subakir, CEO Bank NTB. Tahun ini, Dewan Juri menetapkan hanya satu kandidat sekaligus pemenang untuk Top Regional Banker 2013. Pada proses penentuan kandidat dan pemenang, Dewan Juri mengacu pada tema: “Inovasi di Tengah Ketidakpastian Global.” CEO yang terpilih merupakan figur yang dinilai berhasil mengusung inovasi atau pun strategi baru pada bisnis perusahaan sehingga tetap menuai kinerja positif, di tengah perlambatan ekonomi dunia maupun Indonesia. Para CEO terpilih dinilai punya kontribusi penting pada industri yang digeluti perusahaan dan layak menjadi panutan. Apresiasi khusus buat para CEO ini diserahkan pada Malam Penganugerahan Tokoh Finansial Indonesia 2013, Rabu (4/12), di The Ritz-Carlton Grand Ballroom, Mega Kuningan, Jakarta. TFI ke-10 Penghargaan untuk para CEO berprestasi oleh Majalah Investor tahun ini merupakan yang ke-10. Direktur Berita Satu Media Holdings (penerbit Majalah Investor) Primus Dorimulu, mengatakan, penghargaan untuk para CEO tahun ini mengambil tema khusus untuk memotivasi para pelaku industri finansial agar terpacu membawa langkah terobosan bagi kemajuan industri, melalui masing-masing perusahaan yang dipimpin. “Terobosan bisnis sangat diperlukan di tengah ketidakpastian global. Dengan begitu, para CEO bisa memberikan kontribusi bagi kelanjutan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah tantangan perlambatan ekonomi global,” ujar Primus Dorimulu. Proses Seleksi Proses penjurian TFI berlangsung sejak awal Oktober hingga akhir November 2013. Setiap tahun ada tema khusus yang menjadi penekanan dalam penilaian untuk para CEO yang berprestasi. Khusus tahun ini, Dewan Juri menetapkan tema: “Inovasi di Tengah Ketidakpastian Global". Tujuannya merangsang para CEO untuk mencari langkah terobosan untuk kemajuan perusahaan sekaligus sumbangan bagi perkembangan industri yang digarap. Sisi good corporate governance (GCG) dan corporate social responsibility (CSR) tak luput dari perhatian. Tim juri dipilih dari para profesional yang pernah berkarier di lingkungan finansial, dan para praktisi keuangan, yakni Aviliani, ekonom, Ronald T Andy Kasim, direktur utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Hotbonar Sinaga, mantan direktur utama PT Jamsostek (Persero), Budi W Soetjipto PhD, dekan Sampoerna Business School, Gatut Subadio, ketua umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, D Aditya Sumanagara, mantan CEO PT Aneka Tambang Tbk, dan Primus Dorimulu, pemimpin redaksi Majalah Investor. Atas kesepakatan Tim Juri, seleksi awal ditetapkan berdasarkan atas kinerja finansial pada masing-masing sektor. Pendekatan yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah improvement, dan achievement untuk adjustment penilaian, mengacu pada kinerja tahun Juni 2013. Setiap sektor dinilai berdasarkan kriteria masing-masing yang paling mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Majalah Investor juga mengadakan polling untuk memberikan kesempatan kepada pelaku pasar finansial ikut memilih CEO yang dinilai memiliki kualifikasi untuk ditokohkan di industri masing-masing. Hasil polling digunakan untuk menyeleksi CEO perusahaan finansial yang memiliki kinerja perusahaan terbaik menjadi tiga besar yang akhirnya dinobatkan sebagai ‘Peraih Nominasi Tokoh Finansial Indonesia 2013’. Para CEO yang dinobatkan menjadi ‘Tokoh Finansial Indonesia 2013’ dipilih atas dasar penilaian kinerja finansial, hasil polling, dan penilaian juri dengan bobot masing-masing 40%, 20%, dan 40%. Tim juri melakukan sejumlah adjustment atas kelayakan para CEO yang tahun ini meraih predikat ‘Top Executive of Listed Company’, ‘Top Executive of Securities Company’, ‘Top Executive of Insurance Company’, ‘Top Executive of Multifinance Company’, ‘Top National Banker’, Top Regional Banker’, Top Fund Manager, dan 'Agent of Development of Non Listed Owned Enterprise. (*/gor)
Dana Kelolaan Schroders di RI Capai Rp55 triliun Vega Aulia Pradipta - Senin, 22 Juli 2013, 20:38 WIB bisnis.com
JAKARTA - Jumlah dana kelolaan reksa dana Schroders di Indonesia per Juni 2013 sudah mencapai Rp55 triliun, sejak pertama kali diperkenalkan pada 2000.
Yudhi Rangkuti, Internmediary Business Schroders, mengatakan investor reksa dana Schroders saat ini paling banyak atau 40% adalah investor reksa dana saham. Sayangnya ia tidak ingat berapa jumlah dana kelolaan reksa dana pada 2000.
“Saat ini kami ada sekitar 10—11 produk reksa dana, semester dua nanti kemungkinan kami akan keluarkan sekitar 1—2 produk reksa dana baru,” ujarnya dalam paparan di bursa efek Indonesia hari ini, Senin (22/7/2013).Yudhi mengatakan dengan terkoreksinya indeks belakangan ini, tentu mempengaruhi besaran dana kelolaan reksa dana milik Schroders. Namun menurut Yudhi, masyarakat Indonesia kini sudah relatif lebih mengerti tujuan investasi, bahwa saat market sedang turun seperti sekarang ini justru adalah waktunya beli produk reksa dana.
“Market koreksi, tentu ada pengaruhnya ke dana kelolaan tapi ngga signifikan. Tapi selama masih ada yang beli reksa dana kami, berarti tetap ada dana yang masuk,” ujarnya.Sementara itu terkait dengan naiknya suku bunga acuan (BI rate), Yudhi mengatakan Schroders melakukan perubahan pemilihan saham untuk produk reksa dana saham.
“Kenaikan BI rate, kami lihat dari sisi kami investasinya di mana. Untuk reksa dana saham kami kurangi porsi saham yang ada kaitannya dengan kenaikan BI rate atau yang interest rate sensitive seperti saham-saham multifinance dan properti,” ujarnya.Selanjutnya, pemilihan saham dialihkan ke sektor consumer oriented, telekomunikasi, dan media. Yudhi mengatakan reksa dana saham adalah jenis reksa dana yang memiliki return paling tinggi, sekaligus risiko yang juga paling tinggi dibandingkan dengan produk reksa dana lain.
Reksa dana sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak 1995, relatif lebih muda dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Singapura, Hongkong, dan Amerika Serikat. Yudhi menegaskan reksa dana memberi akses kepada investor yang relatif kecil, untuk bisa menikmati hasil investasi di pasar modal.Secara umum, reksa dana ada empat jenis yaitu reksa dana konvensional, reksa dana terstruktur, ETF (Exchangeable Traded Fund), dan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT). Reksa dana konvensional adalah jenis yang paling umum, terdiri dari reksa dana saham, reksa dana campuran (saham dan obligasi), reksa dana pendapatan tetap, serta reksa dana pasar uang. Editor : Sutarno
Rabu, 17 September 2014
IHSG (indeks harga saham gabungan)
ekspektasi positif pasca pilpres @IHSG
... sudah umum ihsg menjadi pembanding tren fluktuasi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham
ekspektasi ke 5300 neh IHSG per Sep-Okt 2014, seh
menuju IHSG @7k AKA 7000 setidaknya dalam 2 taon, mungkin kah
... sudah umum ihsg menjadi pembanding tren fluktuasi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham
ekspektasi ke 5300 neh IHSG per Sep-Okt 2014, seh
menuju IHSG @7k AKA 7000 setidaknya dalam 2 taon, mungkin kah
RD PU dengan NAB FLUKTUATIF, mau... 051212_170914
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Penurunan suku bunga deposito perbankan ikut berimbas terhadap
reksadana pasar uang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat reksadana
pasar uang membukukan penjualan kembali atau net redemption terbesar di
antara jenis reksadana lain, yakni senilai Rp 704 miliar secara month on
month per 11 September 2014.
Padahal, total dana kelolaan reksadana pada periode yang sama naik sebesar Rp 1,01 triliun. Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan nilai portofolio investasi sebesar Rp 289 miliar dan pembelian oleh investor alias net subscription Rp 721 miliar.
OJK mencatat, total dana kelolaan reksadana pasar uang hingga pekan pertama September 2014 naik menjadi Rp 18,15 triliun dibandingkan akhir Agustus yang mencapai Rp 17,29 triliun.
Sedangkan pada pekan pertama bulan Agustus 2014 lalu, dana kelolaan reksadana pasar uang mencapai Rp 17,55 triliun.
Banyaknya investor yang melakukan redemption bisa jadi merupakan imbas layunya suku bunga deposito. "Ada indikasi beberapa bank besar menurunkan suku bunga deposito mereka," kata Hans Kwee, analis Investa Saran Mandiri, Senin (15/9).
Seperti diketahui, aset dasar reksadana pasar uang berisi deposito dan produk pasar uang lainnya. Penurunan suku bunga deposito otomatis ikut menyeret return reksadana pasar uang sehingga menjadi tidak menarik.
Prospek kredit yang lesu memang memaksa bank memangkas bunga deposito nasabah. Tujuannya, mengurangi beban bunga agar margin tetap tebal. Bank Central Asia (BCA), misalnya memangkas suku bunga deposito sebesar 50 basis poin dari posisi 9 persen menjadi 8,1 persen mulai 1 September 2014. Demikian juga dengan CIMB Niaga yang telah menurunkan bunga simpanan kakap alias special rate ke level 8,5 persen hingga 9,5 persen.
Investasi jangka pendek
Sementara itu, Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto mengakui, sepanjang Agustus 2014 lalu terjadi net redemption mencapai Rp 6,7 miliar di reksadana pasar uang yang ia kelola. Dana kelolaan reksadana pasar uang racikannya bernama Panin Dana Likuid menyusut menjadi Rp 55,5 miliar pada akhir Agustus atau turun dibandingkan posisi Juli yang mencapai Rp 61,9 miliar.
"Nasabah reksadana pasar uang memang masuk untuk jangka pendek. Jadi bukan hal yang aneh apabila baru satu hingga dua bulan langsung ditarik," kata Rudiyanto.
Alasan penarikan dana juga karena investor beralih ke instrumen lain yang lebih menarik, seperti saham. "Atau bisa juga keluar dari reksadana pasar uang untuk membayar berbagai kebutuhan," kata Rudiyanto.
Viliawati, Analis PT Infovesta Utama, menduga, aksi redemption di reksadana pasar uang dipengaruhi oleh kebutuhan dana investor. Menurut dia, reksadana pasar uang merupakan instrumen investasi yang berfungsi mengamankan investasi secara jangka pendek sekitar satu tahun atau kurang. Oleh karena itu, investor akan menarik dana saat membutuhkan kas.
Adanya alternatif investasi yang lebih menarik juga bisa memicu aksi redemption di reksadana pasar uang. Berbeda dengan jenis reksadana lain, seperti reksadana saham, investor melakukan subscription atau redemption berdasarkan kondisi pasar.
"Pada reksadana pasar uang, aksi investor umumnya lebih dipicu oleh kebutuhan dana investor," ujar Viliawati. Tapi ia memperkirakan, tren redemption tersebut hanya berlangsung sebentar. (Wahyu Satriani Wulan)
JAKARTA. Akan ada pemandangan baru kelak, ketika Anda, para investor reksadana pasar uang, mengecek kinerja portofolio investasi Anda. Jangan kaget saat nilai aktiva bersih (NAB) reksadana pasar uang yang biasanya anteng di level Rp 1.000 per unit menjadi bergerak fluktuatif sebagaimana reksadana konvensional umumnya. Pasal yang mengubah adalah aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yang dirilis beberapa waktu lalu. Perubahan itu tertuang dalam aturan IV.C.3, tentang Pedoman Pengumuman Harian NAB Reksadana Terbuka.
Aturan itu mewajibkan, mulai tahun depan, NAB reksadana pasar uang dihitung berdasarkan nilai pasar wajar dari efek yang menjadi aset dasarnya (underlying assets). Alhasil, NAB per unit penyertaan reksadana pasar uang akan bergerak seturut nilai pasar wajar aset dasarnya. Jadi, ketika nanti kinerja aset dasarnya buruk, NAB reksadana pasar uang (money market fund) berisiko ikut terpuruk. Demikian juga terjadi sebaliknya.
Boleh jadi, sebagian dari Anda yang menjadi investor reksadana jenis ini bertanya-tanya: Adakah hal itu menjadikan risiko berinvestasi di reksadana pasar uang turut meningkat? “Menurut saya, aturan baru ini justru membuat kinerja reksadana pasar uang menjadi lebih transparan,” ujar Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama, lembaga riset pasar modal.
Investor bisa memonitor kinerja reksadana pasar uang dengan lebih leluasa. Tingkat kelihaian manajer investasi (MI) dalam mengelola dana para investor akan lebih terpantau. Misalnya saja, ketika kinerja aset dasar bagus namun NAB reksadana pasar uang Anda malah jeblok, tentu Anda sebagai investor bisa menimbang lagi keputusan berinvestasi di produk tersebut.
Bagi MI, aturan baru ini dinilai bisa mengembalikan reksadana pasar uang ke “khitah”. “Reksadana pasar uang bukanlah deposito yang hasilnya pasti dengan tenor tetap,” tandas Winston Sual, Presiden Direktur Panin Asset Management.
Aturan yang ada selama ini mengasumsikan ada amortisasi atas premium atau diskonto atas obligasi. Cara itu berpangkal dari anggapan bahwa obligasi akan dipegang hingga jatuh tempo. Padahal faktanya, investor bisa menjual reksadana pasar uang sewaktu-waktu dia membutuhkan. Dengan demikian, ada peluang instrumen obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pasar uang akan dijual sebelum jatuh tempo.
Dengan metode baru, pandangan awam bahwa reksadana pasar uang bersifat tetap alias tidak berkurang nilainya seperti deposito, bisa dihapuskan. Reksadana pasar uang, sama halnya reksadana umumnya, merupakan produk investasi yang berisiko rugi. Sebaliknya, produk ini juga berpeluang memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada deposito.
Pastikan bebas biaya
Bukan cuma soal penghitungan NAB yang berubah. Bapepam-LK juga memperjelas varian efek yang bisa dijadikan aset dasar reksadana pasar uang.
Meski sudah banyak digunakan menjadi underlying assets reksadana pasar uang, deposito selama ini kerap dipertanyakan tingkat kehalalannya sebagai aset dasar. Maklumlah, dalam aturan sebelumnya yang dirilis tahun 1997, definisi reksadana pasar uang adalah reksadana yang berinvestasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
Sedangkan deposito, bagi beberapa kalangan, masih sulit dikategorikan sebagai efek utang. Nah, dalam aturan terbaru, Bapepam-LK menegaskan, underlying asset reksadana pasar uang termasuk efek utang yang diterbitkan dengan jangka waktu tak lebih dari setahun. Lalu, efek utang yang sisa jatuh temponya tak lebih dari 1 tahun. Ditambah, instrumen pasar uang dalam negeri.
Dengan begitu, MI tak melulu menempatkan aset reksadananya di obligasi jangka pendek. Instrumen pasar uang cukup beragam. Di antaranya, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito, Commercial Paper, dan sebagainya.
Regulator juga menegaskan lagi pelarangan bagi MI menarik biaya pembelian dan biaya penjualan reksadana pasar uang.
Berdasarkan pengamatan KONTAN, sejauh ini memang jarang ada produk reksadana pasar uang yang dibebani biaya pembelian dan penjualan. Ini sejatinya bukan hal istimewa.
Maklum saja, return reksadana pasar uang terbilang mini dibanding reksadana lainnya. Pembebanan biaya hanya akan membuat return makin kecil. Ujung-ujungnya, produk kian tak menarik bagi investor.
Perubahan beberapa aturan reksadana pasar uang itu agaknya belum akan berpengaruh signifikan terhadap prospek kinerjanya nanti. Edbert memperkirakan, yield reksadana pasar uang tahun depan berkisar 3%-5% per tahun, seperti saat ini.
Fadlul Imansyah, VP Investment CIMB Principal Asset Management, mengaku, CIMB Niaga telah menggelar simulasi penerapan aturan baru itu. “NAB berubah, namun tidak signifikan,” jelas dia.
Ya, asal return tetap molek, fluktuasi NAB tentu tak masalah bagi investor, bukan?
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 10 - XVII, 2012 Reksadana
Padahal, total dana kelolaan reksadana pada periode yang sama naik sebesar Rp 1,01 triliun. Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan nilai portofolio investasi sebesar Rp 289 miliar dan pembelian oleh investor alias net subscription Rp 721 miliar.
OJK mencatat, total dana kelolaan reksadana pasar uang hingga pekan pertama September 2014 naik menjadi Rp 18,15 triliun dibandingkan akhir Agustus yang mencapai Rp 17,29 triliun.
Sedangkan pada pekan pertama bulan Agustus 2014 lalu, dana kelolaan reksadana pasar uang mencapai Rp 17,55 triliun.
Banyaknya investor yang melakukan redemption bisa jadi merupakan imbas layunya suku bunga deposito. "Ada indikasi beberapa bank besar menurunkan suku bunga deposito mereka," kata Hans Kwee, analis Investa Saran Mandiri, Senin (15/9).
Seperti diketahui, aset dasar reksadana pasar uang berisi deposito dan produk pasar uang lainnya. Penurunan suku bunga deposito otomatis ikut menyeret return reksadana pasar uang sehingga menjadi tidak menarik.
Prospek kredit yang lesu memang memaksa bank memangkas bunga deposito nasabah. Tujuannya, mengurangi beban bunga agar margin tetap tebal. Bank Central Asia (BCA), misalnya memangkas suku bunga deposito sebesar 50 basis poin dari posisi 9 persen menjadi 8,1 persen mulai 1 September 2014. Demikian juga dengan CIMB Niaga yang telah menurunkan bunga simpanan kakap alias special rate ke level 8,5 persen hingga 9,5 persen.
Investasi jangka pendek
Sementara itu, Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto mengakui, sepanjang Agustus 2014 lalu terjadi net redemption mencapai Rp 6,7 miliar di reksadana pasar uang yang ia kelola. Dana kelolaan reksadana pasar uang racikannya bernama Panin Dana Likuid menyusut menjadi Rp 55,5 miliar pada akhir Agustus atau turun dibandingkan posisi Juli yang mencapai Rp 61,9 miliar.
"Nasabah reksadana pasar uang memang masuk untuk jangka pendek. Jadi bukan hal yang aneh apabila baru satu hingga dua bulan langsung ditarik," kata Rudiyanto.
Alasan penarikan dana juga karena investor beralih ke instrumen lain yang lebih menarik, seperti saham. "Atau bisa juga keluar dari reksadana pasar uang untuk membayar berbagai kebutuhan," kata Rudiyanto.
Viliawati, Analis PT Infovesta Utama, menduga, aksi redemption di reksadana pasar uang dipengaruhi oleh kebutuhan dana investor. Menurut dia, reksadana pasar uang merupakan instrumen investasi yang berfungsi mengamankan investasi secara jangka pendek sekitar satu tahun atau kurang. Oleh karena itu, investor akan menarik dana saat membutuhkan kas.
Adanya alternatif investasi yang lebih menarik juga bisa memicu aksi redemption di reksadana pasar uang. Berbeda dengan jenis reksadana lain, seperti reksadana saham, investor melakukan subscription atau redemption berdasarkan kondisi pasar.
"Pada reksadana pasar uang, aksi investor umumnya lebih dipicu oleh kebutuhan dana investor," ujar Viliawati. Tapi ia memperkirakan, tren redemption tersebut hanya berlangsung sebentar. (Wahyu Satriani Wulan)
Harganya tidak lagi bertahan di seribu perak
Oleh Ruisa Khoiriyah, Dessy Rosalina - Rabu, 05 Desember 2012 | 15:31 WIB
JAKARTA. Akan ada pemandangan baru kelak, ketika Anda, para investor reksadana pasar uang, mengecek kinerja portofolio investasi Anda. Jangan kaget saat nilai aktiva bersih (NAB) reksadana pasar uang yang biasanya anteng di level Rp 1.000 per unit menjadi bergerak fluktuatif sebagaimana reksadana konvensional umumnya. Pasal yang mengubah adalah aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yang dirilis beberapa waktu lalu. Perubahan itu tertuang dalam aturan IV.C.3, tentang Pedoman Pengumuman Harian NAB Reksadana Terbuka.
Aturan itu mewajibkan, mulai tahun depan, NAB reksadana pasar uang dihitung berdasarkan nilai pasar wajar dari efek yang menjadi aset dasarnya (underlying assets). Alhasil, NAB per unit penyertaan reksadana pasar uang akan bergerak seturut nilai pasar wajar aset dasarnya. Jadi, ketika nanti kinerja aset dasarnya buruk, NAB reksadana pasar uang (money market fund) berisiko ikut terpuruk. Demikian juga terjadi sebaliknya.
Boleh jadi, sebagian dari Anda yang menjadi investor reksadana jenis ini bertanya-tanya: Adakah hal itu menjadikan risiko berinvestasi di reksadana pasar uang turut meningkat? “Menurut saya, aturan baru ini justru membuat kinerja reksadana pasar uang menjadi lebih transparan,” ujar Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama, lembaga riset pasar modal.
Investor bisa memonitor kinerja reksadana pasar uang dengan lebih leluasa. Tingkat kelihaian manajer investasi (MI) dalam mengelola dana para investor akan lebih terpantau. Misalnya saja, ketika kinerja aset dasar bagus namun NAB reksadana pasar uang Anda malah jeblok, tentu Anda sebagai investor bisa menimbang lagi keputusan berinvestasi di produk tersebut.
Bagi MI, aturan baru ini dinilai bisa mengembalikan reksadana pasar uang ke “khitah”. “Reksadana pasar uang bukanlah deposito yang hasilnya pasti dengan tenor tetap,” tandas Winston Sual, Presiden Direktur Panin Asset Management.
Aturan yang ada selama ini mengasumsikan ada amortisasi atas premium atau diskonto atas obligasi. Cara itu berpangkal dari anggapan bahwa obligasi akan dipegang hingga jatuh tempo. Padahal faktanya, investor bisa menjual reksadana pasar uang sewaktu-waktu dia membutuhkan. Dengan demikian, ada peluang instrumen obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pasar uang akan dijual sebelum jatuh tempo.
Dengan metode baru, pandangan awam bahwa reksadana pasar uang bersifat tetap alias tidak berkurang nilainya seperti deposito, bisa dihapuskan. Reksadana pasar uang, sama halnya reksadana umumnya, merupakan produk investasi yang berisiko rugi. Sebaliknya, produk ini juga berpeluang memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada deposito.
Pastikan bebas biaya
Bukan cuma soal penghitungan NAB yang berubah. Bapepam-LK juga memperjelas varian efek yang bisa dijadikan aset dasar reksadana pasar uang.
Meski sudah banyak digunakan menjadi underlying assets reksadana pasar uang, deposito selama ini kerap dipertanyakan tingkat kehalalannya sebagai aset dasar. Maklumlah, dalam aturan sebelumnya yang dirilis tahun 1997, definisi reksadana pasar uang adalah reksadana yang berinvestasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
Sedangkan deposito, bagi beberapa kalangan, masih sulit dikategorikan sebagai efek utang. Nah, dalam aturan terbaru, Bapepam-LK menegaskan, underlying asset reksadana pasar uang termasuk efek utang yang diterbitkan dengan jangka waktu tak lebih dari setahun. Lalu, efek utang yang sisa jatuh temponya tak lebih dari 1 tahun. Ditambah, instrumen pasar uang dalam negeri.
Dengan begitu, MI tak melulu menempatkan aset reksadananya di obligasi jangka pendek. Instrumen pasar uang cukup beragam. Di antaranya, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito, Commercial Paper, dan sebagainya.
Regulator juga menegaskan lagi pelarangan bagi MI menarik biaya pembelian dan biaya penjualan reksadana pasar uang.
Berdasarkan pengamatan KONTAN, sejauh ini memang jarang ada produk reksadana pasar uang yang dibebani biaya pembelian dan penjualan. Ini sejatinya bukan hal istimewa.
Maklum saja, return reksadana pasar uang terbilang mini dibanding reksadana lainnya. Pembebanan biaya hanya akan membuat return makin kecil. Ujung-ujungnya, produk kian tak menarik bagi investor.
Perubahan beberapa aturan reksadana pasar uang itu agaknya belum akan berpengaruh signifikan terhadap prospek kinerjanya nanti. Edbert memperkirakan, yield reksadana pasar uang tahun depan berkisar 3%-5% per tahun, seperti saat ini.
Fadlul Imansyah, VP Investment CIMB Principal Asset Management, mengaku, CIMB Niaga telah menggelar simulasi penerapan aturan baru itu. “NAB berubah, namun tidak signifikan,” jelas dia.
Ya, asal return tetap molek, fluktuasi NAB tentu tak masalah bagi investor, bukan?
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 10 - XVII, 2012 Reksadana
tren SCHRODER DANA ISTIMEWA kasar Vs ihsg Vs harga beras (2008-2014)
... per tgl 28 Februari 2014, perbandingan tren inflasi harga beras v. IHSG v. NAB schroder dana istimewa, ternyata RD ini maseh unggul walau sempat tertahan:
Rabu, 03 September 2014
RD campuran NEH ... 070513 / 030914
JAKARTAkontan . Berdasarkan data PT Infovesta
Utama, sepanjang delapan bulan pertama 2014, rata-rata tingkat
pengembalian reksadana campuran mencapai 14,22%. Bahkan, secara bulanan,
produk ini mencatatkan return tertinggi dibanding reksadana saham.
Rata-rata return reksadana campuran secara month-on-month sebesar 0,74%. Sedangkan, reksadana saham hanya 0,67%. Berikut reksadana campuran dengan return tertinggi year-on-year (yoy):
1. Pratama Berimbang: 41,77%
2. Kresna Flexima: 29,36%
3. Sucorinvest Flexi Fund: 25,41%
4. Nikko BUMN Plus: 25,38%
5. Prospera Balance: 24,55%
6. CIMB-Principal Balanced Strategic Plus: 24,35%
7. CIMB Principal Balanced Focus I: 24,26%
8. Kiwoom Indoensia Optimum Fund: 22,92%
9. NISP Flexigrowth: 22,7%
10. MNC Dana Kombinasi Icon: 21,54%
Rata-rata return reksadana campuran secara month-on-month sebesar 0,74%. Sedangkan, reksadana saham hanya 0,67%. Berikut reksadana campuran dengan return tertinggi year-on-year (yoy):
1. Pratama Berimbang: 41,77%
2. Kresna Flexima: 29,36%
3. Sucorinvest Flexi Fund: 25,41%
4. Nikko BUMN Plus: 25,38%
5. Prospera Balance: 24,55%
6. CIMB-Principal Balanced Strategic Plus: 24,35%
7. CIMB Principal Balanced Focus I: 24,26%
8. Kiwoom Indoensia Optimum Fund: 22,92%
9. NISP Flexigrowth: 22,7%
10. MNC Dana Kombinasi Icon: 21,54%
Editor: Edy Can
kontan JAKARTA. PT Infovesta Utama mencatat, reksadana campuran menorehkan kinerja positif sepanjang akhir Desember 2013 hingga 25 Juli 2014. Imbal hasil (return) rata-rata reksadana yang meracik portofolio saham dan obligasi ini sebesar 13,38%.
Dibandingkan dengan Juni 2014, rata-rata imbal hasil reksadana campuran bulan lalu juga positif, yakni sebesar 3,17%. Namun, ada sejumlah reksadana yang memiliki return jauh di atas rata-rata.
Berikut beberapa reksadana campuran yang memiliki return di atas rata-rata:
1. Kresna Flexima: 26,82%
2. CIMB-Principal Balanced Strategic Plus: 23,75%
3. Prospera Balance: 23,53%
4. Nikko BUMN Plus: 23,34%
5. CIMB Principal Balanced Focus I: 23,33%
6. NISP Flexigrowth: 22,55%
7. Kiwoom Indonesia Optimum Fund: 21,45%
8. First State Multistrategy Fund: 21,04%
9. Reksa Dana UGM CIMB-Principal Balanced: 20,92%
10. AAA Balanced Fund III: 20,91%
Editor: Sanny Cicilia
TEMPO.CO, Jakarta - Head of Research PT Trimegah Asset Management, Ivan Chamdani, memaparkan saat ini para manajer investasi perlu mengatur strategi untuk produk-produk yang mereka kelola terkait penurunan rating investasi Indonesia yang dilakukan oleh beberapa lembaga pemeringkatan.
Ia mencontohkan penurunan peringkat yang diberikan oleh Standard & Poor (S&P) dari positif menjadi stabil untuk Indonesia bakal berdampak terhadap prospek penerbitan obligasi yang memang sensitif atas pemeringkatan tersebut.
Hal ini, kata dia, mengakibatkan manajer investasi lebih berhati-hati dalam mengelola portofolio reksadana milik nasabahnya."Ini perlu strategi, mungkin akan banyak yang ke efek saham karena sedang naik," kata dia, Selasa, 07 Mei 2013.
Ia mengingatkan, meski S&P menurunkan peringkat investasi namun perlu dilihat bahwa tren yang diberikan masih positif karena berada di tingkat stabil. Sehingga, prospek obligasi kedepan juga masih cukup terbuka. Apalagi jika dilihat, tren rating ini tidak pernah berubah selama bertahun-tahun.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management Denny R Taher menegaskan, saat ini merupakan saat yang tepat bagi perseroan menerbitkan produk baru agar transaksi investasi kembali ramai. Sebab banyak kalangan menilai saat ini adalah waktu yang sepi masyarakat berinvestasi.
Dia tidak khawatir dengan penurunan peringkat yang diberikan oleh berbagai lembaga pemeringkatan. Sebab ia menilai produk yang ditawarkan cukup variatif dan fleksibel diantaranya adalah produk TRAM ALPHA yang memiliki efek ekuitas hingga 79 persen.
"Sehingga jika misalnya obligasi sedang turun, bisa kita pindah ke efek saham hingga 79 persen," katanya. Meski begitu, dia menegaskan fokus pengelolaan produk TRAM ALPHA ini adalah di efek saham.
Denny memaparkan, meski berhati - hati dalam mengelola investasi lantaran penurunan rating, perseroan tak berhenti mengembangkan produk reksadana saham pada tahun ini. Hal ini bisa dilihat dari kontribusi reksadana yang ditargetkan bisa mencapai hingga 50 persen pada tahun ini dengan realisasi dana kelolaan hingga saat ini yang sudah mencapai Rp 87 miliar.
"Targetnya dana kelolaan bisa mencapai Rp 6 triliun pada tahun ini, sementara untuk produk TRAM ALPHA bisa mencapai Rp 300 miliar,” ujarnya.
GUSTIDHA BUDIARTIE
SELASA, 07 MEI 2013 | 17:53 WIB
Trimegah Luncurkan Reksa Dana Campuran
TEMPO.CO, Jakarta - PT Trimegah Asset Management menerbitkan produk reksa dana campuran TRAM ALPHA . Reksa dana ini merupakan salah satu diversifikasi produk untuk memenuhi kebutuhan nasabah dengan karakter moderat.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management, Denny R Taher, menyatakan produk yang ditawarkan ini cukup fleksibel dengan efek ekuitas hingga maksimal 79 persen dari net asset value (NAV), "Jadi sangat ideal untuk kondisi pasar yang rentan," ujar Denny dalam jumpa pers di Ritz Carlton, Selasa, 07 Mei 2013.
Dengan efek ekuitas ini, jika kondisi pasar saham kurang baik maka portofolio bisa dipindahkan ke efek utang atau obligasi dan instrumen pasar uang hingga 79 persen. Untuk portofolio di pasar saham sendiri, produk TRAM ALPHA akan berinvestasi pada saham-saham berkapitalisasi besar dan menengah di Bursa Efek Indonesia.
Direktur PT Trimegah Asset Management, Sjane Like Kaawoan, menambahkan produk ini sebenarnya lebih ditujukan kepada nasabah retail. Sebab jika dilihat dari kategorinya, produk ini cukup mudah diakses masyarakat.
Nilai awal investasi untuk reksa dana ini adalah sebesar Rp 250.000, begitu pula minimal investasi berikutnya. Perseroan tidak mengenakan biaya pembelian, namun nasabah akan dikenakan biaya penjualan sebesar 1,5 persen.
Untuk pemasaran produk ini, perseroan menyediakannya melalui kantor-kantor cabang Trimegah. "Saat ini kami memiliki jalur distribusi sebanyak 16 kantor cabang di 13 kota di Indonesia."
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management, Denny R Taher, menyatakan produk yang ditawarkan ini cukup fleksibel dengan efek ekuitas hingga maksimal 79 persen dari net asset value (NAV), "Jadi sangat ideal untuk kondisi pasar yang rentan," ujar Denny dalam jumpa pers di Ritz Carlton, Selasa, 07 Mei 2013.
Dengan efek ekuitas ini, jika kondisi pasar saham kurang baik maka portofolio bisa dipindahkan ke efek utang atau obligasi dan instrumen pasar uang hingga 79 persen. Untuk portofolio di pasar saham sendiri, produk TRAM ALPHA akan berinvestasi pada saham-saham berkapitalisasi besar dan menengah di Bursa Efek Indonesia.
Direktur PT Trimegah Asset Management, Sjane Like Kaawoan, menambahkan produk ini sebenarnya lebih ditujukan kepada nasabah retail. Sebab jika dilihat dari kategorinya, produk ini cukup mudah diakses masyarakat.
Nilai awal investasi untuk reksa dana ini adalah sebesar Rp 250.000, begitu pula minimal investasi berikutnya. Perseroan tidak mengenakan biaya pembelian, namun nasabah akan dikenakan biaya penjualan sebesar 1,5 persen.
Untuk pemasaran produk ini, perseroan menyediakannya melalui kantor-kantor cabang Trimegah. "Saat ini kami memiliki jalur distribusi sebanyak 16 kantor cabang di 13 kota di Indonesia."
return reksadana campuran memikat
Oleh Dina Farisah - Sabtu, 04 Mei 2013 | 07:44 WIB
JAKARTA. Kinerja reksadana campuran sepanjang empat bulan pertama tahun ini cukup menggembirakan. Bahkan, menurut data PT Infovesta Utama, 16 reksadana campuran berhasil mencetak imbal hasil di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 16,62%.
Reksadana campuran bertajuk Pratama Berimbang milik PT Pratama Capital Assets Management menjadi jawara dengan meraih imbal hasil sebesar 35,34%, dari akhir 2012 hingga 30 April 2013. Di posisi kedua, Kresna Flexima milik PT Kresna Asset Management dengan return sebesar 33,45%.
PT MNC Asset Management melalui MNC Dana Kombinasi Icon, juga mampu meraih imbal hasil di atas IHSG yakni sebesar 19,44%. Direktur MNC Asset Management, Suwito Haryatno menjelaskan, Dana Kombinasi Icon memarkirkan aset dasar pada sektor-sektor infrastruktur, konstruksi, dan properti.
“Sektor-sektor ini akan tetap menjadi pilihan investor di tengah bayang-bayang inflasi,” ujar Suwito, Jumat (3/5).
Adapun saham emiten yang dipilih MNC pada Dana Kombinasi Icon antara lain PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS).
Adapun saham emiten yang dipilih MNC pada Dana Kombinasi Icon antara lain PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS).
Racikan portofolio produk ini sebesar 60% di saham dan sisanya di obligasi korporasi bertema infrastruktur, properti, dan konstruksi. Suwito mengatakan, target return Dana Kombinasi Icon ini sekitar 15%-20% hingga akhir tahun ini.
Kinerja tetap tumbuh
BNI Asset Management juga tidak jauh beda. Kepala Divisi Investasi BNI Asset Management, Abdullah, mengatakan, isi portofolio reksadana campuran bernama BNI Dana Terencana terdiri atas 50%-60% saham-saham infrastruktur, konsumer, semen, dan perbankan. Sisanya di instrumen obligasi dan pasar uang.
Reksadana ini menorehkan return 12,61%. Meski di bawah IHSG, return reksadana ini masih di atas rata-rata kinerja reksadana campuran yang sebesar 11,01%. Abdullah bilang, racikan reksadana ini hingga akhir tahub masih pada sektor konsumsi. Sementara, sektor komoditas masih dihindari selama harga komoditas dunia masih melempem. "Hingga akhir tahun, kinerja BNI Dana Terencana diharapkan dapat tumbuh hingga 20%," ujar Abdullah.
Vilia Wati, analis Infovesta Utama mengungkapkan, kinerja rata-rata reksadana campuran sejauh ini cukup baik. Pencapaian ini tidak terlalu jauh dari rata-rata return reksadana saham yang sebesar 17,34% untuk periode yang sama. Kondisi tersebut melihat alokasi portofolio reksadana campuran yang lebih luas, tergantung tipe reksadana tersebut.
Senin, 01 September 2014
pilih CUS atawa INVES (01/09/2014)
1. jika membeli RDS (reksa dana saham) yang NABnya TINGGI (contoh: Panin Dana Maksima @ 58286.30 per tgl 22/07/2011) maka 2 hal yang perlu disimak: secara relatif catatan kinerja NAB memang tinggi dan jumlah unit akan lebe kecil dibandingkan NAB yang rendah (contoh: 1250.74 @ Mandiri Investa Ekuitas Dinamik). Jumlah unit yang besar pada modal tertentu (contoh: Rp 300.000,- per kali beli MIED mendapat= 239.84 unit) akan diekspektasikan memberi efek akselerasi yang lebe gede jika potential gain % dalam jangka waktu tertentu lebe tinggi. Jumlah unit yang lebe tinggi memudahkan untuk melakukan redemption / penjualan kembali reksa dana pada saat dibutuhkan dan sisanya maseh cukup besar untuk diinvestasikan.
2. CUS (cari untung sesaat) memang terbukti memberikan potential gain% positif dan cukup tinggi pada jangka waktu PENDEK (simak pg% per tgl 14/10/2011), apalagi dibandingkan dengan suku bunga deposito.
3. INVES (membeli dan menyimpan RDS dalam jangka waktu panjang) ternyata lebe bagus imbal hasilnya (pg% per tgl 29 Agustus 2014 terhadap 30/09/11).
4. Keputusan CUS dan / atawa INVES memang rumit, itu sebabnya gw menyajikan sebanyak mungkin alternatif, yaitu produk RDS yang mencapai setidaknya 14 merek (brand). Yang rasional: setidaknya beli 2 merek / brand / nama RDS supaya bisa diperbandingkan antara CUS dan INVES.
5. Berpatokan pada NIAT BERINVESTASI maka RDS memang diekspektasikan untuk imbal hasil jangka panjang yang lebe gede. Investor RDS yang berprofil investor jangka panjang akan lebe mudah memahami pilihan untuk INVES lebe baek daripada untuk CUS.
6. Jika disimak sejak awal diluncurkan maka PDM (Panin Dana Maks) memang terbukti secara jangka panjang melesat paling bagus. Namun dalam jangka pendek (2011-2014) terbukti BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS melambung melampaui tren NAB PDM. Manulife Syariah Sektoral Amanah melesat lebe bagus daripada PDM juga. Faktor Syariah semakin populer sehingga perlu dicermati dan diincar lah :)
2. CUS (cari untung sesaat) memang terbukti memberikan potential gain% positif dan cukup tinggi pada jangka waktu PENDEK (simak pg% per tgl 14/10/2011), apalagi dibandingkan dengan suku bunga deposito.
3. INVES (membeli dan menyimpan RDS dalam jangka waktu panjang) ternyata lebe bagus imbal hasilnya (pg% per tgl 29 Agustus 2014 terhadap 30/09/11).
4. Keputusan CUS dan / atawa INVES memang rumit, itu sebabnya gw menyajikan sebanyak mungkin alternatif, yaitu produk RDS yang mencapai setidaknya 14 merek (brand). Yang rasional: setidaknya beli 2 merek / brand / nama RDS supaya bisa diperbandingkan antara CUS dan INVES.
5. Berpatokan pada NIAT BERINVESTASI maka RDS memang diekspektasikan untuk imbal hasil jangka panjang yang lebe gede. Investor RDS yang berprofil investor jangka panjang akan lebe mudah memahami pilihan untuk INVES lebe baek daripada untuk CUS.
6. Jika disimak sejak awal diluncurkan maka PDM (Panin Dana Maks) memang terbukti secara jangka panjang melesat paling bagus. Namun dalam jangka pendek (2011-2014) terbukti BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS melambung melampaui tren NAB PDM. Manulife Syariah Sektoral Amanah melesat lebe bagus daripada PDM juga. Faktor Syariah semakin populer sehingga perlu dicermati dan diincar lah :)
Langganan:
Postingan (Atom)