JAKARTA. Di tengah krisis, pamor reksadana terproteksi justru makin mencorong. Maklum, saat pasar modal babak belur seperti sekarang ini, investor reksadana cenderung bermain aman. Mereka pun membeli produk reksadana yang lebih aman namun tetap memberikan imbal hasil atau return lumayan. Nah, reksadana terproteksi memenuhi kriteria itu.
Tak heran, dana yang terbenam di reksadana terproteksi pun semakin bongsor. Sampai akhir Maret 2009, total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana jenis ini Rp 29,7 triliun. Angka ini melejit sekitar 72,7% ketimbang total NAB reksadana terproteksi pada Maret 2008 senilai Rp 17,2 triliun.
Di sisi lain, dana kelolaan reksadana jenis lain malah melorot. Ambil contoh total NAB reksadana saham. Akhir Maret 2009, nilainya Rp 20,9 triliun, amblas 42,1% dari periode yang sama 2008 yang masih Rp 36,1 triliun.
Pun begitu total kelolaan reksadana campuran yang memiliki aset dasar berupa obligasi, saham, dan instrumen lain. Akhir Maret 2008, total NAB-nya masih Rp 14,2 triliun. Tapi, pada Maret 2009, nilainya tinggal Rp 10,5 triliun atau menyusut 26%.
Melihat minat investor yang besar, para manajer investasi (MI) berlomba meluncurkan produk reksadana terproteksi baru. Selama kuartal I-2009, sudah muncul 25 produk reksadana terproteksi baru.
Memasuki kuartal kedua, pada awal April 2009 lalu, ada tambahan tiga produk reksadana terproteksi baru lagi. Walhasil, kini tercatat sudah ada 28 produk reksadana terproteksi yang sudah meluncur tahun ini. Ada 14 MI yang meraciknya, antara lain Trimegah Securities, Mandiri Manajemen Investasi, dan NISP Sekuritas.
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany mengakui bahwa NAB reksadana terproteksi memang melonjak. Ini menunjukkan investor cenderung konservatif dan memilih produk reksadana yang berisiko minim. "Ini bagus agar tidak terjadi bubble lagi," ujarnya, kemarin.
Director Asset Management Valbury Asia Securities Tri Agung Winantoro memperkirakan reksadana terproteksi akan tetap menjadi primadona hingga pasar modal kembali bergairah pertengahan tahun depan. "Investor lebih menginginkan yield yang stabil, namun dananya terproteksi," ulasnya.