gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Jumat, 23 Desember 2011

dolar @REKSA DANA pendapatan tetap ... 231211

Senin, 19 Desember 2011 | 13:55 oleh Teddy Gumilar, Anastasia Lilin Y KIAT INVESTASI Untung rugi dari dua sisi KONTAN JAKARTA. Pepatah high risk high return pasti kerap Anda dengar dalam dunia investasi. Di antara sekian jenis reksadana, reksadana saham adalah alat investasi yang merujuk rumus tersebut. Potensi untung rugi berasal dari naik dan turunnya harga saham. Jika harga saham cenderung naik maka nilai aktiva bersih (NAB) pun naik. Begitu sebaliknya. Nah, sekitar tiga bulan lalu, PT Manulife Asset Management Indonesia menawarkan produk reksadana saham Manulife Greater Indonesia Fund (MGIF). Uniknya, reksadana ini ditawarkan dalam denominasi dollar AS. Untuk pembelian perdana, Anda harus menyediakan US$ 100. Pembelian selanjutnya minimal US$ 10. Layaknya reksadana saham lainnya, MGIF menempatkan dana kelolaannya minimal 80% dan maksimal 100% di saham. Sahamnya tidak terbatas yang tersedia di bursa di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Reksadana ini juga menerapkan sejumlah biaya, seperti imbalan jasa manajer investasi (MI) maksimal 2,5% dari nilai investasi dan jasa bank kustodian 0,25%. Yang perlu dicermati, reksadana ini menerapkan biaya penjualan yang ditangguhkan atau deferred sales charge (DSC). Artinya, MI akan memungut biaya jika Anda menjual unit penyertaan pada tahun-tahun awal investasi Anda. Biaya ini akan turun seiring tahun berjalan. MGIF menggariskan, jika penjualan terjadi di tahun pertama, Anda akan kena biaya 2% dari total investasi. Di tahun kedua, biayanya akan berkurang menjadi 1% dan di tahun ketiga dan seterusnya 0%. Untuk jangka panjang Itu mengisyaratkan, reksadana ini ingin mengikat investornya minimal selama dua tahun. Padahal, reksadana saham lain umumnya menerapkan biaya untuk penjualan di tahun pertama. Di atas satu tahun, penjualan bebas biaya. Jadi, jika Anda tak siap menahan investasi selama minimal dua tahun, maka reksadana ini tidak cocok untuk Anda. Namun, menurut M. Andoko, perencana keuangan dari One Consulting, reksadana memang sebaiknya digunakan sebagai alat investasi jangka panjang. “Dengan waktu yang lebih panjang untuk mengelola investasi, normalnya MI bisa memberikan return yang positif secara maksimal,” ujarnya. Khusus reksadana saham dalam denominasi valas, Andoko menilai, ada dua potensi keuntungan, yakni dari kenaikan harga aset dasar dan penguatan nilai tukar. Oleh karena itu, reksadana valas juga bisa menjadi sarana lindung nilai (hedging) terhadap fluktuasi kurs. Sebaliknya, risikonya pun dobel, yakni ketika harga aset dasar turun dan kurs melemah. Jika ini terjadi, ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Tak heran, Director of Investment Specialist Manulife Asset Management Indonesia I Putut Andanawarih menegaskan niatnya untuk lebih mengoptimalkan peluang pada investasi saham ketimbang mencari untung kurs. “Dalam jangka panjang return yang dihasilkan saham lebih bagus daripada pasar uang,” dalih dia. Yang jelas, reksadana valas bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan valas di masa mendatang. Meski demikian, perencana keuangan dari First Principal Financial Pte Ltd Singapura Fauziah Arsiyanti menyarankan, investor tidak gegabah memilih produk reksadana valas. Dia mengingatkan, kurs selalu berubah. Profil MI lebih penting menjadi pertimbangan dalam memilih produk. “Dari sini bisa dilihat kinerja historis return (produk) yang mereka kelola,” katanya. Keranjang investasi MI juga harus menjadi perhatian investor. Jangan sampai, saham yang dipilih tidak likuid. Per Oktober, lima besar keranjang MGIF diisi oleh saham ASII, BMRI, BBRI, UNTR, dan BBNI. Putut mengaku, saat ini tim investasinya sedang menjajaki saham-saham di bursa manca negara. Asal Anda tahu, MGIF memang bisa mengalokasikan maksimal 15% dana investasinya di bursa saham luar negeri. Lantas, bagaimana kinerja MGIF? Per 7 Desember, imbal hasil sebulan terakhir produk ini -2,37%. Turun lebih dalam ketimbang Infovesta Equity Fund Index pada periode sama yang hanya minus 0,38%. Siapa tertarik?

Tidak ada komentar: