gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Kamis, 03 Maret 2011

RD terus Tebar PesonA ... 030311

Pesona Reksa Dana
Kamis, 3 Maret 2011 | 10:42

Reksa dana tetap menjadi primadona investasi. Industri ini berpeluang untuk tumbuh lebih besar lagi. Potensi pasar pun masih terbuka lebar. Dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, industri ini baru mampu menggarap sekitar 91 ribu jiwa dengan 353,7 ribu unit reksa dana. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata kekayaan orang Indonesia meningkat lima kali lipat. Jumlah orang kaya pun terus bertambah meski jumlah orang miskin juga masih besar.

Beberapa hasil riset menunjukkan, kekayaan orang Indonesia tumbuh tercepat di dunia. Pada 2010, Merrill Lynch dan Capgemini menyebutkan, jumlah miliarder di negeri ini ditaksir mencapai 24 ribu orang. Mereka memiliki kekayaan rata-rata di atas Rp 9 miliar (US$ 1 miliar) dengan total nilai US$ 80 miliar. Bahkan, Credit Suisse memperkirakan jumlah pemilik kekayaan di atas Rp 9 miliar mencapai 60 ribu orang. Jumlah itu diyakini bakal terus bertambah seiring dengan potensi pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,5%.

Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), saat ini terdapat sekitar 2,3 juta rekening di perbankan dengan nilai simpanan di atas Rp 100 juta. Total dana mereka sekitar Rp 1.924 triliun atau 82,6% dari total dana masyarakat di perbankan. Dengan asumsi satu orang memiliki tiga rekening, setidaknya terdapat 766 ribu orang yang masuk kategori ini. Kelompok orang kaya itu merupakan pasar yang menarik bagi industri reksa dana. Namun, pebisnis reksa dana harus bersaing dengan perbankan. Sebab, orang-orang itu adalah nasabah prioritas yang dilayani perbankan.

Peluang bisnis reksa dana akan lebih luas lagi bila pelaku industri ini mampu menggarap pemilik simpanan di bawah Rp 100 juta. Dari total 97 juta rekening simpanan di perbankan, setidaknya terdapat 95,2 juta rekening yang masuk kelompok ini. Dengan asumsi satu orang memiliki dua rekening, maka ada sekitar 48,7 juta orang yang memiliki akses perbankan. Mereka merupakan calon nasabah yang potensial bagi industri reksa dana.

Untuk membidik potensi nasabah itu, para pelaku bisnis reksa dana dituntut kreatif. Mereka harus menyiapkan tenaga pemasar yang andal dan benar-benar menguasai industri ini. Pengalaman pahit di masa lalu tak boleh terulang. Bila ingin industri ini terus bertumbuh, para manajer investasi hendaknya menjaga kepercayaan investor.

Kita pun yakin industri ini bakal berkembang. Sejumlah indicator ekonomi, seperti tren suku bunga rendah, bakal mendukung bertumbuh dan berkembangnya industri reksa dana. Regulasi dan pengawasan yang kian baik ikut menunjang industri ini. Angka-angka itu kian menguatkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri reksa dana. Selama ini, 80% orang kaya di negeri ini cenderung memilih instrumen investasi tradisional seperti properti dan deposito. Alokasi dana untuk investasi di bursa saham diperkirakan hanya sekitar 19- 20%. Di Indonesia, jumlah dana yang masuk ke produk reksa dana sekitar Rp 150 triliun, jauh di bawah dana pihak ketiga di perbankan yang mencapai Rp 2.330 triliun.

Mencermati perkembangan selama ini, setidaknya ada lima tantangan yang dihadapi industri reksa dana di Indonesia. Pertama, tidak ada pertambahan investor secara signifikan. Kedua, penjualan reksa dana lebih banyak mengandalkan jaringan bank. Ketiga, perlu peningkatan kualitas agen penjual reksa dana. Keempat, tidak ada insentif bagi investor reksa dana. Bahkan, pengenaan pajak atas obligasi justru mengurangi daya tarik reksa dana berbasis obligasi. Kelima, pajak obligasi yang harus dibayarkan oleh pengelola reksa dana akan berdampak pada likuiditas obligasi korporasi.

Kita khawatir pemberlakuan pajak 5% untuk reksa dana obligasi bakal menggerus pesona instrumen investasi yang sedang tumbuh mekar ini. Terlebih lagi bila pajaknya dinaikkan menjadi 15%. Mengingat industri ini sedang bertumbuh, pemerintah selayaknya memberikan kelonggaran waktu bagi industri ini. Ke depan, kita berharap industri reksa dana bisa menjadi pilar utama pasar modal Indonesia.

Besar kecilnya dana masyarakat di pasar modal bisa menjadi indicator kemajuan perekonomian suatu bangsa. Amerika Serikat yang berpenduduk 280 juta jiwa, 60% masyarakatnya menginvestasikan dananya di pasar modal, yakni 70% di pasar modal dalam negeri dan 30% di pasar modal negara lain.

Sementara itu, Tiongkok merupakan negara berkembang yang mengalami kemajuan luar biasa di bidang pasar modal. Dalam tempo kurang dari lima tahun, Negeri Tirai Bambu itu berhasil mendirikan empat bursa efek dan tujuh bursa berjangka. ***

Tidak ada komentar: