KEEP BUYING, jangka panjang LEBE BAGU$, pindah ke http://investasireksadanaindonesiagw.blogspot.com/ aka INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw
gW suka BANGET ketidakPASTIan
Selasa, 17 Mei 2011
SEJAK AWAL gw inves ... 170511 (SKENARIO inves 1 jt/bulan)
berdasarkan data historikal NAB 3 reksa dana saham yang gw inves, maka gw mencoba membuat skenario ke masa depan (CATATAN: SKENARIO INI TIDAK WAJIB DIIKUTI, INI HANYA INDIKASI, DAN BISA MENGAMBIL PRODUK REKSA DANA LAEN SEBAGAI ALAT INVESTASI):
GW USUL, karena INVESTASI ini JANGKA PANJANG, dan biasanya pada JANGKA PANJANG AKAN TERJADI KRISIS EKONOMI yang BESAR, maka SEBAEKNYA sisihkan Rp.100,000,- s/d Rp. 500,000,- untuk DIINVESKAN SEBAGAI TAMBAHAN PENGUNGKIT IMBAL HASIL SAAT NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) rendah (ANJLOK)
semoga bermanfaat :)
Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 6% Sampai 2025
Rabu, 18 Mei 2011 15:33 wib
JAKARTA – Sejak terjadinya krisis keuangan dunia pada tahun 2009, peta perekonomian dunia mengalami pergeseran. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung dalam waktu lama bergeser, oleh karena itu hingga 2025 ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh minimal enam persen.
Direktur eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika memprediksikan, hingga 2025 mendatang rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran enam persen. “Negara seperti Indonesia seharusnya bisa meraih pertumbuhan ekonomi minimal enam persen, dengan catatan tidak ada krisis ekonomi global ditengah-tengah, hanya biasanya krisis muncul ada yang tujuh tahun sekali ataupun lima tahun sekali. Tapi kalau kita mengabaikan krisis ekonomi, maka kita bisa tumbuh minimal enam persen,” ungkap Erani di Jakarta, Rabu (18/5/2011).
Menurutnya, yang menjadi dasar pertimbangan akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat baik hingga 2025 mendatang, lantaran beberapa aspek. Pertama, daya beli masyarakat yang diukur dari pendapatan perkapita semakin meningkat dari waktu kewaktu. “Itu diiringi dengan size masyarakat yang besar, sehingga dari kombinasi itu menandakan konsumsi rumah tangga yang akan kian besar, itu menjadi kuat,” katanya.
Aspek Kedua, ekspor RI yang terus menunjukan tren meningkat meskipun juga diiringi dengan peningkatan impor yang dratis. Ekspor selalu dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting. Aspek Ketiga, hingga saat ini Indonesia masih tergolong negara yang ‘menggoda’ bagi investasi. “Dengan beberapa pertimbangan tersebut saya rasa wajar apabila Bank Dunia ataupun IMF menilai aspek pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin tinggi,” terangnya.
Merskipun kondisi ekonomi Indonesia diprediksi membaik, tetap ada catatan dalam laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang perlu dibenahi. Struktur pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih dipandang rapuh lantaran masih bertumpu pada non-tradable. Erani memandang, kondisi tersebut belum akan berubah dalam waktu dekat. Alasannya, orientasi kebijakan pemerintah belum ada yang secara eksplisit menunjukan keberpihakan kepada tradable sector.
Namun, Erani mengakui bahwa tentu akan ada risiko-risiko yang muncul dalam laju pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, menurutnya, yang paling penting adalah bagaimana bisa memperkuat ekonomi domestik. “Salah satunya dengan penguatan iklim investasi, salah satunya dengan perbaikan infrastruktur, birokrasi semakin baik, pembebasan lahan, kepastian hukum. Itu saya rasa hal-hal penting yang harus dilakukan pemerintah yang akan berkesinambungan dalam jangka panjang,” tandasnya. (mrt)
(Wisnoe Moerti/Koran SI/ade)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar