Pertumbuhan Reksa Dana Syariah Lambat
Ester Meryana | Erlangga Djumena | Rabu, 25 Mei 2011 | 13:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pertumbuhan reksa dana syariah cenderung lambat sehingga perlu sosialisasi yang lebih luas lagi. Hal tersebut dikemukakan Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Abiprayadi di Jakarta, Rabu (25/5/2011).
"Pengenalan reksa dana syariah masih sangat kurang. Jadi memang perlu dukungan dari semua pihak," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Abiprayadi, diperlukan dukungan tidak hanya dari fund manager, tetapi juga dari regulator, bank distributor, dan lembaga-lembaga terkait reksa dana berbasis syariah. "Seharusnya tahun ini tahun syariah," tambahnya. Namun, ia berpendapat hanya pasar yang dapat membuktikannya.
Untuk return-nya, Abiprayadi menyebutkan bisa sampai 5 persen di atas indeks. Ia pun mengatakan, komoditas, pertambangan infrastruktur, dan konsumer menjadi driver bagi reksa dana syariah ini.
Pertumbuhan reksa dana sampai April 2011 sudah mencapai Rp 153 triliun. "Kalau kita bandingkan dengan tahun 2010 akhir, itu Rp 149 triliun. Itu sekarang tumbuh sampai Rp 4,5 triliun-Rp 5 triliun dalam empat bulan," sebut Abiprayadi.
Ia menyebutkan, produk yang leading merupakan produk reksa dana berbasis saham dan reksa dana proteksi. "Pasar uang juga tumbuh, tetapi tidak seagresif reksa dana saham," tambahnya.
Hal serupa juga disebutkan oleh perencana keuangan Ligwina Poerwo-Hananto. Ia menyebutkan, promosi kebaikan sistem syariah dalam dunia finansial dan perbankan menjadi penting untuk dilakukan mengingat belum banyak warga masyarakat yang tahu hal ini. "Sudah ada, tetapi pelan sekali pertumbuhannya (investasi di saham Syariah)," tutur Ligwina kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (13/5/2011) lalu.
Ia menyambut baik hadirnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Regular Bursa Efek. Namun, ia menilai keluarnya fatwa ini tidak serta-merta akan menaikkan ketertarikan masyarakat untuk berinvestasi di saham syariah.
"Saya perhatikan orang Indonesia tidak tertarik jika hanya diiming-imingi atas nama agama. Jadi, seharusnya promosi tentang keuangan syariah jangan bawa-bawa peci sama jilbab," ungkapnya.
Menurut Ligwina, hal yang harus dipromosikan adalah seperti apa kebaikan syariah. Ia mencontohkan, belum banyak warga masyarakat yang tahu bahwa ternyata KPR syariah itu cicilannya tetap, mau bunga naik atau turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar