Kalangan korban nasabah Antaboga mengklaim teman-teman mereka yang meninggal karena stres uangnya tak kembali makin bertambah. Pada 12 Juli 2011 George Fredy warga Surabaya salah satu nasabah Antaboga diduga meninggal karena stres.
Koordinator korban nasabah Antaboga Siput meyakini meninggalnya Fredy karena faktor stres. Hal ini semakin menambah daftar korban meninggal nasabah Antaboga, setelah sebelumnya Sayuti dari Jambi meninggal bunuh diri karena stres.
"Dari Surabaya meninggal karena stres minggu lalu namanya George Fredy umurnya 54 tahun," katanya kepada detikFinance, Kamis (28/7/2011)
Siput menuturkan dengan meninggalnya Fredy maka semakin menunjukan bahwa banyak rekannya yang sudah tak kuasa menahan beban harapan. Menurut Siput, Fredy stres karena uang miliknya sebesar Rp 8 miliar belum jelas kapan akan kembali.
"Pokoknya saya mau Bank Century (sekarang Bank Mutiara) harus balikin uang saya, kalau saya mati orang yang pertama saya cekek adalah Maryono (Dirut Bank Mutiara)," tutur Siput menirukan Fredy.
Pada 12 Juli 2011 pukul 07.00 WIB, Fredy ditemukan meninggal di dalam mobil Mercy pribadinya di komplek Ruko Darmo Park I Blok A no 1-2 di kawasan Jalan Mayjen Sungkono gempar. Fredy merupakan warga Kris Kencana, Dukuh Pakis, Surabaya.
Sumber: detikcom
KEEP BUYING, jangka panjang LEBE BAGU$, pindah ke http://investasireksadanaindonesiagw.blogspot.com/ aka INVESTASI REKSA DANA INDONESIA gw
gW suka BANGET ketidakPASTIan
Kamis, 28 Juli 2011
Rabu, 27 Juli 2011
ihsg 4100, TIME 2 REDEEM a bit AGAIN
gw seh sante redeem sebagian kecil aset reksa dana gw, terutama yang campuran :) ... bwat SIAP-SIAP seandainya KRISIS UTANG AMRIK BENERAN MENJADI KENYATAAN ... well, liat aja dah :)
Jumat, 22 Juli 2011
KPD lage bikin gagal bayar @askrindo ... 220711
Kasus Askrindo Seret Beberapa Nama
Oleh:
Pasar Modal - Jumat, 22 Juli 2011 | 13:06 WIB
INILAH.COM, Jakarta – PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), sebagai penjamin kredit, diduga telah menyimpangkan dana investasi hingga Rp500 miliar. Sejumlah nama dan perusahaan investasi pun terseret.
Askrindo, perusahaan penjamin kredit, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan asuransi kredit Usaha Kecil Menengah (UKM) diduga menyalahgunakan dana investasi ratusan miliar rupiah. Dana itu digunakan untuk menjamin utang jangka pendek di beberapa perusahaan sekuritas.Selain itu juga diinstrumen investasi berisiko lainnya, yakni investasi gadai saham, reksadana dan kontrak pengelolaan dana (KPD)
Penempatan dana di sejumlah perusahaan Manajer Investasi (MI) ini dipicu oleh kredit macet yang dialami Askrindo, karena membiayai nasabah-nasabah korporat dan menjamin Promissory Notes yang diterbitkan korporat, bukan UKM.
Terkait hal ini, sebanyak 10 perusahaan investasi yang diduga terlibat sebagai wadah penempatan dana fiktif milik Askrindo, akan dipanggil DPR. Pasalnya, kondisi ini dapat memaksa negara memberikan dana talangan (bailout) sebesar 2 triliun, dan berpotensi rush lebih dari 100 triliun.
Apalagi 5 dari 10 MI yang meluncurkan produk reksadana dengan komponen promissory notes yang dijamin Askrindo, diketahui mengalami gagal bayar.
Kepolisan Daerah (Polda) Metro Jaya bahkan telah meminta keterangan dari lima perusahaan pengelola investasi tersebut, yaitu PT Harvestindo Asset Management, PT Reliance Asset Management, PT Jakarta Investment, PT Jakarta Securities dan PT Batavia Securities.
Anggota DPR Komisi XI, Andi Rahmat mengatakan, pihaknya akan mempertanyakan Promissory Notes / surat utang jangka pendek yang dijamin Askrindo. Terutama karena Promissory Notes ini dibeli oleh beberapa MI dan masuk dalam komponen produk reksadana mereka.
“Padahal reksadana hanya boleh membeli instrumen pasar modal. Ini berarti, ada peraturan pasar modal yang dilanggar,” ujarnya. Selain itu Askrindo juga dituding melanggar ketentuan penjaminan, yang fungsinya adalah untuk menjamin kredit-kredit UKM, bukan kredit korporat ataupun menjamin 'Promissory Notes'.
Namun, dugaanrekayasa keuangan yang dilakukan Askrindo dan sejumlah MI ini lolos dari monitoring Bapepam. Bahkan ada dugaan orang dalam Bapepam terlibat. Dikabarkan ada transaksi fiktif yang sudah berlangsung sejak 2005 yang melibatkan dua orang dengan fee miliaran rupiah.
Tindakan rekayasa keuangan ini telah menyebabkan Direktur Askrindo Zulfan Lubis dan Kadiv Investasi Askrindo Noviar ditetapkan sebagai tersangka.
Bagaimanapun, dua pejabat Bapepam yang terlibat dalam rekayasa reksadana fiktif ini belum tersentuh. Bahkan Bapepammengabaikan pelanggaran hukum dan menghentikan proses pemeriksaan pada sejumlah MI yang terlibat.
Salah satunya Harvestindo Asset Management yang gagal bayar hingga Rp210 miliar. Bapepam justru menempatkan Ivan Litha (pemilik Discovery) sebagai pemilik baru Harvestindo.
Padahal Harvestindo dituding telah menggunakan dana-dana BUMN untuk menalangi permintaan pengembalian dana Askrindo. Dana-dana BUMN itu diketahui dari Asabri mencapai Rp80 miliar. Selain itu sejumlah besar dana pensiun BUMN.
Adapun Discovery dan Harvestindo diduga terlibat dalam penggelapan dana Elnusa sebesar Rp111 miliar.Ada dugaan dana Elnusa itu digunakan Harvestindo dan Discovery untuk menalangi cicilan biaya redemption Askrindo. Sementara untuk menalangi redemption Askrindo pada reksadana 'promissory notes' di Batavia Sekuritas, Harvestindo yang mem-bailout tagihan tersebut senilai Rp7,5 miliar.
Transaksi fiktif ini adalah temuan investigasi, tapi bukti-bukti transfer dana Askrindo ke MI yang terlibat, sudah dilimpahkan ke Krimsus Polda Metro Jaya.
Andy Rahmat menambahkan, bahwa promissory notes ini wilayah abu-abu, dan pengawasan Bapepam tidak ketat, sehingga potensi rekayasa keuangan rentan terjadi. “Nanti Bapepam juga akan dipanggil, sekarang minta keterangan dulu dari MI,” tutupnya.
Perusahaan Asuransi Dilarang Lakukan KPD&Repo
Oleh: Agustina Melani
Pasar Modal - Jumat, 22 Juli 2011 | 17:28 WIB
Diberdayakan oleh Terjemahan
INILAH.COM, Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih enggan mengomentari kasus gagal bayar yang dialami perusahaan sekuritas dan melibatkan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
“Kasus itu sedang ditangani polisi, saat ini saya belum akan berikan keterangan,” ujar Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, Isa Rachmatarwata, Jumat (22/7).
Isa menegaskan, produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dan Repurchase Agreement (Repo) bukan jenis investasi yang diperkenankan di perusahaan asuransi. “KPD dan produk derivatif itu tidak diperkenankan di perusahaan asuransi kecuali untuk mengalihkan outsourcing pengelolaan ke pihak lain dan lindung nilai, perusahaan asuransi wajib melaporkan kepada regulator mengenai manfaatnya,” tutur Isa.
Sementara itu, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pihaknya belum mengetahui mengenai kasus Askrindo. Tapi ia mengharapkan BUMN tersebut harus menjalankan GCG dan memiliki manajemen sehat.
Saat ini, Askrindo belum akan mendapatkan suntikan modal terkait kinerja yang merugi.”BUMN sedang melakukan penyehatan manajemen Askrindo,” ujar Mustafa.
Sebelumnya, anggota komisi XI DPR-RI tengah menyiapkan rapat dengar pendapat dengan mendatangkan perusahaan sekuritas terkait kasus Askrindo. PT Askrindo dikabarkan telah melakukan penyalahgunaan dana penjaminan kredit UKM untuk digunakan dalam penjaminan surat utang jangka pendek pada beberapa perusahaan sekuritas. [hid]
Oleh:
Pasar Modal - Jumat, 22 Juli 2011 | 13:06 WIB
INILAH.COM, Jakarta – PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), sebagai penjamin kredit, diduga telah menyimpangkan dana investasi hingga Rp500 miliar. Sejumlah nama dan perusahaan investasi pun terseret.
Askrindo, perusahaan penjamin kredit, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan asuransi kredit Usaha Kecil Menengah (UKM) diduga menyalahgunakan dana investasi ratusan miliar rupiah. Dana itu digunakan untuk menjamin utang jangka pendek di beberapa perusahaan sekuritas.Selain itu juga diinstrumen investasi berisiko lainnya, yakni investasi gadai saham, reksadana dan kontrak pengelolaan dana (KPD)
Penempatan dana di sejumlah perusahaan Manajer Investasi (MI) ini dipicu oleh kredit macet yang dialami Askrindo, karena membiayai nasabah-nasabah korporat dan menjamin Promissory Notes yang diterbitkan korporat, bukan UKM.
Terkait hal ini, sebanyak 10 perusahaan investasi yang diduga terlibat sebagai wadah penempatan dana fiktif milik Askrindo, akan dipanggil DPR. Pasalnya, kondisi ini dapat memaksa negara memberikan dana talangan (bailout) sebesar 2 triliun, dan berpotensi rush lebih dari 100 triliun.
Apalagi 5 dari 10 MI yang meluncurkan produk reksadana dengan komponen promissory notes yang dijamin Askrindo, diketahui mengalami gagal bayar.
|
Anggota DPR Komisi XI, Andi Rahmat mengatakan, pihaknya akan mempertanyakan Promissory Notes / surat utang jangka pendek yang dijamin Askrindo. Terutama karena Promissory Notes ini dibeli oleh beberapa MI dan masuk dalam komponen produk reksadana mereka.
“Padahal reksadana hanya boleh membeli instrumen pasar modal. Ini berarti, ada peraturan pasar modal yang dilanggar,” ujarnya. Selain itu Askrindo juga dituding melanggar ketentuan penjaminan, yang fungsinya adalah untuk menjamin kredit-kredit UKM, bukan kredit korporat ataupun menjamin 'Promissory Notes'.
Namun, dugaanrekayasa keuangan yang dilakukan Askrindo dan sejumlah MI ini lolos dari monitoring Bapepam. Bahkan ada dugaan orang dalam Bapepam terlibat. Dikabarkan ada transaksi fiktif yang sudah berlangsung sejak 2005 yang melibatkan dua orang dengan fee miliaran rupiah.
Tindakan rekayasa keuangan ini telah menyebabkan Direktur Askrindo Zulfan Lubis dan Kadiv Investasi Askrindo Noviar ditetapkan sebagai tersangka.
Bagaimanapun, dua pejabat Bapepam yang terlibat dalam rekayasa reksadana fiktif ini belum tersentuh. Bahkan Bapepammengabaikan pelanggaran hukum dan menghentikan proses pemeriksaan pada sejumlah MI yang terlibat.
Salah satunya Harvestindo Asset Management yang gagal bayar hingga Rp210 miliar. Bapepam justru menempatkan Ivan Litha (pemilik Discovery) sebagai pemilik baru Harvestindo.
Padahal Harvestindo dituding telah menggunakan dana-dana BUMN untuk menalangi permintaan pengembalian dana Askrindo. Dana-dana BUMN itu diketahui dari Asabri mencapai Rp80 miliar. Selain itu sejumlah besar dana pensiun BUMN.
Adapun Discovery dan Harvestindo diduga terlibat dalam penggelapan dana Elnusa sebesar Rp111 miliar.Ada dugaan dana Elnusa itu digunakan Harvestindo dan Discovery untuk menalangi cicilan biaya redemption Askrindo. Sementara untuk menalangi redemption Askrindo pada reksadana 'promissory notes' di Batavia Sekuritas, Harvestindo yang mem-bailout tagihan tersebut senilai Rp7,5 miliar.
Transaksi fiktif ini adalah temuan investigasi, tapi bukti-bukti transfer dana Askrindo ke MI yang terlibat, sudah dilimpahkan ke Krimsus Polda Metro Jaya.
Andy Rahmat menambahkan, bahwa promissory notes ini wilayah abu-abu, dan pengawasan Bapepam tidak ketat, sehingga potensi rekayasa keuangan rentan terjadi. “Nanti Bapepam juga akan dipanggil, sekarang minta keterangan dulu dari MI,” tutupnya.
Perusahaan Asuransi Dilarang Lakukan KPD&Repo
Oleh: Agustina Melani
Pasar Modal - Jumat, 22 Juli 2011 | 17:28 WIB
Diberdayakan oleh Terjemahan
INILAH.COM, Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih enggan mengomentari kasus gagal bayar yang dialami perusahaan sekuritas dan melibatkan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
“Kasus itu sedang ditangani polisi, saat ini saya belum akan berikan keterangan,” ujar Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, Isa Rachmatarwata, Jumat (22/7).
Isa menegaskan, produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dan Repurchase Agreement (Repo) bukan jenis investasi yang diperkenankan di perusahaan asuransi. “KPD dan produk derivatif itu tidak diperkenankan di perusahaan asuransi kecuali untuk mengalihkan outsourcing pengelolaan ke pihak lain dan lindung nilai, perusahaan asuransi wajib melaporkan kepada regulator mengenai manfaatnya,” tutur Isa.
Sementara itu, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pihaknya belum mengetahui mengenai kasus Askrindo. Tapi ia mengharapkan BUMN tersebut harus menjalankan GCG dan memiliki manajemen sehat.
Saat ini, Askrindo belum akan mendapatkan suntikan modal terkait kinerja yang merugi.”BUMN sedang melakukan penyehatan manajemen Askrindo,” ujar Mustafa.
Sebelumnya, anggota komisi XI DPR-RI tengah menyiapkan rapat dengar pendapat dengan mendatangkan perusahaan sekuritas terkait kasus Askrindo. PT Askrindo dikabarkan telah melakukan penyalahgunaan dana penjaminan kredit UKM untuk digunakan dalam penjaminan surat utang jangka pendek pada beberapa perusahaan sekuritas. [hid]
Rabu, 20 Juli 2011
yang baru dan yang disuspensi @bank commonwealth Indonesia
Commonwealth Bank Indonesia mengakui menjadi salah satu bank yang dihentikan layanan private banking selama satu bulan oleh Bank Indonesia dari 23 bank yang memiliki layanan tersebut.
Hal ini diungkapkan Chief of Wealth Management Services Commonwelath Bank Indonesia, Liliana Gunawan usai kerjasama penjualan Danareksa Mawar Konsumer 10 di Jakarta, Rabu (20/7).
Ia menceritakan semenjak jasa layanan penerimaan nasabah baru dihentikan selama satu bulan otomatis Commonwealth mencari cara agar nasabah yang telah terbina tetap menjadi bagian dari perusahaan. Salah satunya dengan mengembangkan layanan mobile banking dengan tujuan bertransaksi cepat dan efektif.
"Akhirnya, kami pun fokus pada nasabah yang sudah ada," tutur Liliana dengan tenang hari ini.
Suspensi atas 23 bank ini berlaku pada April 2011 dan telah dicabut pada akhir Mei 2011.
Selain memberikan layanan mobile banking, Commonwealth juga menambah varian produk baru reksadana. Produk baru ini sebagai alternatif pilihan investasi bagi investor. Tahun ini saja, Commonwealth telah memasarkan sejumlah reksadana dari berbagai Manajer Investasi antara lain Batavia Prosperindo, Mandiri Ekuitas Dinamis, Danareksa Mawar 10 dan BNP Paribas.
"Kami mengharapkan dengan adanya produk reksadana ini memberikan pilihan bagi nasabah," terangnya.
Hingga Maret 2011, total dana kelolaan Commonwealth mencapai Rp10,2 triliun. Kontribusi terbesar dari total dana kelolaan masih disumbang oleh bank insurance. "Kami mengharapkan total dana kelolaan bisa tumbuh inline dengan industri," ujarnya.
Ia melihat pertumbuhan dana kelolaan tidak akan setinggi dengan tahun lalu. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi global dan domestik. Namun, ia optimis gejolak Eropa menjadi peluang bagi perusahaan untuk menggaet nasabah baru sebab pertumbuhan makro Indonesia cukup kuat.
Tidak hanya itu saja, Commonwealth juga berencana membuka lima kantor cabang yang sebagian besar tersebar di Jakarta. Sehingga total keseluruhan kantor cabangnya mencapai 90 cabang. Seiring dengan pembukaan kantor cabang, Commonwealth juga mengincar pertumbuhan jumlah rekening reksadana sekitar 40%.
"Saat ini, jumlah rekening reksadana kami 57.000 dengan pertumbuhan 46% bila dilihat secara year on year," tuntasnya.
http://www.imq21.com/news/read/38810/20110720/133443/Commonwealth-Bank-Curhat-Selama-Disuspensi-BI.html
Sumber : IMQ JAKARTA
Hal ini diungkapkan Chief of Wealth Management Services Commonwelath Bank Indonesia, Liliana Gunawan usai kerjasama penjualan Danareksa Mawar Konsumer 10 di Jakarta, Rabu (20/7).
Ia menceritakan semenjak jasa layanan penerimaan nasabah baru dihentikan selama satu bulan otomatis Commonwealth mencari cara agar nasabah yang telah terbina tetap menjadi bagian dari perusahaan. Salah satunya dengan mengembangkan layanan mobile banking dengan tujuan bertransaksi cepat dan efektif.
"Akhirnya, kami pun fokus pada nasabah yang sudah ada," tutur Liliana dengan tenang hari ini.
Suspensi atas 23 bank ini berlaku pada April 2011 dan telah dicabut pada akhir Mei 2011.
Selain memberikan layanan mobile banking, Commonwealth juga menambah varian produk baru reksadana. Produk baru ini sebagai alternatif pilihan investasi bagi investor. Tahun ini saja, Commonwealth telah memasarkan sejumlah reksadana dari berbagai Manajer Investasi antara lain Batavia Prosperindo, Mandiri Ekuitas Dinamis, Danareksa Mawar 10 dan BNP Paribas.
"Kami mengharapkan dengan adanya produk reksadana ini memberikan pilihan bagi nasabah," terangnya.
Hingga Maret 2011, total dana kelolaan Commonwealth mencapai Rp10,2 triliun. Kontribusi terbesar dari total dana kelolaan masih disumbang oleh bank insurance. "Kami mengharapkan total dana kelolaan bisa tumbuh inline dengan industri," ujarnya.
Ia melihat pertumbuhan dana kelolaan tidak akan setinggi dengan tahun lalu. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi global dan domestik. Namun, ia optimis gejolak Eropa menjadi peluang bagi perusahaan untuk menggaet nasabah baru sebab pertumbuhan makro Indonesia cukup kuat.
Tidak hanya itu saja, Commonwealth juga berencana membuka lima kantor cabang yang sebagian besar tersebar di Jakarta. Sehingga total keseluruhan kantor cabangnya mencapai 90 cabang. Seiring dengan pembukaan kantor cabang, Commonwealth juga mengincar pertumbuhan jumlah rekening reksadana sekitar 40%.
"Saat ini, jumlah rekening reksadana kami 57.000 dengan pertumbuhan 46% bila dilihat secara year on year," tuntasnya.
http://www.imq21.com/news/read/38810/20110720/133443/Commonwealth-Bank-Curhat-Selama-Disuspensi-BI.html
Sumber : IMQ JAKARTA
DIM ganti DIRUT (200711)
Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM), John D. Item, telah mengajukan surat pengunduran diri dari posisinya. Pengunduran diri berlaku efektif 22 Juli 2011.
Hal itu diungkapkan Direktur DIM Prihatmo Hari di sela-sela kerjasama Penjualan Produk Danareksa Mawar Konsumer 10 di kantor pusat Danareksa, Jakarta, Rabu (20/7).
Ia melanjutkan pergantian direksi di perseroan bukan sesuatu hal yang perlu ditakuti. Justru dengan adanya pergantian direksi diharapkan memberikan kontribusi dan semangat bagi perusahaan. Hingga saat ini, DIM telah mengalami enam kali pergantian direktur utama.
"Pada ultah DIM yang ke-19, kami komitmen apapun yang berubah di DIM tidak akan mengubah produk, organisasi, serta klien," paparnya.
Diakuinya, hingga kini proses calon dirut baru telah diproses oleh Bapepam-LK. "Jadi kami tidak boleh mendahului Bapepam-LK untuk menyebutkan nama calon dirut tersebut," paparnya.
http://www.imq21.com/news/read/38804/20110720/122907/Bos-Danareksa-Investment-Undur-Diri.html
Sumber : IMQ JAKARTA
Hal itu diungkapkan Direktur DIM Prihatmo Hari di sela-sela kerjasama Penjualan Produk Danareksa Mawar Konsumer 10 di kantor pusat Danareksa, Jakarta, Rabu (20/7).
Ia melanjutkan pergantian direksi di perseroan bukan sesuatu hal yang perlu ditakuti. Justru dengan adanya pergantian direksi diharapkan memberikan kontribusi dan semangat bagi perusahaan. Hingga saat ini, DIM telah mengalami enam kali pergantian direktur utama.
"Pada ultah DIM yang ke-19, kami komitmen apapun yang berubah di DIM tidak akan mengubah produk, organisasi, serta klien," paparnya.
Diakuinya, hingga kini proses calon dirut baru telah diproses oleh Bapepam-LK. "Jadi kami tidak boleh mendahului Bapepam-LK untuk menyebutkan nama calon dirut tersebut," paparnya.
http://www.imq21.com/news/read/38804/20110720/122907/Bos-Danareksa-Investment-Undur-Diri.html
Sumber : IMQ JAKARTA
Selasa, 19 Juli 2011
trim bereksadanaria ... 190711
Senin, 18/07/2011 11:28 WIB
Trimegah Genjot Penerbitan Reksa Dana Baru Setiap Bulan
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Jakarta - Usai berbenah pada semester I, PT Trimegah Asset Management (TRAM) akan rajin menerbitkan reksa dana baru. Perseroan bahkan berencana untuk menerbitkan produk baru setiap bulannya mulai September 2011.
Menurut Direktur Utama TRAM, Denny Thaher, pasar reksa dana masih menjanjikan hingga akhir 2011. Untuk itu, perseroan akan menggenjot penerbitkan minimal empat reksa dana baru.
"Kita kemarin berbenah, dan setelah Lebaran kami terbitkan satu produk per bulan," jelas Denny di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (18/7/2011).
Anak usaha PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) ini berencana mengeluarkan jenis reksana dana campuran, pendapatan tetap dan saham. "Sedang kita kaji, jenis reksa dana baru yang kami akan keluarkan. Tidak tertutup kemungkinan ada dua produk yang sama, kita lihat perkembangan yang terjadi di pasar," paparnya.
Hingga akhir semester I, total dana kelolaan TRAM mencapai Rp 3,35 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan awal tahun 2011 yang hanya Rp 2,5 triliun. Dengan penambahan empat reksa dana baru, perseroan optimis dapat membukukan dana kelolaan Rp 5,5 triliun di Desember 2011.
Hari ini perseroan resmi meluncurkan produk baru TRAM Pendapatan Tetap USD), dengan target dana kelolaan (NAB) US$ 10 juta hingga akhir 2011. Kelolaan dana TRAM Pendapatan Tetap USD akan ditempatkan pada obligasi pemerintah, juga korporasi yang diterbitkan dalam denominasi dollar AS. Durasi penempatan jangka menengah hingga panjang.
"Estimasi imbal hasil pada produk ini adalah 3-4%. Investasi dollar selama ini juga ga banyak. Dan minatnya ga sebanyak saham dan pendapatan tetap rupiah. Tapi pasti akan mereka yang membutuhkan investasi ini (dollar AS). Kita ingin memenuhi kebutuhan mereka, dengan produk-produk yang TRAM terbitkan," paparnya.
Denny menegaskan, pasar saham masih akan atraktif hingga penghujung tahun, meski ada kekhawatiran kenaikan suku bunga pada semester II. Atas pandangan tersebut, TRAM masih rajin menempatkan kelolaan dananya pada instrumen efek ini.
"Saham masih, seperti sektor consumer, perbankan, telekomunikasi, properti. Komoditas juga, meski (kenaikan) masih belum seperti lainnya," imbuh Denny.
(wep/ang)
Trimegah Genjot Penerbitan Reksa Dana Baru Setiap Bulan
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Jakarta - Usai berbenah pada semester I, PT Trimegah Asset Management (TRAM) akan rajin menerbitkan reksa dana baru. Perseroan bahkan berencana untuk menerbitkan produk baru setiap bulannya mulai September 2011.
Menurut Direktur Utama TRAM, Denny Thaher, pasar reksa dana masih menjanjikan hingga akhir 2011. Untuk itu, perseroan akan menggenjot penerbitkan minimal empat reksa dana baru.
"Kita kemarin berbenah, dan setelah Lebaran kami terbitkan satu produk per bulan," jelas Denny di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (18/7/2011).
Anak usaha PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) ini berencana mengeluarkan jenis reksana dana campuran, pendapatan tetap dan saham. "Sedang kita kaji, jenis reksa dana baru yang kami akan keluarkan. Tidak tertutup kemungkinan ada dua produk yang sama, kita lihat perkembangan yang terjadi di pasar," paparnya.
Hingga akhir semester I, total dana kelolaan TRAM mencapai Rp 3,35 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan awal tahun 2011 yang hanya Rp 2,5 triliun. Dengan penambahan empat reksa dana baru, perseroan optimis dapat membukukan dana kelolaan Rp 5,5 triliun di Desember 2011.
Hari ini perseroan resmi meluncurkan produk baru TRAM Pendapatan Tetap USD), dengan target dana kelolaan (NAB) US$ 10 juta hingga akhir 2011. Kelolaan dana TRAM Pendapatan Tetap USD akan ditempatkan pada obligasi pemerintah, juga korporasi yang diterbitkan dalam denominasi dollar AS. Durasi penempatan jangka menengah hingga panjang.
"Estimasi imbal hasil pada produk ini adalah 3-4%. Investasi dollar selama ini juga ga banyak. Dan minatnya ga sebanyak saham dan pendapatan tetap rupiah. Tapi pasti akan mereka yang membutuhkan investasi ini (dollar AS). Kita ingin memenuhi kebutuhan mereka, dengan produk-produk yang TRAM terbitkan," paparnya.
Denny menegaskan, pasar saham masih akan atraktif hingga penghujung tahun, meski ada kekhawatiran kenaikan suku bunga pada semester II. Atas pandangan tersebut, TRAM masih rajin menempatkan kelolaan dananya pada instrumen efek ini.
"Saham masih, seperti sektor consumer, perbankan, telekomunikasi, properti. Komoditas juga, meski (kenaikan) masih belum seperti lainnya," imbuh Denny.
(wep/ang)
Kamis, 14 Juli 2011
Pelanggaran atawa PENIPUAN investasi ... LAGE : 140711
Bapepam-LK memeriksa empat lembaga investasi, terkait dengan dugaan pelanggaran Undang-Undang Pasar Modal yang berpotensi merugikan investor.
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida mengatakan pihaknya selalu memonitor kegiatan investasi yang mengajak peran serta masyarakat, tetapi berpotensi melanggar hukum.
Dia belum mau menyebutkan nama-nama perusahaan investasi itu, karena saat ini Bapepam-LK masih melakukan pemeriksaan.
Menurut dia, ada dua indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki izin resmi manajemen investasi, tetapi melakukan kegiatan pengumpulan dana dari lebih 50 pihak.
“Ada tiga hingga empat lembaga investasi yang sedang diperiksa.
Kami akan melihat apakah mereka mengikuti peraturan. UU Pasar Modal menyatakan bahwa penawaran umum itu harus disetujui oleh 50 pihak, tetapi terkadang ada yang hanya disetujui oleh 49 pihak, tetapi kemudian dipecahpecah lagi,“ jelasnya kemarin.
Sesuai dengan penjelasan Pasal 1 angka 15 UU Pasar Modal, penawaran umum adalah penawaran efek oleh emiten yang ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah dijual kepada lebih dari 50 pihak.
Terkait dengan UU itu, setiap perusahaan yang menjual penawaran kepada lebih dari 50 pihak diwajibkan mendapat izin resmi dari Bapepam-LK.
Nurhaida mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya melaporkan perusahaan PT Balicon Life Insurance yang merugikan nasabah. Balicon Life merupakan lembaga investasi yang tidak terdaftar di Bapepam-LK.
“Kami membentuk satgas antardepartemen yang juga menggandeng kepolisian dan kejaksaan dan memantau apabila ada kegiatan investasi yang melanggar
hukum, seperti yang kemarin ada di Bali. Satgas akan turun bersama-sama, satu tim,“ kata Nurhaida.
Kendati dinilai bisa merugikan masyarakat, karena tidak memiliki izin resmi melakukan kegiatan investasi, perusahaan itu kemungkinan tidak akan diawasi secara resmi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK Robinson Simbolon sebelumnya mengatakan wilayah pengawasan dan pengaturan OJK kemungkinan, yaitu lembaga investasi yang produknya diakui oleh Bank Indonesia dan Bapepam-LK.
Sumber : BISNIS INDONESIA
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida mengatakan pihaknya selalu memonitor kegiatan investasi yang mengajak peran serta masyarakat, tetapi berpotensi melanggar hukum.
Dia belum mau menyebutkan nama-nama perusahaan investasi itu, karena saat ini Bapepam-LK masih melakukan pemeriksaan.
Menurut dia, ada dua indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki izin resmi manajemen investasi, tetapi melakukan kegiatan pengumpulan dana dari lebih 50 pihak.
“Ada tiga hingga empat lembaga investasi yang sedang diperiksa.
Kami akan melihat apakah mereka mengikuti peraturan. UU Pasar Modal menyatakan bahwa penawaran umum itu harus disetujui oleh 50 pihak, tetapi terkadang ada yang hanya disetujui oleh 49 pihak, tetapi kemudian dipecahpecah lagi,“ jelasnya kemarin.
Sesuai dengan penjelasan Pasal 1 angka 15 UU Pasar Modal, penawaran umum adalah penawaran efek oleh emiten yang ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah dijual kepada lebih dari 50 pihak.
Terkait dengan UU itu, setiap perusahaan yang menjual penawaran kepada lebih dari 50 pihak diwajibkan mendapat izin resmi dari Bapepam-LK.
Nurhaida mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya melaporkan perusahaan PT Balicon Life Insurance yang merugikan nasabah. Balicon Life merupakan lembaga investasi yang tidak terdaftar di Bapepam-LK.
“Kami membentuk satgas antardepartemen yang juga menggandeng kepolisian dan kejaksaan dan memantau apabila ada kegiatan investasi yang melanggar
hukum, seperti yang kemarin ada di Bali. Satgas akan turun bersama-sama, satu tim,“ kata Nurhaida.
Kendati dinilai bisa merugikan masyarakat, karena tidak memiliki izin resmi melakukan kegiatan investasi, perusahaan itu kemungkinan tidak akan diawasi secara resmi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Bapepam-LK Robinson Simbolon sebelumnya mengatakan wilayah pengawasan dan pengaturan OJK kemungkinan, yaitu lembaga investasi yang produknya diakui oleh Bank Indonesia dan Bapepam-LK.
Sumber : BISNIS INDONESIA
Senin, 11 Juli 2011
ANALIS v. gw: BEDA ab1$
Rabu, 06/07/2011 12:22 WIB
Tips Kelola Reksa Dana Saat Pasar Bullish
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berfluktuasi meski mengalami tren peningkatan. Bahkan pekan lalu Indeks telah tembus level 3.900 dan hampir menyentuh 4.000, kemudian melemah akibat aksi ambil untung (profit taking) dari para investor.
Hal ini mengakibatkan pasar reksa dana berbasis saham atau equity juga mengalami pergolakan. Lalu apa yang harus investor lakukan dalam menyikapi volatility market yang begitu impresif ini?
Menurut Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja - Endra (Bonny), pasar modal dalam jangka pendek akan mengalami volatility. Untuk itu, investor yang memiliki reksa dana dengan underlying asset saham disarankan mengurangi portofolio mereka. Untuk kemudian dana investasi ditempatkan pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah, seperti obligasi.
... well, gw seh bisa setuju bisa tidak setuju dengan pendapat ini ... setuju karena memang dimungkinkan terjadinya switching dari reksa dana ke obligasi pada kondisi tertentu, sesuai dengan siklus juga ... tidak setuju karena gw memang ga berminat inves di obligasi, jadi gw lebe MENGUTAMAKAN beli reksa dana saham JUSTRU pada saat NAB murah/rendah :)
"Investor bagaiman dalam menyikati volatility ini? Dengan equity lebih besar, maka kurangi. Ambil capital dengan asset class yang lebih rendah, obligasi. Ini semacam switching," ujar Bonny saat berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Rabu (6/7/2011).
Ia menjelaskan, tidak ada acuan berapa pengurangan portofolio reksa dana saham. Pasalnya masing-masing investor memiliki risk profil yang berbeda.
Namun sebagai acuan, Investor A memiliki profil risiko tinggi dengan demikian ia masuk dalam kategori invetor agresif. Dengan kenaikan IHSG yang terus terjadi hingga level 3.900 maka risiko investor semakin meningkat.
"Investor dari sebelumnya agresif dan porsi 40%-80%, maka risikonya naik menjadi 90%. Ini harus dikurangi dan dialihkan ke obligasi," ucapnya.
Namun, Schroder Investment Management Indonesia masih menatap positif pasar reksa dana di 2011, apalagi investasi dengan periode jangka panjang. Meskipun pada jangka pendek tetap terjadi volatilitas, namun jika ditarik garis lurus pasar reksa dana akan mengalami peningkatan.
Volatilitas ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Yaitu belum stabilnya ekonomi dunia, khususnya Yunani yang tengah berada diambang default.
"Volatility bertambah besar karena risiko di global market. Secara jangka panjang outlook masih positif. Untuk itu kami bersama teman-teman selalu menyarankan untuk berinvestasi secara berkala. Karena kita tidak mengetahui market ke depan. Kita bisa masuk di saat market sedang terkoreksi," tegasnya.
Meski optimis, Bonny mengaku pertumbuhan reksa dana tahun lalu sulit terulang, dimana posisi nilai aktiva bersih pada akhir 2010 menembus angka Rp 170,928 triliun, atau naik 46% dari posisi tahun 2009, Rp 116,73 triliun.
Berbagai faktor pendukung yang mengangkat pasar modal, dan reksa dana tahun lalu, tidak lagi menghinggap di 2011. "Akan ada pertumbuhan tapi tidak seperti tahun lalu," tegasnya.
Berdasarkan catatan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nilai aktiva bersih (NAB) produk investasi reksa dana hingga semester I-2011 mencapai level Rp 152,546 triliun, atau naik tipis dari posisi Mei, Rp 151,176 triliun.
Dimana sepanjang Januari-Juni 2011 jumlah unit reksa dana mencapai 84,894 miliar. Jika dibandingkan posisi Mei, dengan unit reksa dana 85,148 miliar maka terjadi penurunan.
(wep/ang)
Tips Kelola Reksa Dana Saat Pasar Bullish
Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berfluktuasi meski mengalami tren peningkatan. Bahkan pekan lalu Indeks telah tembus level 3.900 dan hampir menyentuh 4.000, kemudian melemah akibat aksi ambil untung (profit taking) dari para investor.
Hal ini mengakibatkan pasar reksa dana berbasis saham atau equity juga mengalami pergolakan. Lalu apa yang harus investor lakukan dalam menyikapi volatility market yang begitu impresif ini?
Menurut Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja - Endra (Bonny), pasar modal dalam jangka pendek akan mengalami volatility. Untuk itu, investor yang memiliki reksa dana dengan underlying asset saham disarankan mengurangi portofolio mereka. Untuk kemudian dana investasi ditempatkan pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah, seperti obligasi.
... well, gw seh bisa setuju bisa tidak setuju dengan pendapat ini ... setuju karena memang dimungkinkan terjadinya switching dari reksa dana ke obligasi pada kondisi tertentu, sesuai dengan siklus juga ... tidak setuju karena gw memang ga berminat inves di obligasi, jadi gw lebe MENGUTAMAKAN beli reksa dana saham JUSTRU pada saat NAB murah/rendah :)
"Investor bagaiman dalam menyikati volatility ini? Dengan equity lebih besar, maka kurangi. Ambil capital dengan asset class yang lebih rendah, obligasi. Ini semacam switching," ujar Bonny saat berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Rabu (6/7/2011).
Ia menjelaskan, tidak ada acuan berapa pengurangan portofolio reksa dana saham. Pasalnya masing-masing investor memiliki risk profil yang berbeda.
Namun sebagai acuan, Investor A memiliki profil risiko tinggi dengan demikian ia masuk dalam kategori invetor agresif. Dengan kenaikan IHSG yang terus terjadi hingga level 3.900 maka risiko investor semakin meningkat.
"Investor dari sebelumnya agresif dan porsi 40%-80%, maka risikonya naik menjadi 90%. Ini harus dikurangi dan dialihkan ke obligasi," ucapnya.
Namun, Schroder Investment Management Indonesia masih menatap positif pasar reksa dana di 2011, apalagi investasi dengan periode jangka panjang. Meskipun pada jangka pendek tetap terjadi volatilitas, namun jika ditarik garis lurus pasar reksa dana akan mengalami peningkatan.
Volatilitas ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Yaitu belum stabilnya ekonomi dunia, khususnya Yunani yang tengah berada diambang default.
"Volatility bertambah besar karena risiko di global market. Secara jangka panjang outlook masih positif. Untuk itu kami bersama teman-teman selalu menyarankan untuk berinvestasi secara berkala. Karena kita tidak mengetahui market ke depan. Kita bisa masuk di saat market sedang terkoreksi," tegasnya.
Meski optimis, Bonny mengaku pertumbuhan reksa dana tahun lalu sulit terulang, dimana posisi nilai aktiva bersih pada akhir 2010 menembus angka Rp 170,928 triliun, atau naik 46% dari posisi tahun 2009, Rp 116,73 triliun.
Berbagai faktor pendukung yang mengangkat pasar modal, dan reksa dana tahun lalu, tidak lagi menghinggap di 2011. "Akan ada pertumbuhan tapi tidak seperti tahun lalu," tegasnya.
Berdasarkan catatan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nilai aktiva bersih (NAB) produk investasi reksa dana hingga semester I-2011 mencapai level Rp 152,546 triliun, atau naik tipis dari posisi Mei, Rp 151,176 triliun.
Dimana sepanjang Januari-Juni 2011 jumlah unit reksa dana mencapai 84,894 miliar. Jika dibandingkan posisi Mei, dengan unit reksa dana 85,148 miliar maka terjadi penurunan.
(wep/ang)
Minggu, 10 Juli 2011
catatan SEMENTARA skenario SEMESTER 1/2011 inves 1 Juta RDS :08 Juli 2011
... dari tabel tersimak bahwa:
pada tgl 3 Juni 2011 : Nilai Aktiva Bersih Schroder 90+ EF = 1,374.14, yaitu lebe rendah dibandingkan dengan NAB S90+ per tgl 06 Juli 2011 (= 1,389.86)
dengan modal setiap kali inves = Rp. 1 Juta, maka total unit reksa dana yang dibeli per tgl 03 Juni 2011 LEBE BANYAK daripada per tgl 06 Juli 2011 (yaitu 1,000,000 dibagi NAB; contoh = 1,000,000/1,374.14= 727.73 untuk per tgl 03 Juni)
s/d 03 Juni, total modal inves yang dipakai = 6 X Rp 1 Jt = Rp. 6 Jt
s/d 06 Juli, total modal inves = Rp. 7 jt
simak kotak berwarna kuning, dengan total unit (s/d 27 Juni 2011) sebanyak 4572.5 maka nilai rupiah aset saat itu = Rp. 6206001.81 (yaitu hasil perhitungan: 4572.5 X 1,357.25); ternyata TERDAPAT %POTENTIAL GAIN = (6206001.81-6000000)/6000000 x 100% = 3.43%
SEKARANG SIMAK KOTAK BERWARNA biru:
total unit yang dibeli = 5292 dengan total modal = Rp.7000000-
% potential gainnya ternyata = 8.01% dengan total nilai rupiah aset = Rp.7560545.10
untuk sementara maseh lumayan dapat laba potential 8% dalam waktu 7 bulan
...
bandingkan dengan % kenaikan NAB:
per tgl 03 Januari NAB = 1345.51
per tgl 27 Juni NAB = 1357.25 berarti terjadi %kenaikan NAB = 0.87% (berada di bawah % potential gain yang diraih lewat metode inves regular 1 juta per bulan)
per tgl 08 Juli NAB = 1428.68 dengan %kenaikan NAB = 6% ( juga berada di bawah % potential gain)
...
untuk sementara ternyata metode inves 1 juta per bulan dengan reksa dana saham tertentu sudah membuahkan IMBAL HASIL yang lebe baek daripada suku bunga deposito atau cara langsung masuk semua modal pada satu tanggal tertentu
...
semua tetap harus diuji pada kesempatan berikut :)
pada tgl 3 Juni 2011 : Nilai Aktiva Bersih Schroder 90+ EF = 1,374.14, yaitu lebe rendah dibandingkan dengan NAB S90+ per tgl 06 Juli 2011 (= 1,389.86)
dengan modal setiap kali inves = Rp. 1 Juta, maka total unit reksa dana yang dibeli per tgl 03 Juni 2011 LEBE BANYAK daripada per tgl 06 Juli 2011 (yaitu 1,000,000 dibagi NAB; contoh = 1,000,000/1,374.14= 727.73 untuk per tgl 03 Juni)
s/d 03 Juni, total modal inves yang dipakai = 6 X Rp 1 Jt = Rp. 6 Jt
s/d 06 Juli, total modal inves = Rp. 7 jt
simak kotak berwarna kuning, dengan total unit (s/d 27 Juni 2011) sebanyak 4572.5 maka nilai rupiah aset saat itu = Rp. 6206001.81 (yaitu hasil perhitungan: 4572.5 X 1,357.25); ternyata TERDAPAT %POTENTIAL GAIN = (6206001.81-6000000)/6000000 x 100% = 3.43%
SEKARANG SIMAK KOTAK BERWARNA biru:
total unit yang dibeli = 5292 dengan total modal = Rp.7000000-
% potential gainnya ternyata = 8.01% dengan total nilai rupiah aset = Rp.7560545.10
untuk sementara maseh lumayan dapat laba potential 8% dalam waktu 7 bulan
...
bandingkan dengan % kenaikan NAB:
per tgl 03 Januari NAB = 1345.51
per tgl 27 Juni NAB = 1357.25 berarti terjadi %kenaikan NAB = 0.87% (berada di bawah % potential gain yang diraih lewat metode inves regular 1 juta per bulan)
per tgl 08 Juli NAB = 1428.68 dengan %kenaikan NAB = 6% ( juga berada di bawah % potential gain)
...
untuk sementara ternyata metode inves 1 juta per bulan dengan reksa dana saham tertentu sudah membuahkan IMBAL HASIL yang lebe baek daripada suku bunga deposito atau cara langsung masuk semua modal pada satu tanggal tertentu
...
semua tetap harus diuji pada kesempatan berikut :)
Rabu, 06 Juli 2011
ihsg 3900an, TIME 2 SELL a bit
enjoy lah :)
gw mah sante dikit, redeem sebagian kecil RD gw kemaren (050711), TAPI INFO dari customer officer gw: 040711 banyak yg duluan redeem ... itu berarti banyak yang jual RDS, well, liat aja dah evaluasi berikut:
gw mah sante dikit, redeem sebagian kecil RD gw kemaren (050711), TAPI INFO dari customer officer gw: 040711 banyak yg duluan redeem ... itu berarti banyak yang jual RDS, well, liat aja dah evaluasi berikut:
yang MENGGIURKAN itu RD, namanya
Reksa Dana Masih Menggiurkan
Selasa, 5 Juli 2011 | 8:42
investor daily
Industri reksa dana Indonesia terus bertumbuh mengikuti jejak pasar modal. Hingga akhir Juni 2011, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp 152,54 triliun, naik 23,81% dibanding periode sama 2010. Sebagai instrumen investasi, produk reksa dana memiliki daya tarik tersendiri.
Selama semester I- 2011, produk ini memberikan imbal hasil rata-rata 11-15%. Bahkan, reksa dana saham rata-rata menghasilkan keuntungan 14,49%, melampaui kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya 5%. Sepanjang tahun ini, reksa dana saham diperkirakan mampu memberikan imbal hasil rata-rata 20-25%.
Meski dana kelolaan meningkat dan imbal hasil menggiurkan, para pengelola reksa dana perlu bekerja ekstra keras. Hingga kini, keterlibatan investor lokal dalam industri ini masih tergolong minim. Dari sisi jumlah investor lokal, kita masih tertinggal dibandingkan Malaysia dan Singapura. Minimnya peminat lokal tersebut tak terlepas dari kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk reksa dana.
Dalam berinvestasi, masyarakat Indonesia selalu ingin aman namun tetap untung. Padahal, setiap produk investasi selalu ada risiko. Selama ini, 80% masyarakat Indonesia masih memilih instrumen investasi yang bersifat tradisional seperti emas, tanah, dan deposito.
Melihat tren 10 tahun terakhir, kita yakin reksa dana bakal menjadi primadona investasi. Potensi pasar pun masih terbuka lebar. Hingga kini, industri reksa dana baru mampu menggaet 91 ribu pemodal. Meski sebagian besar dari 240 juta penduduk Indonesia tergolong miskin, jumlah orang kaya negeri ini terus bertambah. Bahkan, rata-rata kekayaan orang Indonesia meningkat lima kali lipat.
Untuk meningkatkan jumlah investor lokal, kita perlu lebih gencar menyosialisasikan produk investasi ini. Kalau perlu, kita mulai memperkenalkan produk ini sejak jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar. Selama ini, investor reksa dana di Indonesia masih didominasi oleh pegawai swasta dan wiraswasta.
Kita harus bisa meyakinkan kepada masyarakat bahwa investasi reksa dana berpeluang meningkatkan kesejahteraan asalkan dikelola dengan baik. Kita juga harus bisa meyakinkan para calon investor pemula bahwa mereka bisa memanfaatkan manajer investasi untuk membantunya menjalankan investasi.
Kita yakin industri tidak bakal layu sebelum berkembang. Terlebih lagi, fundamental ekonomi Indonesia tampak kokoh meski dunia dilanda ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan NAB reksa dana yang mencapai 23,81% dalam setahun terakhir kian menguatkan keyakinan itu. Kenaikan NAB itu juga tak terlepas dari penguatan IHSG yang begitu atraktif dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, tren suku bunga rendah membuat sebagian deposan mulai melirik produk investasi pasar modal ini.
Kita berharap para manajer investasi bisa memanfaatkan momentum yang baik ini. Untuk memikat investor, perusahaan investasi harus bisa memberikan beragam pilihan produk. Kita percaya produk baru bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berinvestasi. Kita juga percaya produk baru mampu menggalang investor baru dan dana segar.
Yang pasti, baik atau buruknya industri reksa dana terpulang pada para pengelola investasi. Kita berharap, para manajer investasi benar-benar menjalankan fungsinya untuk membimbing para investor, terutama pemodal pemula. Kejujuran manajer investasi merupakan modal dasar bagi perkembangan industri ini di masa mendatang.
Perusahaan investasi hendaknya tidak sekadar kejar setoran dalam pemasaran produk reksa dana. Manajer investasi juga harus menyadari batas kemampuan mereka dalam pengelolaan dana. Mereka harus benar-benar mengelola dana tersebut secara berhati-hati, termasuk memperhitungkan berbagai ancaman yang terjadi.
Manajer investasi berkewajiban untuk menjelaskan prospek dan risiko setiap produk yang dipasarkannya. Sebaliknya, investor ada baiknya ikut belajar memahami dan menganalisis faktor risiko yang mungkin bakal dihadapinya. Jangan sampai investor hanya terfokus pada keuntungan yang menggiurkan tapi melupakan bencana yang mungkin datang.***
Selasa, 5 Juli 2011 | 8:42
investor daily
Industri reksa dana Indonesia terus bertumbuh mengikuti jejak pasar modal. Hingga akhir Juni 2011, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp 152,54 triliun, naik 23,81% dibanding periode sama 2010. Sebagai instrumen investasi, produk reksa dana memiliki daya tarik tersendiri.
Selama semester I- 2011, produk ini memberikan imbal hasil rata-rata 11-15%. Bahkan, reksa dana saham rata-rata menghasilkan keuntungan 14,49%, melampaui kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya 5%. Sepanjang tahun ini, reksa dana saham diperkirakan mampu memberikan imbal hasil rata-rata 20-25%.
Meski dana kelolaan meningkat dan imbal hasil menggiurkan, para pengelola reksa dana perlu bekerja ekstra keras. Hingga kini, keterlibatan investor lokal dalam industri ini masih tergolong minim. Dari sisi jumlah investor lokal, kita masih tertinggal dibandingkan Malaysia dan Singapura. Minimnya peminat lokal tersebut tak terlepas dari kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk reksa dana.
Dalam berinvestasi, masyarakat Indonesia selalu ingin aman namun tetap untung. Padahal, setiap produk investasi selalu ada risiko. Selama ini, 80% masyarakat Indonesia masih memilih instrumen investasi yang bersifat tradisional seperti emas, tanah, dan deposito.
Melihat tren 10 tahun terakhir, kita yakin reksa dana bakal menjadi primadona investasi. Potensi pasar pun masih terbuka lebar. Hingga kini, industri reksa dana baru mampu menggaet 91 ribu pemodal. Meski sebagian besar dari 240 juta penduduk Indonesia tergolong miskin, jumlah orang kaya negeri ini terus bertambah. Bahkan, rata-rata kekayaan orang Indonesia meningkat lima kali lipat.
Untuk meningkatkan jumlah investor lokal, kita perlu lebih gencar menyosialisasikan produk investasi ini. Kalau perlu, kita mulai memperkenalkan produk ini sejak jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar. Selama ini, investor reksa dana di Indonesia masih didominasi oleh pegawai swasta dan wiraswasta.
Kita harus bisa meyakinkan kepada masyarakat bahwa investasi reksa dana berpeluang meningkatkan kesejahteraan asalkan dikelola dengan baik. Kita juga harus bisa meyakinkan para calon investor pemula bahwa mereka bisa memanfaatkan manajer investasi untuk membantunya menjalankan investasi.
Kita yakin industri tidak bakal layu sebelum berkembang. Terlebih lagi, fundamental ekonomi Indonesia tampak kokoh meski dunia dilanda ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan NAB reksa dana yang mencapai 23,81% dalam setahun terakhir kian menguatkan keyakinan itu. Kenaikan NAB itu juga tak terlepas dari penguatan IHSG yang begitu atraktif dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, tren suku bunga rendah membuat sebagian deposan mulai melirik produk investasi pasar modal ini.
Kita berharap para manajer investasi bisa memanfaatkan momentum yang baik ini. Untuk memikat investor, perusahaan investasi harus bisa memberikan beragam pilihan produk. Kita percaya produk baru bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berinvestasi. Kita juga percaya produk baru mampu menggalang investor baru dan dana segar.
Yang pasti, baik atau buruknya industri reksa dana terpulang pada para pengelola investasi. Kita berharap, para manajer investasi benar-benar menjalankan fungsinya untuk membimbing para investor, terutama pemodal pemula. Kejujuran manajer investasi merupakan modal dasar bagi perkembangan industri ini di masa mendatang.
Perusahaan investasi hendaknya tidak sekadar kejar setoran dalam pemasaran produk reksa dana. Manajer investasi juga harus menyadari batas kemampuan mereka dalam pengelolaan dana. Mereka harus benar-benar mengelola dana tersebut secara berhati-hati, termasuk memperhitungkan berbagai ancaman yang terjadi.
Manajer investasi berkewajiban untuk menjelaskan prospek dan risiko setiap produk yang dipasarkannya. Sebaliknya, investor ada baiknya ikut belajar memahami dan menganalisis faktor risiko yang mungkin bakal dihadapinya. Jangan sampai investor hanya terfokus pada keuntungan yang menggiurkan tapi melupakan bencana yang mungkin datang.***
Selasa, 05 Juli 2011
schroder MAEN@40 T, seh ... 050711
PT Schroder Investment Management mencatatkan dana kelolaan reksa dana dan discretionary fund mencapai Rp58 triliun per Juni 2011.
Hal itu disampaikan Manager Mutual Fund Sales PT Schroders Investment Management, B.E Irawan Djaja, Selasa (5/7). "Total dana kelolaan reksa dana dan discretionary fund mencapai Rp58 triliun per Juni 2011. Komposisinya antara lain dana kelolaan reksa dana mencapai Rp40 triliun dan discretionary fund kurang lebih Rp18 triliun," ujar Irawan.
Lebih lanjut ia mengatakan, dana kelolaan reksa dana tersebut sekitar 70% didominasi reksa dana saham. Selain itu, dana kelolaan reksa dana yang cukup tinggi ini didukung dari 16 agen penjual reksa dana dan 8 perusahaan asuransi. Menurut Irawan, saat ini pihaknya belum akan menambah agen penjual reksa dana.
"Dengan 16 agen penjual reksa dana dan 8 perusahaan asuransi tersebut sudah cukup besar, kita lebih mementingkan kualitas," kata Irawan.
Pihaknya pun selalu melakukan edukasi dan sosialisasi kepada investor dengan pendekatan portofolio. Pendekatan portofolio tergantung dari profil investor.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1670652/juni-schroder-raih-dana-kelolaan-hingga-rp58-t
Sumber : INILAH.COM
Hal itu disampaikan Manager Mutual Fund Sales PT Schroders Investment Management, B.E Irawan Djaja, Selasa (5/7). "Total dana kelolaan reksa dana dan discretionary fund mencapai Rp58 triliun per Juni 2011. Komposisinya antara lain dana kelolaan reksa dana mencapai Rp40 triliun dan discretionary fund kurang lebih Rp18 triliun," ujar Irawan.
Lebih lanjut ia mengatakan, dana kelolaan reksa dana tersebut sekitar 70% didominasi reksa dana saham. Selain itu, dana kelolaan reksa dana yang cukup tinggi ini didukung dari 16 agen penjual reksa dana dan 8 perusahaan asuransi. Menurut Irawan, saat ini pihaknya belum akan menambah agen penjual reksa dana.
"Dengan 16 agen penjual reksa dana dan 8 perusahaan asuransi tersebut sudah cukup besar, kita lebih mementingkan kualitas," kata Irawan.
Pihaknya pun selalu melakukan edukasi dan sosialisasi kepada investor dengan pendekatan portofolio. Pendekatan portofolio tergantung dari profil investor.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1670652/juni-schroder-raih-dana-kelolaan-hingga-rp58-t
Sumber : INILAH.COM
Langganan:
Postingan (Atom)