gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Senin, 11 Juli 2011

ANALIS v. gw: BEDA ab1$

Rabu, 06/07/2011 12:22 WIB
Tips Kelola Reksa Dana Saat Pasar Bullish
Whery Enggo Prayogi - detikFinance


Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berfluktuasi meski mengalami tren peningkatan. Bahkan pekan lalu Indeks telah tembus level 3.900 dan hampir menyentuh 4.000, kemudian melemah akibat aksi ambil untung (profit taking) dari para investor.

Hal ini mengakibatkan pasar reksa dana berbasis saham atau equity juga mengalami pergolakan. Lalu apa yang harus investor lakukan dalam menyikapi volatility market yang begitu impresif ini?

Menurut Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja - Endra (Bonny), pasar modal dalam jangka pendek akan mengalami volatility. Untuk itu, investor yang memiliki reksa dana dengan underlying asset saham disarankan mengurangi portofolio mereka. Untuk kemudian dana investasi ditempatkan pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah, seperti obligasi.
... well, gw seh bisa setuju bisa tidak setuju dengan pendapat ini ... setuju karena memang dimungkinkan terjadinya switching dari reksa dana ke obligasi pada kondisi tertentu, sesuai dengan siklus juga ... tidak setuju karena gw memang ga berminat inves di obligasi, jadi gw lebe MENGUTAMAKAN beli reksa dana saham JUSTRU pada saat NAB murah/rendah :)

"Investor bagaiman dalam menyikati volatility ini? Dengan equity lebih besar, maka kurangi. Ambil capital dengan asset class yang lebih rendah, obligasi. Ini semacam switching," ujar Bonny saat berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Rabu (6/7/2011).

Ia menjelaskan, tidak ada acuan berapa pengurangan portofolio reksa dana saham. Pasalnya masing-masing investor memiliki risk profil yang berbeda.

Namun sebagai acuan, Investor A memiliki profil risiko tinggi dengan demikian ia masuk dalam kategori invetor agresif. Dengan kenaikan IHSG yang terus terjadi hingga level 3.900 maka risiko investor semakin meningkat.

"Investor dari sebelumnya agresif dan porsi 40%-80%, maka risikonya naik menjadi 90%. Ini harus dikurangi dan dialihkan ke obligasi," ucapnya.

Namun, Schroder Investment Management Indonesia masih menatap positif pasar reksa dana di 2011, apalagi investasi dengan periode jangka panjang. Meskipun pada jangka pendek tetap terjadi volatilitas, namun jika ditarik garis lurus pasar reksa dana akan mengalami peningkatan.

Volatilitas ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Yaitu belum stabilnya ekonomi dunia, khususnya Yunani yang tengah berada diambang default.

"Volatility bertambah besar karena risiko di global market. Secara jangka panjang outlook masih positif. Untuk itu kami bersama teman-teman selalu menyarankan untuk berinvestasi secara berkala. Karena kita tidak mengetahui market ke depan. Kita bisa masuk di saat market sedang terkoreksi," tegasnya.

Meski optimis, Bonny mengaku pertumbuhan reksa dana tahun lalu sulit terulang, dimana posisi nilai aktiva bersih pada akhir 2010 menembus angka Rp 170,928 triliun, atau naik 46% dari posisi tahun 2009, Rp 116,73 triliun.

Berbagai faktor pendukung yang mengangkat pasar modal, dan reksa dana tahun lalu, tidak lagi menghinggap di 2011. "Akan ada pertumbuhan tapi tidak seperti tahun lalu," tegasnya.

Berdasarkan catatan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nilai aktiva bersih (NAB) produk investasi reksa dana hingga semester I-2011 mencapai level Rp 152,546 triliun, atau naik tipis dari posisi Mei, Rp 151,176 triliun.

Dimana sepanjang Januari-Juni 2011 jumlah unit reksa dana mencapai 84,894 miliar. Jika dibandingkan posisi Mei, dengan unit reksa dana 85,148 miliar maka terjadi penurunan.

(wep/ang)

Tidak ada komentar: