gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Jumat, 06 November 2009

GO MUTUAL FUNDS, ayo ke reksadana LAGE

06/11/2009 - 17:58
Nasabah Deposito Kabur ke Reksadana
Ahmad Munjin


(inilah.com /Dokumen)
INILAH.COM, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, nasabah besar perbankan dengan simpanan di atas Rp5 miliar turun. Ditengarai, mereka beralih ke reksadana yang bebas pajak.

Fund Manager Bhakti Asset Management Endarto menengarai terjadinya peralihan dana nasabah deposito ke reksadana pendapatan tetap. Menurutnya, reksadana hingga saat ini masih mendapat perlindungan bebas pajak. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga beralih ke obligasi ritel dengan denominasi Rp5 juta per lembar.

Sementara obligasi pemerintah (SUN) belum bisa dipastikan menjadi sasaran perburuan nasabah deposito karena denominasi per lembar mencapai Rp1 miliar. “Tapi kecenderungannya ke reksadana karena alasan kemudahan seperti penjualan dan lain sebagainya. Reksadana lebih mudah mencairkannya,” katanya kepada INILAH.COM, Jakarta, Jumat (6/11).

Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, dana nasabah besar bank dengan simpanan di atas Rp 5 miliar turun Rp 12,01 triliun (1,72%) pada akhir September 2009 menjadi Rp 688,45 triliun dari posisi per Agustus 2009 Rp 700,47 triliun.

Lebih jauh Endarto mengatakan, investasi reksadana memudahkan investor untuk mencairkan dananya. Bahkan bisa dicairkan dalam sehari-dua hari terutama untuk reksadana pasar uang dan saham. “Hanya saja, biasanya jika belum mencapai sebulan penuh terkena charge,” imbuhnya.

Ia menegaskan, dana investasi secara alamiah akan mengalir ke instrumen yang bisa memberikan return lebih tinggi. Menurutnya, suku bunga deposito bank jika dihitung dengan BI rate 6,5% kemudian dipotong pajak 20%, maka bunga bersihnya tinggal 5,2%.

“Sedangkan rata-rata industri reksadana untuk pendapatan tetap sebesar 10% dan untuk pasar uang bisa memberikan return hingga 7%. Ini net of tax, bunga bersih tidak dikenai pajak lagi,” paparnya.

Memang, kupon obligasi mencapai 10% tapi dari sisi kemudahan jelas pilihannya adalah reksadana. Namun, ini pun sangat tergantung kepada kategori nasabahnya. Ada nasabah yang bertujuan memarkir uangnya sepekan hingga dua pekan saja.

“Bagi nasabah dalam tempo singkat dipastikan akan beralih ke reksadana karena deposito pun sebenarnya rata-rata satu bulan,” imbuhnya. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah terbentuk pola peralihan dari deposito ke reksadana.

Artinya, sebelum trend BI rate menurun sejak akhir 2008 hingga sekarang, reksadana sudah banyak digandrungi nasabah deposito. “Walaupun memang risiko reksadana juga lebih tinggi tapi sebenarnya masing-masing memiliki ceruknya,” tukasnya.

Sementara itu, ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), Tony Prasetiantono melihat kebijakan BI mempertahankan BI rate di level 6,5% tentunya telah memperhitungkan risiko. Pasalnya, ada kecenderungan nasabah besar di sejumlah bank domestik mulai memindahkan dananya dalam bentuk surat berharga ketimbang deposito.

Ia mengatakan, selain bisa menyebabkan capital outflow, perpindahan simpanan ini juga bisa menurunkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan secara umum.

Tony mengungkapkan tiga alasan berpindahnya dana deposito ke surat berharga, yakni memang suku bunga deposito yang turun, ditambah instrumen investasi dibursa efek yang kian marak dan rupiah yang tidak stabil akhir-akhir ini.

"Tampaknya trend ini bakal bertahan hingga akhir tahun, kecuali jika nilai tukar rupiah bisa menguat dan stabil, maka DPK pun akan stabil meski suku bunga sedikit menurun," ungkapnya.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhisadewa mengatakan hal senada. Menurutnya, penurunan suku bunga deposito membuat instrumen investasi ini menjadi kurang menarik dibandingkan sebelumnya. "Walaupun demikian, bukan berarti deposito akan ramai-ramai ditinggalkan orang, karena ada banyak sekali orang yang takut risiko," tuturnya.

Penurunan DPK, lanjut Purbaya, lebih diakibatkan sebagian dari nasabah mencari return yang lebih tinggi (SBI, obligasi, atau pasar modal). "Akan tetapi, dapat juga diakibatkan sebagian dari mereka menggunakannya untuk ekspansi usaha, karena pinjam dari bank masih mahal bunganya," pungkasnya. [mdr]

Tidak ada komentar: