Senin, 12 April 2010 | 07:45
REKSADANA
Harga SUN Kerek Return Reksadana
JAKARTA. Kencangnya laju kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) beberapa bulan terakhir ini telah mengerek return (keuntungan) reksadana obligasi. Riset PT Infovesta Utama per 5 April 2010 menyebutkan, indeks return reksadana obligasi atau reksadana pendapatan tetap mencapai 3,49% pada kuartal I tahun 2010.
Kabar gembiranya, ada 51 produk reksadana obligasi yang menghasilkan return di atas indeks. Sebut saja Panin Tetap Menghasilkan meraih return sebesar 27,5%. Kemudian, Lautandhana Fixed Income sebesar 10,72%, Tiga Pilar Dana Tetap sebesar 8,51%, dan Fortis Prima II menghasilkan return 8,12%.
Winston Sual, Manajer Investasi Panin Sekuritas, mengaku, lonjakan keuntungan Panin Tetap Menghasilkan disebabkan harga portofolio yang meroket. Maklum, produk yang menanamkan seluruh dana kelolaannya pada SUN itu terbit pada akhir 2008, saat harga obligasi anjlok. "Produk ini juga telah beberapa kali mengalami redemption, karena investornya take profit," ujar dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data Invofesta per 9 April 2010, dana kelolaan Panin Tetap Menghasilkan tercatat sebesar Rp 27,5 miliar. Adapun total dana kelolaan alias asset under management (AUM) reksadana pendapatan tetap berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) per akhir Februari 2010 sebesar Rp 18,11 triliun.
Investasi alternatif
Harga SUN memang terus mendaki. Misalnya, harga SUN acuan FR 27 yang bertenor 5 tahun. Sepanjang kuartal I 2010 harga FR 27 naik 3,16% dari 101,84 pada akhir 2009 menjadi 105,06 pada 31 Maret lalu. Harga SUN seri FR 31 yang bertenor 10 tahun pada kuartal I 2010 malah sudah naik 7,4% dari 105,13 menjadi 112,92.
Indeks SUN pun terus mengukir rekor. Pada 30 Maret lalu indeks SUN menembus 100,04, berlanjut ke 9 April lalu indeks SUN mencetak rekor baru di angka 100,62.
Analis Infovesta Utama Rudiyanto menjelaskan, peluang mengail keuntungan di reksadana pendapatan tetap terbuka lebar. Investor asing masih gencar memburu obligasi Indonesia lantaran yield (imbal hasil) yang ditawarkan lebih tinggi ketimbang negara berkembang lainnya. Apalagi, pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju masih belum pasti. "Ketidakstabilan politik di Thailand juga membuat asing memindahkan dananya ke Indonesia," ujarnya.
Ia bilang, reksadana pendapatan tetap cocok sebagai diversifikasi investasi ketika fluktuasi pasar saham sedang tinggi seperti sekarang. Contohnya Jumat (9/4) lalu, ketika IHSG lunglai 0,21%, pasar obligasi justru semarak. Selama satu hari itu, dana asing masuk ke SUN Rp 3,15 triliun.
"Tapi, dana asing ini belum tentu langgeng," ujar Rudiyanto. Peringkat surat utang Indonesia yang masih di bawah level investasi membuat dana panas ini bisa cabut sewaktu-waktu. Namun, ketika inflasi dan suku bunga terjaga di level rendah, obligasi masih layak untuk dikoleksi. Tetapi, Anda harus mewaspadai kenaikan suku bunga beberapa bank sentral negara maju pertengahan tahun nanti.
Hari Widowati, Ade Jun Firdaus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar