gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Jumat, 01 Oktober 2010

sekedar informasi: OBLIGASI, dasar RD pendapatan tetap : 011010

Kapan Saat Yang Tepat Berburu Obligasi?
Sesaknya pasar diakibatkan oleh korporasi yang menerbitkan surat utang guna refinancing.
KAMIS, 30 SEPTEMBER 2010, 13:44 WIB Arinto Tri Wibowo, Purborini

VIVAnews - Kuartal IV-2010 merupakan waktu yang tepat bagi korporasi untuk mengeluarkan obligasi.

"Pasarnya tidak terlalu crowded dan government bonds juga yield-nya sudah jauh lebih rendah. Jadi masih menarik bagi investor," kata Direktur Utama Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Ignatius Girendroheru, di Jakarta, Kamis 30 September 2010.

Sesaknya pasar obligasi diakibatkan oleh korporasi yang menerbitkan
surat utang guna pembiayaan kembali (refinancing) obligasi yang jatuh tempo 2012. "Mereka mulai mengantisipasi hal ini," ujar dia.

Pada 2012, jumlah obligasi yang jatuh tempo senilai Rp20-22 triliun dan 2011 sebesar Rp10-14 triliun. "Ini belum termasuk dengan penerbitan baru," tuturnya. Dia juga mengingatkan adanya rencana pemerintah yang akan menerbitkan obligasi.

Peluang bagi korporasi untuk menerbitkan obligasi, dia melanjutkan, juga didorong oleh kupon yang masih rendah dibanding bunga pinjaman bank.

Girendroheru menjelaskan, suku bunga pinjaman bank bagi korporasi untuk
modal kerja berkisar 12,5-14,5 persen. "Bandingkan dengan (kupon) obligasi pemerintah sebagai benchmark yang masih rendah," kata dia.
Ia memperkirakan kupon untuk obligasi korporasi berkisar 9-10 persen.

Sementara itu, data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan obligasi yang berada dalam daftar tunggu untuk diterbitkan hingga akhir tahun sebesar Rp10,4 triliun.

Mengenai tingkat permintaan, dia mengakui, pasar obligasi korporasi
memiliki likuiditas yang rendah dibandingkan surat utang pemerintah. Meski yield obligasi pemerintah turun 200 poin dari awal tahun, transaksi per hari mencapai Rp4,6 triliun.

Sementara itu, transaksi obligasi korporasi per hari hanya Rp300-350 miliar. "Masih sedikit sekali likuiditasnya," ujar dia.

Kondisi tersebut, dia menambahkan, diperkirakan dapat memicu investor untuk mengubah portofolio investasinya. "Untuk yang (obligasi) long term mereka (investor) sudah mature (jatuh tempo), sehingga akan bergeser ke obligasi yang jatuh temponya lebih pendek," katanya.

Head of Debt Capital Markets DBS, Wiwit Chaidir, mengatakan obligasi korporasi rupiah akan menarik dalam 12 bulan ke depan. Kondisi itu didorong oleh peringkat risiko Indonesia yang membaik, yield obligasi pemerintah yang rendah, dan faktor ketahanan Indonesia terhadap krisis global.

Data DBS menunjukkan hingga September 2010, investor asing yang
menguasai obligasi domestik senilai Rp172,22 triliun. Sedangkan nilai
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dimiliki asing mencapai Rp42,24
triliun.
• VIVAnews

Obligasi Rp25 Triliun Akan Banjiri Pasar 2010
Obligasi berasal dari sektor infrastruktur, multifinance, dan perbankan.
SELASA, 6 JULI 2010, 14:30 WIB Hadi Suprapto, Purborini


VIVAnews - PT Pemeringkat Efek Indonesia memperkirakan, penerbitan
obligasi korporasi hingga akhir tahun ini mencapai Rp20 - 25 triliun.

"Saat ini di pipeline (daftar pencatatan) kita sebesar Rp 7 triliun," kata Direktur Utama Pefindo, Ronald Tauviek Andi Kasim, di Jakarta, Selasa 6 Juli 2010.

Menurut dia, obligasi tersebut akan diterbitkan pada semester kedua
tahun ini. "Obligasi yang akan keluar berasal dari sektor infrastruktur,
multifinance, dan perbankan," kata dia.

Beberapa perusahaan itu di antaranya PT Jasa Marga Tbk dan
PT Bank DKI Jakarta.

Ia mengatakan sampai akhir tahun, perusahaan multifinance dan perbankan cenderung lebih banyak mengeluarkan obligasi ketimbang sektor usaha lainnya.
"Mereka kan memang rajin mengeluarkan obligasi karena butuh pembiayaan kredit," jelas Tauviek.
• VIVAnews

Tidak ada komentar: