Jumat, 19/11/2010 10:46 WIB
Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Turun karena Aksi Rebalancing
Wahyu Daniel - detikFinance
Jakarta - Aksi profit taking atau rebalancing yang dilakukan para investor memicu penurunan kinerja reksa dana pendapatan tetap akhir-akhir ini. Investor asing melakukan rebalancing sehingga menyebabkan melemahnya harga obligasi dengan tenor 10 tahun ke atas, namun obligasi di bawah 7 tahun mengalami penguatan harga.
"Sebagian investor asing menjual obligasi bertenor panjang, untuk dipindahkan ke obligasi yang bertenor pendek," ujar Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Investments Indonesia dalam siaran persnya, Jumat (19/11/2010).
Eli memperkirakan, dengan quantitative easing 2 (QE2) yang diputuskan pemerintah AS akan menambah jumlah aliran dana masuk dari luar negeri. Efeknya, yield obligasi akan tetap bertahan atau bahkan bisa juga turun beberapa basis point lagi, tetapi tidak akan jauh dari posisi sekarang.
Seperti diketahui, Bank Sentral AS telah menetapkan kebijakan QE2 melalui penambahan likuiditas hingga US$ 600 miliar dalam 8 bulan ke depan. Kebijakan itu ditujukan untuk menambah likuiditas di pasar dengan harapan bisa menggerakkan lagi perekonomian AS yang proses pemulihannya belum berjalan sesuai rencana.
Ia menambahkan, kepemilikan asing yang telah melebihi 30% dari obligasi pemerintah akan berisiko bagi pasar obligasi, terutama pada saat mereka melakukan penarikan dana atau seperti saat ini ketika para investor asing melakukan rebalancing sehingga volatilitas pasar obligasi tinggi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, reksa dana First State Indonesian Bond Fund (disingkat FSI Bond Fund) telah menetapkan durasi portofolionya relatif pendek (3,8 tahun), dengan sebagian besar portofolio FSI Bond Fund adalah obligasi bertenor sangat pendek. Menurut Eli, hal ini sebagai upaya untuk mengurangi volatilitas FSI Bond Fund serta sebagai antisipasi akan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia di tahun 2011. (qom/dnl)
Tergelincirnya NAB Reksa Dana Pendapatan Tetap
Headline
Oleh: Andika Sugiarto
Pasar Modal - Rabu, 17 November 2010 | 16:46 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Kinerja reksa dana pendapatan tetap akhir-akhir ini terus mengalami penurunan. Salah satunya disebabkan aksi profit taking / rebalancing yang dilakukan investor asing.
"Sebagian investor asing menjual obligasi bertenor panjang, untuk dipindahkan ke obligasi bertenor pendek," ujar Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Investments Indonesia.
Aksi profit taking / rebalancing ini menyebabkan pelemahan harga obligasi dengan tenor 10 tahun ke atas. Sementara itu, oblihasi dengan tenor di bawah 7 tahun
mengalami penguatan harga.
Eli memperkirakan, terjadinya quantitave easing jilid 2 di Amerika Serikat akan menambah jumlah aliran dana masuk dari luar negeri. Efeknya, yield obligasi akan tetap bertahan atau bahkan juga bisa turun beberapa basis point lagi, tetapi tidak akan jauh dari posisi sekarang.
Kepemilikan asing yang telah melebihi 30% dari obligasi pemerintah akan berisiko bagi pasar obligasi, terutama pada saat mereka melakukan penarikan dana atau seperti saat ini dimana para investor asing melakukan rebalancing sehingga volatilitas pasar obligasi masih tinggi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, reksa dana First State Indonesian Bond Fund (disingkat FSI Bond Fund) telah menetapkan durasi portfolionya relatif pendek (3,8
tahun) dimana sebagian besar portfolio FSI Bond Fund adalah obligasi bertenor sangat pendek.
Menurut Eli, hal ini sebagai upaya untuk mengurangi volatilitas FSI Bond Funa serta sebagai antisipasi akan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia di tahun 2011.
Posisi defensif FSI Bond Fund membuat produk ini memiliki volatilitas yang relatif rendah dibanding reksa dana pendapatan tetap lainnya yang memiliki portfolio dengan durasi yang lebih panjang. [ast]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar