gW suka BANGET ketidakPASTIan

gW suka BANGET ketidakPASTIan

Rabu, 09 September 2009

biaya2 reksa dana MEMICU PENGGANDAAN MODAL

Acuan Buat Pemodal Reksa Dana
22/11/2006 15:54:25 WIB
JAKARTA, Majalah Investor
Bingung memilih reksa dana? Pemodal bisa mencermati hasil pemeringkatan yang dibuat lembaga independen untuk dijadikan acuan menilai kinerja produk investasi ini.

MENGAPA INDONESIA TAK sehebat negara lain dalam mengembangkan produk reksa dana? Pengalaman redemption reksa dana tahun lalu menunjukkan minimnya pe nge tahuan para pemodal pada instrumen reksa dana. Banyak orang mengaku mendengar ten tang reksa dana, tetapi tidak tahu ba gai mana cara memilih reksa dana. Mereka umum nya memilih produk investasi ini ha nya berdasarkan kinerja di masa lam pau. Direktur Utama PT Danareksa Invest ment Management, Priyo Santoso me nga takan cara menilai reksa dana dengan hanya mem pertimbangkan faktor masa lalu ku­rang bijaksana. Pasalnya, kinerja historis ti dak mencerminkan masa depan.

Di luar negeri, pemodal umumnya meng gunakan acuan lembaga riset yang ru tin melakukan pemeringkatan reksa dana, tak cuma berdasarkan kinerja historis di masa silam tapi juga mencantumkan asumsi ki nerja masa depan. Contoh lembaga independen terkenal yang secara rutin mem publikasi pemeringkatan reksa dana global ada lah Morningstar dan Lipper.

Di Indonesia, setahun terakhir hadir lembaga riset khusus yang melakukan pe me ringkatan reksa dana, yakni Infovesta. Priyo Santoso menyambut gembira ke ha di ran Infovesta yang dikelola PT Infovesta Uta ma. “Itu (pemeringkatan) bagus karena bisa memberikan panduan kepada ma sya ra kat untuk tahu mengenai produk se be lum membeli,” katanya.

Memuji gagasan dan hasil pe meringkatan Infovesta, Cholis Baidowi, portofolio manager PT Trimegah Securities Tbk memandang langkah tersebut menempatkan industri reksa dana Indonesia sejajar dengan negara lain. Cholis menilai metodologi pemeringkatan Infovesta sudah memadai. Hasil pemering ka tannya, tambah Cholis, berguna sebagai sa rana penunjang pemasaran.

Seperti dikemukakan Wawan Hen dra wan, technical support officer PT Infovesta Utama, dalam melakukan pemeringkatan, In fovesta mengembangkan metode pe me ring katan reksa dana yang kom pre hensif de ngan menggunakan sedikitnya lima kri teria uta ma. Kriteria pertama adalah tingkat re turn optimal.

Reksa dana yang optimal yaitu reksa dana yang memberikan tingkat return yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang ditanggungnya. Dalam menghitung kinerja optimal, Infovesta menggunakan metode Sharpe ratio, yang dilakukan dengan membagi excess return reksa dana terhadap instrumen bebas risiko. Untuk mengukur risiko digunakan acuan tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan standar deviasi (risiko) return reksa dana. Semakin tinggi sharpe ratio semakin baik kinerja reksa dana tersebut.

Dalam kalkulasi akhir, kriteria pertama ini memiliki bobot sebesar 40%. Untuk menilai konsistensi kinerja, maka Invofesta mengukur return optimal untuk periode setahun dan tiga tahun terakhir, masing-masing dengan por si bobot 16% dan 24%. Konsistensi kinerja da lam jangka panjang mendapat bobot lebih be sar. Karena alasan ini, Infovesta tidak me­meringkat reksa dana yang berusia kurang dari tiga tahun.

Kedua, kriteria keamanan. Sumber rasa aman ini bukan berupa jaminan dari agen penjual atau pengelola reksa dana, tetapi dari kecilnya peluang dilikuidasi atau penurunan nilai aktiva bersih. Dalam kriteria ini Infovesta menilai besaran dan perubahan dana kelolaan (Asset Under Management/AUM). Reksa dana dengan AUM besar dan menunjukkan tren pertumbuhan mendapat nilai bagus. AUM besar merupakan indikator tahannya suatu reksa dana dari bahaya redemption dan sekaligus menunjukkan kepercayaan investor terhadap produk reksa dana tersebut. Besaran AUM memiliki bobot 18% dan perubahan AUM memiliki bobot 12% dalam kalkulasi akhir.

Ketiga, Likuiditas portofolio. Reksa dana yang memiliki isi portofolio dengan likuiditas tinggi mendapat skor tinggi. Reksa dana yang memegang saham-saham pembentuk LQ-45 men dapat nilai bagus karena saham tersebut mu dah dijual pada harga pasar kapan saja, ter ma suk ketika reksa dana tersebut me ne rima redemption yang begitu besar sehingga untuk memenuhi kewajibannya reksa dana ha rus melepas saham.

Keempat, ketaatan pada kebijakan investasi dan ketentuan yang berlaku, termasuk soal batas minimal kas 2%. Reksa dana yang melanggar kebijakan investasi yang tertera dalam prospektus akan mendapat nilai negatif. Infovesta memberi bobot 20% untuk kriteria ini.

Kelima, struktur biaya. Struktur biaya yang murah ini ditandai dengan biaya masuk (subscription fee), biaya manajemen (management fee) dan biaya keluar (redemption fee) . Semakin rendah biaya semakin bagus nilainya. Biaya ini dipertimbangkan karena pada akhirnya akan menentukan hasil riil yang akan diterima pemodal.

Dengan lima kriteria tersebut, dan dengan mempertimbangkan bobot masing-masing kriteria, Infovesta kemudian menghitung nilai total setiap reksa dana yang layak diperingkat. Reksa dana dengan peringkat terbaik mendapat peringkat bintang lima, empat setengah, empat dan berturut-turut sampai ke bintang satu. Hasil akhirnya semakin banyak bintang maka semakin layak reksa sana tersebut bagi pemodal. Menurut Rudiyanto, research analyst Infovesta, perubahan peringkat sebuah reksa dana pada umumnya berjalan secara perlahan-lahan.
Jaka E Cahyono

Tidak ada komentar: